PENERAPAN MULTI-CRITERIA DECISION MAKING DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SISTEM PERAWATAN DI PT. SMEP PACIFIC

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

III. METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Botol Galon Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

ANALISIS FAKTOR PEMILIHAN APLIKASI CHATTING PARA PENGGUNA SMARTPHONE ANDROID DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

III. METODE PENELITIAN

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

III. METODOLOGI PENELITIAN

Analytic Hierarchy Process

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

PENERAPAN MULTI-CRITERIA DECISION MAKING DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SISTEM PERAWATAN

Pengertian Metode AHP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 21, No.21, Oktober 2014 ISSN :

Pemanfaatan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Penentuan Kenaikan Jabatan Karyawan

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS

P11 AHP. A. Sidiq P.

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PENERAPAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK SELEKSI TENAGA KERJA (Studi Kasus PT. GE Lighting Indonesia Sleman Yogyakarta)

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MEMILIH KOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

Analisa Kelayakan Proyek e-government Untuk Pengambilan Keputusan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Studi Kasus pada Dinas Kominfo Medan

PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM DI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS

Transkripsi:

PENERAPAN MULTI-CRITERIA DECISION MAKING DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SISTEM PERAWATAN DI PT. SMEP PACIFIC Yongky Andrew K Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta Abstrak Saat perusahaan industri sedang ketat bersaing untuk menjadi yang terbaik, salah satu faktor pendukung untuk menjadi yang terbaik adalah dengan pemilihan sistem perawatan yang tepat untuk memberikan hasil yang optimal dalam mencapai produktivitas suatu proses produksi di PT.SMEP PACIFIC. Dalam pemilihan strategi ini diperlukan suatu metode yang tepat agar decision maker dapat membuat keputusan yang tepat. Metode yang digunakan dalam pemilihan strategi sistem perawatan adalah Multi-Criteria Decission making, khususnya Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan bobot prioritas terbesar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan metode Multi-Criteria Decission making, khususnya Analytical Hierarchy Process (AHP), diperoleh hasil dari bobot prioritas bahwa sistem perawatan yang cocok di PT.SMEP PACIFIC adalah Preventive Maintenance. Kata kunci : analytical Hierarchy Process, Perawatan PENDAHULUAN Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis mengharuskan bagi setiap perusahaan untuk bekerja ekstra keras untuk dapat mempertahankan eksistensinya dalam bidang usahanya. Sebagai usaha untuk mengantisipasi ketatnya persaingan ini PT. SMEP PACIFIC ingin terus memberikan yang terbaik bagi konsumennya dengan memberikan sesuai apa yang diinginkan oleh konsumennya, baik secara kuantitas maupun kualitas. PT. SMEP PACIFIC terus dapat menjaga konsistensinya dalam kelangsungan proses produksi untuk dapat memenuhi permintaan tersebut. Untuk peningkatan produktivitas diperulukan penetapan sistem perawatan yang cocok di PT.SMEP PACIFIC. Dalam hal ini diperlukan sekali pertimbangan yang sangat cermat mengenai sistem perawatan yang akan ditetapkan sehubungan dengan faktor faktor yang berpengaruh pada kondisi mesin dan peralatan yang dikerjakan.

