BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilakukan dalam bentuk investasi riil (real investment) dan dalam bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

PENGARUH RETURN SAHAM DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RISIKO SISTEMATIK. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bursa efek Indonesia (pasar modal) Indonesia pada awalnya terdiri dari

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK. Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja, partisipasi masyarakat sangat diharapkan untuk ikut aktif melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Muhammad Fauzan Arif, 2014 Pengaruh Risiko Sistematis terhadap Return Ekspektasian Portofolio Saham


BAB 1 PENDAHULUAN. (2007:2) menyatakan bahwa An Investment is the current commitment of money

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

RISIKO. Untuk menghitung risiko berdasarkan probabilitas, investor menggunakan standar deviasi dengan rumus sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jangka panjang akan menimbulkan suatu efek yang biasa disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikutip dari situs

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi yang diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah

Judul : Pembentukan Portofolio Optimal Pada

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

Manajemen Investasi. SUTIA BUDI STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dipertimbangkan yaitu return dan risiko. Return adalah tingkat

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB II LANDASAN TEORITIS. aset atau modal yang memiliki biaya tetap (hutang atau saham) dalam rangka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:1). Pengertian investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets (dan hutang) pada

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam berinvestasi. Contoh investasi yang diminati oleh berbagai kalangan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu investasi. Hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) Investasi pada umumnya dikenal dalam dua bentuk yaitu, pertama investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan aset berwujud seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik. Kedua, investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis seperti saham biasa dan obligasi. 2.2. Risiko Risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Tidak akan ada investasi jika ekspektasi tingkat pengembaliannya cukup tinggi untuk memberikan kompensasi bagi para investor karena telah menanggung risiko dari investasi tersebut. Menurut

Halim (2005:34), dalam konteks manajemen investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya. Menurut Zubir (2011:20) faktor-faktor penyebab timbulnya risiko akan memengaruhi melencengnya realisasi return suatu investasi terhadap nilai yang diharapkan (expected return). Berbagai sumber risiko di antaranya sebagai berikut: 1. Interest rate risk Perubahan tingkat bunga akan memengaruhi pilihan investasi dalam saham, obligasi dan deposito. Tingkat bunga yang tinggi dapat menyebabkan return yang diperoleh dari investasi berisiko rendah (deposito) lebih tinggi daripada return investasi yang berisiko tinggi (saham) sehingga investor akan lebih tertarik untuk menempatkan dananya dalam bentuk deposito daripada membeli saham. 2. Market Risk Market risk disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang bersifat menyeluruh yang memengaruhi kegiatan pasar secara umum (aggregate) seperti resesi, peperangan, perubahan struktur perekonomian, dan perubahan selera konsumen.

3. Inflation Risk Permintaan terhadap barang-barang meningkat, tetapi daya beli rendah sehingga masyarakat tidak mampu membelinya. Tingkat bunga tabungan dan pinjaman erat kaitannya dengan inflasi karena pemilik modal (investor dan kreditur) akan meminta tingkat bunga yang tinggi untuk mengompensasi merosotnya daya beli tadi. 4. Business Risk Risiko yang disebabkan oleh tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan makin berat, baik akibat tingkat persaingan yang makin ketat, perubahan peraturan pemerintah maupun claim dari masyarakat karena merusak lingkungan. 5. Financial Risk Perusahaan yang mempunyai utang besar mempunyai risiko yang juga besar di mata pemegang sahamnya karena sebagian besar laba operasi perusahaan akan digunakan untuk membayar biaya bunga pinjaman tersebut. Akibatnya, bagian laba atau dividen yang diterima oleh pemegang saham menjadi kecil. 6. Liquidity Risk Risiko yang berkaitan dengan kesulitan untuk mencairkan portofolio atau menjual saham karena tidak ada yang membeli saham tersebut. Investor yang memegang saham perusahaan yang tidak likuid akan menanggung risiko yang tinggi karena harganya

