TANYA-JAWAB LAPORAN AR-5 WORKING GROUP I PRESS RELEASE CHANGE (IPCC)

dokumen-dokumen yang mirip
Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

Perubahan iklim dan dampaknya terhadap Indonesia

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Kementerian PPN/Bappenas

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

Iklim Perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu Untuk Proyeksi Mendatang

LKS EFEK RUMAH KACA, FAKTA ATAU FIKSI. Lampiran A.3

TANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Makalah Pemanasan Global Dan Perubahan Iklim

Kebijakan Ristek Dalam Adaptasi Perubahan Iklim. Gusti Mohammad Hatta Menteri Negara Riset dan Teknologi

ANCAMAN GLOBALISASI. Ali Hanapiah Muhi Juli, komunikasi. Revolusi informasi mengarahkan kita ke dalam milenium ketiga

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ringkasan untuk Pembuat Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

Kajian Pertukaran Gas Karbon Dioksida (CO 2 ) Antara Laut dan Udara di Perairan Indonesia dan Sekitarnya

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

BENY HARJADI-BPTKPDAS-SOLO Peneliti bidang Pedologi dan Inderaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

FENOMENA GAS RUMAH KACA

I. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PROYEKSI PERUBAHAN IKLIM TAHUN DI WILAYAH ZONA MUSIM (ZOM) PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

15B08063_Kelas C SYAMSUL WAHID S. GEJALA PEMANASAN GLOBAL (Kelas XI SMA) PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR STRUKTUR MATERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

Draft Komik. Tema : Perubahan Iklim dan REDD. Judul :

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

BMKG SAMBUTAN KEPALA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PADA UPACARA BENDERA DALAM RANGKA HARI METEOROLOGI DUNIA KE 60 TAHUN 2010

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kajian dan Sosialisasi Perubahan Iklim serta Antisipasi Dampaknya. Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. juga mencuat dalam pertemuan umum pemimpin APEC di Sydney dan. Berbagai fakta mudah sekali ditemukan bahwa pemanasan global telah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

BAB IV. BASELINE ANALISIS

Optimalisasi informasi perubahan iklim dalam rangka membangun kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan

Bab 6: Beradaptasi dengan Iklim yang Berubah

sebagainya, termasuk dalam proses pembentukan tanah (klimat soil) yaitu tanah

PERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

APA & BAGAIMANA PEMANASAN GLOBAL?

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Peranan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prediksi Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir Kabupaten Tuban Akibat Perubahan Iklim

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peran Pendanaan Perubahan Iklim di dalam Pendanaan untuk Pembangunan dan Dampaknya bagi Indonesia

SKRIPSI. Oleh : TITO HIKMAWAN NPM :

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

Transkripsi:

