BAB I PENDAHULUAN 1.1 Rasional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI

Abstrak. Pendahuluan. Anas et al., Analisis Deskriptif Soal Ujian Nasional Matematika...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Satrisman, 2013

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

15. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. kita. Disadari atau tidak, pendidikanlah yang telah membuat kita menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2006 TINGKAT PROVINSI

PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN)

KONSEP REVISI TAKSONOMI BLOOM DAN IMPLEMENTASINYA PADA PELAJARAN MATEMATIKA SMP

KI dan KD Matematika SMP/MTs

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ALAT-ALAT PENILAIAN PENDIDIKAN

4. Melakukan penjumlahan. dan pengurangan bilangan sampai 20. dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah

ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN BUATAN GURU BIOLOGI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 DITINJAU DARI TINGKAT TAKSONOMI BLOOM

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki

AlphaMath ZUHROTUNNISA ABSTRACT:

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

KESESUAIAN BUKU TEKS KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA DENGAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII. Lulu Choirun Nisa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN SOAL-SOAL OPEN-ENDED

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dirancang secara kuantitatif dengan rancangan Kuasi

TEKNIK PENGEMBANGAN SOAL OBJEKTIF Vinta A. Tiarani

PENALARAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. dipisahkan dari kegiatan mengajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

SILABUS ALOKASI WAKTU T M P S P I SUMBER BELAJAR MATERI PEMBELAJARAN KOMPETENSI DASAR INDIKATOR. Kuis Tes lisan Tes tertulis Pengamatan Penugasan

BAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan

DURASI PEMELAJARAN KURIKULUM SMK EDISI 2004

LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

Desain Proyek Efektif: Kerangka Kerja Kecakapan Berpikir Taksonomi Bloom: Sebuah Tampilan Baru dari Cadangan Lama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENILAIAN HASIL BELAJAR. Dr. Wuri Wuryandani,M.Pd. Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Berdasarkan hal tersebut, negara-negara di dunia berkompetisi dalam

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Istilah cognitive berasal

22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA)

ANALISIS KEBUTUHAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI THE STRUCTURE OF OBSERVED LEARNING OUTCOME PADA MATERI KONSEP LARUTAN PENYANGGA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PREDIKSI UN MATEMATIKA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESKRIPSI PEMELAJARAN

MENYUSUN SOAL TES OBJEKTIF: BENTUK PILIHAN GANDA (CONSTRUCTING OBJECTIVE TEST ITEMS: MULTIPLE-CHOICE FORM)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM MEMBACA TEKS EKONOMI KELAS XI- IPS K3 DI SMA NEGERI 10 MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

SOAL PENJAJAKAN UN MATEMATIKA 2012 PROVINSI DIY

KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI. Rizki Amalia

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian Buku Teks (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 50. Pendidikan (Jakarta: Depdikbud, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

Piramida Besar Khufu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matematika Semester IV

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang

PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM

PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 2012 KODE : E57 NO SOAL PEMBAHASAN. Ingat! a = a a a A = 643 = 64 = 4 2 = 16. Ingat!

PENGEMBANGAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA MELALUI PEMBERIAN TUGAS DENGAN TINGKAT KESUKARAN BERJENJANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BERPIKIR TINGKAT RENDAH MENUJU BERPIKIR TINGKAT TINGGI

Siswa dapat menentukan hal menarik dalam novel. Siswa dapat - menyusun urutan kalimat berbagai jenis teks - melengkapi kata, kalimat, paragraf

ASSESSMENT TRADISIONAL *

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

KISI-KISI UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJUURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI SPLDV SISWA KELAS VIII DI SMP KRISTEN 2 SALATIGA

Tabel 3.1 Rincian kegiatan penelitian kegiatan Maret April Mei Juni Juli

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

MENGEMBANGKAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR

3/30/2010 Rustaman file 1

LATIHAN SOAL PROFESIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 2012 KODE : E57. NO SOAL PEMBAHASAN 1 Hasil dari adalah = Ingat!

