LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK HASIL PRODUKSI DI DALAM NEGERI. No Nomor SNI Jenis Benih dan/atau Bibit Ternak

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

PENGAWASAN MUTU BENIH/BIBIT TERNAK DAN OPERASIONAL SKLB TAHUN 2015

Bibit sapi perah holstein indonesia

2014, No.427.

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Bibit kerbau - Bagian 1: Lumpur

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MUTU BENIH/BIBIT TERNAK DAN OPERASIONAL SKLB TAHUN 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Bab 4 P E T E R N A K A N

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN BENIH DAN BIBIT TERNAK

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING)

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

Identifikasi Fenotipik Sapi Hitam- Peranakan Angus di Kabupaten Sragen

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 57/Permentan/OT.140/10/2006 PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

DAFTAR BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK YANG DAPAT DIMASUKKAN KE WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 57/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 56/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN KERBAU YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

KATA PENGANTAR Buku Petunjuk Teknis Pengumpulan Data Peternakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 51/Permentan/OT.140/9/2011 TANGGAL : 7 September 2011

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

BANGSA-BANGSA KAMBING PERAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 54/Permentan/OT.140/10/2006 PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

SISTEM PERBIBITAN TERNAK NASIONAL

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 54/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

Mutu karkas dan daging ayam

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

Oleh: drh. Adil Harahap (dokadil.wordpress.com)

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

Transkripsi:

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL PEMASUKAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG A. Semen Beku Sapi Potong (SNI 01-4869.1-2005) 1) Persyaratan Umum Semen beku sapi potong harus berasal dari pejantan unggul (Proven Bull) yang mempunyai sertifikat/keterangan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Sapi Potong. 2) Persyaratan Khusus a) jenis : sapi potong b) kandungan spermatozoa : - mini straw minimal 25 juta/straw - medium straw minimal 30 juta/ straw c) motilitas : Post Thawing Motility (PTM) minimal 40% d) gerakan spermatozoa : motility progresif (++) Individu e) penyimpanan : dalam container yang diisi Liquid Nitrogen (N2) terendam penuh. B. Semen Beku Kerbau (SNI 01-4869.2-2005) C 1) Persyaratan Umum Semen beku kerbau harus berasal dari pejantan unggul yang mempunyai sertifikat/keterangan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Kerbau yang menyatakan bahwa pejantan tersebut berasal dari pejantan unggul yang mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh Asosiasi kerbau. 2) Persyaratan Khusus a) jenis : kerbau b) kandungan spermatozoa : mini straw minimal 30 juta/straw c) motilitas : Post Thawing Motility (PTM) minimal 40% d) gerakan spermatozoa : motility progresif (++) Individu e) penyimpanan : dalam container yang diisi Liquid Nitrogen (N2) terendam penuh. Semen Beku Sapi Perah (Friesian Holstein/FH) 1) Persyaratan Umum Semen beku sapi perah harus berasal dari pejantan unggul (Proven Bull) yang mempunyai sertifikat/keterangan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Friesian Holstien (FH) yang menyatakan bahwa pejantan tersebut berasal dari induk yang mempunyai susu minimal 9.000 kg/laktasi 305 hari dan indek lemak minimal 210. 1

2) Persyaratan Khusus a) jenis : sapi perah Friesian Holstein (FH). b) kemasan straw : - mini straw yang terisi 0,25 cc semen beku; - medium straw yang terisi 0,50 cc semen beku. c) kandungan spermatozoa individu : - mini straw minimal 25 juta/dosis; - medium straw 30 50 juta/dosis. d) motalitas spermatozoma : Post Thawing Motality (PTM) minimal 45 %. e) gerakan spermatozoa individu : motility progresif (+++) f) penyimpanan : Dalam container yang diisi Liquid Nitrogen (N2) mendekati penuh. D. Semen Beku Babi 1) Persyaratan Umum Semen beku babi harus berasal dari pejantan unggul yang mempunyai sertifikat/keterangan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Babi. 2) Persyaratan Khusus a) jenis : semen beku babi b) kemasan straw : makro straw yang terisi 5 cc semen beku. c) kandungan spermatozoa : minimal 3.000 juta/straw d) mortalitas spermatozoa : Post Thawing Motality (PTM) minimal 40 % e) gerakan spermatozoa individu : motility progresif (+++) f) penyimpanan : dalam container yang diisi Liquid Nitrogen (N2) mendekati penuh. E. Telur Tetas Unggas 1) Persyaratan mutu a) melampirkan surat keterangan yang menjamin kualitas telur tetas dari pembibit asal; b) kondisi telur tetas tidak cacat, warna dan berat seragam; c) pengiriman telur tetas harus dengan kotak pengemas berventilasi, telah disanitasi dan memenuhi standar kesejahteraan hewan (Animal Walfare). 2) Persyaratan Kesehatan Hewan Harus memenuhi persyaratan kesehatan hewan dan melampirkan sertifikat kesehatan hewan dari instansi yang berwenang dari negara asal. 2

