I. PENDAHULUAN. hingga bulan Maret 2014 mencapai 28,29 juta orang, atau bertambah sekitar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan topik Sektor Informal Yogyakarta, pada hari Selasa 7 Maret 2005, diakses pada tanggal 9 Oktober 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

I. PENDAHULUAN. kebersihan lingkungan perkotaan. Indonesia sebagai negara berkembang yang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Pemulung diidentikkan dengan sampah, dimana ada sampah disana ada

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

I. PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan tehnologi di bidang industri akan berdampak positif maupun

I. PENDAHULUAN. Tingkat pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin tinggi yang. formal akan mencari pekerjaan di sektor informal.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. terletak di kota Medan. Kecamatan Medan Marelan merupakan satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. interview. Data yang dimaksud dalam hal ini ialah data primer yang bersumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut dapat bermacam-macam, berkembang dan berubah terkadang tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering kita jumpai dijalanan banyak anak-anak yang masih dibawah umur

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya termasuk Indonesia adalah pertumbuhan penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Semua kegiatan manusia pada awalnya adalah untuk memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

I. PENDAHULUAN. kenyataannya sulit untuk mencapai kebutuhan hidup tersebut. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia dewasa ini kondisinya dirasakan sangat

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam pola kehidupan mereka.pengaruh globalisasi yang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

I. PENDAHULUAN. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengkaji tentang faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang terjadi pada negara berkembang sangatkompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi sejak Agustus 1997 telah memporak-porandakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur Kelurahan Argasunya Kecamatan

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa antara lain ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Bangsa Indonesia, masyarakat, keluarga miskin dan terlebih lagi anak-anak, situasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. ( kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga juga tempat dimana anak diajarkan paling awal untuk bergaul dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi penduduk merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai

44 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu peluang bisnis yang dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang dan

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang

Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhan menuntut untuk dipenuhi, baik itu kebutuhan fisik yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seadanya. Seseorang dapat dikatakan berada dalam garis kemiskinan apabila

KUESIONER PENELITIAN PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUROTO, KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. indikator pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

Bab 1. Awal Perjuangan

BAB V PENCEMARAN SUNGAI DUSUN LUWUNG. yang langsung dialirkan pada sungai. Hal tersebut menyeba bkan pe ndangkalan

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga bulan Maret 2014 mencapai 28,29 juta orang, atau bertambah sekitar seratus ribu orang jika dibandingkan dengan periode Maret 2013 sebesar 28,17 juta orang. Peningkatan penduduk miskin ini disebabkan oleh berbagai aspek, salah satunya akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak pada awal tahun 2015 lalu yang berimbas pada naiknya harga bahan pokok. Kemiskinan memaksa masyarakat untuk bekerja keras demi mencukupi segala kebutuhan hidup. Hal ini membuat keluarga miskin melakukan berbagai cara dan strategi demi terpenuhinya kebutuhan hidup untuk tetap bertahan (survive). Ditambah lagi dengan indek inflasi di Indonesia pada Juli 2015 yang menyentuh angka 0.93 persen atau lebih tinggi 0.39 persen ketimbang capaian inflasi pada Juni 2015 yang mencapai 0.54 persen. Keadaan ini diperparah dengan kenaikan harga bahan makanan pokok pada akhir Juli 2015. Mengacu pada data BPS sampai dengan akhir Juli 2015, seluruh indeks kelompok pengeluaran diketahui mengalami kenaikan harga dengan kelompok bahan makanan sebagai kelompok yang mengalami pernaikan harga paling tinggi yakni sebesar 2,02 persen.

2 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Maret 2014 mencatat penduduk miskin kota di Provinsi Lampung adalah sebesar 230.630 jiwa atau sebesar 11.08% dengan garis kemiskinan Rp 336.972/kapita/bulan, sedangkan indeks kedalaman kemiskinan (P1) sebesar 1.85% dan indeks keparahan kemiskinan (P2) sebesar 0.44%. Berikut adalah tabel mengenai jumlah penduduk miskin yang ada di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 sampai dengan 2013 : Tabel 1: Jumlah Penduduk Miskin pada tahun 2011 s/d 2013 di Kota Bandar Lampung Tahun Jumlah 2011 121.580 orang 2012 117.350 orang 2013 102.750 orang Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2014. Jumlah penduduk miskin di kota ini mengalami penurunan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa masalah kemiskinan masih berada di sekitar kita. Terbukti berdasarkan data tabel di atas, hampir setengah dari jumlah penduduk miskin yang ada di Provinsi Lampung tinggal di wilayah Kota Bandar Lampung. Pada tahun 2014 jumlah keluarga fakir miskin di Kota Bandar Lampung mencapai 14.126 keluarga (BPS:201 4). Jumlah tersebut termasuk dengan keluarga miskin yang dipimpin oleh seorang perempuan. Perempuan yang bertanggung jawab secara tunggal memenuhi segala kebutuhan keluarga dan mengurus segala keperluan rumahtangga seperti merawat anak serta mencari nafkah. Berdasarkan data Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP -PA) tahun 2011 menyebutkan jumlah perempuan Indonesia yang menjadi kepala

