KEANEKARAGAMAN REPTIL DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN PESISIR BARAT (STUDI KASUS PLOT PERMANEN UNIVERSITAS LAMPUNG)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra, H.S Pengelolaan Satwaliar. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL HUTAN LESTARI (2015) Vol. 3 (1) : 30 34

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

Achmad Barru Rosadi, Adeng Slamet, dan Kodri Madang Universitas Sriwijaya

KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

PERSEBARAN DAN KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DALAM MENDUKUNG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KAMPUS SEKARAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

LAPORAN GROUP PROJECT RESEARCH

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi Taksonomi Reptil Taksonomi Amfibi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

Jurnal MIPA 38 (1) (2015): Jurnal MIPA.

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI KAWASAN TAMBLING WILDLIFE NATURE CONSERVATION (TWNC) TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) PESISIR BARAT LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

STUDI KELOMPOK SIAMANG (Hylobates syndactylus) DI REPONG DAMAR PAHMUNGAN PESISIR BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan salah satu di antara lima kelas hewan bertulang belakang,

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

LAPORAN PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF BUNGLON (Bronchochela sp.) Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

Keragaman Jenis Kadal Sub Ordo Sauria pada Tiga Tipe Hutan di Kecamatan Sungai Ambawang

Keywords : Diversity in Cikaweni PPKAB Bodogol, Dominance, Inventory, Herpetofauna, VES with Time Search methods

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

JENIS-JENIS REPTILIA DI PPKA BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram. Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

Jenis-Jenis Reptilia di PPKA Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Reptile species in PPKA Bodogol, Gunung Gede Pangrango National Park

BAB II KAJIAN PUSTAKA

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

IV. METODE PENELITIAN

UKURAN KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN DESA CUGUNG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAJABASA LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II REPTIL PADANG PASIR ASIA. 2.1 Padang Pasir

BAB III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Herpetofauna adalah kelompok hewan dari kelas reptil dan amfibi (Das,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Kepadatan Populasi dan Distribusi Kadal (Mabuya multifasciata. Kuhl) Di Pulau-pulau Kecil Kota Padang

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN REPTIL DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN PESISIR BARAT (STUDI KASUS PLOT PERMANEN UNIVERSITAS LAMPUNG) (THE BIODIVERSITY OF REPTILE IN REPONG DAMAR PAHMUNGAN VILLAGE WEST COAST (UNIVERSITY OF LAMPUNG PERMANENT PLOT CASE OF STUDY)) Ari Winata Findua 1), Sugeng P. Harianto 1), dan Nuning Nurcahyani 2) 1) Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2) Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. I Bandar Lampung E-mail : ariwinataxxx@yahoo.co.id No.Telpon : 085768680945 ABSTRAK Repong Damar di Pekon Pahmungan kecamatan Krui, Kabupaten Pesisir Barat merupakan penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), sehingga memiliki peran penting terhadap kawasan konservasi tersebut. Reptil merupakan salah satu fauna yang terdapat di Pahmungan, penelitian ini menjadi penting dilakukan karena belum tersedianya data mengenai spesies reptil. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2015 yang bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman reptil di Repong Damar Pekon Pahmungan Pesisir Barat (Studi Kasus Plot Permanen Universitas Lampung). Penelitian ini menggunakan metode Visual Encounter Survey (VES). Hasil penelitian keanekaragaman reptil ditemukan 15 spesies reptil dengan jumlah individu 323 yang berasal dari 7 famili dan diperoleh nilai indeks keanekaragaman H =2,0008 yang termasuk dalam kategori sedang dan indeks kesamarataan J = 0,927 yang termasuk dalam kategori stabil. Spesies reptil yang sering dijumpai adalah kadal pari ( Tachydromus sexlineatus), kadal kebun ( Eutropis multifasciata), kadal pohon hijau (Dasia olivacea), kadal terbang ( Draco obscurus), cicak terbang ( Draco volans),tokek ( Gecko gecko)dancicak kayu (Hemidactylus frenatus) (n=72, 54, 42, 38, 28, 28,27). Kata kunci:reptil, repong damar, visual encounter survey ABSTRACT Repong Damar in Pahmungan village, West Coast Regency is a Bukit Barisan Selatan National Park buffers, plays an important role a national preservation zone. Reptile is one of fauna in Pahmungan, the research had to be done because there wasn t available data abaut reptiles. The research was conducted on June 2015, the aim of this study was to know the Biodiversity of Reptile Species in Repong Damar, Pahmungan village West Coast (University of Lampung permanent plot case study), The method in this research was used Visual Encounter Survey ( VES) method. The result showed, there are 15 reptile species from 7 families (N=323) and biodiversity index H = 2,008 which included as average category and Index of evennessj = 0,927 which included as stable. Reptile species often encountered was Tachydromus sexlineatus, Eutropis multifasciata, Dasia olivacea, Draco obscurus, Draco volans,gecko geckoand Hemidactylus frenatus(n=72, 54, 42, 38, 28, 28,27). Keywords: reptile, repong damar, visual encounter survey 51

PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund Indonesia(2007), keanekaragaman hayati yang terkandung di hutan Indonesia meliputi 12% spesies mamalia dunia, 7,3% spesies reptil dan amfibi, serta 17% spesies burung dari seluruh dunia. Reptilia merupakan sekelompok vertebrata yang menyesuaikan diri di tempat yang kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan squama atau carpace untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kasar (Jasin, 1984). Repong Damar terdapat di Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, Propinsi Lampung. Secara geografis letak pekon Pahmungan berada di tepi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), sehing ga memiliki peran penting sebagai penyangga kawasan pelestarian alam tersebut. Keanekaragaman jenis satwa di Repong Damar terdiri dari 16 jenis Aves (Firdaus, Setiawan dan Rustiati 2014),mamalia, 4 Jenis primata (Nainggolan dan Dewi, 2011), reptilia dan amphibi. Setiap jenis mempunyai peluang yang sama dalam setiap perjumpaanya. Selain mengetahui kebiasaan hidupnya, penting juga memprediksikan jenis yang dijumpai berdasarkan makro habitatnya yaitu akuatik, teresterial, fossorial atau arboreal (Mistar, 2003; Amri, Nurdjali dan Siahaan, 2015). Reptil merupakan salah satu fauna yang terdapat di wilayah Indonesia. Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki kekayaan jenis reptil paling tinggi di dunia, lebih dari 600 jenis reptil terdapat di Indonesia (Bappenas, 1993), Pulau Sumatera memiliki 300 jenis reptil dan amfibi dan 23% diantaranya merupakan jenis endemik. Reptilmerupakan sekelompok vertebrata yang menyesuaikan diri di tempat yang kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan squama atau carpace untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kasar (Jasin, 1984). Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi mengenai keanekaragaman jenis dan sebaran ekologi reptil di Repong Damar Desa Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar, Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System(GPS), kamera digital, jam tangan digital, alat tulis, buku panduan lapang,tali rapia, laptop dan lembar data/kerja. Objek penelitian adalah reptilyang berada di areal plot permanen Universitas Lampung Repong Damar, Pekon Pahmungan. Data yang dikumpulkan yaitu data primer mengenai spesies-spesies reptil yang dijumpai di lokasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Visual Encounter Survey (VES) atau Survei Perjumpaan Visual (Heyer, Donnelly, McDiarmid, Hayek, dan Foster, 1994), yang dikombinasikan dengan metode Line Transek (transek sampling) (Kusrini, Endarwin, UI-Hasanah dan Yazid, 2007), dan data sekunder meliputi data penunjang yang berkaitan dengan penelitian ini untuk mencari, mengumpulkan, dan menganalisis data penunjang berupa keadaan fisik lokasi penelitian, iklim, vegetasi, jenis hewan yang merupakan predator, jenis pakan reptil serta jenis-jenis reptil menggunakan studi literatur. Observasi langsung yang dilakukan pada bulan Juni selama 12 hari efektif dimulai dari pukul 07.00-17.00 WIB. 52