Pemilihan strategi dan sistem perawatan yang tepat dapat memberikan hasil optimum kesiapan mesin dalam menunjang proses produksi. Dengan demikian, penerapan sistem perawatan yang tepat merupakan suatu cara untuk mencapai kemajuan PT.SMEP PACIFIC. faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan dari sebuah metode perawatan, faktornya meliputi: usia komponen, reliability, waktu perawatan, total biaya, ketersediaan cadangan, ketepatan dalam pengitriman, kualitas. Dari faktor tersebut muncul empat metode perawatan yang dapat diterapkan perusahaan antara lain: Perawatan pencegahan (Preventive Maintenance), Perawatan korektif (Corective Maintenance), Perawatan rutin (Routine Maintenance), Perawatan setelah istirahat (Breakdown Maintenance). Di PT. SMEP PACIFIC belum menerapkan metode perawatan yang baik, karena banyak sekali serat geram sisa produksi yang menempel pada mesin dan tidak dibersihkan sehingga serat geram menumpuk, juga penggantian oli mesin yang kurang teratur. Hal ini dapat membuat kerusakan mesin serta membuat produk menjadi cacat, pada bulan September 011 diperoleh data cacat sebanyak 4786 pcs produk yang cacat. Untuk mengurangi angka cacat perlu dilakukan pencegahan kerusakan didalam mesin atau peralatan sebelum mesin itu benar-benar rusak. Pihak Manager produksi menyadari pentingnya sistem perawatan yang baik dan tepat dalam perusahaan. Untuk itu perusahaan perlu menerapkan Multi Criteria Decision Making untuk pemilihan sistem perawatan yang tepat. Dengan menerapkan metode ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan agar tidak terjadi keterlambatan produksi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen tanpa adanya keterlambatan karena kerusakan mesin atau peralatan. METODOLOGI Perawatan merupakan kegiatan untuk merawat atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian atau penggantian yang diperlukan supaya operasi produksi memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. ( Assauri, 1999). Komponen komponen yang harus ada dalam pengambilan keputusan berbasis rasional atau analisa antara lain: 1. Alternatif Keputusan Alternatif keputusan adalah pilihan keputusan yang jumlahnya lebih dari satu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, suatu perusahaan ingin mengenalkan produk barunya dengan menggunakan sebuah media sehingga perusahaan tersebut harus memilih satu media dari beberapa media yang ada, seperti radio, televisi, dan surat kabar, pilihan dari beberapa media yang ada inilah yang disebut sebagai alternatif.

. Kriteria Keputusan Kriteria keputusan adalah pertimbangan dalam penetapan alternatif keputusan. Dalam memilih satu media iklan yang tepat untuk mempromosikan produk dari ketiga alternatif yang ada dibutuhkan beberapa pertimbangan, antara lain jangkauan, evektivitas, dan biaya. Pertimbangan inilah disebut kriteria keputusan. 3. Bobot Kriteria Bobot kriteria adalah skor setiap kriteria yang menggambarkan tinggi rendahnya kepentingan kriteria tersebut dalam pengambilan keputusan sebagai contoh, efektifitas merupakan kriteria yang dinilai lebih penting dari pada jangkauan dan biaya maka pengambilan keputusan dapat memberikan bobot efektifitas lebih besar dari yang lain. Misalnya efektifitas diberi bobot 0,4 jangkauan 0,3 dan biaya 0,3. Total dari bobot yang dinilai dengan skala desimal harus 1. Karena dalam sistem perawatan diperlukan metode yang baik, maka metode MCDM sangat cocok diterapkan, karena Multi criteria decision making (MCDM) adalah merupakan teknik pengambilan keputusan dari berbagai pilihan alternatif yang ada. Pada umumnya (MCDM) melibatkan beberapa jenis kepentingan, yaitu: perencanaan, menghasilkan satu set alternatif, menentukan prioritas, memilih kebijakan terbaik setelah menemukan alternatif set, mengalokasikan sumber daya, menentukan persyaratan, memprediksi hasil, merancang sistem, pengukuran kinerja, mengasuransikan stabilitas sistem, mengoptimalkan, dan menyelesaikan konflik. (Saaty, 1990). MCDM yang tepat digunakan adalah dengan menggunakan Analytical Hierarchy process (AHP), Analytical Hierarchy process (AHP) adalah pendekatan dasar untuk pengambilan keputusan AHP didesain untuk dapat mengulangi rasional dan intuisi untuk memilih yang terbaik dari alternaif-alternatif yang dievaluasi dengan beberapa kriteria. Dalam proses ini pembuat keputusan menggunkan pairwise Comparasion judgement yang digunakan untuk memebentuk seluruh prioritas untuk mengetahui ranking ranking dari alternatif berdasarkan tingkat kepentingannya. Hasil pengisian Pairwaise comparisons kemudian diolah untuk menentukan bobot pada setiap kriteria dalam menentukan alternatif keputusan. Pengolahan ini menggunakan tiga langkah yaitu menentukan geometric mean, melakukan proses normalisasi, dan menentukan bobot nilai. Dalam menentukan geometric mean, formulasi yang digunakan adalah: MG Dimana: MG geometric mean X i atribut k e- 1 n jumlah atribut