3 rumah tangga mencapai tujuh juta orang. Sebagian dari data tersebut hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan ialah suatu kondisi yang tidak dikehendaki semua orang dan dapat dialami oleh siapa saja termasuk kaum perempuan. Demi untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga terkadang memaksa kaum perempuan untuk ikut serta dalam mencari nafkah. Keadaan yang seharusnya ialah para suami sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menjalankan segala peran publik dan yang lainnya. Namun saat ini, menjadi sesuatu yang lumrah bila ada seorang perempuan atau seorang istri ikut bekerja membantu dan berkontribusi dalam menopang perekonomian keluarga. Bahkan tak jarang yang menjadi tulang punggung perekonomian keluarga akibat dari bercerai dengan suami, suami meninggal dunia, atau perempuan single yang memang menjadi tulangpunggung keluarga. Mereka merupakan perempuan kepala keluarga yang bertanggung jawab mengurus segala kebutuhan dan permasalahan dalam keluarga. Perempuan kepala keluarga harus mampu memenuhi kebutuhan keluarga dengan jerih payahnya sendiri. Beruntung bagi perempuan kepala keluarga yang memiliki pendidikan tinggi dan pekerjaan yang mapan pada sektor formal contohnya seperti perusahaan industri, perkantoran, pemerintah, dan sebagainya. Namun berbeda dengan perempuan kepala keluarga yang tidak memiliki keterampilan, keahlian atau pendidikan yang tinggi, mau tidak mau mereka hanya bekerja pada sektor informal dan harus puas dengan penghasilan yang seadanya. Hal inilah yang membuat perempuan harus memasuki sektor informal.

4 Perempuan yang menjadi kepala keluarga sesungguhnya dipaksa oleh kondisi yang dihadapinya. Mereka adalah perempuan yang karena bercerai, suami meninggal, ditinggal suami yang tidak ada kabar, suami migrasi ke negara lain, suami mengalami sakit permanen atau perempuan lajang yang bertanggung jawab terhadap keluarga atau saudara-saudaranya. Kemiskinan yang dialami keluarga yang dikepalai oleh perempuan tersebut berdampak pada buruknya aspek-aspek lain, seperti kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Perempuan kepala keluarga dan anggota keluarga lain pasti memiliki siasat, cara atau strategi untuk menghadapi dan menanggapi segala kesulitan yang mendera keluarga. Contohnya dengan menambah jam kerja atau memaksimalkan daya dan upayanya di sektor informal. Istilah sektor informal pertama kali dikenalkan oleh Kelth Hart (dalam, Gilbert:1996) membedakan sektor formal dengan sektor informal, menurutnya pada sektor informal ditemukan peluang pendapatan bagi keluarga miskin kota. Perbandingan pendapatan pada sektor formal dengan sektor informal telah mengantarkan pada suatu fakta yang menunjukan bahwa sektor informal secara tidak proporsional merekrut tenaga kerja yang terlalu muda, kaum wanita dan orang-orang yang kurang berpendidikan. Contoh kegiatan sektor informal antara lain penjual koran, pengamen, pedagang asongan, pedagang kaki lima, pemulung, dan lain-lain. Pemulung ialah salah satu contoh sektor informal yang pekerjaannya memulung, memungut dan mengumpulkan sampah non-organik (seperti plastik, kertas, besi, botol minuman atau barang bekas) yang nantinya dapat dijual ke pabrik-pabrik pendaur ulang.

5 Sulitnya mencari pekerjaan lain dan keterampilan yang rendah membuat banyak orang yang berada di sekitar TPA Bakung menjadi pemulung, bahkan terdapat banyak pemulung perempuan. Hal ini dikarenakan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga, membuat para perempuan menjadi pemulung. Sementara itu di dalam masyarakat perempuan dan laki-laki menduduki dan menjalankan suatu peranan. Peran seseorang dalam masyarakat bermacam-macam sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat. Peran dalam masyarakat tersebut bersifat dinamis dan dapat berubah karena dalam diri individu atau masyarakatnya mengalami perubahan. Individu yang memiliki peran yang luas dan beraneka ragam dalam masyarakat adalah perempuan. Seorang perempuan bisa menjadi istri, ibu dan menjadi individu dalam lingkungannya. Selain itu pula istri dapat pula mencari pendapatan tambahan untuk mendukung perekonomian keluarga. Rendahnya pendapatan suatu keluarga mendorong kaum perempuan utamanya ibu rumah tangga untuk turut serta melibatkan diri dalam usaha menambah pendapatan keluarga. Hal ini dilakukan dengan berbagai cara termasuk dengan menjadi pemulung. Meskipun pemulung perempuan bekerja di luar rumah mereka tetap tidak pernah meninggalkan peranannya di dalam rumah tangga untuk mengurus keperluan rumah tangga. Pemenuhan fungsi dalam keluarga tetap mereka jalankan dengan baik, meskipun terkadang harus terhalang dengan pekerjaan di luar rumah sehingga kurang penuh dalam pengawasan terhadap putra-putri mereka. Tetapi para pemulung perempuan tetap berusaha agar segala fungsi dalam keluarga dapat dijalankannya dengan sebaik-baiknya.