Latihan Soal Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah. SMP / MTs Mata Pelajaran : Matematika

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

7. Himpunan penyelesaian dari 3x + 7 < 5x 3 adalah. a. { x x < 5 } b. { x x > 5 } c. { x x < 5 } d. { x x > 5 } e. { x x 5 } e. 3. d.

KISI-KISI UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN PERSIAPAN UN 2014

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

SILABUS SMA/MA. Sumber Belajar. Alokasi Waktu

PREDIKSI UN 2012 MATEMATIKA SMP

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Rasional Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran (goal directed). Dalam konteks ini hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained). Tujuan pembelajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya. Oleh karenanya, tes hasil belajar sebagai alat untuk mengukur hasil belajar harus mengukur apa yang dipelajari dalam proses belajar mengajar sesuai dengan indikator yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku karena tujuan pembelajaran adalah kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan pembelajaran (Grounlund, 1981 : 20). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sebagai akibat dari perubahan perilaku setelah mengikuti proses belajar mengajar berdasarkan tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dilakukan penilaian. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Jadi penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi melalui kegiatan belajar mengajar. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar 1

intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi. Salah satu alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif adalah tes obyektif (objective test). Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Tes obyektif merupakan jenis tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing butir soal, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan, untuk masing-masing butir soal. Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tes obyektif dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu: 1) bentuk pilihan ganda (Multiple Choice items) 2) bentuk benar-salah (True-False items), 3) bentuk menjodohkan (Matching), 3) bentuk melengkapi (Completion items ) dan 4) jawaban singkat (Short answer items). Hasil belajar berupa hafalan pada umumnya diukur dengan tes objektif karena dapat lebih mudah disesuaikan dengan hasil belajar tertentu yang akan diukur, memungkinkan pengadaan sampel tingkah laku yang lebih tepat dan dapat dinilai lebih cepat dan objektif (Grounlund, 1981 : 37). Tes bentuk ini mempunyai beberapa keunggulan. Pertama, penilaiannya yang sangat objektif. Sebuah jawaban hanya mempunyai dua kemungkinan, benar atau salah. Kunci jawaban memberikan informasi apakah jawaban anak benar atau salah. Toleransi di antara salah dan benar tidak diberikan karena tingkat kebenarannya bersifat mutlak. Keuntungan ini membuat soal objektif memiliki reliabilitas yang tinggi, siapapun yang menilai dan kapanpun dinilai, hasilnya akan tetap sama. Kedua, dalam tes bentuk objektif dimungkinkan dapat ditulis butir soal dalam jumlah banyak. Butir soal yang banyak memungkinkan untuk mencakup semua daerah prestasi yang hendak diukur. Kemampuan sampel butir soal meliputi semua daerah prestasi menjadikan pengambilan butir soalnya representatif. Ketiga, tes objektif juga dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau kompleks. Agar tes objektif disamping mengungkapkan aspek ingatan atau hafalan juga dapat mengungkapkan aspek-aspek berpikir lebih kompleks (jenjang kognitif Bloom yang lebih tinggi), maka 2