Untuk dapat mendapatkan metrik yang terdiri dari penilaian terhadap tingkat kepentingan dan bobot relatif maka diperlukan skala untuk membadingkan penilaian. Consistency Index (CI) Setelah bobot nilai tiap alternative terhadap kriteria diperoleh, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengecekan konsistensi. Pengecekan konsistensi dilakukan untuk mengetahui apakah perbandingan berpasangan yang Nilai maksimum dari eigen matriks yang bersangkutan n Jumlah elemen yang dibandingkan Consistency Ratio (CR) Consistency Ratio (CR) adalah angka yang menunjukkan penerimaan tingkat kekonsistensian (CI) dari seseorang terhadap penilaian-penilaian yang dia berikan terhadap suatu masalah berdasarkan angka random consistency yang sudah ditabelkan. sudah dibuat masih berada di dalam batas kontrol penerimaan atau tidak. Apabila berada di luar batas maka dapat diartikan terjadi ketidak konsistenan. Ketidak konsistenan menyebabkan hubungan pada matriks berpasangan menyimpang dari keadaan yang sebenarnya. Penyimpangan ini dinyatakan dengan Consistency Index (CI). Consistency Index (CI) adalah tingkat kekonsistensian seseorang di dalam memberikan penilaian terhadap suatu elemen di dalam masalah. Rumus dari CR adalah : CR Dimana : CI Consistency Index RC Random Consistency Nilai dari CR haruslah berada diantara 10 % atau kurang untuk dapat diterima tetapi pada kasus-kasus tertentu, nilai CR sampai dengan 0 % masih diperbolehkan. Random Index (RI) adalah consistency index dari matrix respirokal umum yang dibandingkan secara random dari skala 1-9. Rumus dari CI adalah sebagai berikut : CR Dimana :

Tabel 1. Skala Perbandingan Bobot Definisi Penjelasan 1 Tingkat kepentingan sama Dua aktivitas dan penilaian kontribusi yang sama terhadp tujuan 3 Tingkat kepentingan sedang Pengalaman dan penilaian agak menyukai salah satu aktivitas dibandingkan dengan yang lainnya 5 Tingkat kepentingan kuat Pengalaman dan penilaian sangat menyukai salah satu aktivitas dibandingkan denmga yang lainnya 7 Tingkat kepentingan sangat kuat Suatu aktivitas sangat disukai dan pengaruhnya trlihat dikenyataan 9 Tingkat kepentingan ekstrim Suatu aktivitas sangat disukai dan menempati peringatan yang tertuinggi dari segala kemungkinan yang ada,4,6,8 Nilai tengah Ketika diperlukan kiompromi Tabel. Random Index 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0.00 0.00 0.58 0.90 1.1 1.4 1.3 1.41 1.45 1.49 1.51 Langkah-langkah Perhitungan Pairwise Comparisons Secara Umum Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Jabarkan penilaian yang diperoleh dari kuesioner dalam bentuk matriks yang disusun menurut kriteria yang ada, kemudian carilah weight atau bobotnya.. Hitung max, CI, dan CR pada matriks tersebut. Studi pendahuluan dilakukan dilapangan ketempat perusahaan yang akan dijadikan tempat penelitian dan wawancara langsung pada objek yang akan dijadikan karya ilmiah. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan referensi-referensi yang dapat digunakan sebagai landasan untuk menyelesaikan pokok permasalahan yang dihadapi sesuai dengan kondisi perusahaan. Perumusan Masalah Studi Pendahuluan

Perumusan masalah bertujuan untuk merumuskan masalah serta memprioritaskan permasalahan yang dianggap penulis paling penting. Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan adalah berupa data primer dan data sekunder. Uji Validitas Pengumpulan Data PT. SMEP PACIFIC berdiri pada bulan Desember 003, merupakan satu-satunya perusahaaan diindonesia yang mengasilkan produk Contact Rivet, Pressed Parts, Conenector Parts. Pengolahan Data Uji validitas dilakukan untuk membuktikan sejauh mana suatu alat ukur dapat memberikan hasil pengukuran yang sahih atau absah. Uji Reliabilitas Setelah melakukan uji validitas dan data yang Uji Validitas dan uji Reliabilitas Kuisioner Tahap I Bentuk kuisioner subkriteria pada tahap I dapat dilihat dibawah ini: Nilai skor : telah valid semua, maka dilakukan uji realibilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach. 5 Sangat penting Pengolahan Data 4 Penting Pada tahap ini dilakukan pengolahan terhadap data-data yang telah diperoleh agar dapat 3 Sedang Tidak penting menjawab permasalahan yang ada pada 1 Sangat tidak penting penelitian ini. Tabel 3. Kuisioner Uji Validitas dan Uji Reliabilitas No Subkriteria MCDM dalam pemilihan sistem perawatan Nilai skor 1 Aspek Teknis A. Usia Komponen (C1) 1 3 4 5 B. Reability (C) 1 3 4 5 C. Waktu Perawatan (C3) 1 3 4 5 Aspek Biaya A. Total Biaya (C4) 1 3 4 5 3 A. Ketersediaan Cadangan (C5) 1 3 4 5 4 A. Ketepatan dalam Pengiriman (C6) 1 3 4 5 B. Kualitas (C7) 1 3 4 5