II. BIBIT TERNAK A. SAPI POTONG 1) Standar Umum : a) sapi bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat keterangan pedigree yang dikeluarkan oleh Asosiasi Breeder sejenis atau badan-badan pemerintah/semi pemerintah/swasta yang berwenang; b) sapi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti: cacat mata, tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki abnormal (bentuk O atau X) dan kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya; c) sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan; d) sapi bibit pejantan tidak memiliki cacat pada alat kelaminnya (testes asimetris, monorchid, paraphymosis dan lain-lain) dan siap sebagai pejantan. 2) Standar Khusus a) Sapi Brahman 1. Pejantan Brahman a. warna : memiliki 87,5% darah brahman, berbulu tipis, warna putih dan atau kelabu. b. tanduk : tidak bertanduk atau kalau bertanduk harus yang sudah dipotong (dehorned) c. bentuk badan : kepala besar dan paha besar, mempunyai punuk, mempunyai gelambir mulai dari rahang bawah sampai ke bagian ujung tulang dada bagian depan, jangan terlalu berlipat, kaki panjang dan tubuh kompak. d. tinggi gumba : minimal 130 cm. e. umur : 30-36 bulan (minimal ganti gigi 2 pasang, maksimal ganti gigi 3 pasang). f. berat badan : minimal 325 kg. 2. Betina Brahman a. warna : memiliki 75% darah brahman, berbulu tipis, warna putih dan atau kelabu, ditolerir warna merah. b. tanduk : tidak bertanduk. c. bentuk badan : kepala besar dan paha besar, mempunyai punuk, telinga lebar dan tergantung, berkaki panjang dan tubuhnya tidak begitu kompak, gelambir kulit mulai dari rahang bawah sampai ke bagian ujung tulang dada bagian depan. d. tinggi gumba : minimal 120 cm. e. berat badan : minimal 300 kg. b) Sapi Simmental 1. Pejantan Simmental a. warna : bervariasi dari merah gelap sampai kuning kecoklatan. b. tanduk : bertanduk. c. bentuk badan : tubuh sedang, kompak dan padat. 3

d. tinggi gumba : minimal 130 cm. e. umur : 30-36 bulan (minimal ganti gigi 2 pasang, maksimal ganti gigi 3 pasang). f. berat badan : minimal 300 kg. 2. Betina Simmental a. warna : bervariasi dari merah gelap sampai kuning kecoklatan. b. tanduk : bertanduk. c. bentuk badan : tubuh sedang, kompak dan padat. d. tinggi gumba : minimal 120 cm. e. umur : 18 sampai 30 bulan (maksimal ganti gigi 2 pasang). f. berat badan : minimal 250 kg. c) Sapi Limousin 1. Pejantan Limousin a. warna : kuning agak kelabu (beige). b. tanduk : tidak bertanduk. c. bentuk badan : ukuran tubuh besar, badan kompak dan padat. d. tinggi gumba : minimal 130 cm. e. umur : 18 36 bulan (minimal ganti gigi 1 pasang, maksimal ganti gigi 3 pasang). f. berat badan : minimal 450 kg. 2. Betina Limousin a. warna : merah bata. b. tanduk : tidak bertanduk. c. bentuk badan : ukuran sedang, kompak dan padat. d. tinggi gumba : minimal 120 cm. e. umur : 14-24 bulan. f. berat badan : minimal 350 kg. 3) Persyaratan Reproduksi Pejantan a) lingkar scrotum minimal 32 cm. b) prosentase hidup sperma dari semen yang dihasilkan lebih dari 70% dan spermatozoa yang bergerak secara progresif lebih dari 2+ dengan menggunakan electro ejaculator. c) ternak bibit pejantan telah diberi nose ring. B. SAPI PERAH 1) mempunyai silsilah (pedigree) sampai dengan 2 (dua) generasi diatasnya untuk bibit dasar/elite dan bibit induk; 2) mempunyai silsilah (pedigree) minimal 1 (satu) generasi diatasnya untuk bibit sebar; 3) berasal dari daerah yang bebas penyakit hewan menular yang dinyatakan dengan surat keterangan kesehatan hewan oleh pejabat yang berwenang; 4) memiliki bentuk ideal, alat reproduksi normal serta tidak memiliki cacat fisik; 5) memiliki ambing simetris, pertautan luas dan kuat, jumlah puting empat, bentuk dan fungsi puting normal; 6) sudah di-dehorning; 7) bukan dari kelahiran jantan dan betina (free martin); 4