dalam merancang dan menyusun butir-butir item tes obyektif hendaknya guru mengunakan alat bantu berupa tabel spesifikasi soal yang sering dikenal dengan istilah kisi-kisi soal atau blue print. Pada kenyataannya banyak guru yang membatasi penggunaan bentuk tes obyektif untuk mengukur hasil belajar kognitif pada jenjang yang rendah (mengingat/ingatan) yaitu hanya melatih keterampilan berpikir dasar (basic thinking skills), karena anggapan bahwa tes obyektif tidak dapat mengukur hasil belajar pada jenjang yang lebih kompleks. Padahal jika direncanakan dengan baik maka tes obyektif dapat mengukur hasil belajar pada jenjang yang lebih kompleks (tinggi) yaitu untuk melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). 1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah: 1) Bagaimanakah hierarki hasil belajar kompeks menurut jenjang kognitif Taksonomi Bloom? 2) Bagaimanakah model-model tes obyektif untuk mengukur hasil belajar matematika yang lebih kompleks ditinjau dari jenjang kognitif Taksonomi Bloom? Bentuk tes obyektif yang digunakan sebagai model soal pada makalah ini menggunakan tes obyektif bentuk pilihan ganda. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan hierarki belajar kompleks menurut jenjang kognitif Taksonomi Bloom, dan 2) Untuk mendeskripsikan model-model tes obyektif yang dapat dikembangkan untuk mengukur hasil belajar matematika yang lebih kompleks ditinjau dari jenjang kognitif Taksonomi Bloom. 3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sekilas tentang Jenjang Kognitif Menurut Taksonomi Bloom dan Revisinya Pada tahun 1956, Benjamin Bloom menulis Taksonomi atas Tujuan Pendidikan: Domain Kognitif, dan sejak saat itu deskripsi dari enam tingkat proses berpikir yang dibuatnya dengan segera diadaptasi serta digunakan dalam berbagai macam ragam konteks. Daerah kognitif dari enam tahap tersusun mulai dari kemampuan berpikir yang paling simple (rendah, sederhana) menuju pada kemampuan berpikir yang paling kompleks (tinggi, rumit) yang merupakan suatu kontinus. Seperti digambarkan berikut ini. Evaluation Synthesis Analysis Aplication Knowledge Comprehension (Pengetahuan) C1 (Pemahaman) C2 (Penerapan) C3 (Analisis) C4 (Sintesis) C5 (Evaluasi) C6 Sederhana Kompleks Gambar 1 Jenjang kognitif menurut Bloom dan kawan-kawan Jenjang 1 sampai dengan 3 digolongkan sebagai keterampilan berpikir dasar (basic thinking skills), sedangkan jenjang 4 sampai dengan 6 dimasukkan ke keterampilan berpikir yang lebih tinggi (higher order thinking skills). Taksonomi Bloom sangat besar manfaatnya dalam merencanakan pengembangan tes atau penilaian dengan menggorganisasikan keterampilan berpikir (kognitif) dalam 6 jenjang mulai dari yang paling dasar ke tingkatan yang lebih tinggi. 4

Perkembangan berikutnya, Lorin W. Anderson dan David R. Krathwol menyadari bahwa sesungguhnya belajar itu adalah proses aktif, sehingga jenjangjenjang dalam taksonomi semestinya juga harus menggambarkan proses aktif tersebut. Anderson dan Krathwol (2001) merevisi Taksonomi Bloom dalam bukunya yang berjudul A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom s Taxonomy of Educational Objectives. Revisi yang mereka lakukan menyangkut beberapa perubahan antara lain: 1) mengubah jenis kata dalam taksonomi, dari jenis kata benda (noun) menjadi kata kerja (verb), 2) melakukan organisasi ulang urutan jenjang, 3) mengganti kategori pengetahuan (knowledge) menjadi mengingat (remembering), pemahaman (comprehension) menjadi memahami (understanding) dan sintesis (synthesis) menjadi menciptakan (creating). Tabel berikut menunjukkan perbahan tersebut. Taksonomi Bloom Taksonomi Bloom Revisi 1. Knowledge (Pengetahuan) Remembering (Mengingat) 2. Comprehension (Pemahaman) Understanding (Memahami) 3. Aplication (Penerapan) Applying (Mengaplikasikan) 4. Analysis (Analisis) Analyzing (Menganalisa) 5. Synthesis (Sintesis) Evaluating (Mengevaluasi) 6. Evaluation (Evaluasi) Creating (Membuat) Tabel 1. Perubahan Taksonomi Bloom oleh Anderson dan Krathwol (2001) Proses mengingat (remembering) terdiri atas pengenalan kembali dan memanggil ulang (recall) informasi yang sesuai dari ingatan jangka panjang. Proses memahami (understanding) adalah kemampuan untuk mengartikan dan memaknai dari bahan pendidikan, seperti bahan bacaan dan penjelasan guru. Kecakapan turunan (subskill) dari proses ini mencakup mengartikan dan memaknai sendiri, 5