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keanekaragaman Spesies Reptil Berdasarkan hasil penelitian di Pekon Pahmungan Kabupaten Pesisir Barat (Plot Permanen Universitas Lampung), ditemukan 15 spesies reptil dengan total 323 individu yang berasal dari 7 famili disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Spesies-spesies reptil yang terdapat di Pekon Pahmungan Kecamatan KruiKabupaten Pesisir Barat Juni 2015. No. Famili Nama Species Nama Latin Jumlah 1 Colubridae Ular koros Ptyas korros 1 2 Colubridae Ular pucuk Ahaetulla prasina 2 3 Elapidae Ular welang Bungarus fasciatus 1 4 Elapidae Ular kepala merah Bungarus flaviceps 1 5 Elapidae Ular weling Bungarus candidus 3 6 Natricidae Ular kisik Xenochrophis vittatus 1 7 Scincidae Kadal pohon hijau Dasia olivacea 42 8 Scincidae Kadal ular Lygosoma quadrupes 24 9 Scincidae Kadal kebun Eutropis multifasciata 54 10 Lacertidae Kadal pari/rumput Tachydromus sexlineatus 72 11 Agamidae Kadal terbang Draco obscurus 38 12 Agamidae Cicak/kadalterbang Draco volans 28 13 Agamidae Bunglon Bronchocela jubata 1 14 Gekkonidae Cicak kayu Hemidactylus frenatus 27 15 Gekkonidae Tokek Gecko gecko 28 Total Individu 323 Ular koros ( Ptyas korros)saat penelitianditemukan berada pada semak-semak, berwarna coklat muda dari ekor sampai kepala. Reptil ini dijumpai di plot 3 pada - 6dan hanya ditemukan 1 ekor selama penelitian. Ular koros bertubuh cukup besar, hingga 2 meter panjangnya. Sisi atas tubuh berwarna coklat muda kekuningan hingga abu-abu kehitaman. Ular pucuk (Ahaetulla prasina) selama penelitian reptil ini dijumpai di 2 waktu dan plot yang berbeda yaitu plot 6 pada -10 dan plot 1 pada -11 ditemukan berada pada dahan atau ranting yang sudah mati dengan jumlah 2 ekor selama penelitian. Menurut Tweedie (1983), ular ini berwarna hijau, panjang dan sangat ramping, panjang tubuh keseluruhan mencapai 2 m, meski kebanyakan sekitar 1,5 m atau lebih lebih dari sepertiganya adalah ekornya yang kurus seperti cambuk, kepala panjang meruncing di moncong, jelas lebih besar daripada leher yang kurus bulat seperti ranting hijau, mata besar, kuning, dengan celah mata (pupil) mendatar.ular welang (Bungarus fasciatus)saat penelitian ditemukan berada pada lantai hutan menjelang malam, berwarna hitam dan kuning. Reptil ini dijumpai di plot 10 pada -12reptil ini hanya ditemukan 1 ekor selama penelitian.ular yang berukuran sedang, dengan panjang maksimum yang tercatat 2125 mm, akan tetapi umumnya ular dewasa hanya sekitar 1,5 m atau kurang. Ular kepala merah (Bungarus flaviceps) ditemukan berada pada lantai hutan. Reptil ini dijumpai di plot 2 pada -8 reptil ini hanya ditemukan 1 ekor selama penelitian. Ular ini tergolong jenis Bungarus yang 53

