ABSTRAK PENGARUH PERENDAMAN BENIH DALAM AIR PANAS TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN BIBIT LAMTORO (Leucaena leucocephala) Nurma Ani Staf Pengajar Kopertis Wil. I dpk Universitas Al-Azhar Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap daya kecambah dan pertumbuhan bibit lamtoro (Leucaena leucocephala) dilakukan di jalan Pancing, Medan dengan ketinggian tempat ± 15 meter di atas permukaan laut, mulai bulan September 2004 sampai dengan Oktober 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh terhadap daya kecambah menunjukkan pertumbuhan normal yang terbaik adalah perlakuan suhu air awal 70 0 C dengan persentase perkecambahan 75 %. Sedangkan pengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar dengan perlakuan terbaik pada pada suhu air awal 60 70 0 C. Kata kunci: Benih lamtoro (Leucaena leucocephala), Perendaman, Air panas PENDAHULUAN Lamtoro gung (Leucaena leucocephala), termasuk jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Lamtoro dapat digunakan sebagai bahan industri pulp, zat pewarna, pakan ternak, dan kayu bakar yang sangat baik. Di bidang perkebunan, Lamtoro banyak dipakai sebagai pohon penaung antara lain pada tanaman kopi, kakao, dan teh. Lamtoro juga dapat membantu perbaikan kesuburan tanah karena menghasilkan serasah yang cukup banyak dan kaya dengan unsur mineral seperti nitrogen, posfor, kalium, kalsium, dan magnesium. Serasah yang dihasilkan mencapai 0.3-0.6 ton/hektar dengan kandungan hara tiap ton serasah sebesar 20.9-35.8 kg N, 1.5-3.0 kg P dan 13.4-23.7 kg K (Suhendi dan Purwadi, 1994). Penanaman pohon lamtoro gung agak sedikit sulit, khususnya dalam peretasan biji. Biji lamtoro gung yang dapat dijadikan bibit (kering dan tua), mempunyai kulit biji yang keras dan berlilin, sehingga jika tidak dibantu meretaskannya, maka peretasan biji tersebut akan membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 2 sampai 3 bulan. Pohon lamtoro gung tidak dapat ditanam dengan melalui pemotongan batang (stek), sedangkan biji yang akan dijadikan bibit harus baik dan kering di pohon (Suprayitno, 1981). Lamtoro gung yang mempunyai kulit biji yang keras, tebal, dan berlilin yang mengakibatkan pembibitan kurang sempurna sehingga pohon itu tumbuhnya tidak merata. Untuk mengatasi hal yang demikian itu, maka dianjurkan memakai metode peretasan kulit terutama terhadap biji yang telah disimpan selama beberapa bulan. Peretasan kulit dikerjakan guna memecahkan kulit biji, sehingga lembaga muda tumbuh terbuka menembus kulit biji bibit yang telah retas itu lalu inti lembaga ini tumbuh leluasa menjadi kecambah dengan akar tunggangnya yang langsung mampu menyerap makanan yang tersimpan dalam tanah sedangkan kuncup lembaganya tumbuh leluasa menjadi calon pohon yang kuat. Ada beberapa cara/metode peretasan kulit biji bibit lamtoro, maka yang paling baik adalah menggunakan air mendidih dan atau perawatan dengan zat asam. Dengan cara yang pertama itu adalah memang paling murah (ekonomis) (Soerodjotonojo, 1983). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman jenis lamtoro di dalam air panas dengan suhu awal antara 80 100 0 C kemudian dibiarkan selama 24 jam menunjukkan daya kecambah yang lebih tinggi. Pada tanaman acacia dengan perlakuan benih direndam air panas kemudian didiamkan selama 24 jam 26 Pengaruh terhadap Daya Kecambah dan
sampai air rendamannya dingin, juga dapat mempercepat pertumbuhan dan daya kecambah baik (Khaerudin, 1994). Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh perendaman benih lamtoro dalam air panas terhadap daya kecambah dan pertumbuhan bibit. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman benih dalam air panas terhadap daya kecambah dan pertumbuhan bibit lamtoro (Leucaena leucocephala). BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalan Pancing, Medan dengan ketinggian tempat ± 15 meter di atas permukaan laut, dan dilaksanakan pada bulan September 2004 sampai dengan Oktober 2004. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan antara lain adalah: benih lamptoro, tanah top soil, polybag, bambu, kayu, daun kelapa, insektisida sevin, dan fungisida. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah: termometer, hand spayer, meteran, alat tulis, lampu, erlemeyer, tungku, kawat kasa, pinset, dan peralatan lainnya yang mendukung pelaksanaan penelitian ini. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok non Faktorial. Dengan sepuluh perlakuan perendaman benih lamtoro pada suhu sebagai berikut: A9 = Kontrol (direndam air 24 jam), = Suhu air awal 30 0 C, = Suhu air awal 35 0 C, = Suhu air awal 40 0 C, = Suhu air awal 45 0 C, A 5 = Suhu air awal 50 0 C, = Suhu air awal 55 0 C, = Suhu air awal 60 0 C, = Suhu air awal 65 0 C, dan A9 = Suhu air awal 70 0 C. Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 30 plot percobaan dengan ukuran 50 X 50 cm. Jumlah tanaman sekaligus sebagai sampel adalah 5 tanaman per plot. Pelaksanaan Penelitian Benih yang digunakan adalah benih sembarang yang berasal dari satu jenis pohon, benih tersebut disortir dengan memiliki biji yang terbaik serta penyesuaian keseragaman benih. Benih yang telah disediakan dibungkus dalam kain yang terdiri dari 40 biji untuk masing-masing perlakuan. Direndam selama 12 menit dengan suhu tetap dari masing-masing perlakuan, terkecuali untuk kontrol selama 24 jam dalam air biasa. Setelah benih diberi perlakuan langsung disemaikan di persemaian selama 15 hari. Persemaian berukuran 50 X 150 cm dengan mempergunakan media pasir dan diberi naungan sebagai pelindung. Selama benih dipersemaian dipersiapkan areal pembibitan, pengisian tanah ke polybag dan pembuatan naungan. Setelah benih berkecambah dilakukan penanaman kecambah dalam polybag secara hati-hati, selanjutnya dilakukan pemeliharaan bibit yaitu penyiraman 2 x sehari, penyiangan gulma, penyisipan tanaman yang mati, dan pengendalian hama dan penyakit. Parameter yang Diamati Parameter yang diamati adalah persentase perkecambahan yaitu kecambah normal, abnormal, dan mati. Tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL a. Persentase Kecambah Data hasil pengamatan persentase perkecambahan, menunjukkan bahwa perendaman benih dengan suhu awal 60 70 0 C yang dipertahankan selama 10 12 menit menghasilkan daya kecambah yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang sama dengan suhu yang lebih rendah atau kontrol (Tabel 1). Daya kecambah tertinggi dicapai oleh perlakuan perendaman dengan suhu awal 70 0 C walaupun tidak jauh beda dengan perlakuan dengan suhu awal 65 0 C. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase perkecambahan yang terbaik diperoleh pada perlakuan suhu yang tertinggi. b. Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada umur 10, 20, dan 30 hari setelah tanam (HST). bahwa perendaman benih dalam air panas pada umur 10, 20, dan 30 HST berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil uji beda rata-rata pengaruh JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 1, April 2006: 24-28 27
terhadap tinggi tanaman terdapat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat tinggi tanaman yang terbaik diperoleh pada perlakuan perendaman benih dalam air panas dengan suhu yang tinggi. Tabel 1. Pengaruh terhadap Daya Kecambah Benih Lamtoro Perlakuan Daya Kecambah (%) A9 45.00 60.00 60.00 62.50 67.50 72.50 75.00 Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada Setiap Umur Pengamatan pada Perlakuan Perlakuan 10 HST 20 HST 30 HST A9 6.90 f 7.70 bcdef 7.23 def 7.63 cdef 7.77 bcde 7.57 cdef 7.87 abcd 8.03 abc 8.23 ab 8.47 a 10.00 f 10.43 f 10.73 ef 10.90 def 10.73 def 11.00 cde 11.17 bcd 11.50 abc 11.77 ab 11.90 a 11.60 f 11.87 f 12.40 bcde 12.07 def 12.37 cdef 11.93 ef 12.57 abcd 12.63 abc 12.87 ab 12.90 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pohon yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % setelah diuji dengan DMRT. Tabel 3. Rataan Jumlah Daun (Helai) pada Setiap Umur Pengamatan pada Perlakuan Perlakuan 10 HST 20 HST 30 HST 6.20 d 14.73 bc 19.13 bcde 6.80 bcd 14.33 c 17.73 e 6.73 bcd 14.63 bc 18.87 cde 6.73 bcd 15.07 abc 18.87 bcde 7.27 abcd 15.07 abc 19.57 bcde 6.93 bcd 14.67 bc 20.13 bcd 6.87 bcd 14.37 c 19.60 bcde 7.67 abc 15.43 abc 20.20 bc 7.80 ab 16.07 ab 20.80 ab A9 8.27 a 16.86 a 23.60 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidan berbeda nyata pada tarif 5 % setelah diuji dengan DMRT. Tabel 4. Rataan Panjang Akar (cm) pada Umur 30 Hari Setelah Tanam terhadap Perlakuan 30 HST 11.27 bcd 10.43 bcd 10.37 cd 09.97 d 10.33 cd 10.13 cd 11.13 bcd 11.97 abc 12.80 ab 28 Pengaruh terhadap Daya Kecambah dan