8) secara khusus memperhatikan umur, tinggi pundak, berat badan, lingkar dada dan warna bulu sesuai dengan standar kelompok bibit sapi perah yang telah disepakati sebagai berikut: - umur : minimal 15-20 bulan, jantan minimal 18 bulan. - tinggi pundak : betina minimal 115 cm, jantan minimal 134 cm. - berat badan : betina minimal 300 kg, jantan minimal 480 kg. - lingkar dada : betina minimal 155 cm. - warna bulu : hitam putih/merah putih sesuai dengan Karakteristik sapi perah FH. 9) berdasarkan kemampuan dan kualitas produksi susu tetuanya, bibit sapi perah terdiri dari bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar dengan persyaratan teknis seperti tabel berikut: Kategori Produksi susu induk (305 hari) pada laktasi I Bibit Dasar Bibit Induk Bibit Sebar Bapak yang berasal dari induk yang mempunyai produksi susu 305 hari setara dewasa Kadar lemak > 6.000 kg > 7.000 kg > 3,5% 5.000-6.000 kg > 6.000 kg > 3,5% 4.000-5.000 kg > 5.000 kg > 3,5% 10)secara khusus untuk bibit sapi perah pejantan lingkar scrotum minimal 32cm. C. KERBAU 1) kerbau bibit yang dimasukan harus mempunyai surat keterangan mengenai derajat kemurnian ternak tersebut yang dikeluarkan oleh Asosiasi Breeder sejenis atau badan-badan Pemerintah/semi Pemerintah/Swasta yang berwenang. 2) kerbau bibit harus sehat dan harus bebas dari segala cacat fisik seperti: cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya. 3) semua kerbau bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan. 4) kerbau bibit jantan harus siap jadi pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya. 5) persyaratan teknis yang harus dipenuhi untuk masing-masing rumpun kerbau yaitu sebagai berikut: a. Kerbau Lumpur Kualitatif - kulit berwarna abu-abu, hitam, bulu berwarna abu-abu sampai hitam; - tanduk mengarah ke belakang horizontal, bentuk bulan panjang dengan bagian ujung yang meruncing serta membentuk setengah lingkaran; - kondisi badan baik, bagian belakang penuh dengan otot yang berkembang; - leher kompak dan kuat serta mempunyai proporsi yang sebanding dengan badan dan kepala; - ambing berkembang dan simetris. Kuantitatif Betina: Umur 18-36 bulan Tinggi gumba minimal 105 cm Jantan: Umur 30-40 bulan Tinggi gumba minimal 110 cm 5

b. Kerbau Sungai Kualitatif - kulit umumnya berwarna hitam, dengan bulu hitam panjang pada telinga; - tanduk melingkar pendek menuju ke belakang dan ke atas, kemudian berputar ke dalam membentuk spiral; - badan berbentuk siku, langsing menuju tipe perah, ambing berkembang baik dan simetris. Kuantitatif Betina: Umur 24-36 bulan Tinggi gumba minimal 125 cm Berat badan minimal 350 kg Produksi susu 1600-1800 kg Per laktasi 300 hari Jantan: Umur 30-40 bulan Tinggi gumba minimal 130 cm Berat badan minimal 400 kg. D. KAMBING 1) kambing dan domba harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya. 2) semua kambing dan domba betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan. 3) kambing dan domba jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya. a) Kambing Boer Umur : 12 18 bulan. Berat : Jantan minimal 40 kg, betina minimal 25 kg. Bentuk badan : kokoh, kekar dan telinga panjang terkulai. b) Kambing Saanen Warna : belang-belang hitam putih atau merah atau coklat putih. Berat : minimal 40 kg. Bentuk badan : tubuh panjang, dada lebar dan dalam, ambing dan Puting susu besar dan lunak; tidak bertanduk/bertanduk kecil. Umur : betina umur 8 12 bulan. Jantan umur 12 18bulan. E. BABI Babi GPS 1) Babi bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat keterangan/ jaminan tertulis dari perusahaan Babi bibit Pure Line (PL) nya mengenai warna, bentuk badan kualitasnya sebagai babi bibit. 2) Babi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik (physical defect) dan tidak cacat alat reproduksi. 3) Persyaratan teknis yang harus dipenuhi : a. Jenis : Babi bibit GPS b. Berat badan babi bibit GPS : 25 40 kg c. Berasal dari tetua induk dengan Jumlah anak perkelahiran : 7 12 ekor d. Pertambahan berat badan Harian : 950 1.200 gram 6