berukuran besar, dapat mencapai panjang total 1900 mm. Bagian atas kepala, leher dan sebagian tengkuknya hingga ekor berwarna merah menyala. Ular welling (Bungarus candidus) saat penelitian ditemukan berada pada semak belukar. Reptil ini dijumpai di plot 10 pada -4, plot 10-5, plot 3-9, reptil ini ditemukan sebanyak 3 ekor. Panjang total tubuhnya dapat mencapai 1280 mm. Kepala berwarna hitam dengan bagian bibir, dagu dan dagunya berwarna putih. Ular kisik reptil ini dijumpai di plot 3 pada - 10reptil ini hanya ditemukan 1 ekor selama penelitian.ular kisik umumnya bertubuh kecil ramping. Panjang tubuh maksimal mencapai 70 cm, namun umumnya hanya sekitar 50 cm. Ekornya sekitar seperempat dari seluruh panjang tubuhnya. Kepala berwarna hitam di bagian atas, dengan coret-coret putih yang berpola simetris. Kadal pohon hijau (Dasia olivacea selama penelitian ditemukan sering kali berada di balik seresah, batang pohon yang sudah mati, bebatuan, batang pohon. Reptil ini ditemukan setiap hari di semua plot dengan jumlah 42 ekor.menurut Das (2010), ciri -cirinya adalah kadal yang bertubuh gempal, panjang tubuh dari moncong hingga anus maksimal 115 mm, panjang total hingga ujung ekor mencapai 292 mm.kadal ular (Lygosoma quadrupes) selama penelitian ditemukan sering kali berada pada di balik seresah, batang pohon yang sudah mati, bebatuan, batang pohon. Reptil ini ditemukan di setiap harinya dan di semua plot dengan jumlah 24 ekor. Menurut Das (2010), kadal berukuran kecil dengan bentuk tubuh hampir silindris ini memiliki panjang keseluruhan hingga sekitar 192 mm dengan ekor kira-kira setengahnya atau kurang sedikit.kadal Kebun (Eutropis multifasciata)selama penelitian ditemukan sering kali berada pada di balik seresah, batang pohon yang sudah mati, bebatuan. Reptil ini ditemukan setiap harinya dan di semua plot dengan jumlah 54 ekor. Menurut Das (2010) ciri-cirinya adalah punggung berwarna cokelat zaitun dengan jalur coklat gelap bertepi terang keputih-putihan atau kekuning kuningan di sisi badannya. Kadal pari/rumput (Tachydromus sexlineatus) selama penelitian ditemukan sering kali berada di balik seresah, batang pohon yang sudah mati, bebatuan, batang pohon. Reptil ini ditemukan setiap hari dan di semua plot dengan jumlah 72 ekor. Menurut Das (2010), ciri-cirinya adalah memiliki leher yang panjang dan moncong meruncing, serupa dengan biawak namun berukuran jauh lebih kecil dan kurus. Kadal terbang (Draco obscurus) sering kaliditemukan berada pada dahan, atau batang pohon, berwarna dominan abu-abu dengan corak hitam. Reptil ini ditemukan setiap hari dan di semua plot dengan jumlah 38 ekor. Menurut Das (2010), kadal ini memiliki tubuh yang ramping dan bergerak lincah, biasanya memakan spesies lain seperti semut dan rayap. Cicak/kadal terbang (Draco volans) selama penelitian ditemukan sering kali berada pada dahan, batang pohon, berwarna dominan abu-abu seperti batang pohon. Reptil ini ditemukan di setiap harinya dan di semua plot dengan jumlah 28 ekor. Menurut Das (2010) Kadal yang berukuran kecil ini memiliki panjang total hingga 200 mm. Patagium (sayap) berupa perpanjangan enam pasang tulang rusuk yang diliputi kulit. Bunglon (Bronchocela jubata)saat penelitianditemukan berada di dahan pohon, berwarna hijau dengan ukuran sedang. Reptil ini dijumpai di plot 6 pada -11ditemukan 1 ekor selama penelitian.bunglon yang berukuran sedang, berekor panjang menjuntai, panjang total hingga 550 mm, dan empat-perlimanya adalah ekor, gerigi di tengkuk dan punggungnya lebih menyerupai surai. Cicak kayu(hemidactylus frenatus) ditemukan sering kali berada pada dahan pohon dan bebatuan, reptil ini ditemukan hampir setiap hari. Sisik-sisik berbentuk serupa bintik bulat halus di sisi dorsal (punggung), tidak seragam besarnya. Menurut Das (2010) ciri -ciri dari jenis ini adalah panjang tubuh maksimal 67 mm dengan bentuk tubuh kokoh dan agak memipih. Tokek ( Gecko gecko) selama penelitian ditemukan sering kali berada pada dahan pohon dan bebatuan. Reptil ini ditemukan hampir disetiap hari saat penelitian dan plot. Cecak yang berukuran sedang hingga besar. Kulit punggung tertutupi oleh sisik-sisik granular, 54

Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913 bercampur dengan bintil-bintil yang agak besar. Berikut disajikan hasil persentase pada Gambar 1 keanekaragam jenis reptil dalam diagram lingkaran. 28 38 27 28 42 Kadal Pohon Hijau Kadal Pari 72 Kadal Kebun Kadal Terbang 54 Cicak Terbang Cicak Kayu Tokek Gambar 1. Persentase Keanekaragaman Reptil didesa Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat (Plot Permanen Universitass Lampung), Juni 2015. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu suatu kemampuan komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun terdapat gangguan terhadap komponen-komponennya di mana suatu komunitas akan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika tersusun oleh banyak spesies (Soegianto, 1994; Indriyanto, 2006). Berdasarkan perhitungan indeks keanekaragaman pada setiap harinya diperoleh data keseluruhan yaitu 2,001 yang menunjukkan bahwa plot permanen Universitas Lampung memiliki tingkat keanekaragaman jenis masih cukup baik. Struktur vegetasi hutan merupakan salah satu bentuk pelindung, yang digunakan oleh jenis-jenis reptil untuk tempat penyesuaian terhadap perubahan suhuu ( thermal cover), sehingga hilangnya vegetasi menyebabkan juga hilangnya sumber pakan dan tempat berlindung bagi reptil, menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas pakan dapat mempengaruhi kesejahteraan satwa, sehingga kekurangan pakan dapat menyebabkann satwa berpindah (migrasi), terutama satwa ektotermal seperti reptil yang pergerakannya sangat dipengaruhi oleh suhu. Rapatnya vegetasi pada habitat berhutan vegetasi akan mempengaruhi intensitas sinar matahari yang masuk dan sampai ke lantai hutan (Alikodra 2002). Berikut Persentase keanekaragam jenis reptil di Repong Damar Pekon Pahmungan. Faktor lain yang mempengaruhi keanekaragaman jenis reptil di repong damar pada umunya jarang sekali dibersihkan sehingga ditumbuhi semak, yang kemudian menjadi habitat bagi pakan reptil yaitu serangga, reptil kecil, amfibi, mamalia kecil, dan lain lain. Cuaca merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan reptil karena pada hari hujan reptil tidak mendapatkan intesitas cahaya matahari yang cukup untuk membatu metoblismenya. Menurut (Mattison, 2005) reptil sangat memerlukan suhuu yang cukup untuk proses metabolismenya. Terbukti pada saat penelitian reptil sulit diketemukan pada saat hujan, diduga reptil memilih untuk bersembunyi sehingga lebih sulit untuk ditemukan. B. Indeks Kemerataan Nilai indeks kemerataan spesies dapat menggambarkan kestabilan suatu komunitas, yaitu bila angka nilai kesamarataan diatas 0,75 maka dikatakan komunitas stabil, bila angka kesamarataan berkisar antaraa 0,5 sampai 0,75 maka dikatakan labil, dan bila angka kesamarataan di bawah 0,5 maka dikatakan tertekan. Pernyataan tersebut sama halnya menyatakan bahwa semakin kecil nilai indeks kemerataan spesies maka penyebaran spesies pada suatu habitat semakin tidak merata.nilai indeks kemerataan reptil di Desa Pekon 55

Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913 Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat (Plot Permanen Universitas Lampung), seluruhnya memiliki nilai kemerataan diatas 0,927.Komunitas ini dapat dikatakan berada dalam kondisi yang stabilkarena memiliki nilai kemerataan adalah 0,75 <J 1, dengan kata lain meratanya penyebaran komunitas reptil yang ditemukan di lokasi pengamatan, disajikan pada Gambar 2. 0.96 0.94 0.92 0.9 0.88 0.86 0.84 0.82 1 2 hari 3 ke 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Gambar 2. Histogram indeks kesamarataan (J ) reptil perhari dipekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat (Plot Permanen Universitas Lampung), Juni 2015 Kemerataan tinggi disebabkan oleh jumlah individu setiap jenis reptil yang dijumpai cukup merata dan hampir sama, yaitu rata-rata hanya dijumpai 3-5 individu. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama, maka komunitas tersebutt mempunyai nilai kemerataan yang maksimum (Yusuf, 2008). Dominasi kadal pari dan kadal kebun di habitat tanah terbuka cukup banyak, kadal kebun memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik daripada jenis reptil lainnya, ditunjukan dengan jenis pakannya yang beragam bahkan memakan sisa-sisa makanan manusia. Hal ini diduga karena adanya keterkaitan dengan keberadaan rumah ladang dan aktifitas manusia yang menyisakan makanan yang kemudian dimanfaatkan oleh kadal kebun (Yusuf, 2008). Menurut Cox, Dijk, Nabhitabhata dan Thirakhupt(1998), kadal kebun ini merupakan jenis reptil yang memakan berbagai jenis invertebrata dan dapat berasosiasi disekitar tempat tinggal manusia. Seperti fauna pada umumnya, reptil bergantung pada mahluk hidup lainnya sebagai sumber makanan (Goin dan Goin 1971). C. Vegetasi dan Fungsi Habitat Bagi Reptil Kondisi wilayah di Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat (Plot Permanen Universitas Lampung) merupakan hutan rakyat, Kondisi tofografi Pekon Pahmungan adalah dataran tinggi, dengan ketinggian tanah dari permukaan laut dengan rata-rata 1000-1500m dengan suhu maksimum rata-rata berkisar 28,6 C dan suhu minimum berkisar 22,7 C. Lokasi penelitian tepatnya terletak di plot permanen Universitas Lampung yang berada di pekon pahmungan yang di dalamnya terdapat hutan rakyat yang didominasi pohon damar mata kucing, adapun tanaman lain seperti pada Tabel 2 dan tumbuhan bawah 56