mencontohkan, membuat klasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Proses ketiga, yaitu menerapkan (applying), mengacu kepada penggunaan sebuah prosedur yang telah dipelajari baik dalam situasi yang telah dikenal maupun pada situasi yang baru. Proses berikutnya adalah menganalisis (analyzing), terdiri dari memecah pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil dan memikirkan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dengan struktur keseluruhan seutuhnya. Para siswa menganalisis dengan membedakan, mengorganisasikan, dan memberikan atribut yang bersesuaian. Evaluasi (evaluating), yang merupakan puncak dari taksonomi yang asli, adalah proses kelima dari enam proses di dalam versi yang diperbaiki. Evaluasi tersebut mencakup pemeriksaan (checking) dan pengritisian (critiquing). Menciptakan (creating), sebuah proses yang tidak termasuk dalam taksonomi yang lebih dulu, adalah komponen tertinggi dari versi yang baru ini. Kecakapan ini melibatkan usaha untuk meletakkan berbagai hal secara bersama untuk menghasilkan suatu pengetahuan baru. Agar berhasil menghasilkan sesuatu yang baru, para pelajar membangkitkan, merencanakan dan menghasilkan. Sesuai dengan taksonomi ini, setiap tingkat dari pengetahuan dapat berhubungan dengan setiap tingkat dari proses kognitif, sehingga seorang siswa dapat mengingat pengetahuan yang bersifat faktual atau prosedural, memahami pengetahuan yang bersifat konseptual atau metakognitif, atau menganalisis pengetahuan metakognitif atau faktual. Sebagaimana ditegaskan oleh Anderson dan rekan-rekan kerjanya, Belajar dengan sepenuh arti memberikan siswa pengetahuan dan berbagai proses kognitif yang mereka butuhkan agar mampu menyelesaikan masalah dengan baik. 2.2 Model Tes Obyektif Menurut Jenjang Kognitif Taksonomi Bloom Dengan memahami taksonomi Bloom revisi, guru matematika dapat menerapkan jenjang-jenjang itu sesuai dengan kondisi siswa di dalam kelasnya. Dengan menggunakan Taksonomi Bloom kita dapat menentukan level kedalaman soal matematika yang diujikan untuk siswa. Mengetahui level soal dapat membantu kita dalam proses pemetaan tingkat kemampuan berpikir siswa. 6

C.1 Mengingat (Remembering) Jenjang kognitif paling sederhana (simple) disebut jenjang mengingat (remembering) atau pengetahuan (knowledge) atau komputasi (computation). Proses mengingat terdiri atas pengenalan kembali dan memanggil ulang (recall) informasi yang sesuai dari ingatan jangka panjang. Pada jenjang kognitif ini siswa dituntut untuk mampu mengenali atau mengingat kembali (memory) pengetahuan yang telah disimpan dalam schemata struktur kognitifnya. Kemampuan pada jenjang ini berupa pengetahuan tentang fakta dasar, terminologi (peristilahan), atau manipulasi yang sifatnya sudah rutin. Kata kerja operasional (KKO) yang digunakan untuk menyusun indicator pada jenjang ini antara lain: mendefinisikan, menyebutkan kembali, menuliskan kembali, menunjukkan, menyatakan, menentukan, menghitung, menyelesaikan dan mengingat kembali. Berikut diberikan model soal obyektif yang dapat dikembangkan untuk mengukur jenjang kognitif C.1 C.1.1 Mengingat pengetahuan tentang fakta yang spesifik Siswa dituntut untuk mengingat kembali materi yang mirip atau sama dengan materi yang telah dipelajari. Indikator: Mengingat kembali rumus keliling lingkaran Soal 1. Rumus untuk menghitung luas lingkaran adalah (SMP Kelas X) A. πr C. πr B. 2πr D. 2πr Indikator: memilih bilangan yang bukan anggota himpunan bilangan prima dari beberapa bilangan prima dan bukan prima yang diberikan Soal 2. Bilangan yang bukan termasuk anggota himpunan bilangan prima adalah A. 2 C. 4 B. 3 D. 5 C.1.2 Mengingat pengetahuan tentang terminologi Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat kembali istilah-istilah atau symbol-simbol yang berkenaan dengan konsep matematika 7

