KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN AGREGAT DARI LOLI DAN TAIPA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

PENGARUH PENAMBAHAN POLYURETHANE TERHADAP STABILITAS CAMPURAN BERASPAL BERPORI

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

STUDI PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI AGREGAT KASAR CAMPURAN ASPAL BERPORI

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

STUDI PENGGUNAAN SERAT IJUK SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA ASPAL POROUS LIQUID ASBUTON (108M)

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB III LANDASAN TEORI

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III LANDASAN TEORI

NASKAH SEMINAR INTISARI

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA CAMPURAN LASTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL (105M)

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

PERBANDINGAN KARAKTER ASPAL PORUS MENGGUNAKAN AGGREGATE GRAVEL DAN KERIKIL MERAPI DENGAN AGGREGATE KONVENSIONAL (268M)

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

NILAI STABILITAS POROUS ASPHALT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH STEEL SLAG DALAM CAMPURAN AC-WC SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR No. ½ DAN No. 8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN TAFPACK-SUPER TERHADAP "WHEEL TRACKING TEST" TESIS

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

PENGARUH POROSITAS AGREGAT TERHADAP BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ALAMI LATEKS (GETAH KARET) TERHADAP KINERJA MARSHALL ASPAL PORUS

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

Transkripsi:

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN AGREGAT DARI LOLI DAN TAIPA Hendrik Arief Setiawan Mashuri KK Transportasi Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Jln. Soekarno-Hatta KM. 9 Palu-Sulawesi Tengah 94118 Telp: (0451) 422611 rief_mt@yahoo.co.id Student of Civil Engineering Department-UNTAD Kampus Bumi Tadulako Tondo Jln. Soekarno-Hatta KM. 9 Palu-Sulawesi Tengah 94118 Telp: (0451) 422611 KK Transportasi Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Jln. Soekarno-Hatta KM. 9 Palu-Sulawesi Tengah 94118 Telp: (0451) 422611 Abstract One type of pavement that was developed in the surface layer is porous asphalt. Characteristics of porous asphalt mixture is not only influenced by the percentage of the aggregate but also influenced by the characteristics of the aggregates. Sources of different materials will provide different material characteristics. The purpose of this study was to investigate the characteristics of porous asphalt mix material from several sources, namely Loli (Donggala) and Taipa (Palu) in the province of Central Sulawesi. The study was conducted to test the feasibility of testing the material then mix in accordance with the specifications that cantabro test, permeability, drain down and Marshall test. The results showed that based on the characteristics of porous asphalt aggregate mixture Taipa superior to other aggregate and aggregate third source can be used as porous asphalt mixture. Key Words: Porous Asphalt, Aggregate, Loli, Taipa Abstrak Salah satu tipe perkerasan yang dikembangkan pada lapisan permukaan adalah aspal porus. Karakteristik campuran aspal porus tidak hanya dipengaruhi oleh persentase agregat tetapi dipengaruhi juga oleh karakteristik agregat. Sumber material yang berbeda akan memberikan karakteristik material yang berbeda pula. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik campuran aspal porus dari beberapa sumber material yaitu Loli (Kabupaten Donggala) dan Taipa (Kota Palu) di provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian dilakukan menguji kelayakan material kemudian dilakukan pengujian campuran sesuai dengan spesifikasinya yaitu uji cantabro, permeabilitas, drain down dan uji Marshall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik campuran aspal porus agregat Taipa lebih unggul dibandingkan agregat lainnya dan ketiga sumber agregat dapat digunakan sebagai campuran aspal porus. Kata Kunci: Aspal Porus, Agregat, Loli, Taipa PENDAHULUAN Salah satu tipe perkerasan yang dikembangkan pada lapisan permukaan adalah aspal porus. Aspal porus didesain sehingga memiliki porositas yang relatif lebih tinggi dibandingkan jenis perkerasan lain, sifat porus ini diperoleh karena proporsi agregat halus lebih sedikit dibandingkan campuran jenis lain. Aspal porus sangat terkait dengan perilaku dan sifat-sifat campuran beraspal yang menggunakan gradasi agregat dengan jumlah fraksi kasar di atas 85% terhadap berat total campuran, sehingga struktur yang dihasilkan berongga. Rongga yang ada tersebut memberikan kemampuan mengalirkan air dengan baik untuk arah vertikal maupun horizontal sehingga akan menjaga lapisan permukaan tetap kering. Karakteristik campuran aspal porus tidak hanya dipengaruhi oleh persentase agregat tetapi dipengaruhi juga oleh karakteristik agregat. Sumber material yang berbeda akan memberikan karakteristik material yang berbeda pula. Di Provinsi Sulawesi Tengah 827