seperti semak-semak dan ilalang yang cukup rapat sehingga memberikan perlinduangan, berkembang biak, bermain, dan mencari makan bagi satwa liar. Tabel 2. Jenis vegetasi di Desa Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat (Plot Permanen Universitas Lampung). No Nama Nasional Nama Ilmiah Famili 1. Damar Shorea javanica Dipterocarpaceae 2. Duku Lansium domesticum Meliaceae 3. Durian Durio zibethinus Bombacaceae 4. Jengkol Pithecellobium lobatum Mimosaceae 5. Petai Parkia speciosa Mimosaceae 6. Manggis Garcinia mangostana Guttiferae 7. Beringin Ficus benjamina Moraceae 8. Cempedak Artocarpus champeden Moraceae 9. Tupak Bacacaurea dulcis Euphorbiaceae 10. Binjai Mangifera caesia Anacardiaceae 11. Tangkil Gnetum gnemon Gnetaceae Menurut Margareta, Rahayuningsih dan Abdullah (2012), keanekaragaman habitat akan pengaruh terhadap keanekaragaman jenis suatu hewan. Semakin beranekaragam struktur habitat maka semakin besar keanekaragaman jenis hewan, hal ini karena habitat menyediakan sumberdaya yang cukup, khususnya sebagai tempat untuk mencari makan, berlindung, dan berkembang biak. Jalur penelitian yang berbatasan dengan masyarakat sehingga merupakan daerah/habitat peralihan (ekoton). Daerah ekoton memberikan kemudahan pada satwaliar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama makanan (Alikodra 2002). Pemilik kebun damar hanya datang satu kali dalam seminggu untuk mengambil getah, sehingga hal ini diduga tidak mengganggu keberadaan satwaliar. Reptil adalah komponen penting dari jaring makanan disebagian besar ekosistem. Mereka mengisi peran penting baik sebagai predator dan spesies mangsa. Spesies herbivora juga bisa menjadi penyebar biji yang penting, terutama pada habitat pulau. Penghapusan spesies dari ekosistem yang drastis dapat mengubah populasi organisme lain, tetapi mereka yang memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam suatu ekosistem dikenal sebagai spesies kunci. Predator puncak, seperti buaya, sering sebagai jenis kunci, meskipun mereka juga berkontribusi pada rantai makanan sebagai mangsa saat mereka masih muda. Beberapa spesies dianggap penting untuk cara mereka memodifikasi habitat mereka D. Pemanfaatan Reptil dan Ancaman Konservasinya Reptil merupakan salah satu bagian dari tingginya kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia (Iskandar dan Erdelen 2006), yang bisa diambil manfaatnya. Menurut Gibbons, Scott, Ryan, Buhlmann, Tuberville, Metts, Greene, Mills, Leiden, Poppy dan Winne (2000),disebutkan manfaat yang bisa diambil dari reptil diantaranya untuk bahan makanan, obat-obatan tradisional, hewan peliharaan. Di berbagai tempat di Indonesia reptil digunakan sebagai pemberantas hama. Bagian yang diperdagangkan yaitu kulit (Yuwono 1998), daging dan reptil hidup sebagai peliharaan (Ma rdiastuti dan Soehartono 2003). Pengambilan langsung dari alam merupakan salah satu ancaman terhadap kelangsungan hidup reptil di Indonesia, terutama kura-kura yang sangat sensitif apabila diambil dari alam, karena kelompok kura-kura memiliki resiko kematian telur dan anakan yang tinggi dan memerlukan waktu yang lama untuk bisa berepropduksi (TRAFFIC Southeast Asia 2001). Di sekitar lokasi 57

penelitian repong damar tidak dijumpai kegiatan pemanfaatan dan reptil yang dimanfaatkan secara langsung oleh penduduk sekitar hutan. Gangguan manusia secara langsung terhadap kelompok reptilia di Repong Damar saat ini jarang terjadi, tetapi secara tidak langsung dapat terjadi pada habitatnya. Makin meningkatnya aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam, mengakibatkan berubahnya komposisi organisme di dalam ekosistem, yang pada gilirannya menjadi ancaman bagi kehidupan jenis fauna. Pada umumnya hewan akan meninggalkan habitatnya yang telah berubah, bahkan dapat mati karena tidak dapat menemukan makanannya yang cocok (Margareta, 2010). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di Pekon Pahmungan Repong Damar Kabupaten Pesisir Barat (Plot Permanen Universitas Lampung) pada bulan Juni 2015 keanekaragaman ditemukan 15 spesies reptil dengan jumlah individu 323 yang berasal dari 7 famili dan diperoleh nilai indeks keanekaragaman H =2,001 yang termasuk dalam kategori sedang dan indeks kesamarataan J = 0,927 yang termasuk dalam kategori stabil. Spesies reptil yang sering dijumpai adalah kadal pari ( Tachydromus sexlineatus), kadal kebun (Eutropis multifasciata), kadal pohon hijau (Dasia olivacea), kadal terbang (Draco obscurus), cicak terbang (Draco volans),tokek (Gecko gecko)dancicak kayu (Hemidactylus frenatus) (n=72, 54, 42, 38, 28, 28,27). DAFTAR PUSTAKA Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid II. Buku. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. 89 p. Amri,S., B. Nurdjali, dan S. Siahaan. 2015. Keanekaragaman jenis reptil ordo squamata dikawasan hutan lindung gunung semahung desa sebatih kecamatan sengah temilakabupaten landak. Jurnal Hutan Lestari 3 (1) : 30 34. Bappenas. 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia. Buku.Ministry of development planning/ national development planning agency. Jakarta. 15 p. Cox M, P. Dijk, J. Nabhitabhata, K. Thirakhupt. 1998. A Photographic guideto snakes and other reptiles of peninsular malaysia, singapore and thailand. london, sidney, singapore. Journal. New Holland Publishers Ltd. Das, I. 2010. Reptiles of South-East Asia. Buku. New Holland Publishers. UK. 123 p. Firdaus, A. B., A. Setiawan, E.L. Rustiati., 2014. keanekaragaman spesies burung di repong damar pekon pahmungan kecamatan pesisir tengah krui kabupaten lampung Barat. Jurnal Sylva Lestari.2(2): 1 6. Gibbons, J., D. Scott, T. Ryan, K. Buhlmann, T. Tuberville, B. Metts, J. Greene, T. Mills, Y. Leiden, S. Poppy, T. Winne. 2000. The global decline of reptiles déjà vu amphibians. biosciencejournal. (50) 8: 653 666. Goin C.J., O.B. Goin. 1971. Introduction to herpetology. Buku. San Francisco: WH Freeman and Company. 154 p. Heyer, W.R., M.A., Donnelly., McDiarmid., Hayek & M.S., Foster. (eds). 1994. Measuring and monitoring biological diversity. standar methods for amphibians. Buku. Smithsonian Institution Press, Washington DC. 76 p. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 43 p. Iskandar D. T. and Erdelen. 2006. Conservation of amphibians and reptiles in indonesian : issue and problems.buku. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 54 p. Jasin. 1984, Sistematik hewan (invertebrata dan vertebrata). Buku. Sinar Jaya, Surabaya. 32p. 58