Contoh Soal 1. 1 2 3 4 Gambar bangun di atas yang merupakan bangun segitiga siku-siku adalah gambar nomor (SD Kelas VI) A. 1 C. 3 B. 2 D. 4 C.1.3 Kemampuan untuk mengerjakan algoritma (manipulasi) rutin Soal yang termasuk kategori ini, jika siswa terbiasa mengerjakan soal tersebut sehingga tidak memerlukan pola berpikir yang baru. Soal tersebut sudah sering dilatihkan baik sebagai PR maupun latihan di sekolah. Bisa berupa soal yang persis sama dengan soal yang dijelaskan atau dilatihkan atau mirip. Indikator: menghitung operasi penjumlahan bilangan riil Soal 1. 8,25 + 3 + 9,625 =... (SMK Kelas X) A. 1 1 4 D. 2 3 4 B. 1 3 4 E. 3 1 4 C. 2 1 4 Indikator: menghitung nilai logaritma Soal 2. Nilai dari 2 log 16 + 3 log - 5 log 125 adalah. (SMK Kelas X) A. 10 D. -2 B. 4 E. -4 C. 2 8

C.2 Memahami (understanding) Proses memahami (understanding) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, untuk dapat mencapai pada jenjang memahami suatu konsep matematika, siswa harus mempunyai ingatan terhadap konsep tersebut. Jadi jenjang mengingat inklusif terhadap jenjang memahami. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Memahami merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari mengingat atau menghafal. KKO operasional untuk menyusun indikator pada jenjang ini antara lain: membedakan, mengubah, menginterpretasikan, menentukan, menyelesaikan, mengeneralisasikan, memberi contoh, membuktikan, menyederhanakan, mendistribusi. C.2.1 Memahami konsep Suatu konsep terbentuk dari komponen konsep dan komponen ini merupakan suatu fakta yang spesifik. Dengan demikian suatu konsep dapat dipandang sebagai kumpulan fakta spesifik yang saling terkait secara fungsional. Indikator: menentukan gambar hasil pencerminan suatu benda Soal 1. Gambar pencerminan bangun yang merupakan pencerminan yang benar adalah (SD Kelas VI) A. 1 C. 3 B. 2 D. 4 9

Indikator: menentukan selisih dari dua bilangan yang disusun dari 4 angka 9 1 4 5 Soal 1. Empat angka di atas disusun dari yang terbesar sampai terkecil membentuk bilangan terdiri dari empat angka. Kemudian disusun suatu bilangan lain yang terdiri dari empat angka juga, diatur dari angka terkecil sampai terbesar. Selisih antara dua bilangan tersebut adalah (SMP Kelas X) A. 10 D. -2 B. 4 E. -4 C. 2 C.2.2 Memahami prinsip, aturan dan generalisasi Dalam hal ini soal-soal yang dibuat berkenaan dengan hubungan antara konsep dan elemennya. Indikator: Menentukan urutan bilangan berpangkat dari terkecil sampai terbesar Soal1. Diberikan bilangan-bilangan: 2 800, 3 600, 5 400, dan 6 200 Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai terbesar yang benar adalah (SMK Kelas X) A. 2 800, 3 600, 5 400, 6 200 D. 6 200, 5 400, 3 600, 2 800 B. 3 600, 2 800, 6 200, 5 400 E. 6 200, 2 800, 5 400, 3 600 C. 5 400, 6 200, 3 600, 2 800 C.2.3 Memahami struktur matematika Soal pada jenjang kognitif ini menuntuk siswa untuk memahami tentang sifatsifat dasar dalam struktur matematika. Indikator: menginterpretasikan hubungan berdasarkan sifat-sifat operasi bilangan riil 10