khususnya di Kota Palu dan Kabupaten Donggala terdapat beberapa lokasi Stone Crusher yang dapat digunakan sebagai campuran aspal porus, antara lain berada di Taipa (Kota Palu), dan Loli (Kabupaten Donggala). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik campuran aspal porus dari beberapa sumber material. TINJAUAN PUSTAKA Aspal Porus Aspal Porus merupakan perkembangan dari teknologi perkerasan lentur yang memanfaatkan besarnya pori yang sengaja dibuat dengan maksud sebagai alur alir bagi air ketika terjadi genangan pada lapisan permukaan jalan. Penggunaan nama Aspal Porus sangat terkait dengan perilaku atau sifat-sifat campuran beraspal yang menggunakan gradasi agregat dengan jumlah fraksi kasar yang lebih banyak dari berat total campuran, sehingga struktur yang dihasilkan lebih terbuka dan berongga. Campuran aspal porous merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur, yang membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) secara vertikal dan horizontal. Lapisan aspal porous ini secara efektif dapat memberikan tingkat kenyamanan terutama diwaktu hujan agar tidak terjadi genangan-genangan air serta memiliki kekesatan permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi kebisingan. (Djumari, 2009) Gambar 1. Sistem Drainase pada Aspal Porus Sumber: Ismunandar, 2011 Penggunaan aspal porus memiliki keuntungan dan kerugian. Pada umumnya keuntungan menggunaan aspal porus adalah,: 1. Mengurangi genangan air pada permukaan jalan ketika hujan 2. Mengurangi efek percikan dan semprot ketika kendaraan melewati permukaan jalan 3. Mengurangi efek silau. 4. Meningkatkan keselamatan berkendara di jalan sehingga meminimalisir intensitas kecelakaan yang tinggi. 828

5. Mengurangi kebisingan. Sedangkan kerugian menggunakan aspal porus adalah : 1. Durabilitas yang lebih rendah sehingga umurnya lebih pendek. 2. Biaya relatif besar, khususnya di daerah perkotaan karena memerlukan drainase dan perawatan khusus. 3. Lebih mudah terkontaminasi dengan air tanah. Syarat dan ketentuan campuran aspal porus dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Ketentuan Campuran Aspal Porus Kriteria Perencanaan Nilai Uji Cantabro (%) Maks. 15 Uji Permeabilitas (cm/detik) 0,1-0,3 Uji Drain Down Maks. 0,3 Kadar rongga dalam campuran (VIM, %) 15-25 Stabilitas Marshall (Kg) Min. 500 Kelelehan Marshall (mm) 2-6 Marshall Quotient (Kg/mm) Min 200 Jumlah Tumbukan 50 Sumber: Road Engineering Association of Malaysia, November, 2007 AGREGAT LOLI DAN TAIPA Lokasi Pengambilan Agregat Pengambilan agregat dilakukan di 3 (tiga) lokasi yaitu di stone crusher Loli 1, Loli 2 dan stone crusher di Taipa. Letak dari setiap lokasi pengambilan agregat dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Gambar 2. Lokasi pengambilan agregat di Stone Crusher Taipa 829

Gambar 3. Lokasi pengambilan agregat di stone crusher Loli (1 dan 2) Stone crusher Taipa mengolah material batu kali sedangkan di Loli material yang diolah adalah batu gunung. Jarak antara stone crusher Loli 1 dan Loli 2 sekitar 2 Km. Agregat yang diambil kemudian diperiksa di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik guna mengetahui kelayakan material tersebut untuk digunakan dalam campuran aspal porus. Karakteristik Agregat Hasil pemeriksaan karakteristik Agregat Kasar ¾ dan debu Batu dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Kasar ¾ No Pengujian Hasil Pemeriksaan Loli 1 Taipa Loli 2 Spesifikasi Satuan 1 Abrasi 29,04 27,5 28,28 Maks.40 % 2 a. BJ. Bulk 2,587 2,624 2,579 b. BJ. SSD 2,632 2,664 2,62 c. BJ. App 2,709 2,733 2,688 Min.2,5 d. Penyerapan 1,736 1,516 1,572 Maks.3 % Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Debu Batu No Pengujian Hasil Pemeriksaan Loli 1 Taipa Loli 2 1 a. BJ. Bulk 2,485 2,595 2,676 b. BJ. SSD 2,536 2,669 2,717 c. BJ. App 2,618 2,800 2,970 Spesifikasi Min.2,5 Satuan d. Penyerapan 2,041 2,896 1,524 Maks.3 % 830

METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini dilaksanakan dengan bagan alir pada Gambar 4 berikut. Gambar 4. Bagan Alir Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kepadatan Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kepadatan Loli 1, 2 dan Taipa memberikan kecenderungan yang sama yakni semakin tinggi kadar aspal maka terjadi peningkatan kepadatan karena aspal menjadi perekat tetapi ketika penambahan aspal terus dilakukan maka aspal berubah menjadi pelicin sehingga kepadatannya menurun. Nilai kepadatan tertinggi dihasilkan oleh sumber agregat dari Taipa. 831