Uji Validitas Tabel 4. Data Hasil Kuisioner Tahap 1 Item Pernyataan 1 3 4 5 6 7 Skor Total C1 5 5 4 4 4 3 3 8 C 5 5 4 4 4 3 3 8 C3 5 5 5 4 4 4 4 31 C4 5 5 4 4 3 3 3 7 C5 5 5 4 4 3 3 3 7 C6 5 5 5 4 4 4 4 31 C7 5 5 4 3 3 3 3 6 35 35 30 7 5 3 3 198 Contoh perhitungan untuk uji validitas pada item pernyataan usia komponen (C1): Tabel 5.Data Perhitungan Pada Item Pernyataan Usia Komponen C1 Responden Xi Yi Xi Yi XiYi 1 5 35 5 15 175 5 35 5 15 175 3 4 30 16 900 10 4 4 7 16 79 108 5 4 5 16 65 100 6 3 3 9 59 69 7 3 3 9 59 69 Total 8 198 116 576 816 N 7 Xi 8 Yi 198 Xi.Yi r n ( Xi. Yi ) ( Xi )( Yi ) ( Xi ) ( Xi ) n Yi [ n ] [ ( ) ( Yi ) ] (5x35)+(5x35)+(4x30)+(4x7)+(4x 5)+(3x3)+(3x3) 816 Xi (5 + 5 + 4 + 4 + 4 + 3 + 3 ) r 7 ( 816 ) ( 8 x198 ) [ 7.116 8 ] [ 7.576 198 ] 116 Yi (35 + 35 + 30 + 7 + 5 + 3 + 3 ) 576 r 0,944 Untuk pernyataan selanjutnya sampai dengan pernyataan kualitas (C7) dilakukan dengan cara

yang sama. Untuk hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Validitas σ t t 576 σ 3,07 7 ( 198 ) 7 Pernyataan Nilai r tabel Nilai r 5% Hitung Status C1 0.666 0.944 Valid C 0.666 0.944 Valid C3 0.666 0.91 Valid C4 0.666 0.974 Valid C5 0.666 0.974 Valid C6 0.666 0.91 Valid C7 0.666 0.965 Valid (Sumber : Pengolahan Data ) Uji Reliabilitas Tahapan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, yaitu : a. Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan Perhitungan varians untuk item pernyataan usia komponen (C1), berdasarkan tabel data diperoleh : n 7 Xi 8 Xi 116 σ σ i i i 116 σ 0,571 Xi 7 n ( 8 ) 7 ( Xi ) n c. Menentukan reliabilitas instrumen r 11. 1 r 11 r 11 r 11 k 7 6 k 1.1 1,166 1,138 0,571 3,07 σ σ b t ( 1 0,04 ). Kuisioner ini dinyatakan reliabel jika mempunyai standarized item alpha > 0,6 yaitu nilai alpha cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan nilai standarized item alpha > 0,6 yaitu 1,138. Maka kuisioner ini dinyatakan reliabel. Tabel 7. Hasil Perhitungan Reliabilitas Setiap Item Pernyataan Reliabilitas Status C1 1,138 Reliabel C 1,138 Reliabel C3 1,153 Reliabel C4 1,131 Reliabel C5 1,131 Reliabel C6 1,153 Reliabel C7 1,16 Reliabel (Sumber : Pengolahan Data ) b. Menentukan nilai varians total σ t Xt n ( Xt ) n

Model AHP hierarkinya dapat dilihat sebagai berikut: Pemilihan Sistem Perawatan Aspek Teknis Aspek Biaya Usia Komponen Reliability Waktu Perawatan Total Biaya Ketersedian Cadangan Ketepatan dalam Pengiriman Kualitas Breakdown Maintenance Corective Maintenance Routine Maintenance Preventive Maintenance Gambar 1 Struktur Hierarki Pemilihan Sistem Perawatan Penyusunan Matrik Perbandingan Berpasangan (Kuisioner Tahap II) Tabel 8.Kuisioner Perbandingan Berpasangan Kriteria

Kriteria A Penilaian/Pembobotan Kriteria B Aspek Teknis 9 8 7 6 5 4 3 1 3 4 5 6 7 8 9 Aspek biaya Aspek Teknis 9 8 7 6 5 4 3 1 3 4 5 6 7 8 9 Aspek Teknis 9 8 7 6 5 4 3 1 3 4 5 6 7 8 9 Aspek Biaya 9 8 7 6 5 4 3 1 3 4 5 6 7 8 9 Aspek Biaya 9 8 7 6 5 4 3 1 3 4 5 6 7 8 9 9 8 7 6 5 4 3 1 3 4 5 6 7 8 9 Keterangan : 1 : Sama pentingnya dengan 3 : Agak lebih penting daripada 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting daripada 9 : Mutlak lebih penting daripada, 4, 6, 8 : Nilai tengah Diberikan jika ada keraguan dalam menentukan pilihan diantara dua tingkat kepentingan Hasil Perbandingan Berpasangan Hasil perbandingan berpasangan antara setiap kriteria dan setiap subkriteria diperoleh dari hasil pengolahan kuisioner perbandingan berpasangan. Matriks Perbandingan Berpasangan Antara Setiap Kriteria Tabel 9. Matriks Perbandingan Berpasangan Antara Setiap Kriteria RESPONDEN 1 Kriteria Aspek Teknis Aspek Biaya Aspek Teknis 1 5 Aspek Biaya 1/5,00 1 1 1 RESPONDEN Kriteria Aspek Teknis Aspek Biaya Aspek Teknis 1 7 3 Aspek Biaya 1/7,00 1 1 1/3,00 1/,00 1 1 1/,00 1/1,00 1/1,00 1 Pendapat para ahli yang punya kedudukan penting tersebut kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometric Kerangka gabungan dari ketujuh matriks tersebut yaitu : Matriks Responden 1 Matriks Responden 1/,00 1/1,00 1 1 1/,00 1/1,00 1/1,00 1 a 1 a a 3 a 4 b 1 b b 3 b 4 a 5 a 6 a 7 a 8 b 5 b 6 b 7 b 8 Tabel 10. Matriks Perbandingan Berpasangan Antara Setiap Kriteria a 9 a 10 a 11 a 1 b 9 b 10 b 11 b 1 a 13 a 14 a 15 a 16 b 13 b 14 b 15 b 16

h 1 h h 3 h 4 h 5 h 6 h 7 h 8 h 9 h 10 h 11 h 1 h 13 h 14 h 15 h 16 Nilai cell h 1 diperoleh dengan perhitungan : h 7 1 a 1 b11 h 1 1 6.7 15.5 15.30 1.37 6.7 15.5 15.30 1.37 98.1 969.5 737.8 610.0 9.07 6.80 13.69 11.46 9.07 6.80 13.69 11.46 60.3 986.46 61.19 51. x 4.05 4.59 3.90 3.44 4.05 4.59 3.90 3.44 184.1 3.3 156.06 19.93 5.39 5.66 4.65 4.00 5.39 5.66 4.65 4.00 35.61 79.0 196.64 163.5 4. Menghitung kembali jumlah nilai setiap matrik dan menghitung hasil normalisasinya : h 1 1 1 h 1 1 Jumlah Baris Hasil Normalisasi Nilai cell h sampai dengan h 16 dihitung dengan cara yang sama sehingga menghasilkan matriks gabungan sebagai berikut ini : 1 5.9.45.00 4.0 1 1.4 1 0.37 0.7 1 1.00 0.50 1 1 1 Selanjutnya matrik di atas akan diolah untuk menentukan rangking dari kriteria, yaitu prosedur untuk mendapatkan nilai eigen adalah : 1. Mengkuadratkan matrik : 98.1 969.5 737.8 610.0 399.4 399.4 7581 0.435 60.3 986.46 61. 51. 713.1 713.1 7581 0.3579 184.1 3.3 156.06 19.93 693.4 693.4 7581 0.0915 35.61 79.0 196.64 163.5 875.0 875 7581 0.1154 Jumlah 7581.0 1.000 5. Menghitung perbedaan nilai eigen sebelum dan sesudah nilai eigen sekarang : 0,4196-0,435-0.0156 0,3661-0,3579 0.008 0,0960-0,0915 0.0045 0,118-0,1154 0.008 6. Berikut ini adalah matrik berpasangan beserta dengan nilai eigennya : Tabel 11. Matriks Berpasangan Antara Setiap Kriteria Dengan Nilai Eigen 1 5.9.45.00 1 5.9.45.00 6.7 15.5 15.30 1.37 4.0 1 1.4 1 4.0 1 1.4 1 9.07 6.80 13.69 11.46 x 0.37 0.7 1 1.00 0.37 0.7 1 1.00 4.05 4.59 3.90 3.44 0.50 1 1 1 0.50 1 1 1 5.39 5.66 4.65 4.00 Kriteria Aspek Teknis Aspek Biaya Aspek Teknis 1 5,9,45 Aspek Biaya 4,0 1 1,4 1 Nilai Eigen 0,435 0,3579 0,37 0,7 1 1 0,0915. Menghitung jumlah nilai setiap matrik dan menghitung hasil normalisasinya : Jumlah Baris Hasil Normalisasi 6.7 15.5 15.30 1.37 69.9 69.9 166,6 0.4196 9.07 6.80 13.69 11.46 61.0 61 166,6 0.3661 4.05 4.59 3.90 3.44 16.0 16 166,6 0.0960 5.39 5.66 4.65 4.00 19.7 19.7 166,6 0.118 Jumlah 166.6 1.000 3. Mengkuadratkan matrik kembali : 0,5 1 1 1 0,1154 7.Perhitungan Consistency Ratio (CR) antara setiap kriteria Consistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Weighted Sum Vektor dapat dihitung dengan jalan mengalikan matrik perbandingan

berpasangan dengan nilai faktor (nilai eigen) antara setiap kriteria. π ( 6,7937 + 6,5737 + 6,7591 + 6,551 4 1 5.9.45.00 0.435.9566 π 6,669 4.0 1 1.4 1 0.3579.357 x 0.37 0.7 1 1.00 0.0915 0.6185 Nilai Consistency Index dapat dihitung dengan 0.50 1 1 1 0.1154 0.7530 menggunakan rumus : Kemudian dihitung Consistency Vektor dengan ( π n) jalan menentukan nilai rata-rata dari Weighted CI ( n 1) n : banyaknya kriteria Sum Vektor : (6,669 4) CI (4 1), CI 0,8876.9566 0.435 6.7937.357 0.3579 6.5737 0.6185 0.0915 6.7591 0.7530 0.1154 6.551 Nilai rata-rata dari Consistency Vektor adalah : CI CR RI Jadi nilai CR untuk kriteria Aspek yaitu : 0,8876 CR, 0, 90, CR 0,986 PEMBAHASAN Analisis dilakukan terhadap hasil dari pengolahan data. Analisis tersebut antara lain Uji Validitas Uji validitas merupakan pengujian ketepatan dan kecermatan suatu alat dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Suatu pernyataan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (r hitung > r tabel) pada tingkat signifikasi 5%. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan pengujian tingkat kemantapan atau konsistensi alat ukur. Akan dikatakan reliabel (andal) jika nilai standardized item alpha dari suatu kuisioner lebih besar dari 0,6 (standardized item alpha > 0,6). Hasil Perhitungan Bobot Kriteria Sistem Perawatan Maka diketahui bahwa kriteria yang paling penting adalah aspek teknis dengan bobot 0,435, aspek biaya dengan bobot 0,3579%, aspek bisnis dengan bobot 0,1154%, dan terakhir fasilitas dengan bobot 0,0915%. Gambar. Grafik Pembobotan Antar Kriteria

Berdasarkan hasil pengolahan data, prioritas sasaran strategi pada Aspek Teknis. Gambar 3. Grafik Pembobotan Subkriteria Pembahasan Uji Validitas Suatu pernyataan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel) pada tingkat signifikasi 5%. Pembahasan Uji Reliabilitas Berdasarkan hasil perhitungan dari uji reliabilitas pada kuisioner tahap I yang mempunyai nilai standardized item alpha sebesar 1,138. Maka kuisioner tahap I dikatakan reliabel (andal) karena standardized item alpha 1,138 > 0,6. Pembahasan Hasil Perhitungan Bobot Kriteria Aspek Teknis berada pada prioritas pertama, yang menandakan PT. SMEP PACIFIC Bekasi, menganggap aspek teknis sebagai faktor yang paling penting untuk mengetahui pemilihan sistem perawatan yang cocok diperusahaan dan sebagai faktor utama dalam pencapaian tujuan perusahaan. Kemudian prioritas setelah aspek teknis adalah aspek biaya yang berada pada prioritas kedua dengan memiliki bobot sebesar 35,79%. Prioritas ketiga adalah perspektif aspek bisnis yang memiliki bobot sebesar 11,54%. Sedangkan prioritas keempat atau terakhir adalah aspek fasilitas yang memiliki bobot sebesar 9,15%. Analisis Hasil Perhitungan Bobot Subkriteria Aspek Teknis Berdasarkan hasil pengolahan data, prioritas sasaran strategi pada aspek teknis adalah usia komponen dengan nilai bobot yang paling besar yaitu 0,5944 dan menjadikan prioritas utama dalam aspek teknis. Sedangkan waktu perawatan menempati urutan kedua dengan nilai bobot 0,489, kemudian reability mendapatan urutan terakhir dengan nilai bobot 0,1567. Analisis Hasil Perhitungan Bobot Subkriteria Berdasarkan hasil pengolahan data, yang menjadi prioritas adalah ketepatan dalam pengiriman dengan nilai bobot 0,71 dan kualitas dengan nilai bobot 0,878. Hasil Akhir Bobot Prioritas Sistem Perawatan Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode analytical hierarcy proses (AHP) didapatkan bobot prioritas akhir Breakdown Maintenance (A1) 0,144, untuk Corective Maintenance (A) 0,174, untuk Routine Maintenance (A3) 0,00 dan Preventive Maintenance (A4) 0,464. dengan pertimbangan bobot prioritas terbesar untuk alternatif sistem perawatan adalah Preventive Maintenance, jadi alternatif sistem perawatan yang cocok di PT. SMEP PACIFIC yaitu Preventive Maintenance..

KESIMPULAN Berdasarkan pengukuran pemilihan sistem perawatan dengan metode Multi Criteria Decision Making (MCDM) diperoleh bobot akhir setiap sistem perawatan yaitu, Preventive Maintenace dengan bobot (0,464), Routine Maintenance dengan bobot (0,00), Corective Maintenance dengan bobot (0,174), dan terakhir Breakdown Maintenance dengan bobot (0,144). Dan dari hasil penelitian dan analisis serta telah dilakukan pengherarkian dari data wawancara terhadap manager rivet dan supervisor rivet PT. SMEP PACIFIC kemudian melakukan perhitungan bobot, dapat disimpulkan bahwa sistem perawatan yang cocok di PT. SMEP PACIFIC adalah Preventive Maintenance. Siregar, Ir.Syofian., MM. 011. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Saaty. Thomas. L 1990. Multicriteria Decisision Making-The Analytical Hierarchy Process. RWS Publication. Pittsburgh. Suryadi.K. and Ir. M. Ali Ramdhani. M. T. Sistem Pendukung Keputusan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Berdasarkan dari hasil penelitian disarankan untuk melakukan sistem perawatan yang baik serta memberikan fasilitas perlengkapan peralatan yang baik kepada operator sehingga dapat dicapai efektifitas dan optimal ketika operator menggunakan mesin. Serta perlu dikembangkannya penelitian lebih lanjut tentang sistem perawatan setiap mesin dan bagaimana cara memakai dan merawat setiap mesin perlu di identifikasi dengan baik sehingga mesin tetap optimal. DAFTAR PUSTAKA Marimin. 004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : Grasindo. Supandi. Manajemen Perawatan Industri. Bandung : Pusat Pengembangan Pendidikana Politeknik ITB