Soal 1. Jika a, b R dan a > b, maka: A. 4 + a > 5 + b C. a + 5 < b + 4 B. a 4 < b 4 D. -4a < -4b C.2.4 Kemampuan untuk membuat transformasi Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan siswa untuk dapat mengubah suatu bentuk matematika tertentu menjadi bentuk lainnya. Indikator: menyederhanakan bentuk akar Soal 1. Nilai dari 2 24 + 4 81 adalah... (SMK Kelas X) A. 6 6 D. 16 3 B. 8 2 E. 40 6 C. 10 2 C.3 Menerapkan (Applying) Menerapkan adalah proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari memahami. Dalam jenjang kognitif menerapkan atau mengaplikasikan seorang siswa diharapkan telah memiliki kemampuan untuk memilih, menggunakan, dan menerapkan dengan tepat suatu teori, cara, metode, prinsip dan rumus pada situasi baru. Sementara itu menurut Arikunto (2003:156) soal aplikasi adalah soal yang mengukur kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan) pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat. KKO untuk indicator pada jenjang kognitif ini antara lain: menggunakan, menerapkan, menghubungkan, menggeneralisasikan, menyusun, mengaplikasikan. C.3.1 Kemampuan untuk menyelesaikan masalah rutin Masalah rutin adalah masalah atau soal yang materinya sejenis dengan bahan pelajaran begitu juga dengan cara penyelesaiannya. 11

Indikator: menerapkan konsep persen pada masalah jual beli Soal 1. Seorang menjual mobil dengan harga Rp 30.000.000,00. Jika ia menderita kerugian 25% maka harga pembelian mobil tersebut adalah. (SMK Kelas X) A. Rp 30.500.000,00 D. Rp 37.500.000,00 B. Rp 31.500.000,00 E. Rp 40.000.000,00 C. Rp 32.500.000,00 Indikator: menyelesaikan persamaan linier satu variabel Soal 1. Barang-barang yang terletak di atas timbangan menyeimbangkan timbangan ini. Di sebelah kiri terdapat benda yang beratnya 1 kg dan benda lain yaitu separuh batu bata. Di sebelah kanan terdapat satu batu bata. 1 kg Berapa kg berat satu batu bata? (SMP Kelas VII) A. 0,5 C. 2 B. 1 D. 3 Indikator: menentukan titik potong dua buah garis Soal 2. Grafik berikut menunjukkan waktu dan jarak kegiatan mendaki yang dilakukan Joshua dan Liam Jarak 5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 Liam Joshua 8.00 8.30 9.00 9.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 Waktu Jika mereka memulai kegiatan dari tempat yang sama dan berjalan kearah yang sama, maka mereka akan bertemu pada pukul 12

A. 8.00 D. 10.00 B. 8.30 E. 11.00 C. 9.00 C.3.2 Kemampuan untuk membandingkan Soal yang termasuk jenjang ini menuntut siswa untuk dapat menentukan hubungan antara dua kelompok informasi atau lebih memberikan penilaian berupa keputusan atau simpulan. Kemampuan mengingat, perhitungan, penalaran dan berpikir logik sangat diperlukan. Indikator: menginterpretasikan data berbentuk diagram Soal 1. Diagram di atas adalah data dari 720 orang anak yang suka dengan film Naruto, Upin-Ipin, Pokemon, dan Power Ranger. Naruto 70 0 Power Ranger Upin - Ipin 120 0 Pokemon Banyaknya anak yang suka dengan film Pokemon adalah orang (SMK Kelas XI) A. 240 D. 160 B. 140 E. 180 C. 120 Indikator: menentukan rata-rata dari data berbentuk histogram Soal 1. Histogram berikut adalah gaji sebagian penduduk RT. V. f 12 8 7 4 3 0,5 5,5 10,5 15,5 20,5 25,5 Gaji (juta) Rata-rata gaji penduduk dilihat dari histogram di atas adalah juta A. 9,5 D. 13 B. 10,7 E. 12,6 C. 14,5 13