Babi PS 1) Babi bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat keterangan/jaminan tertulis dari perusahaan Babi bibit Grand Parent Stocknya mengenai warna, bentuk badan kualitasnya sebagai babi bibit. 2) Babi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik (physical defect) dan tidak cacat alat reproduksi. 3) Persyaratan teknis yang harus dipenuhi : F. KUDA a. Jenis : Babi bibit PS b. Berat badan babi bibit PS : 80-90 kg c. Berasal dari tetua induk dengan Jumlah anak perkelahiran : 7 9 ekor d. Pertambahan berat badan harian : 685 760 gram 1) Kuda bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat keterangan yang dikeluarkan oleh Assosiasi Breeder sejenis atau badan-badan pemerintah/semi pemerintah/ swasta yang berwenang. 2) Kuda bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik (physical defect) dan tidak cacat alat reproduksi. 3) Persyaratan teknis baik kualitatif (warna, bentuk badan, dan temperamen maupun kuantitaif ( tinggi pundak, berat badan dan umur) sesuai dengan sifat-sifat kuda menurut jenisnya. a. Kuda Thorougbred 1. Warna : Bermacam-macam 2. Bentuk badan : langsing 3. Temperamen : sangat aktif 4. Tiinggi pundak : - betina : minimal 155,5 cm - jantan : minimal 155,5 cm 5. Umur ternak : - betina : minimal 3 tahun - jantan : minimal 3 tahun 6. Berat badan : - betina : minimal 400 kg - jantan : minimal 400 kg b. Kuda Arab 1. Warna : bermacam-macam 2. Bentuk badan : ramping dan kuat, anggota tubuhnya langsing, badan secara keseluruhan relatif pendek dengan punggung yang relatif pendek 3. Temperamen : lincah. 4. Tinggi pundak : - betina : minimal 148 cm - jantan : minimal 148 cm 5. Umur ternak : - betina : 30 36 bulan - jantan : 36 48 bulan 6. Berat badan : - betina : minimal 400 kg - jantan : minimal 400 kg 7

G. ITIK 1) Itik bibit yang dimasukkan harus mempunyai Surat Keterangan/ Sertifikat yang dikeluarkan oleh Breeder/peternak atau badan-badan pemerintah/swasta yang berwenang yang menjamin mengenai warna bulu, bentuk kaki, profil tubuh, leher, paruh, tanda khusus lainnya dan kualitasnya sebagai itik bibit. 2) Harus sehat, tidak cacat, bentuk dan warna bulu seragam. 3) Harus memenuhi persyaratan kesehatan hewan dan melampirkan sertifikat kesehatan hewan dari instansi yang berwenang dari negara asal. 4) Persyaratan khusus yang harus dipenuhi : a. Produksi telur : 275 butir b. Produksi telur tetas : 215 butir c. Umur mencapai dewasa : 20 minggu d. Rata-rata berat telur : 75 gram H. AYAM RAS 1) Anak Ayam Bibit Umur Sehari (DOC) GPS Layer dan atau Broiler. - Melampirkan Surat Keterangan yang menjamin kualitas bibit dari pembibit asal - Kondisi bibit ayam sehat, tidak cacat, tidak dehidrasi, warna bulu seragam, dan memenuhi ketentuan Kesehatan Hewan (Form A). - Pengiriman DOC harus dengan kotak pengemas berventilasi, telah disanitasi dan memenuhi standar kesejahteraan hewan (Animal Welfare). - Melampirkan sertifikat kesehatan-hewan dari instansi yang berwenang di negara asal (Form B). 2) Anak Ayam Bibit Umur Sehari (DOC) PS Layer dan atau Broiler. - Melampirkan Surat Keterangan yang menjamin kualitas bibit dari pembibit asal (Form A) - Kondisi bibit ayam sehat, tidak cacat, tidak dehidrasi, warna bulu seragam dan memenuhi ketentuan Kesehatan Hewan. - Pengiriman DOC harus dengan kotak pengemas berventilasi, telah disanitasi dan memenuhi standar kesejahteraan hewan (Animal Welfare). - Melampirkan sertifikat kesehatan-hewan dari instansi yang berwenang di negara asal (Form B). III. TERNAK POTONG A. Sapi 1) berat badan maksimal 350 kg; 2) umur lebih kurang 1,5 tahun. B. Kambing 1) berat badan minimal 25 kg; 2) umur lebih kurang 1 tahun. C. Domba 1) berat badan minimal 25 kg; 2) umur lebih kurang 1 tahun. 8

D. Kerbau 1) berat badan maksimal 400 kg; 2) umur lebih kurang 2 tahun. E. Babi 1) berat badan : 90-110 kg. 2) umur : 6-7 bulan 3) bentuk badan : besar, daging banyak. 4) warna bulu : sesuai dengan warna khas ras/bangsa. 5) tebal lemak punggung : 3,50 cm (Grade A); 3,50 cm 5,00 cm (Grade B); 5,00 cm (Grade C). 6) persentase daging : 53 % (Grade A); 47,00 53,00 % (Grade B); 47,00 % (Grade C). MENTERI PERTANIAN, ANTON APRIYANTONO 9