MODUL PENANGANAN PATAH TULANG DAN CEDERA SENDI

dokumen-dokumen yang mirip
Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

MODUL PENANGANAN LUKA

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

MODUL PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Klavikula merupakan tulang penghubung antara lengan atas dengan

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

TUGAS AKHIR SIMULASI HIP JOINT PROSTHESIS PADA ORGAN TUBUH MANUSIA

Pengantar Cedera Olahraga

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

P3K Posted by faedil Dec :48

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

Oleh : Saryono, SKp.,MKes. Mem TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersama dengan kemajuan zaman yang dirasakan dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang

BAB I PENDAHULUAN. trauma atau aktifitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada. dan terjadi fraktur radius 1/3 (Thomas, 2011).

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Penanganan atau pertolongan terhadap cedera Oleh Tri Ani Hastuti

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia. Maka Islam menegaskan perlunya

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

Fungsi dari Perlengkapan Ambulance ( Stretcher ) Stretcher a. Folding Stretcer ( Tandu Lipat ) b. Scoop Stretcher

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. pengguna kendaraan bermotor di masyarakat, tingkat kecelakaan di dunia

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka untuk mewujudkan pembangunan nasional bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. patah tulang adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

Sehat Mengenakan Tas Ransel Sunday, 12 February :16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA

RUPTUR TENDO ACHILLES

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA

PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

Gangguan Pada Bagian Sendi

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

Written by Dr. Brotosari Wednesday, 02 September :18 - Last Updated Wednesday, 28 December :53

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan tindakan operasi pemasangan Plate and Screw, yaitu

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

Patofisiologi Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan di sekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persarafan dan pembulu

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan manusia. Banyak anak-anak dibawah umur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMAHAMAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PERTOLONGAN PERTAMA DALAM CEDERA OLAHRAGA PADA ANGGOTA PMR SMP NEGERI 20 JAKARTA

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA

BAB I KONSEP DASAR. berhubungan dengan asetabulum menbentuk kepala sendi yang disebut kaput

Transkripsi:

MODUL PENANGANAN PATAH TULANG DAN CEDERA SENDI TIM BANTUAN MEDIS BEM IKM FKUI 1

PENDAHULUAN Patah tulang merupakan cedera yang sering terjadi pada kecelakaan baik itu kecelakaan kerja, rumah tangga, maupun lalu lintas. Angka kecelakaan di Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi. 1,2 Pada sebuah studi di Indonesia, proporsi cedera patah tulang atau amputasi paling tinggi terjadi karena kecelakaan lalu lintas. 3 Ditambah lagi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip oleh Badan Intelijen Negara (BIN), kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung koroner dan penyakit tuberculosis/tbc. 4 Namun, seringkali kejadian patah tulang tidak ditangani secara cepat dan tepat sehingga kondisi korban kecelakaan pun menjadi semakin parah dan bahkan fatal. Kondisi fatal yang dimaksud adalah meninggalnya korban kecelakaan di lokasi kejadian atau meninggal setelah 24 jam dari terjadinya kecelakaan. Di kota-kota besar di Indonesia, ambulans mungkin tidak bisa tepat waktu karena kondisi jalanan yang tidak memungkinkan. Namun di kota kota kecil di Indonesia fasilitas ambulans malah tidak ada, atau medan transportasinya yang tidak mendukung. Tetapi, komplikasi dari kejadian ini bisa dikurangi dengan penanganan awal yang tepat oleh awam. Pada modul ini, akan dijelaskan bagaimana cara membidai tulang yang patah untuk diimobilisasi agar cedera tidak bertambah parah. Pembidaian merupakan salah satu proses penting dalam penatalaksanaan awal korban patah tulang. Oleh karena itu, penting bagi awam menguasai teknik pembidaian yang benar. Sumber 1. Survei kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia; orang-orang yang mati dalam diam [Internet]. 2014 Nov 7 [cited 2015 May 5]. Available at: http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/11/07/nenhso57-surveikecelakaan-lalu-lintas-di-seluruh-dunia-orangorang-yang-mati-dalam-diam 2. Sriwijaya post. Tingkat kecelakaan kerja di perusahaan indonesia tinggi [Internet]. 2014 Aug 30 [cited 2015 May 5]. Available at: http://palembang.tribunnews.com/2014/08/30/tingkat-kecelakaan-kerja-diperusahaan-indonesia-tinggi 2

3. Riyadina W. Profil cedera akibat jatuh, kecelakaan lalu lintas dan terluka benda tajam/ tumpul pada masyarakat Indonesia. Jur Peny Tdk MIr Indo. 2009;1:1 11. 4. BIN. Kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga. [internet]. [cited: 2015 Mar 2]. Available from: http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintasmenjadi-pembunuh-terbesar-ketiga 3

TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum Membentuk Safe Community dengan melatih siswa SMA agar dapat mengidentifikasi patah tulang dan melakukan pembidaian dengan teknik yang benar Tujuan Khusus Siswa mampu mengidentifikasi dan mengenali tanda-tanda patah tulang Siswa mampu melakukan pembidaian dengan teknik dan prinsip pembidaian yang benar Siswa mampu melakukan penanganan awal terhadap cedera sendi 4

LAMPIRAN Materi: Patah tulang dan Cedera Sendi Tulang merupakan suatu organ yang tersusun dari jaringan ikat padat. Tulang memiliki banyak fungsi, yaitu menyangga tubuh, mendukung pergerakan, melindungi organ-organ, tempat dibentuknya sel darah merah, dan tempat penyimpanan mineral serta lemak. 1 Dalam fungsinya mendukung pergerakan, tulang membentuk persendian dengan tulang yang lainnya. Cedera pada tulang atau sendi dapat menyebabkan gagal fungsi tulang baik sebagai pendukung pergerakan maupun dalam fungsinya sebagai organ. Cedera tulang akan menurunkan kualitas hidup penderitanya dan berpengaruh banyak terhadap pekerjaan. Fraktur (Patah Tulang) Diskontinuitas atau hilangnya integritas tulang dinamakan fraktur atau biasa disebut dengan patah tulang. Patah tulang terjadi karena ketidakseimbangan antara gaya mekanik yang bekerja pada tulang. Gaya mekanik yang lebih besar diterima oleh tulang melebihi kemampuan tulang untuk menahan gaya tersebut akan menyebabkan patah tulang. Kondisi ini terjadi karena tulang menerima gaya berulang, atau tulangnya sendiri yang memang sudah rapuh. 2 Lebih dari 75% kasus patah tulang dapat dikenali berdasarkan riwayat, gejala, dan tanda yang ada pada korban. 3 Tanda dan gejala yang biasanya diakui korban patah tulang yaitu rasa nyeri, penurunan fungsi, perubahan bentuk (deformitas), serta riwayat trauma. Selanjutnya, pemeriksaan fisik untuk mendeteksi patah tulang dilakukan dengan cara melihat (look), meraba/merasakan (feel), dan menggerakkan (move). Pemeriksaan fisik juga harus dilakukan dengan membandingkan bagian tubuh yang dicurigai patah tulang dengan sisi lainnya (kanan/kiri). Dengan melihat secara cermat (look) dapat ditemukan bengkak, perubahan bentuk, gerakan tidak normal, atau perubahan warna. Dengan melakukan perabaan, memegang, mengenali dengan kedua tangan (feel) dapat ditemukan rasa hangat dan lunak, nyeri ketika ditekan, atau spasme (kram) otot. Dengan menggerakkan sendi yang berdekatan dengan daerah patah baik bagian ujung maupun pangkal (move) akan didapatkan gerakan sendi yang terbatas, tertahan, rasa nyeri dsb. 5

Tulang yang mengalami patah tulang akan menyambung dengan sendirinya meski dibiarkan. Penyambungan tulang terjadi pada posisi terakhir ujung tulang yang patah. Apabila posisi kedua ujung tulang yang patah mengalami penyambungan pada posisi bengkok maka tulang akan bengkok. Sebaliknya apabila ujung tulang yang patah mengalami penyambungan sesuai posisinya sebelum patah maka tulang akan menyatu persis pada kondisi tulang sebelum patah. Penatalaksanaan patah tulang kuncinya ada pada bagaimana kita dapat mengembalikan kedua ujung yang patah pada posisi awalnya lalu kemudian mempertahankan posisi itu sampai proses penyembuhan lengkap. Subluksasi dan Dislokasi (Cedera Sendi) Sendi merupakan tempat bertemunya dua atau lebih tulang. Tersusun oleh dua atau lebih tulang yang bertemu, sendi juga dapat dilengkapi oleh tendon (pelekatan otot ke tulang) dan ligamen (jaringan ikat antar tulang). 1 Pada kondisi normal, sendi harus bersifat stabil supaya posisi tulang tidak melewati batas normal meski tulang bergerak-gerak. Gangguan pada daerah persendian, misalnya tarikan bahkan robekan pada ligamen (Robeknya ligamen: sprain) atau tendon (robeknya tendon: strain) atau patah tulang di dekat persendian dapat menyebabkan gangguan stabilitas sendi dan pergeseran sendi. Gambar 1. Persendian di daerah lengan atas 1 Pergeseran sendi dapat berupa subluksasi atau dislokasi. Subluksasi sendi adalah kondisi di mana masih terdapat kontak antara permukaan tulang-tulang penyusun sendi. Ketika kontak tersebut sudah tidak ada, sendi tersebut dikatakan 6