C.3.3 Kemampuan mengenai pola, isomorfisme dan simetri Kemampuan pada jenjang ini melibatkan kemampuan untuk mengingat kembali informasi yang relevan, mentransformasi komponen-komponen masalah, memanipulasi data dan mengenal hubungan. Indikator: menerapkan konsep barisan aritmatika Soal 1. Batang-batang korek api disusun seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Jika penyusunan dilanjutkan, maka batang korek api untuk membuat bentuk ke-10 adalah A. 30 D. 39 B. 33 E. 42 C. 36 Indikator: menentukan nilai matriks jika diberikan persamaan matriks Soal 2. Diketahui matriks A = 3 0 6 0 dan matriks B = 2 5 1 10. Jika AX = B, maka matriks X adalah. (SMK Kelas X) A. 3 0 3 15 D. 2 3 2 B. 2 0 1 2 E. 1 1 2 3 C. 3 1 2 1 Indikator: menghitung keliling bangun yang dibatasi oleh lingkaran dan segiempat Soal 3. Sebuah layang-layang mempunyai bentuk seperti gambar arsiran di samping! 7 cm Keliling dari layang-layang tersebut adalah 14 cm A. 88 cm D. 113 cm B. 99 cm E. 178 cm C. 102 cm 14 cm 14

C.4 Menganalisa (Analyzing) Menganalisa adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu masalah (soal) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian tersebut. Para siswa menganalisis dengan membedakan, mengorganisasikan, dan memberikan atribut yang bersesuaian. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. C.4.1 Menganalisa elemen Soal pada jenjang ini menuntut siswa untuk mampu mengidentifikasi unsurunsur yang terkandung dalam suatu hubungan. Indikator: menentukan luas lingkaran jika diketahui kelilingnya Soal 1. Diketahui keliling lingkaran 100π cm. Luas lingkaran tersebut adalah cm 2 A. 1.000 π C. 5.000 π B. 2500 π D. 10.000 π Petunjuk: Pada soal berikut ini, diberikan suatu teks yang harus anda pahami dengan cermat. Kemudian menyusul soal-soal yang menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan isi teks. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat pada alternatif jawaban yang sesuai dengan isi teks. Soal 1. Dari sejumlah 60 siswa diperoleh data sebagai berikut: 42 orang siswa gemar olahraga, 33 orang siswa gemar music, 35 orang siswa gemar melukis, 18 orang siswa gemar olahraga dan music, 17 orang siswa gemar olahraga dan melukis, 10 orang siswa gemar music dan melukis dan 7 orang siswa gemar ketiganya. Dari uraian di atas, maka: A. Siswa yang tidak gemar sama sekali dari ketiga kegiatan tersebut ada 20 orang B. Siswa yang gemar olahraga ada 2 orang C. Siswa yang gemar olahraga tapi tidak gemar melukis ada 15 orang D. Siswa yang gemar melukis dan olahraga tapi tidak gemar musik ada 11 orang 15

C.4.2 Menganalisa hubungan Dalam hal ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengecek ketepatan hubungan dan interaksi antara unsur-unsur dalam soal, kemudian membuat keputusan sebagai penyelesainnya. Indikator: menganalisis hubungan antara variabel x dan y Soal 1. Jika xy = 1 dan x > 0, maka pernyataan berikut yang benar adalah A. Jika x > 1 maka y negatif D. x membesar, y membesar B. Jika x > 1 maka y > 1 E. X membesar, y mengecil C. Jika x < 1 maka y < 1 Indikator: menganalisis hubungan variabel dalam kasus jual beli Soal 2. Pak Tani mempunyai pekarangan yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari 100 m. Tiap 1 m 2 pak tani membutuhkan pupuk sebanyak 10 gram. Jika 1 gram pupuk harganya Rp 5.000, banyaknya uang yang harus disediakan pak tani untuk membeli pupuk adalah A. Rp 1.750.000.000,00 D. Rp 570.000.000,00 B. Rp 1.314.000.000,00 E. Rp 314.000.000,00 C. Rp 1.570.000.000,00 Indikator: menganalisis hubungan deret aritmatika dan geometri Soal 3. Tiga buah bilangan positif merupakan deret aritmatika yang jumlahnya 15. Jika bilangan kedua ditambah 1 dan bilangan ketiga ditambah 5, maka ketiga bilangan itu merupakan deret geometri. Pernyataan yang benar berikut ini adalah A. Deret aritmatika tersebut mempunyai beda -2 B. Deret geometri tersebut mempunyai rasio ½ C. Jumlah deret geometri tersebut sama dengan 20 D. Ketiga bilangan tersebut adalah 3, 5, 7 16