Institute for September Essential Services 2013 TANYA-JAWAB LAPORAN AR-5 WORKING GROUP I PRESS RELEASE INTERGOVERNMENTAL For Media Use PANEL Only ON CLIMATE CHANGE (IPCC) Apakah IPCC itu? Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) adalah sebuah badan internasional yang mengkaji aspek ilmiah terkait dengan perubahan iklim. IPCC dibentuk pada tahun 1988 oleh World Meteorological Organization (Badan Meteorogi International/WMO) dan United Nations Environment Program (Badan Lingkungan PBB/UNEP) untuk memberikan kajian yang berkala mengenai aspek ilmiah dari perubahan iklim, dampak dan resikoresiko di masa mendatang, serta pilihan-pilihan kegiatan mitigasi dan adaptasi atas perubahan iklim. Anggota IPCC terbuka untuk semua negara yang menjadi anggota WMO dan PBB. Saat ini terdapat 195 negara yang menjadi anggota IPCC. Panel IPCC terdiri dari wakil-wakil negara anggota yang bertemu pada suatu pertemuan umum (plenary) untuk membuat keputusan-keputusan penting. IPCC menerima penghargaan Nobel untuk Perdamaian pada tahun 2007, setelah mengeluarkan Laporan Kajian ke-4 (Assessment Report 4/AR4). Apakah laporan IPCC WG-1 AR5 dan bagaimana laporan ini dihasilkan? IPCC memiliki tiga Working Group (Kelompok Kerja). Kelompok Kerja 1 menyusun laporan Physical Science Basis, merilis laporannya pada tanggal 27 September 2013 dalam bentuk Summary for Policy Maker (Ringkasan untuk Pembuat Kebijakan) dan versi laporan lengkap pada tanggal 30 September 2013. Laporan WG-1 terdiri dari 14 bab, dihasilkan secara kolaborasi oleh lebih dari 209 ilmuwan sebagai penulis utama (lead author) dan 50 editor pengkaji dari 35 negara. Lebih dari 9200 publikasi ilmiah dikutip oleh laporan ini. Sebagaimana standar proses laporan IPCC, laporan ini telah melalui proses pra-naskah hingga naskah akhir dengan kajian peer-review secara bertahap dari puluhan bahkan ratusan ahli untuk memastikan tingkat akurasi dan ketelitiannya. Laporan Ringkasan untuk Pembuat Kebijakan telah disetujui baris per baris oleh para anggota IPCC yang bertemu di Jenewa, Swiss 23-26 September 2013. Seluruh Assessment Report 5 (AR-5) IPCC akan dirilis secara bertahap pada periode 2013-2014. Laporan Working Group 2 yang mengkaji dampak, kerentanan dan adaptasi akan Jl. Jl. Mampang Prapatan Prapatan VIII/R-13 Jakarta, Indonesia Tel: +62-(0)21-7992945 Fax: Fax.: +62-(0)21-7996160 www.iesr-indonesia.org www.iesr.or.id

dirilis pada akhir Maret 2014 di Yokohama, Jepang. Laporan Working Group 4 yang mengkaji pilihan mitigasi akan dirilis pada pertengahan April 2014 di Jerman. Laporan akhir adalah Synthesis Report yang akan merangkum seluruh laporan WG kedalam satu laporan, akan dirilis pada Oktober 2014 di Copenhagen, Denmark. Apa saja temuan Laporan IPCC WG-1 AR5? Para ahli sekarang lebih yakin, dengan tingkat keyakinan 95-100%, bahwa perubahan iklim yang terjadi sejak 1950-an didominasi oleh aktivitas manusia. Keyakinan ini meningkat dari laporan IPCC di tahun 2007 (90-95%), dan meningkat drastis daripada laporan IPCC tahun 2001. Dengan adanya konsensus yang lebih besar diantara para ahli, perdebatan bahwa apakah perubahan iklim nyata atau tidak, hampir tidak lagi ada. Sejumlah temuan dari Laporan IPCC WG-1: Berdasarkan skenario pemodelan, diperkirakan pada akhir 2100, temperatur global akan lebih hangat 1.8-4C, dibandingkan dengan rata-rata temperatur pada rentang 1980-1999. Jika dibandingkan dengan periode pra-industri (1750), kenaikan temperatur global ini setara dengan 2.5-4.7C. Sangat tinggi kemungkinan rata-rata temperatur global akan meningkat lebih dari 2C diatas temperatur global sebelum periode industri, pada tahun 2100. Tiga dekade terakhir (80s,90s,2000s) menjadi dekade yang lebih panas, dibandingkan dekade-dekade sebelumnya, sejak tahun 1850. Periode yang mencakup rentang 1983-2012 sangat mungkin sebagai periode 30-tahun terpanas dalam kurun waktu 800 tahun, dan mungkin sebagai periode terpanas dalam kurun waktu 1400 tahun. Sejak 1950, atmosfer maupun laut memanas. Keberadaan dan volume salju dan luasan es berkurang drastis, serta permukaan laut mengalami kenaikan. Banyak perubahan ini terjadi lebih cepat dibandingkan dengan waktu lampau. Peluruhan glacier dan lapisan es terjadi lebih cepat pada dekade terakhir dibandingkan pada dekade 1990. Luas kawasan yang ditutupi oleh es laut Artic berkurang drastis setiap musim dan setiap dekade sejak 1979. Model iklim memperkirakan dengan emisi GRK yang terus meningkat maka kita akan mengalami laut Artic yang bebas es di musim panas. Laju kenaikan muka air laut sejak pertengahan abad 19 jauh lebih besar, dibandingkan dengan laju selama dua milenium sebelumnya. Selama periode 1901-2010 rata-rata muka air laut naik sebesar 0.19 m. Laju kenaikan muka air laut dua kali lebih cepat pada periode 1993-2010, dibadingkan dengan periode 1901-2010. Para ahli sangat yakin bahwa laju kenaikan muka air laut pada abad 21 akan melampaui laju kenaikan pada periode observasi 1971-2010 pada seluruh skenario AR-5. Laut mengalami pengasaman sejak awal mula periode industri, dengan konsekuensi