6 Menurut Birkbeck (dalam Twikromo: 1999), mengenai para pemulung di Cali, Columbia bahwa proporsi barang pulungan yang potensial untuk dijual, dikumpulkan oleh para pemulung dengan cara-cara mereka sendiri dan sebagian besar hasilnya untuk pabrik-pabrik besar. Pendapatan mayoritas pemulung tidak terlalu besar dan mereka tidak menikmati keuntungan yang banyak dari barang bekas yang dijualnya. Hal ini karena harga jual barang bekas per satu kilogramnya begitu murah dan mereka membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengumpulkan berbagai barang bekas untuk dijual. Contohnya seperti botol plastik bekas kemasan yang satu kilogramnya dihargai ± Rp 800,-/kg. Penghasilan yang begitu minim membuat perempuan pemulung harus bekerja lebih keras lagi demi terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga di tengah naiknya harga bahan pokok seperti sekarang ini. Kenyataan yang terjadi di masyarakat, keberadaan pemulung dapat dinilai dari dua sisi. Pertama, pekerjaan sebagai pemulung mampu menjadi peluang kerja bagi pengangguran dan dipandang lebih baik memulung barang bekas dibandingkan bekerja sebagai pengemis. Kedua, keberadaan pemulung dianggap menggangu ketertiban kota dan meresahkan masyarakat karena ulah beberapa oknum pemulung yang berbuat nakal dengan memungut barang yang masih menjadi milik warga di sekitar tempat mereka melakukan kegiatan pemulungan. Kajian mengenai kehidupan pemulung ini berawal dari rasa empati dan rasa keprihatinan atas kondisi kehidupan pemulung yang umumnya hidup di lingkungan yang kumuh. Namun mereka masih dapat bertahan hidup dengan segala peluang, kesempatan, kesulitan, dan hambatan yang mereka hadapi.

7 Pekerjaan sebagai pemulung memang bukan pekerjaan yang mereka idamkan, bergelut dengan sampah limbah dari hasil kehidupan masyarakat di sekitarnya, menjadi pilihan satu-satunya karena mereka tak mempunyai pilihan pekerjaan lain yang mampu mereka kerjakan. Keterbatasan pendidikan dan keterampilan ( skill) membuat mereka melakoni pekerjaan memulung sampah atau barang bekas tersebut. Menurut Twikromo (1999) pemulung tidaklah sama dengan gelandangan atau pengngangguran karena pemulung menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan barang bekas dan ditukarkan dengan sejumlah uang yang menjadi haknya. Ada dua jenis pemulung berdasarkan tempatnya memulung, yaitu pemulung jalanan dan pemulung tetap. Pemulung jalanan ialah pemulung yang hidup bebas di jalanan atau di sekitar rumah penduduk. Sedangkan pemulung tetap ialah pemulung yang memiliki tempat tinggal berupa lapak sederhana yang berada di TPS (Tempat Pembuangan Sampah) / TPA (Tempat Pembuangan A khir) atau (Tempat Pemprosesan Akhir). Kota Bandar Lampung memiliki TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang terletak di wilayah Telukbetung Barat Bandar Lampung. Tempat pembuangan akhir sampah adalah tempat dimana sampah dikelola untuk dimusnahkan baik dengan cara penimbunan dengan tanah secara berkala (sanitary landfill), pembakaran tertutup (insenerasi), pemadatan dan lain lain. (Depkes RI tentang kesehatan lingkungan,1999). TPA yang ada di Kota Bandar Lampung merupakan satu-satunya yang ada di kota tapis berseri terletak di Kelurahan Bakung, Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung dengan luas tanah ± 14 Ha, dan sudah beroperasi sejak tahun 1994 oleh pemerintah Kota Bandar Lampung.