mengalami dislokasi. 2 Sama seperti patah tulang, subluksasi dan dislokasi sendi juga terjadi karena ketidakseimbangan antara gaya yang didapat oleh sendi dengan gaya yang dapat ditahan oleh sendi. Gambar 2. Berbagai cedera sendi. A) ruptur ligamen. B) dan C) patah tulang karena tarikan ligamen. D) subluksasi. E) dislokasi 2 Subluksasi dan dislokasi sendi dapat diketahui dari tanda dan gejala yang ada. Pada keterangan yang diberikan korban, dapat ditemukan riwayat trauma, rasa nyeri dan gangguan pergerakan sendi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bengkak, perubahan bentuk, gangguan pergerakan, serta nyeri tekan pada sendi yang cedera. Tanda dan gejala pergeseran sendi memang mirip dengan patah tulang, yang membedakannya adalah lokasi dan jenis trauma. Lokasi ditemukannya tanda-tanda tersebut memang bisa mirip antara pergeseran sendi atau patah tulang di dekat persendian. Mengenai riwayat trauma, pergeseran sendi biasanya didahului oleh pergerakan sendi, sementara patah tulang biasanya didahului oleh gaya dari luar seperti pukulan benda keras atau terjatuh. Pertolongan Pertama pada Patah tulang dan Cedera Sendi Selama korban masih di tempat kejadian cedera, ada pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh masyarakat awam. Tatalaksana tersebut adalah pemasangan bidai sederhana. Pemasangan bidai dilakukan setelah dipastikan tidak ada gangguan pada pernapasan dan sirkulasi korban dan luka sudah ditangani. Bidai bertujuan untuk mencegah pergerakan (imobilisasi) pada tulang dan sendi yang mengalami cedera. Imobilisasi ini menghindari pergerakan yang tidak perlu, sehingga mencegah perburukan patah tulang dan cedera sendi serta menghindari rasa nyeri. 3,4,5 Pemasangan bidai juga akan memberikan gaya tarik dengan perlahan namun konsisten sehingga membantu mereposisi bagian yang cedera mendekati posisi normalnya. 3 7

Bidai sederhana dapat dibuat dari bahan apapun yang kaku, seperti kayu, penggaris, atau tongkat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan bidai, yaitu: 4,5 Bidai harus cukup panjang. Pada kasus patah tulang: Melewati sendi yang ada di pangkal dan ujung tulang yang patah. Pada kasus cedera sendi: Mencapai dua tulang yang mengapit sendi yang cedera. Bidai harus cukup kuat untuk menghindari gerakan pada bagian yang patah tulang atau sendi yang cedera, namun tidak mengganggu sirkulasi. Bila tidak ada alat yang kaku untuk dijadikan bidai, bagian tubuh yang cedera bisa diikatkan dengan bagian tubuh yang sehat, misalnya dengan membalut lengan ke tubuh, atau membalut kaki ke kaki yang sehat. Jangan meluruskan (reposisi) tangan atau kaki yang mengalami deformitas, pasang bidai apa adanya. Berikut adalah langkah-langkah pemasangan bidai: 4,5 1. Pastikan lokasi luka, patah tulang atau cedera sendi dengan memeriksa keseluruhan tubuh korban (expose) dan membuka segala jenis aksesoris yang menghalangi (apabila tidak melukai korban lebih jauh) 2. Perhatikan kondisi tubuh korban, tangani perdarahan jika perlu. Bila terdapat tulang yang mencuat, buatlah donat dengan menggunakan kain dan letakkan pada tulang untuk mencegah pergerakan tulang. 3. Memeriksa PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak. 4. Tempatkan bidai di minimal dua sisi anggota badan yang cedera (misal sisi samping kanan, kiri, atau bagian bawah). Letakkan bidai sesuai dengan lokasi cedera. 5. Hindari mengangkat tubuh pasien untuk memindahkan pengikat bidai melalui bawah bagian tubuh tersebut. Pindahkan pengikat bidai melalui celah antara lekukan tubuh dan lantai. Hindari membuat simpul di permukaan patah tulang. 6. Buatlah simpul di daerah pangkal dan ujung area yang patah berada pada satu sisi yang sama. Lalu, pastikan bidai dapat mencegah pergerakan sisi anggota 8

badan yang patah. Beri bantalan/padding pada daerah tonjolan tulang yang bersentuhan dengan papan bidai dengan menggunakan kain. 7. Memeriksa kembali PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak. Bandingkan dengan keadaan saat sebelum pemasangan bidai. Apabila terjadi perubahan kondisi yang memburuk (seperti: nadi tidak teraba dan / atau tidak dapat merasakan sentuhan dan / atau tidak dapat digerakkan) maka pemasangan bidai perlu dilonggarkan. 8. Tanyakan kepada korban apakah bidai dipasang terlalu ketat atau tidak. Longgarkan balutan bidai jika kulit disekitarnya menjadi: Pucat atau kebiruan Sakit bertambah Kulit di ujung tubuh yang cedera menjadi dingin Ada kesemutan atau mati rasa Berikut contoh mengenai pemasangan bidai sederhana sebagai pertolongan pertama: Gambar 3. Pemasangan bidai untuk patah tulang lengan atas atau pergeseran sendi bahu 3 9

