Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Rata Rata Pusat Perbelanjaan, Studi Kasus Sepuluh Pusat Perbelanjan di Kota Surabaya Mohammad Razif 1 & Edya Pitoyo 2 1,2) Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS Surabaya Indonesia 1) Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang Indonesia e-mail: razif@its.ac.id Abstrak Permasalahan yang akan dibahas adalah mencari metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata rata dari Pusat Perbelanjaan dengan melakukan studi kasus pada sepuluh pusat perbelanjaan di Kota Surabaya. Metode yang dipakai adalah dengan melakukan observasi kebutuhan air bersih rata rata selama 12 bulan dari setiap Pusat Perbelanjaan. Dari data obeservasi ini dilakukan perhitungan kebutuhan air bersih ratarata bulanan dan kebutuhan air bersih rata-rata harian. Selain itu dari hasil observasi juga diperoleh luas lantai dari setiap Pusat Perbelanjan. Dari hasil observasi disimpulkan bahwa kebutuhan air bersih ratarata perhari dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berkisar dari yang terkecil sebesar 26 m 3 sampai yang terbesar sebesar 922 m 3. Metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata untuk Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berdasarkan luas lantai masih dapat dipergunakan untuk perhitungan kebutuhan air bersih di tahap perencanaan, misalnya untuk keperluan studi amdal. Jika diinginkan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata yang lebih mendekati kenyataan, maka bisa dilakukan dengan metode analogi kebutuhan air bersih dengan pemakaian air bersih dari Pusat Perbelanjaan yang sudah beroperasi berdasarkan kemiripan luas bangunan dan lantai, serta aktifitas yang ada di dalam Pusat Perbelanjaan. Kata kunci : Kota Surabaya ; Pemakaian Air Bersih ; Pusat Perbelanjaan 1. Pendahuluan Pusat Perbelanjaan (mall) umumnya menampung beragam kegiatan tidak sematamata kegiatan pertokoan saja, melainkan ada kegiatan restoran, salon, bioskop, hypermart dll. Banyaknya kegiatan dalam pusat perbelanjan menyebabkan peningkatan pemakaian air bersih rata rata, yang selain untuk beragam aktivitas juga diperlukan untuk kegiatan toilet dan pembersihan gedung pusat perbelanjaan. Saat ini ada sebanyak 34 Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya. Dalam kegiatan studi Amdal untuk Pusat Perbelanjaan ini umumnya diperlukan informasi pemakaian air bersih rata-rata setiap harinya. Karena studi Amdal disusun pada tahap perencanaan, maka perhitungan pemakaian air bersih rata rata di Pusat Perbelanjaan umumnya didasarkan atas perhitungan teoritik. Seringkali hasil perhitungan teoritik ini tidak sesuai dengan pemakaian air bersih rata rata saat Pusat Perbelanjaan dioperasikan, sehingga perlu pembuktian. Dengan studi kasus ini diharapkan dapat diperoleh pemakaian air bersih rata-rata untuk Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya, sekaligus dapat dibandingkan hasilnya dan dibuktikan kesesuaiannya dengan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata secara teoritik. 2. Tinjauan Pusataka 2.1 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Rata Rata secara Teoritik Menurut Morimura [1] dan Hadisoebroto [2] ada 4 metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata rata di sebuah gedung, secara teoritik adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan jumlah orang yang akan memakai air bersih : metoda ini berdasarkan pada kebutuhan air bersih rata-rata dari setiap orang dan perkiraan jumlah orang yang akan memakai air bersih. Dengan mengalikan kebutuhan air bersih rata-rata perorang dengan jumlah orang pemakai air bersih perhari, maka akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari 2. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing : metoda ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing, mencakup juga jumlah dan jenis alat plambing. Untuk setiap alat plambing ada 1
Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 kebutuhan minimal yang harus dipenuhi. Dengan mengalikan jumlah alat plambing dan kebutuhan setiap alat plambing, maka diketahui kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari. 3. Berdasarkan unit beban alat plambing : metoda ini digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa setiap alat plambing mempunyai besaran unit beban (fixture unit) yang berbeda, dan dengan menjumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m 3 /hari. 4. Berdasarkan luas lantai gedung : metoda ini digunakan jika diketahui luas lantai gedung dan dapat diperkirakan perbandingan luas lantai efektif terhadap luas lantai total. Dari luas lantai efektif ini bisa dihitung jumlah orang efektif yang mengisi lantai tersebut. Dengan mengalikan kebutuhan air bersih rata-rata perorang dengan jumlah orang pemakai air bersih perhari, maka akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m 3 /hari. Khusus untuk tahap perencanaan Pusat Perbelanjaan, metoda 1 sangat sulit untuk dilaksanakan karena kesulitan untuk menaksir jumlah karyawan dan jumlah pengunjung di tahap operasional. Metoda 2 dan 3 juga sulit dilaksanakan jika kegiatan perencanaan Pusat Perbelanjaan belum menyelesaikan tahap DED, khususnya yang menyangkut perencanaan sistem plambing. Oleh sebab itu yang sangat mungkin dilakukan untuk Pusat Perbelanjaan adalah metode ketiga. Perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata ini sangat terkait erat dengan perencanaan penggunaan air harian dan jenis peralatan plambing tiap gedung [3]. 2.2 Persyaratan Air Bersih Perhitungan rata-rata kebutuhan air bersih rata rata yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan gedung mengatasi kekurangan air [4] dan meningkatkan efisiensi penggunaan air [5]. Tentu saja faktor hygienis air untuk Pusat Perbelanjan perlu mendapat perhatian, minimal memenuhi persyaratan Menteri Kesehatan Republik Indonesia [5] dan khususnya terkait aspek mikrobiologi [6]. Air bersih yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. 2.3. Penyusunan Studi Amdal Perhitungan kebutuhan air bersih ratarata ini umumnya juga diperlukan dalam penyusunan Studi Amdal untuk Pusat Perbelanjaan. Sesuai dengan ketentuan UU 32/29 [7] dan PP 27/212 [8] penyusunan Studi Amdal ini harus dilakukan pada tahap perencanaan. Oleh sebab itu menjadi penting pada tahap perencanaan sudah dapat melakukan perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata dari rencana Pusat Perbelanjaan. Kebutuhan air bersih yang cukup besar untuk Pusat Perbelanjaan akan menimbulkan dampak gangguan distribusi air bersih bagi masyarakat yang berlokasi di sekitar Pusat Perbelanjaan sehingga diperlukan penyusunan upaya pengelolaan dampak ini sedini mungkin yang biasanya dicantumkan dalam dolumen RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dari Studi Amdal sesuai pedoman yang berlaku [9]. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5/212 [1] kegiatan Pusat Perbelanjaan termasuk kegiatan yang wajib Amdal karena luas total lantainya lebih dari 1. m 2. 2.4. Perbedaan rencana dengan realisasi Adanya perbedaan antara konsep rencana yang disusun oleh perancang Pusat Perbelanjaan dengan realisasi yang diimplementasikan oleh pengelola Pusat Perbelanjan adalah salah satu penyebab tidak samanya perencanaan kebutuhan air bersih dengan pemakaian air bersih di tahap operasional. Masalah ini sangat sulit dipecahkan karena umumnya terjadi perbedaan yang cukup besar antara penyewa stand yang direncanakan mengisi Pusat Perbelanjaan dengan penyewa stand yang sesungguhnya mengisi Pusat Perbelanjan ditahap operasional. Sebagai contoh misalnya direncanakan 1 restoran penyewa yang akan beroperasi, tetapi faktanya ada 2 restoran penyewa yang berminat saat bangunan Pusat Perbelanjaan selesai dibangun, yang tentu saja akan mempengaruhi perubahan perhitungan rencana kebutuhan air bersih dengan perhitungan realisasi pemakaian air bersih. Masalah lain adalah terkait dengan ketepatan asumsi unit demand yang direncanakan seperti asumsi pemakaian liter/orang/hari 2
Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 atau liter/aktifitas/hari. Tentu saja yang paling sulit adalah ketepatan prediksi jumlah pengunjung Pusat Perbelanjaan. 3. Metode Studi 3.1. Penentuan Luas Lantai Efektif Luas lantai efektif yang dimaksudkan untuk Pusat Perbelanjaan adalah luas lantai yang dipakai untuk aktifitas yang berisi aktivitas manusia. Tidak masuk dalam pengertian luas lantai efektif ini luas lantai yang dipakai untuk kegiatan parkir dan kegiatan utilitas seperti gardu listrik, pompa, genset, IPAL, dan Depo TPS. Dari gambar denah perencanaan, luas lahan efektif ini bisa dihitung. Berdasarkan observasi pada sepuluh Pusat Perbelanjaan, luas lantai efketif ini sangat bervariasi dan bisa diambil rata rata sebesar 5% dari luas lantai total. 