dampak terhadap terumbu karang dan orang yang bergantung pada protein dari ikan. Frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang berat akan meningkat secara global. Terdapat bukti yang kuat bahwa kondisi suhu ekstrim, termasuk hari-hari panas dan gelombang panas menjadi lebih umum terjadi sejak 1950. Para ahli tidak memiliki cukup data untuk membuat kesimpulan tentang meningkatnya banjir secara global pada beberapa dekade terakhir. Walaupun demikian, pengamatan pada tingkat kawasan (region), hasil yang diberikan lebih beragam. Beberapa kawasan diproyeksikan mengalami kejadian banjir, diantaranya: sebagian New Zealand, Australia, Amerika Tengah, China, Mongolia, Eropa bagian utara, dan barat laut Amerika. Trend kekeringan secara global sukar diidentifikasi tetapi trend di kawasan lebih jernih dan sejumlah kawasan mengalami kekeringan yang lebih parah dan lebih sering. Badai tropis skala 4 dan 5 diperkirakan akan meningkat frekuensinya secara global. Untuk pertama kalinya laporan IPCC memasukan adanya Anggaran Karbon Global (Global Carbon Budget). Untuk mendapatkan dua pertiga (75%) kesempatan kenaikan suhu permukaan bumi tidak lebih dari 2 o C, kita dapat menambah tidak lebih dari 1 triliun ton karbon ke atmosfir, relatif terhadap volume masa pra-industri. Hingga 2011, kita telah menggunakan setengah dari jumlah tersebut. Para ilmuwan menyatakan bahwa, jika tidak ada perubahan secara drastis, maka separuh sisanya akan dihabiskan dalam kurun waktu 30 tahun mendatang. Belum diketahui secara bahwa Anggaran Karbon Global tetap sebesar yang diperkirakan dengan mempertimbangkan bertambahnya emisi akibat mencairnya lapisan permafrost, yang dapat menyumbang lebih banyak gas metana ke atmosfer. Oleh karenanya sangat perlu untuk mengurangi laju penambahan emisi gas rumah kaca ke atmosfer, untuk meningkatkan kesempatan kenaikan temperatur tidak melampaui 2 o C, yang dapat mengakibatkan dampak yang tidak dapat dikembalikan lagi seperti semula (irreversible). Mengapa kita harus khawatir? Laporan IPCC ke-5 menunjukkan kepastian bahwa pemanasan global dan perubahan iklim terjadi lebih cepat, terlebih dalam tiga dekade terakhir, dan hal ini terjadi disebabkan oleh aktivitas manusia. Pembakaran bahan bakar fossil merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global. Walaupun dengan mempertimbangkan perubahan sensitivitas perubahan iklim, laporan IPCC ini menunjukkan bahwa umat manusia sedang menuju kenaikan temperatur lebih dari 2 o C pada akhir abad ini dibandingkan dengan temperatur di masa pra-industri. Ketidakpastian tentang reaksi dari carbon sinks (tumbuhan, tanah, dan lautan) bereaksi terhadap dunia yang lebih hangat, apakah mereka akan mengeluarkan lebih banyak karbon (dibandingkan dengan menyimpannya), dapat membuat kenaikan temperatur lebih tinggi dari yang diprediksi. Untuk itu diperlukan tindakan-tindakan yang konkrit untuk mengurangi laju peningkatan emisi gas rumah kaca secara drastis, serta memastikan adanya ruang toleransi yang besar untuk adaptasi dan sekaligus menghindari kenaikan temperatur global diatas 2 o C sebagai ambang batas toleransi ekosistem.