akan jatuh pada waktu dijual sehingga real return berada jauh di bawah expected return. 7. Exchange Rate Risk atau Currency Risk Bagi investor yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai mata uang, perubahan nilai tukar mata uang akan menjadi penyebab real return lebih kecil daripada expected return. 8. Country Risk Risiko ini juga berkaitan dengan investasi lintas negara yang disebabkan oleh kondisi politik, keamanan dan stabilitas perekonomian negara tersebut. Stabilitas negara tujuan investasi menjadi pertimbangan yang sangat penting sebelum memutuskan melakukan investasi di negara lain. Standar deviasi dan varians dapat digunakan sebagai ukuran besarnya penyimpangan tingkat pengembalian yang diharapkan. Semakin besar nilainya, berarti semakin besar penyimpangannya (berarti risikonya semakin tinggi) (Halim, 2005:42). Deviasi standar pada dasarnya adalah rata-rata tertimbang dari deviasi-deviasi nilai yang diharapkan dan akan memberikan gambaran dari seberapa di atas atau di bawah dari nilai yang diharapkan kemungkinan nilai aktualnya (Brigham & Houston, 2001:223). Varians adalah nilai rata-rata deviasi kuadrat dari rata-rata (Brealey, dkk., 2008:302).

Untuk mengurangi risiko investasi, investor harus mengenal risiko investasi. Jenis risiko ini dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu risiko sistematis atau disebut systematic risk atau undiversifiable risk dan risiko tidak sistematis atau disebut unsystematic risk atau specific risk atau diversifiable risk. 2.2.1. Risiko sistematis Risiko ini dikenal juga dengan sebutan risiko yang tidak dapat didiversifikasikan atau risiko pasar. Risiko sistematis merupakan hasil perolehan investasi yang dipengaruhi oleh faktor makroekonomi seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga dan kondisi politik. Risiko sistematis ini mempengaruhi perusahaan-perusahaan secara keseluruhan. (Simatupang, 2010:43-44). Akibatnya, perubahan tidak diharapkan atas variabel ini secara simultan menyebabkan perubahan yang tidak diharapkan atas imbal hasil pasar secara keseluruhan. (Bodie, dkk., 2006:405). Tiga karakteristik yang dimiliki risiko sistematis: 1. Risiko sistematis mempengaruhi semua efek 2. Risiko sistematis tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi 3. Risiko sistematis tidak bisa dikurangi atau dikontrol Sebagai contoh risiko sistematis adalah naiknya inflasi mendorong kenaikan tingkat suku bunga. Contoh lain dari risiko sistematis

adalah risiko pasar, politik dan keamanan yang menimbulkan sentiment negatif sehingga mendorong hampir seluruh hargaharga saham perusahaan go-public turun, walaupun secara fundamental emiten baik. (Simatupang, 2010:43-44) Untuk mengurangi risiko sistematis, investor dapat melakukan lindung nilai (hedging) di futures market atau di option market. Cara lain untuk mengurangi risiko sistematis adalah memahami perilaku siklus ekonomi dan tanda-tanda awal pergantian siklus ekonomi. (Samsul, 2006:285) Risiko sistematis diukur dengan menggunakan beta (β). Menurut Tandelilin (2001 : 69) beta merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Semakin besar beta suatu sekuritas, semakin besar kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar. Beta digunakan sebagai pengukur risiko sistematis diperoleh dari model indeks tunggal yang dikembangkan oleh William Sharpe. Model ini mengaitkan perhitungan return setiap aset pada return indeks pasar. Dalam penggunaan model indeks tunggal, kita perlu mengestimasikan beta sekuritas yang bisa dilakukan dengan menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Gejolak harga suatu jenis saham dapat searah atau berlawanan arah dengan gejolak indeks pasar. Jika gejolak harga searah maka beta saham positif sedangkan jika gejolak