A9 13.47 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % setelah diuji dengan DMRT. c. Jumlah Daun (Helai) bahwa perendaman benih dalam air panas pada umur 10, 20, dan 30 HST menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada jumlah daun. Hasil uji beda rata-rata pengaruh perendaman benih dalam air terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 3. d. Panjang Akar (cm) bahwa pengaruh perendaman benih dalam air panas berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Hasil uji beda rata-rata pengaruh perendaman benih air panas terhadap panjang akar dapat dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa panjang akar tanaman lamtoro yang terbaik diperoleh pada perlakuan dengan suhu yang tertinggi. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya kecambah tertinggi dicapai pada perlakuan perendaman dengan suhu awal 70 0 C, walaupun tidak berbeda jauh dengan perlakuan pada suhu awal 60 0 C dan 65 0 C. Lebih tingginya daya kecambah tersebut diduga kerena melunaknya kulit benih sehingga proses imbibisi terjadi dengan baik dan proses perkecambahan tidak terhalang oleh kerasnya kulit biji. Sesuai dengan hasil penelitian Olvera, dkk. (1982) dalam Gardner (1991) bahwa (100 0 C) selama 5 20 detik menyebabkan terbukanya pleugram pada leucena dan hasil perkecambahan mencapai 95 100 % tergantung pada varietasnya. Sumanto dan Sriwahyuni (1993) menambahkan bahwa perlakuan benih memberikan kecepatan tumbuh yang paling baik karena air dan oksigen yang dibutuhkan untuk perkecambahan dapat masuk ke benih tanpa halangan sehingga benih dapat berkecambah. Benih dengan perlakuan air panas mengalami peningkatan perkecambahan dibanding kontrol. Berdasarkan hasil analisa data statistik menunjukkan bahwa perlakuan terhadap pertumbuhan bibit lamtoro menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada tinggi tanaman jumlah daun dan panjang akar pada tiap pengamatan. Menurut Sutedjo dan Karta Sapoetra (1988) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal (hormon dan nutrisi) saja, melainkan saling berkaitan dengan faktorfaktor lainnya, seperti status air dalam tanah, suhu udara pada awal tanam, keadaan media dari intensitas cahaya matahari. Hal ini didukung oleh Gardner, dkk. (1991) yang menyatakan nutrient dan ketersediaan air dapat mempengaruhi pertumbuhan, seperti pada organ vegetatif juga dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Lebih lanjut Prawiranata, dkk. (1981) menyatakan bahwa proses metabolisme tanaman yang relatif lebih sempurna dalam pertumbuhan tanaman akan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, di antaranya peningkatan tinggi tanaman. Sedangkan untuk jumlah daun dan panjang akar, yang berpengaruh sangat nyata akibat perendaman benih dalam air panas erat hubungannya dengan sifat genetis tanaman dan faktor keadaan tanah atau lingkungannya. Menurut Gadner, dkk. (1991), jumlah daun dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan. Kemudian Dwidjoseputro (1994) menambahkan panjang-pendeknya akar dipengaruhi oleh faktor luar seperti keras lunaknya tanah, banyak sedikitnya air, dan lain sebagainya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perlakuan perendaman benih dalam air panas terhadap daya kecambah, yang tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 60 70 0 C yang kemudian dibiarkan selama 10 12 menit menunjukkan daya kecambah yang lebih tinggi mencapai (75 %) JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 1, April 2006: 24-28 29
dibandingkan dengan perlakuan air panas (kontrol). Perlakuan perendaman benih dalam air panas terhadap pertumbuhan selanjutnya berpengaruh sangat nyata dengan hasil tertinggi terhadap tinggi tanaman (12.9 cm), jumlah daun (23.60 helai), dan panjang akar (13.47 cm). Sutedjo, M. M. dan Karta Sapoetra, A. G, 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara Bandung. Suprayitno, 1981. Lamtoro Gung dan Manfaatnya. Bharata karya Aksara, Jakarta. Saran Untuk memperoleh daya kecambah dengan jumlah yang tinggi sebaiknya menggunakan suhu antara 60 70 0 C dengan lama perendaman yang berbeda. Untuk mendapatkan hasil pertumbuhan yang baik perlu diperhatikan faktor luar untuk dapat mendukung pertumbuhan tanaman seperti nutrisi, ketersediaan air, kelembaban air tanah, dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Khaeruddin, 1994. Pembibitan Tanaman HT. Penebar Swadaya, Jakarta. Gadner, F. P., R. B. Pearce dan R. L.Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Prawiranata, W. S. Harran, P. Tjondro Negoro, 1981. Dasar-Dasar Fifiologi Tumbuhan Jilid II. Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Soerodjotanojo, 1983. Membina Usaha Perkebunan Lamtoro Gung Balai Pustaka, Jakarta. Suhendi, D. dan Purwadi, 1994. Lamtoro Resisten Kutu Loncat Mendukung Budi Daya Kopi Organik. Prosiding Gelar Teknologi Kopi Arabica Organik Takengon. Sumanto dan Sriwahyuni, 1993. Pengembangan Perlakuan Benih terhadap Perkecambahan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 30 Pengaruh terhadap Daya Kecambah dan