Untuk menghindari kenaikan temperatur tidak lebih dari 1.5 o C, dibutuhkan upaya yang lebih keras, salah satunya adalah melakukan transisi ke produksi dan konsumsi energi rendah karbon, sekaligus meningkatkan upaya untuk mengurangi konsentrasi karbon di atmosfer, yang memerlukan teknologi yang lebih mahal dan belum terbukti. Dalam tahun-tahun mendatang, kita akan menyaksikan lebih banyak cuaca ekstrim dan bencana alam yang disebabkan oleh berubahnya iklim, yang menghasilkan konsekuensi terhadap umat manusia, ekonomi, sosial, dan ekosistem. Ratusan juta masyarakat di negara berkembang akan mengalami berbagai dampak yang hebat akibat berbagai perubahan yang terjadi, khususnya ketersediaan air bersih dan produksi bahan pangan. Siapa saja para ahli di Indonesia yang dapat dihubungi untuk pembahasan ilmiah mendalam tentang laporan IPCC AR-5? Berikut ini nama sejumlah ilmuwan di Indonesia yang dapat memberikan penjelasan ilmiah lebih lanjut tentang laporan IPCC dan dampak perubahan terhadap Indonesia. Dr. Daniel Murdiyarso, IPB dan CIFOR Dr. Rizaldi Boer, IPB Dr. Agus Supangat, DNPI Dr Djoko Santoso Abi Suroso, ITB Dr. Ibnu Sofyan, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BKSPN) Dr. Edvin Aldrian, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dr. Armi Susandi, ITB Informasi lebih lanjut Beberapa sumber dibawah ini merupakan tambahan informasi dan referensi yang dapat membantu pembaca untuk memahami laporan IPCC: 1. Laporan IPCC WG-1 AR5: http://www.climatechange2013.org/ 2. Tentang IPCC : http://www.climatechange2013.org/images/uploads/fs_what_ipcc.pdf 3. Proses Penulisan Laporan IPCC: http://treealerts.org/wp-content/uploads/2013/09/ IPCC_PRIMER_PROCESS_SEPT_2013.pdf 4. Bagaimana membaca laporan IPCC: http://treealerts.org/wp-content/uploads/2013/09/ How-to-read-an-IPCC-report-Final.1..pdf 5. Panduan tentang skenario Representative Concentration Pathways (RCP) IPCC: http:// www.theguardian.com/environment/climate-consensus-97-per-cent/2013/aug/30/climate-change-rcp-handy-summary 6. Sensitivitas Iklim: http://climatenexus.org/wp-content/uploads/2013/05/sensitivityfaq. pdf 7. Konsensus terhadap Perubahan Iklim: http://theconsensusproject.com/ 8. Kajian Kerentanan Jakarta dan Kota-Kota di Jawa: http://www.iesr.or.id/2010/04/urbanadaptation-vulnerability-assessment-in-jakarta-and-java-island/

TENTANG IESR Institute for Essential Services Reform (IESR) adalah sebuah lembaga non-profit yang bergerak di bidang Energi dan Perubahan Iklim, yang dijabarkan dalam 4 program: Access to Energy, Climate Justice, Electricity Governance, dan Extractive Industry Reform. Berdiri resmi di tahun 2007, IESR bergerak sebagai lembaga pemikir (think tank) bagi masyarakat sipil yang secara aktif menginspirasi, mendorong, dan mendukung perubahan-perubahan ke arah keadilan pemanfaatan sumber daya alam untuk mendukung pembangunan manusia. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai publikasi ini, Anda dapat menghubungi kami di : E-mail : iesr@iesr.or.id Telepon : +62-21-7992945 ; Fax :+62-21-7996160 Website : www.iesr.or.id (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) Twitter ID : @IESR Facebook : IESR Indonesia