8 Pemulung pada kenyataannya dinilai sebagai aktivitas yang lebih positif di bandingkan dengan profesi jalanan lainnya dalam perspektif pemerintah maupun masyarakat kota (Twikromo:1999). Kebanyakan pemulung ialah masyarakat migran yang berusaha mempertahankan hidupnya dengan tenaga mereka menghadapi segala kesulitan yang menimpa mereka. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji tentang strategi dan peran perempuan pemulung sebagai kepala keluarga yang tinggal di sekitar TPA Bakung baik sebagai pencari nafkah maupun sebagai ibu yang merawat keluarganya. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga, perempuan pemulung sebagai kepala keluarga berupaya bekerja dengan mengumpulkan sampah dan barang bekas untuk dijual demi mendapatkan uang. Perempuan pemulung sebagai kepala keluarga memiliki beban yang berat karena mereka harus bekerja dan mencari nafkah dan serta mengurus segala kebutuhan rumah dan keluarganya. Beban berat yang dihadapi mereka dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan mereka sangat resisten terhadap berbagai persoalan. Fakta bahwa rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan merupakan yang termiskin di Indonesia dengan pendapatan yang sangat rendah mengakibatkan mereka berada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan dilihat dari aspek kesehatan, pendidikan, perumahan, dan lain-lain. Bertahan hidup ( survive) di tengah terbatasnya pendapatan dan berbagai kesulitan bukanlah hal yang mudah bagi perempuan pemulung yang menjadi kepala keluarga. Maka diperlukan strategi yang dilakukan perempuan pemulung demi tetap bisa bertahan ( survive). Strategi yang tidak saja dapat membuat para pemulung perempuan kepala keluarga mampu bertahan dalam

9 menghadapi berbagai persoalan, tetapi juga berbagai strategi yang bisa diterapkan dalam upaya meningkatkat kesejahteraan hidup keluarga. Peneliti mencoba mewawancarai salah satu pemulung perempuan yang tidak sengaja ditemui di TPA Bakung, saat peneliti melakukan prariset. Pemulung perempuan ini berinisial SY. Berusia sekitar 40 tahun. Informan SY tinggal tidak begitu jauh dari TPA Bakung, untuk menuju tempatnya memulung, ia hanya perlu berjalan kaki menuju TPA Bakung. Informan SY memiliki empat orang anak, salah satunya masih bersekolah di bangku sekolah dasar. Demi menghidupi keluarganya ia membantu suaminya bekerja sebagai pemulung sejak tahun 2001. Pekerjaan pemulung dipilihnya, karena ia tidak tau bagaimana cara memulai pekerjaan yang lain dan ia merasa tidak memiliki keterampilan atau keahlian yang tinggi untuk melamar pekerjaan di sektor formal. Setiap hari ia memulung di TPA Bakung, berangkat pukul 09.00 WIB hingga petang pukul 17.00 WIB. Namun sejak suaminya merantau dua tahun yang lalu tanpa ada kabar dan kiriman uang hasil suaminya bekerja di perantauan, informan SY menjadi kepala keluarga yang mencari nafkah untuk anak-anaknya dan mengatur sediri segala urusan rumahtangganya. Hal ini semakin menambah beban dan tanggungjawabnya. Ketika ditanya soal penghasilannya sebagai pemulung apakah mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, informan SY menjawab : alhamdulillah mbak, cukup walaupun ngepres. Setiap hari kan saya mulung di sini dari pagi sampe sore, terus langsung ditimbang, jadi uang hasil mulung ini di usahakan cukup untuk menuhin kebutuhan keluarga, untuk makan. Paling, kalo saya bener-bener gak punya uang, saya berhutang di warung

10 Bentuk hubungan sosial yang terjadi di antara perempuan pemulung dan masyarakat di sekitarnya merupakan salah satu contoh jaringan sosial yang dimiliki perempuan pemulung sebagai kepala keluarga yang dapat membantu mereka untuk tetap bertahan (survive).jaringan sosial memungkinkan perempuan pemulung mendapatkan bantuan dalam bentuk apapun saat mereka membutuhkan. Contohnya seperti berhutang bahan makanan di warung lalu saat mereka telah memiliki uang mereka akan membayarnya. Peneliti tertarik membahas mengenai perempuan pemulung sebagai kepala keluarga dalam menjalani peran sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga, juga sebagai wakil keluarga bila berhubungan dengan masyarakat, melindungi keluarga, bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga serta bagaimana strategi untuk tetap bertahan (survive) dalam menghadapi berbagai kesulitan. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai strategi bertahan hidup perempuan pemulung yang berperan sebagai kepala keluarga. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan ialah bagaimana strategi bertahan hidup yang dilakukan empat perempuan pemulung yang ada di sekitar TPA Bakung, Kelurahan Bakung? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan strategi bertahan hidup yang dilakukan empat perempuan pemulung yang ada di sekitar TPA Bakung, Kelurahan Bakung.

11 D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat miskin khususnya pemulung saat ini dengan segala permasalahannya sehingga dapat menambah wawasan di bidang ilmu sosial terutama Sosiologi. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi, bahan kajian, dan masukan bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya pengentasan kemiskinan.yang fokus pada masalah-masalah sosial seperti masalah kemiskinan.