berlawanan, maka beta saham negatif. Apabila dihitung setiap hari maka beta bersifat variatif di mana hari ini bisa positif tetapi mungkin besok negatif. Oleh karena itu, beta saham harus dihitung untuk jangka panjang. 2.2.2. Risiko Tidak Risiko ini disebut juga risiko spesifik hanya berdampak terhadap suatu saham atau sektor tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan dan sebagainya. Untuk mengurangi kerugian yang mungkin timbul, investor sebaiknya berinvestasi dalam berbagai jenis saham dari bermacam sektor sehingga jika satu jenis saham merugi, masih ada jenis saham lain yang beruntung. (Samsul, 2006:286). Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan untuk membentuk portofolio dapat membuat varians portofolio suatu perusahaan menurun karena adanya penurunan risiko spesifik perusahaan. Menurut Simatupang (2010:45) setiap jenis industri memiliki karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh variabelvariabel ekonomi secara spesifik. Contoh risiko tidak sistematis

yaitu risiko financial, risiko industri dan risiko negara. Secara umum, terdapat tiga karakteristik risiko nonsistematik: 1. Dapat dihilangkan dengan proses diversifikasi 2. Dapat dikurangi atau dikontrol 3. Unik untuk saham dan industri 2.3. Return Menurut Halim (2005 : 34), dalam konteks manajemen investasi, pengembalian (return) merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Pengembalian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pengembalian yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis dan pengembalian yang diharapkan (expected return ER) akan diperoleh investor di masa depan. Faktor penimbang expected return bagi saham individual adalah probabilitas masing-masing tingkat pengembalian. Faktor penimbang bagi portofolio adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing saham. Komponen pengembalian meliputi: 1. Untung/rugi modal (capital gain/loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder. 2. Imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau

bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan. Menurut Brealey, dkk. (2008:333), ekspektasi tingkat pengembalian yang diminta oleh investor tergantung pada dua hal : (1) kompensasi nilai waktu uang (tingkat bebas risiko) dan (2) premi risiko, yang bergantung pada beta dan premi risiko pasar. Menurut Jogiyanto (2003 : 144), return ekspektasi dan risiko mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang diharapkan. Hubungan positif ini hanya berlaku untuk return ekspektasi atau exante return (before the fact), yaitu untuk return yang belum terjadi. Untuk return realisasi (yang sudah terjadi), hubungan positif ini dapat tidak terjadi. Untuk pasar yang tidak rasional, kadang kala return realisasi yang tinggi tidak mesti mempunyai risiko yang tinggi pula. Hubungan antara return ekspektasi dengan risiko dapat dilihat pada gambar berikut. return ekspektasi opsi waran saham biasa saham preferen obligasi pemerintah obligasi pemerintah obligasi perusahaan deposito futures Sumber : Jogiyanto (2003 : 145) Gambar 2.1 Hubungan positif antara return ekspektasi dengan risiko

2.4. Penelitian Terdahulu Anastasia, dkk. (2003) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan factor fundamental dan risiko sistematis terhadap harga saham terlihat lemah. Hal ini memberikan petunjuk bahwa pola pergerakan harga saham bersifat acak, tidak dapat ditentukan, dan atau dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya mengendalikan factor fundamental perusahaan. Hal ini dikarenakan orientasi investor adalah capital gain oriented bukan dividend oriented. Elisabeth (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Risiko dan Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan variabel beta (β) mempunyai pengaruh negatif yaitu bahwa 1 % beta (risiko) akan menyebabkan penurunan harga saham sebesar 128.648 poin. Investor cenderung tidak berani mengambil risiko dan memindahkan dananya pada saham sektor lain ataupun pada jenis instrumen investasi lain yang lebih aman seperti deposito/tabungan. Pane (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Risiko, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga

saham industri tekstil di Bursa Efek Indonesia. Risiko sistematis yang dihitung dengan indeks beta berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham industri tekstil di Bursa Efek Indonesia. Harga saham individual berfluktuasi berlawanan dengan harga pasar. Penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2012) dengan judul skripsi Analisis Pengaruh Risiko, Nilai Tukar, Dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di BEI. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa variabel risiko sistematis memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Variabel risiko sistematis berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham perbankan di BEI. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga saham pasar naik maka harga saham individu akan menurun demikian sebaliknya. nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham industri tekstil di BEI. Faktor Risiko sistematis yang diukur dengan indeks Beta tidak berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham industri tekstil. 2.5. Kerangka Konseptual Menurut Sugiyono (2004 : 49), kerangka pikiran merupakan penjelasan secara teoritis antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan. Menurut Sekaran (2006:114), kerangka teoritis adalah model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Investasi merupakan penempatan dana yang dimiliki investor saat ini dengan harapan keuntungan yang dapat diperoleh di masa datang. Menurut Brigham & Houston (2001:214), dengan investasi, seorang individu atau perusahaan akan membelanjakan uangnya hari ini dengan berharap akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa mendatang. Konsep pengembalian memberikan cara yang mudah bagi investor menyajikan kinerja keuangan dari suatu investasi. Saham merupakan salah satu aset finansial yang dapat dipilih investor untuk berinvestasi. Investasi pada saham selain memberi harapan keuntungan juga disertai dengan adanya risiko yang mampu menghalangi perolehan keuntungan yang diharapkan. Risiko ini dapat berupa risiko inflasi, tingkat suku bunga dan risiko industri. Risiko merupakan kondisi ketidakpastian yang timbul akibat kurang atau tidak adanya informasi yang memadai. Ketidakpastian akan mengakibatkan keragu-raguan seseorang terhadap kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan hasil di masa datang. Risiko dalam investasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.

Risiko sistematis diukur dengan menggunakan beta (β). Menurut Tandelilin (2001 : 69) beta merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Menurut Brealey, dkk. (2008:324), saham yang defensif tidak sensistif terhadap fluktuasi pasar sehingga memiliki beta rendah. Sebaliknya, saham yang agresif memperbesar segala pergerakan pasar dan memiliki beta lebih tinggi. Jika pasar naik, akan baik memegang saham agresif; jika turun, lebih baik memegang saham defensif. Saham yang agresif memiliki beta tinggi, beta yang lebih besar dari 1,0, yang berarti bahwa pengembaliannya cenderung lebih dari satu berbanding satu terhadap perubahan pengembalian pasar keseluruhan. Beta saham defensif kurang dari 1,0. Pengembalian saham ini bervariasi lebih rendah dari satu berbanding satu terhadap pengembalian pasar. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Fluktuasi risiko ini besarnya berbedabeda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar (Samsul, 2006:286). Diversifikasi membantu para investor untuk mengurangi kerugian yang mungkin timbul dengan cara berinvestasi dalam berbagai saham dari bermacam sektor sehingga jika satu saham merugi, masih ada saham lain yang beruntung. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan untuk membentuk portofolio dapat membuat varians portofolio suatu perusahaan menurun karena adanya penurunan risiko spesifik perusahaan.

Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi adalah sektor yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bergelut dalam bidang pemenuhan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana seperti jalan tol, jaringan telekomunikasi dan moda transportasi di Indonesia. Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi pada Bursa Efek Indonesia memiliki lima subsektor yaitu subsektor energi, subsektor jalan tol, bandara, pelabuhan dan sejenisnya, subsektor telekomunikasi, subsektor transportasi dan subsektor konstruksi nonbangunan. Setiap perusahaan tentunya memiliki risiko, tidak terkecuali juga subsektor yang dimiliki oleh sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Berdasarkan pemaparan yang telah diberikan maka dapat dibuat kerangka konseptual atas penelitian ini seperti yang digambarkan sebagai berikut. 1. Risiko Risiko Subsektor Risiko subsektor jalan = = tol, Bandara, = Subsektor = Subsektor = Energi Pelabuhan dan sejenisnya Risiko Telekomunikasi Risiko Transportasi Risiko Subsektor Konstruksi Nonbangunan

2. Risiko Tidak Risiko Tidak Subsektor Risiko Tidak Subsektor Jalan Tol, Bandara, = Pelabuhan = = Transportasi Telekomunikasi = dan Sejenisnya Risiko Tidak Subsektor Risiko Tidak Subsektor Risiko Tidak Subsektor Konstruksi Nonbangunan Sumber : Tandelilin (2001), Brigham & Houston (2001), Halim (2005), Brealey, dkk. (2008), Samsul (2006) (data diolah) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.6. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan yaitu: 1. Ada perbedaan risiko sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia. 2. Ada perbedaan risiko tidak sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia.