SINTESIS DAN KARAKTERISASI FISIKA-KIMIA KITOSAN (Synthesis and Physicochemical Characterization of Chitosan)

dokumen-dokumen yang mirip
Molekul, Vol. 2. No. 2. Nopember, 2007 : PREPARASI DAN KARAKTERISASI KITIN DARI KULIT UDANG PUTIH (Litophenaeus vannamei)

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN KITOSAN DARI TULANG SOTONG (Sepia officinalis)

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste

4. Hasil dan Pembahasan

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH WAKTU PROSES DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) TERHADAP DERAJAT DEASETILASI

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota

TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

Sintesis Dan Karakterisasi Crosslink Kitosan... (Mardiyah Kurniasih, dkk) SINTESIS DAN KARAKTERISASI CROSSLINK KITOSAN DENGAN TRIPOLIFOSFAT ph 3

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

4 Hasil dan Pembahasan

DERAJAT DEASETILASI KITOSAN DARI CANGKANG KERANG DARAH DENGAN PENAMBAHAN NaOH SECARA BERTAHAP

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Osteoarthritis (OA) 2.2 Glukosamin hidroklorida (GlcN HCl)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

Bab III Bahan dan Metode

4 Hasil dan Pembahasan

Molekul, Vol. 4. No. 1. Mei, 2009 : 1-5. AKTIVITAS ANTIBAKTERI KITOSAN TERHADAP BAKTERI S.aureus

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG SEBAGAI BAHAN PENGAWET TAHU

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

PEMBUATAN KOMPOSIT KITIN/KITOSAN YANG DIEKSTRAK DARI CANGKANG KEPITING DAN KARAKTERISASINYA. Oleh: Fitrah Rama Dhony S. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4

3 Metodologi Penelitian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

PRODUKSI KITOSAN GRADE FARMASI DARI KULIT BADAN UDANG MELALUI PROSES DEASETILASI DUA TAHAP

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Oleh: ANURAGA TANATA YUSA ( ) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

HALAMAN PENGESAHAN. Disetujui Oleh : NIP NIP Mengetahui : Ketua Jurusan Kimia

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN

3 Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

KITIN DARI CANGKANG RAJUNGAN YANG DIPEROLEH SECARA ENZIMATIK PADA TAHAP DEPROTEINASI CHITIN FROM SHELLS OF CRAB ENZIMATICALLY ON DEPROTEINATION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI KONSENTRASI DAN ph TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENGADSORPSI METILEN BIRU. Turmuzi Tammi, Ni Made Suaniti, dan Manuntun Manurung

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Transkripsi:

SINTESIS DAN KARAKTERISASI FISIKA-KIMIA KITOSAN (Synthesis and Physicochemical Characterization of Chitosan) Mardiyah Kurniasih, Dwi Kartika Program Studi Kimia, Jurusan MIPA UNSOED Purwokerto ABSTRACT In the last 10 years, chitosan has received much attention because of its extraordinary properties and for its inexpensive and abundant resources. Chitosan is biodegradable, biocompatible and non-toxic. Chitosan is the N-deacetylated derivative of chitin, although this N-deacetylation is almost never complete. The aim of this study was to prepared and characterize the physicochemical properties of chitosan samples. Chitosans prepared from shrimp shells. Characterization included determination of water, ash, fat and protein degree; moreover chitosan powder characterize with FTIR and XRD spectroscopy. The result showed that process efficiency of chitosan from shrimp shells was 15,68%, with degree of water, ash, fat and protein were 19.34, 0.17, 0.69 and 39.98 %, respectively. Keywords : chitosan, N-deacetylation, characterization. PENDAHULUAN Udang merupakan komoditas ekspor non migas yang dapat dihandalkan dan bernilai ekonomis tinggi. Udang di Indonesia pada umumnya diekspor dalam bentuk beku yang telah dibuang kepala, ekor dan kulitnya. Sampai saat ini limbah tersebut belum diolah dan dimanfaatkan secara maksimal sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya bau dan estetika lingkungan yang buruk (Anonim, 2006). Kulit udang mengandung protein (25-40%), kitin (15-20%) dan kalsium karbonat (45-50%). Kitosan merupakan biopolimer yang diperoleh dari deasetilasi kitin. Akhir-akhir ini kitosan banyak dimanfaatkan dalam beragam industri dengan alasan limbah industri makanan laut begitu besar dan perlu untuk diolah menjadi sesuatu yang berguna selain itu karena sifat-sifat kitosan yang tidak beracun dan biodegradable (Suhardi, 1992). Proses utama dalam pembuatan kitosan, meliputi penghilangan protein dan kandungan mineral melalui proses deproteinasi dan demineralisasi, yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan asam. Selanjutnya, kitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan cara memanaskan dalam larutan basa (Tolaimatea et al., 2003; Rege dan Lawrence, 1999). Kitosan merupakan polimer yang tersusun dari kopolimer dari glukosamin dan N- asetilglukosamin. Struktur kitosan diilustrasikan pada Gambar 1. Kitosan disebut juga poli

43 (1,4)-2-amina-2-deoksi-β-D-glukosa. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dilakukan penelitian sintesis dan karakterisasi kitosan dari kulit udang. Gambar. 1 Struktur kitosan (Kristbergsson, 2003) METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan adalah: HCl, NaOH, NaOCl, PE, Cu 2 SO 4, H 2 SO 4 akuades dan akuabides. Alat yang digunakan adalah: blender, ayakan 100 mesh, gelas beker, alat refluks, estraksi soxhlet dan destilasi, labu Kjeldahl, kertas saring Whatman 40, oven, timbangan analitik, kurs porselin dan tanur. Sintesis kitosan mengacu pada Tolaimatea et al. (2003). Kulit udang yang lolos 100 mesh direaksikan dengan NaOH untuk deproteinasi, demineralisasi dengan HCl, bleaching menggunakan NaOCl dan deasetilasi sebanyak tiga kali menggunakan NaOH. Karakterisasi kimia kitosan dilakukan dengan analisis Fourier Transform Infra-Red Spectrophotometer (FTIR) dan X-Ray Diffractometer (difraksi sinar-x). Karakterisasi fisika kitosan meliputi: penentuan kadar air, abu, protein dan lemak dari kitosan yang kemudian dibandingkan dengan raw material (kulit udang). Kadar air ditentukan dengan mengoven dan mengeringkan sampel pada suhu 100-105 o C selama 3 jam. Sampel kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu ditentukan dengan memijarkan sampel pada cawan kosong dalam tanur suhu 600-650 o C sampai sampel bebas dari karbon, yang ditunjukan dengan sampel berwarna keabu-abuan sampai putih. Sampel kemudian didinginkan semalam dalam desikator dan ditimbang. Kadar lemak ditentukan dengan menambahkan HCL dan akuades pada sampel yang kemudian dididihkan. Dalam keadaan panas, sampel disaring dengan kertas saring basah. Residu yang diperoleh dicuci dengan akuades sampai bebas dari asam dan kemudian di keringkan dalam oven 100 o C. Residu kemudian diekstrak dengan PE. Ekstrak ditampung Sintesis dan Karakterisasi Fisika Kimia... (M. Kurniasih & D. Kartika)

dalam labu, kemudian eter diuapkan dari ekstrak sebelum dikeringkan dalam oven 100 o C. Setelah dingin ekstrak ditimbang sampai diperoleh berat konstan. Kadar protein ditentukan dengan memasukkan sampel ke dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan Cu 2 SO 4 dan H 2 SO 4. Sampel didestruksi dalam lemari asam dengan panas rendah sampai tidak berasap lagi, destruksi diteruskan dengan panas yang lebih tinggi, hingga cairan menjadi jernih dan kemudian hasilnya didinginkan. Hasil destruksi dilarutkan dalam akuades dan didestilasi. Destilat yang diperoleh ditampung dalam erlenmeyer yang berisi asam borat dan indikator. Destilat kemudian ditambah NaOH berlebih sampai berubah warna dari jernih menjadi coklat. Hasil destilat kemudian dititrasi dengan HCl. HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis kitosan Menurut Tolaimatea et al. (2003), Rege and Lawrence (1999), Suhardi (1992) untuk deproteinasi digunakan natrium hidroksida dan untuk demineralisasi digunakan asam klorida dengan pertimbangan metode ini paling praktis. Pada prinsipnya proses deproteinasi adalah memisahkan atau melepaskan ikatanikatan antara protein dan kitin. Proses ini akan melepaskan protein dengan membentuk Naproteinat yang dapat larut. Proses demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan mineralmineral yang terdapat dalam kulit udang. Asam klorida dalam proses demineralisasi akan melarutkan garam-garam kalsium. Reaksi pelarutan mineral yang terjadi dituliskan pada persamaan reaksi (1) dan (2). Ca 3 (PO 4 ) 2 (s) + 6HCl (aq) 3CaCl 2 (aq) + 2H 3 PO 4 (aq) (1) CaCO 3 (s) + 2HCl (aq) CaCl 2 (aq) + CO 2 (g) + H 2 O (l) (2) Berdasarkan optimasi sebelumnya, proses bleaching dapat mengurangi kemungkinan terjadinya deasetilasi sebagian sehingga proses ini perlu dilakukan. Pemutusan gugus asetil dari gugus N-asetil pada kitin untuk menghasilkan kitosan disebut proses deasetilasi. Metode yang umum digunakan untuk deasetilasi kitin adalah dengan menggunakan larutan alkali panas seperti NaOH dalam waktu yang lama. Proses deasetilasi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: konsentrasi NaOH, temperatur reaksi dan waktu reaksi (Tolaimatea et al., 2003). Champagne (2002) meneliti bahwa konsentrasi NaOH yang tinggi dapat menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi yang tinggi. Proses deasetilasi yang dilakukan secara bertahap dapat meningkatkan derajat deasetilasi

45 kitosan. Oleh karena itu, proses deasetilasi dalam penelitian ini dilakukan menggunakan NaOH 60% (b/v) pada temperatur 120 o C dan dilakukan dengan tiga tahap. Hilangnya gugus asetil pada kitin menurut Champagne (2002) mengikuti mekanisme reaksi yang tersaji pada Gambar 2. Kitosan dengan deasetilasi sempurna 100% jarang terjadi karena gugus asetat yang berdekatan ke gugus hidroksil cis dapat mengalami N-deasetilasi, tetapi gugus yang trans lebih resisten (Suhardi, 1992). Hasil yang didapatkan dari proses deasetilasi ini berupa serbuk kitosan berwarna coklat muda sebanyak 15,68% dari berat serbuk udang yang digunakan. Gambar 2. Mekanisme reaksi deasetilasi kitin (Champagne, 2002) Karakterisasi kitosan Karakterisasi kimia kitosan dilakukan dengan analisis terhadap spektra IR untuk mengetahui gugus fungsional dari produk yang dianalisis sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa yang dimaksud merupakan senyawa yang diharapkan, yaitu kitosan. Spektra IR dari kitosan yang diperoleh dari hasil sintesis tersaji pada Gambar 3. Pada spektra IR kitosan muncul pita serapan pada bilangan gelombang 3440,8 cm -1 yang menunjukkan tumpang tindih serapan vibrasi rentangan gugus OH dan N H. Pita Sintesis dan Karakterisasi Fisika Kimia... (M. Kurniasih & D. Kartika)

serapan pada bilangan gelombang 2877,6 cm -1 menunjukkan vibrasi rentangan C H pada CH 2 alifatik yang diperkuat dengan munculnya serapan vibrasi bengkokan CH 2 pada bilangan gelombang 1419,5 cm -1. Pada spektra IR kitosan hasil isolasi juga muncul pita serapan pada bilangan gelombang 1596,9 cm -1 yang menunjukkan vibrasi bengkokan N-H dari NH 2. Pita serapan bengkokan CH 3 pada bilangan gelombang 1380,9 cm -1 masih muncul tetapi dengan intensitas yang lebih lemah, hal ini menunjukkan telah terjadinya proses deasetilasi yang menyebabkan hilangnya sebagian besar gugus metil, CH 3. Vibrasi rentangan C N teridentifikasi pada bilangan gelombang 1326,9 cm -1 dengan intensitas lemah, yang menunjukkan masih adanya sedikit gugus NHCOCH 3. Rentangan C-O ikatan teridentifikasi di bilangan gelombang 1157,2 cm -1 dan 1087,8 cm -1, rentangan C O bisa berasal dari C O C atau C O H. Gambar 3 Spektra IR kitosan Karakterisasi kedua dari kitosan adalah menggunakan teknik difraksi sinar-x. Teknik difraksi sinar-x pada umumnya digunakan untuk karakterisasi padatan sehingga diketahui kristalinitasnya. Pola difraksi sinar-x kitosan menunjukkan pola puncak difraksi pada posisi 2θ sekitar 10 o dan 20 o. Difraktogram dari kitosan disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 Difraktogram kitosan Kitosan tidak larut dalam air dan beberapa pelarut organik. Ketidaklarutan kitosan dalam air dan pelarut organik disebabkan struktur kristalnya seperti tersaji pada Gambar 5 yang tersusun oleh ikatan hidrogen intramolekuler dan intermolekuler.

47 Gambar 5. Ikatan hidrogen intramolekuler dan intermolekuler kitosan (Champagne, 2002) Karakterisasi fisika meliputi penentuan kadar air, abu, lemak dan protein dari kitosan hasil sintesis yang kemudian dibandingkan dengan raw material (kulit udang). Hasil karakterisasi fisika dari kitosan dan kulit udang disajikan dalam Tabel 1. Tingginya kadar air pada kitosan memungkinkan terjadinya proses penggelembungan (sweeling) pada kitosan, mengingat sifat kitosan yang higroskopis karena kemampuan gugus amina kitosan mengikat molekul air. Kadar abu bisa digunakan sebagai indikasi kandungan mineral-mineral dalam sampel. Dari Tabel 1, bahan baku serbuk kulit udang memiliki kadar abu yang tinggi yaitu 20,23% yang disebabkan banyaknya mineral-mineral dalam kutikula kulit udang. Kadar abu setelah menjadi kitosan tinggal 0,17% yang berarti kandungan mineral yang tersisa sangat sedikit. Kadar protein ditentukan dengan metode Kjeldahl, dimana jumlah N total digunakan untuk mewakili kadar protein. Tabel 1. Kadar air, abu, protein dan lemak serbuk udang dan kitosan Kadar rata-rata (%) Bahan air abu lemak protein serbuk kulit udang 7,15 20,23 1,35 46,35 kitosan 19,34 0,17 0,69 39,98 Sintesis dan Karakterisasi Fisika Kimia... (M. Kurniasih & D. Kartika)

SIMPULAN Kulit udang putih mengandung kitosan sebanyak 15,68%. Spektra IR kitosan menunjukan adanya serapan NH 2 yang menunjukan telah terjadinya proses deasetilasi. Pola difraksi sinar-x kitosan menunjukkan pola puncak difraksi pada posisi 2θ sekitar 10 o dan 20 o. Berdasarkan hasil karakterisasi juga diperoleh kadar air, abu, lemak dan protein dari kitosan sebesar 19,34; 0,17; 0,69 dan 39,98 %. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Industri Kitin: Dari limbah menjadi bernilai tambah, Departemen Kelautan dan Perikanan RI, http://www.dkp.go.id/content, diakses pada 25 November 2007. Champagne, L. M., 2002, The synthesis of water soluble n-acyl chitosan derivatives for characterization as antibacterial agents, Dissertation, B.S. Xavier University of Louisiana. Krisbergsson, K., 2003, Recent developments in deacetylation of chitin and possible applications in food formulations, Publikasi Presentasi Power Point Online, diakses tanggal 22 Juni 2007. Rege, P. R. dan Lawrence H. B., 1999, Chitosan processing: influence of process parameters during acidic and alkaline hydrolysis and effect of the processing sequence on the resultant chitosan s properties, Carbohydr. Res., 321, 235 245. Suhardi, 1992, Buku monograf khitin dan khitosan, PAU UGM, Yogyakarta. Tolaimatea, A.; Desbrieresb, J.; Rhazia, M., dan Alaguic, A., 2003, Contribution to the preparation of chitins and chitosans with controlled physico-chemical properties, Polym. J., 44, 7939 7952.