Gambar 5. Hubungan antara Kepadatan dengan Kadar Aspal Rongga Udara atau Void In The Mix (VIM) Rongga udara memenuhi persyaratan 15% sampai dengan 25% untuk semua sumber agregat. Gambar 6 memperlihatkan bahwa Loli 1 memiliki nilai VIM terendah hal ini disebabkan oleh nilai abrasi Loli 1 tertinggi diantara yang lain sehingga pada saat pemadatan terjadi perubahan gradasi yang berakibat susunan gradasi menjadi lebih rapat dibandingkan agregat lainnya. Gambar 6. Hubungan antara VIM dengan Kadar Aspal Stabilitas Stabilitas sangat dipengaruhi oleh kadar aspal. Kecenderungan yang terjadi sama dengan kepadatannya dimana aspal pada kadar tertentu menjadi perekat, stabilitas meningkat, tetapi ketika kadarnya lebih dari yang dibutuhkan maka berubah menjadi pelicin, stabilitas menurun. Secara umum material dari Taipa memiliki nilai stabilitas relatif lebih tinggi dibandingkan sumber agregat lainnya. Kepadatan campuran berpengaruh terhadap kemampuan campuran dalam memberikan ketahanan terhadap deformasi. Dengan demikian Taipa memiliki kepadatan lebih tinggi sehingga memberikan stabilitas yang tinggi pula. Hasil pengujian stabilitas untuk sumber agregat Taipa dan Loli dapat dilihat pada Gambar 7. Spesifikasi memberikan batasan minimal stabilitas sebesar 500 kg sehingga beberapa kadar aspal tidak dapat memenuhi spesifikasi. Hal ini akan mempengaruhi penentuan kadar aspal optimum. 832

Gambar 7. Hubungan antara Stabilitas dengan Kadar Aspal Kelelehan (flow) Batasan nilai kelelehan adalah 2 mm sampai dengan 6 mm. Gambar 8 menunjukan bahwa semua sumber agregat memenuhi spesifikasi tersebut. Kelelehan sangat dipengaruhi oleh kadar aspal. Pada beton aspal semakin tinggi kadar aspal maka akan semakin besar pula kelelehannya. Namun hal tersebut tidak terjadi pada aspal porus pada kadar aspal pengujian 4% sampai 6,5 %. Kadar aspal yang meningkat justru menurunkan kelelehan pada batas tertentu kemudian dia akan meningkat kembali. Tidak terjadinya peningkatan kelelehan karena pada rongga yang relatif besar (>15%) sehingga saat pengujian Marshall kekuatan campuran lebih ke kontak antar aggregat, aspal lebih mengisi ke rongga. Gambar 8. Hubungan antara Kelelehan (Flow) dengan Kadar Aspal Kekakuan, Marshall Quotient (MQ) Marshall quotient diperoleh dengan cara membagi stabilitas dengan kelelehan. MQ menunjukkan kekakuan campuran, semakin besar nilai MQ semakin kaku campuran beraspal. Persyaratan MQ untuk campuran aspal porus adalah minimal 200 kg/mm. Hasil pengujian menunjukan MQ untuk Taipa melebihi batas minimal pada kadar aspal 4,5% - 6%, Loli 2: 4,5%-6,5% sedangkan Loli 1 pada kadar aspal 5%-6,5%. Nilai MQ tertinggi sekitar 250 kg/mm untuk ketiga sumber agregat. 833

Gambar 9. Hubungan antara MQ dengan Kadar Aspal Hasil Uji Drain Down Pengujian drain down merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui jumlah drain-down yang terjadi pada campuran beraspal yang belum dipadatkan, yaitu selama produksi, pengangkutan dan penempatan campuran. Prinsip dasar dari pengujian ini adalah membandingkan banyaknya aspal yang jatuh setelah campuran didiamkan dalam oven dengan suhu pencampuran selama 1 jam ± 5 menit. Persentase kehilangan berat yang dapat diterima tidak lebih 0,3% dari berat sebelum pengujian. Agregat Loli memiliki hasil drain down tertinggi. Drain down dipengaruhi oleh karakteristik agregat penyusun campuran diantaranya penyerapan terhadap aspal dan tekstur permukaan agregat. Gambar 10. Hubungan antara Drain Down dengan Kadar Aspal Hasil Uji Cantabro Prinsip dasar dari pengujian ini adalah membandingkan besarnya berat pada campuran beraspal yang telah dilakukan pengujian dengan berat semula. Prosentase kehilangan berat yang dapat diterima tidak lebih 15% dari berat semula campuran. Dari hasil pengujian yang dapat dilihat pada Gambar 11 menunjukkan bahwa nilai cantabro semakin kecil seiring dengan penambahan kadar aspal karena ikatan antara aspal dan agregat yang semakin baik. Dapat dilihat pada Gambar 11 pada kadar aspal 4% agregat Loli 1 dan Loli 2 tidak memenuhi syarat, dan pada kadar aspal selanjutnya agregat Taipa mempunyai nilai terendah dibandingkan material dari Loli 1 dan Loli 2, maka pada pengujian cantabro ini agregat Taipa merupakan agregat terbaik. 834