Kusrini M.D, W., Endarwin., A.UI-Hasanah., M., Yazid. 2007. Metode pengamatan herpetofauna di taman nasional batimurung bulusaraung, sulawesi selatan. modul pelatihan. Jurnal.Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. 7 12 Mardiastuti A., T. Soehartono. 2003. Di dalam: Kusrini MD, Mardiastuti A, Fitri A, editor. Konservasi amfibi dan reptil di indonesia. Jurnal. Bogor: Indonesian Reptile and Amphibian Trade Association (IRATA).131 144 Margareta, Rahayuningsih, dan M. Abdullah. 2012. Persebaran dan keanekaragaman herpetofauna dalam mendukung konservasi keanekaragaman hayati di kampus sekaran universitas negeri semarang. IndonesianJournal of Conservation 1 (1) [ISSN: 2252-9195]Hlm. 1 10. Mattison, C. 2005. encyclopedia of reptiles and amphibians.buku.the Brown Reference Group plc. Singapore. 79 p. Mistar. 2003. panduan lapangan amfibi kawasan ekosistem leuser.buku.perpustakaan Nasional. Jakarta. 67 p. Nainggolan, V.,dan B. S. Dewi, 2011. Analisis populasi jenis primata di repong damar pekon pahmungan kecamatan pesisir tengan kabupaten lampung barat.skripsi. Fakultas Pertanian,Universitas Lampung. Lampung. 56 p. Soegianto, A. 1994. Ekologi kuantitatif: metode analisis populasi dan komunitas.buku.usaha Nasional. Jakarta. 32 p. TRAFFIC Southeast Asia. 2001. An Overview of the trade in live south-east asian freshwater turtles. Journal AC17 Inf 71 5. Tweedie, M.W.F. 1983. The snakes of malaya. Buku The Singapore National Printers. Singapore. 98 p. World Wildlife Fund Indonesia, Kehutanan. 2007. Indonesia. http://www.wwf.or.id/ tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/tentang_forest_spesieskehutanan/ diakses 11 agustus 2015. Yusuf,2008. Studi keanekaragaman jenis reptil pada beberapa tipe habitat di eks-hph pt rki kabupaten bungo propinsi jambi.skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. p 5 40. Yuwono F.B. 1998. Di dalam: Erdelen W, editor. Conservation Trade and Sustainable Use of Lizards and Snakes in Indonesia-Mertensiella. Jurnal. Germany: Reinbach.7:9-15. 59

Halaman ini sengaja dikosongkan 60