Gambar 4. Pemasangan bidai untuk patah tulang lengan bawah atau pergeseran sendi siku 4 Gambar 5. Pemasangan bidai untuk patah tulang tungkai atas 5 Gambar 6. Pemasangan bidai untuk patah tulang tungkai bawah 6 10

Referensi 1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology, Twelfth Edition. Hoboken: Wiley; 2009. 2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley s System of Orthopaedics and Fractures, Ninth Edition. London: Hodder-Arnold; 2010. 3. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of The Musculoskeletal System, Third Edition. Baltimore: Williams & Wilkins; 1999. 4. American Academy of Orthopaedic Surgeons. First Aid, AED, and AED Standard, Sixth Edition. Sudbury: Jones & Bartlett Learning; 2012. 5. Ramaiah S. Health Solutions: First Aid. New Delhi: Sterling; 2008. Referensi Gambar 1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology, Twelfth Edition. Hoboken: Wiley; 2009. Figure 9.12.c. Right shoulder (humeroscapular or glenohumeral) joint, frontal view. p. 285. 2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley s System of Orthopaedics and Fractures, Ninth Edition. London: Hodder-Arnold; 2010. Figure 23.54. Joint injuries. p. 731. 3. Emergency Informations System, Inc. Fractures. 2011 [updated 2011, cited April 2014]. [Figure] Fracture of the upper arm. Available from: http://911emg.com/first-aid-upper-arm.html 4. Emergency Informations System, Inc. Fractures. 2011 [updated 2011, cited April 2014]. [Figure] Fracture of the forearm. Available from: http://911emg.com/firstaid-forearm.html 5. Emergency Informations System, Inc. Fractures. 2011 [updated 2011, cited April 2014]. [Figure] Fracture of the thigh. Available from: http://911emg.com/first-aidthigh.html 6. Raaymakers E, Schipper I, Simmermacher R, Van der Werken C, Baumgaertner M. Reduction & Fixation of Fractures. 2010 [updated November 14, 2010, cited April 2014]. [Figure] First aid. Available from: https://www2.aofoundation.org/wps/portal/!ut/p/c0/04_sb8k8xllm9msszpy8x Bz9CP0os3hng7BARydDRwN3QwMDA08zTzdvvxBjIwN_I_2CbEdFADiM_Q M!/?basicTechnique=Proximal%20femur%20fracture%20management%20with% 20minimal%20resources&segment=Proximal&bone=Femur&showPage=redfix# 11

Daftar Tilik Pembidaian No. Proses yang Dilakukan 1. Amankan diri, lokasi, dan korban, serta perkenalkan diri 2. Menilai apakah korban dalam keadaan kondisi umum baik; tidak ada gangguan pada pernapasan dan sirkulasi korban. 3. Aktifkan SPGDT 4. Pastikan lokasi luka, patah tulang atau cedera sendi dengan memeriksa keseluruhan tubuh korban (expose) dan membuka segala jenis aksesoris yang menghalangi (apabila tidak melukai korban lebih jauh) 5. Bila ada bagian tubuh yang terluka, tutup luka dengan penutup yang bersih (kain/ kassa) 6. Memeriksa PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak. 7. Jika terdapat tulang yang mencuat, buatlah donat untuk memastikan tulang tidak bergerak 8. Lakukan pembidaian (prinsip pembidaian) Cukup panjang (melewati 2 sendi atau 2 tulang) Pemasangan alat yang kaku (papan dsb), minimal pada 2 sisi. Pada bagian yang berlekuk, lakukan penyanggahan dengan sesuatu yang lunak (bantal kecil, gulungan kassa, dsb). Bila tidak ada alat yang kaku, bagian tubuh yang cedera bisa diikatkan dengan bagian tubuh yang sehat, misalnya dengan membalut lengan ke tubuh, atau membalut kaki ke kaki yang sehat. Bila ada tulang yang menonjol jangan dipaksa untuk dimasukkan kembali. 9. Akhiri balutan dengan membuat simpul pada satu sisi 10. Memeriksa kembali PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak. Bandingkan dengan pemeriksaan sebelum pembidaian. 11. Tanyakan kepada korban apakah bidai dipasang terlalu ketat atau tidak. Longgarkan ikatan bidai jika kulit disekitarnya menjadi: ( ) 12

Pucat atau kebiruan Sakit bertambah Kulit di ujung tubuh yang cedera menjadi dingin Ada kesemutan atau mati rasa 12. Transportasikan korban ke rumah sakit setelah keadaan stabil 13