Gambar 11. Hubungan antara MQ dengan Kadar Aspal Hasil Uji Permeabilitas Uji permeabilitas merupakan perbandingan antara banyaknya air yang dapat dialirkan dalam setiap detiknya. Bila nilai permeabilitas semakin rendah menunjukkan semakin kecilnya rongga udara dalam campuran, sehingga campuran tidak bersifat porus, demikian sebaliknya. Besar dan kecilnya nilai permeabilitas sangat dipengaruhi oleh distribusi dan gradasi agregat yang akan membuat campuran lebih padat. Agregat Taipa memiliki nilai permeabilitas realtif lebih rendah dibandingkan sumber agregat lainnya. Dengan bertambahnya kadar aspal maka permeabilitas menurun karena aspal mengisi rongga campuran. Gambar 12. Hubungan antara Permeabilitas dengan Kadar Aspal Karakteristik Campuran pada Kadar Aspal Optimum (KAO) Kadar aspal optimum adalah kadar aspal yang memiliki karakteristik terbaik, dalam hal ini semua parameter yang digunakan dapat terpenuhi. Berikut merupakan hasil penentuan kadar aspal optimum dengan menggunakan metode narrow range untuk setiap jenis material, yaitu Loli 1, Taipa, dan Loli 2 dan karakteristik campuran pada KAO. Tabel 2. Kadar Aspal Optimum untuk Setiap Variasi Material dan Karakteristiknya Karakteristik Campuran Sumber Agregat Loli 1 Taipa Loli 2 KAO (%) 5,36 5,33 5,40 VIM (%) 21,361 19,196 21,691 Stabilitas (kg) 530,166 562,963 557,798 Kelelehan (mm) 2,357 2,253 2,290 835

Karakteristik Campuran Sumber Agregat Loli 1 Taipa Loli 2 MQ (kg/mm) 225,640 251,167 243,508 Permeabilitas (cm/detik) 0,169 0,143 0,151 Cantabro (%) 9,845 6,222 8,739 Drain Down (%) 0,043 0,038 0,051 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Karakteristik campuran aspal porus untuk sumber agregat Loli 1, Taipa dan Loli 2 sebagai berikut: a. Kadar aspal optimum (%) untuk agregat Loli 1, Taipa dan Loli 2 berturut turut sebesar 5,36; 5,33 dan 5,4. Taipa lebih ekonomis dalam penggunaan aspal b. Stabilitas Taipa sebesar 562,963 kg yang merupakan stabilitas tertinggi dibandingkan Loli 1 sebesar 530,166 kg dan Loli 2 sebesar 557,798 kg. c. Ketiga sumber agregat memiliki nilai kelelehan lebih dari 2,00 mm yang merupakan syarat minimum spesifikasi sehingga memiliki kelenturan yang cukup. d. Sumber agregat Taipa memiliki kekakuan tertinggi yaitu MQ sebesar 251,167 kg/mm. e. Permeabilitas tertinggi dicapai oleh agregat Loli 1 sebesar 0,169 cm perdetik. f. Pengujian durabilitas akibat impact beban tertinggi yakni dengan nilai cantabro terendah adalah agregat Taipa sebesar 6,222%. g. Drain down agregat Taipa terendah dibandingkan sumber agregat lainnya. 2. Berdasarkan karakteristik yang telah diuji maka agregat Taipa lebih unggul dibandingkan sumber agregat lainnya. Namun demikian sumber agregat Loli 1 dan 2 dapat dimanfaatkan sebagai agregat pada campuran aspal porus. DAFTAR PUSTAKA Djumari, 2009, Perencanaan Gradasi Aspal Porus Menggunakan Material Lokal dengan Metode Pemampatan Kering, Skripsi Universitas Negeri Semarang. Ismunandar, A.I., 2011, Studi Karakteristik Aspal Porus yang Menggunakan Liquid Asbuton Sebagai Bahan Tambah Pengikat dan Agregat Kasar Metode Bina Marga, Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar. Jabatan Kerja Raya Malaysia, Spesifikasi for Porous Asphalt, Road Engineering Association of Malaysia, November 2007. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Revisi 2, Divisi VI: Perkerasan Beraspal, Jakarta. 836