3.2. Penentuan jumlah orang efektif perluas lantai Belum ada penelitian yang bisa dijadikan acuan untuk jumlah orang efektif perluas lantai. Umumnya untuk Pusat Perbelanjaan jumlah orang efektif perluas lantai lebih besar dari Perkantoran. Pada umumnya Pusat Perbelanjaan dirancang dengan luas lantai yang nyaman untuk pengunjung dan menghindari agar pengunjung tidak berdesakan. Jika tersedia data deret waktu tentang jumlah orang (pengunjung dan karyawan) dari setiap Pusat Perbelanjan, maka sebetulnya jumlah orang efektif perluas lantai bisa diteliti lebih detail. Dalam penelitian ini dilakukan asumsi dengan mengambil 1 m 2 luas lantai untuk tiap orang. 3.3. Perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas lantai gedung Untuk studi kasus sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya diasumsi kebutuhan rata rata per orang per hari sebanyak 5 liter. Besaran 5 liter berasal dari pendekatan penjumlahan pemakaian air untuk restoran (3 liter), gedung bioskop (1 liter) dan untuk departement store, salon, clening service dll (1 liter). Dengan mengalikan kebutuhan air rata-rata perorang dengan jumlah orang efektif perluas lantai, maka akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari. 3.4. Perhitungan kebutuhan air berdasarkan rekening air bulanan Untuk studi kasus sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya ini telah diperoleh catatan rekening kebutuhan air bersih setiap bulan selama tahun 213. Dari data ini dilakukan perhitungan rata-rata kebutuhan air bersih perbulan dan kebutuhan air bersih perhari. Hasil perhitungan ini kemudian dapat dibandingkan dengan perhitungan kebutuhan air bersih berdasrkan luas lantai. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih berdasarkan luas lantai Berdasarkan hasil observasi luas lantai dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya ini dapat dilakukan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata perhari yang diperlihatkan di Tabel 1 Tabel 1. Perhitungan m 3 kebutuhan air ratarata perhari berdasarkan m 2 luas lantai PP Luas lantai total (m 2 ) Luas lantai efektif (m 2 ) orang m 3 1 1584 5292 529 53 2 5641 282.5 282 28 3 12 6 6 6 4 23372 11686 1167 117 5 152 76 76 76 6 8 4 4 4 7 81291 4645.5 465 46 8 2 1 1 1 9 79597 39798.5 398 398 1 369 1845 1845 1845 Perhitungan di Tabel 1 diatas berdasarkan asumsi : luas lantai efektif 5%, satu orang untuk tiap 1 m 2 luas lantai., dan kebutuhan air 5 l/orang/hari. 4.2. Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih berdasarkan rekening air bulanan Berdasarkan hasil observasi pada 1 Pusat Perbelanjaan diperoleh data rekening air bulanan selama tahun 213 yang diperlihatkan secara grafik pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 1. 3
Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 PP 1 PP 5 6 1 4 2 PP 1 5 PP 5 Tahun 213 Tahun 213 Gambar 1 Pemakaian air PP 1 Tahun 213 Gambar 5 Pemakaian air PP 5 Tahun 213 PP 2 PP 6 8 6 4 2 Tahun 213 PP 2 15 1 5 Tahun 213 PP 6 Gambar 2 Pemakaian air PP 2 Tahun 213 Gambar 6 Pemakaian air PP 6 Tahun 213 PP 3 PP 7 15 15 1 1 5 Tahun 213 PP 3 5 Tahun 213 PP 7 Gambar 3 Pemakaian air PP 3 Tahun 213 Gambar 7 Pemakaian air PP 7 Tahun 213 PP 4 PP 8 8 6 4 2 Tahun 213 PP 4 2 15 1 5 Tahun 213 PP 8 Gambar 4 Pemakaian air PP 4 Tahun 213 Gambar 8 Pemakaian air PP 8 Tahun 213 4
Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 3 2 1 Gambar 9 Pemakaian air PP 9 Tahun 213 4 3 2 1 PP 9 Tahun 213 PP 1 Tahun 213 PP 9 PP 1 Gambar 1 Pemakaian air PP1 Tahun 213 Gambar 1 sampai 1 adalah data hasil observasi rekening air selama tahun 213 (Januari 213 sampai Desember 213) yang dihitung rata-rata perbulan dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya. Gambar 1 sampai 1 telah disusun dari pemakaian air bersih rata-rata terkecil untuk Pusat Perbelanjan 1 (PP 1) sampai untuk Pusat Perbelanjan dengan pemakaian air bersih rata rata terbesar (PP1). 4.3. Perbandingan Kebutuhan Air dari Metoda Luas Lantai dan Metoda Pencatatan Rekening Air Bulanan Dari data rata-rata pemakaian air perbulan dalam m 3 dari rekening air dapat dihitung rata-rata pemakaian air perhari dalam m 3 untuk setiap Pusat Perbelanjaan. Hasil perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan rata-rata pemakaian air perhari berdasarkan luas lantai dari Tabel 1 yang diperlihatkan di Tabel 2. Tabel 2 Perbandingan kebutuhan air bersih rata-rata perhari (m 3 ) dengan metoda luas lantai dan metoda rekening bulanan PP Dengan metoda luas lantai (m 3 ) Dengan metoda rekening bulanan (m 3 ) 1 53 26 2 28 14 3 6 3 4 117 117 5 76 38 6 4 2 7 46 23 8 1 5 9 398 398 1 1845 922 Untuk melihat apakah kedua metoda ini cenderung memberikan hasil yang sama maka dilakukan penggambaran garis kecenderungan untuk masing-masing metoda yang diperlihatkan di Gambar 11 dan 12. 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Gambar 11 Garis kecenderungan dari perhitungan memakai metode luas lantai 1 8 6 4 2 y = 71.697x - 88.333 R² =.651 5 1 15 y = 78.26x - 65.794 R² =.855 5 1 15 Gambar 12 Garis kecenderungan dari perhitungan memakai metode rekening air bulanan 5
Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 Meskipun kedua garis kecenderungannya tidak tepat sama, namun kecenderungan kemiringannya memang terlihat agak mirip. Dengan demikian metode perhitungan kebutuhan air bersih rata rata perhari memakai metode luas lahan masih dapat dipergunakan sebagai alternatif untuk memperkirakan kebutuhan air bersih rata rata di tahap perencanaan, misalnya untuk keperluan studi Amdal. 4.4. Metoda analogi Karena masih ada sedikit perbedaan hasil antara metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata antara yang dengan luas lantai dan yang dengan pencatatan rekening bulanan, maka jika diinginkan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata yang lebih mendekati kenyataan, upaya yang bisa dilakukan adalah dengan metode analogi. Metoda ini mendekatkan kebutuhan air bersih rata-rata dengan pemakaian air bersih rata rata dari Pusat Perbelanjan yang sudah beroperasi berdasarkan kemiripan luas bangunan dan lantai, serta aktifitas yang ada di dalam Pusat Perbelanjaan. Dengan analogi Pusat Perbelanjaan sejenis, maka kebutuhan air bersih juga dapat dianalogikan untuk yang direncanakan dengan yang sudah beroperasi. Tentu saja metoda analogi ini juga harus mempertimbangkan faktor kesamaan lokasi dan kesamaan kemudahan jangkauan pengunjung. 5. Kesimpulan 1. Kebutuhan air bersih rata-rata perhari dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berkisar dari yang terkecil sebesar 26 m 3 sampai yang terbesar sebesar 922 m 3. 2. Metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata untuk Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berdasarkan luas lantai masih dapat dipergunakan untuk perhitungan kebutuhan air bersih di tahap perencanaan, misalnya untuk keperluan studi amdal. 3. Jika diinginkan perhitungan kebutuhan air bersih yang lebih mendekati kenyataan, maka bisa dilakukan dengan metode analogi kebutuhan air dengan pemakaian air dari Pusat Perbelanjan yang sudah beroperasi berdasarkan kemiripan luas bangunan dan lantai, serta aktifitas yang ada di dalam Pusat Perbelanjaan 6. Pustaka 1. Morimura, T., Noerbambang, S.M. (1984). Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 2. Hadisoebroto, R., Astono, W., dan Rizki, A.W.P. (27). Kajian Pola Pemakaian Air Bersih di Tiga Apartemen di Jakarta. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.p hp/jtl/article/viewfile/17266/17212.html 3. Agudelo-Vera, C.M., Keesman, K.J., Mels, A.R., Riinaarts, H.H.M. (213). Evaluating The Potential of Improving Residential Water Balance at Building Scale. Water research Volume 47. pp : 7287-7299 4. Pingale, S.M., Jat, M.K., Khare, D. (214). Integrated Urban Water Management Modelling Under Climate Change Scenarios. Resources, Conservation and Recycling Volume 83. pp : 176 189 5. Anonim. (21) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/21 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta. 6. Dwijosaputro, D. (1981). Dasar Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta. 7. Anonim. (29). Undang Undang No 32/29 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 29 No 14. Jakarta. http://www.menlh.go.id 8. Anonim. (212a). Peraturan Pemerintah RI No 27/212 tentang Izin Lingkungan. Lembaran Negara RI Tahun 212 No 48. Jakarta. http://www.menlh.go.id 9. Anonim. (212b). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No 16/212 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan. Berita Negara RI Tahun 212 No 99. Jakarta. http://www.menlh.go.id 1. Anonim. (212c). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No 5/212 tentang Jenis Rencana Usaha atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Berita Negara RI Tahun 212 No 48. Jakarta. 6
Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 7