C.4.3 Menganalisa aturan Kemampuan pada jenjang ini berkaitan dengan kemampuan menganalisa pengorganisasian, sistematika, dan struktur yang ada hubungannya satu sama lain baik secara eksplisit maupun implisit. Misalnya kemampuan mengorganisasi kembali bentuk dan aturan-aturan tertentu yang ada hubungannya dengan teknik yang digunakan dalam penyelesaian soal. Indikator: menentukan syarat agar suatu persamaan bernilai minimum Soal 1. Akar-akar persamaan x 2 (p 2)x 3 0 adalah x 1 dan x 2. Harga minimum 2 2 untuk x1 x 2 akan dicapai bila p sama dengan. A. 9 D. 36 B. 18 E. 40 C. 27 Indikator: menentukan aturan yang berlaku jika FPB dua bilangan diketahui Soal 2. Jika (a, b) = m, maka. A. m membagi faktor persekutuan a dan b lainnya B. a m dan b m C. m a dan m b D. m =1 E. a b = m Indikator: menentukan syarat suatu fungsi terdefinisi Soal 3. Nilai x agar bentuk berikut terdefinisi : 2 x 2x 1 2 16 x adalah A. -4 < x <4 D. -4 < x <1 B. x < -4 atau x > 4 E. -4 < x< 1 atau 2 <x < 4 C. -4 < x < 2 atau 2< x< 4 17

C.5 Mengevaluasi (Evaluating) Evaluasi, yang merupakan puncak dari taksonomi yang asli, adalah proses kelima dari enam proses di dalam versi yang diperbaiki. Evaluasi tersebut mencakup pemeriksaan (checking) dan pengritisian (critiquing). Mengevaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan (judgement) terhadap suatu kondisi, metode atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokanpatokan atau kriteria yang ada. KKO untuk menyusun indicator pada jenjang ini antara lain: menilai, mempertimbangkan, membandingkan, memutuskan, mengkritik, merumuskan, memvalidasi, menentukan. C.5.1 Kemampuan untuk mengkritik pembuktian Kemampuan siswa untuk memberi komentar, mengupas, menambah, mengurangi, atau menyusun kembali suatu pembuktian matematika yang telah dipelajarinya. Indikator: menemukan pembuktian yang salah Soal 1. Berikut diberikan langkah-langkah manipulasi aljabar, yang memperoleh kesimpulan salah a = b a 2 = ab (1) a 2 b 2 = ab b 2 (2) (a + b)(a b) = b(a b) (3) (a + b) = b (4) 2b = b (5) 2 = 1 Langkah penyelesaian yang salah dari manipulasi aljabar di atas adalah A. 1 D. 4 B. 2 E. 5 C. 3 18

C.5.2 Kemampuan untuk merumuskan dan memvalidasi generalisasi Jenjang ini sejalan dengan jenjang menganalisa tetapi lebih kompleks. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk merumuskan dan memvalidasi suatu hubungan. Dalam hal ini bisa diminta untuk menemukan dan membuktikan pernyataan (statement) matematika atau menentukan suatu algoritma dan membuktikannya. Indikator: mengevaluasi hubungan dua buah lingkaran Misalnya disusun soal berbentuk Benar-Salah. Soal 1. Jika lingkaran A mempunyai luas 100π dan lingkaran B mempunyai keliling 50π, lingkaran A dan B merupakan lingkaran dengan ukuran yang sama. (B S) Indikator: menemukan langkah-langkah untuk menentukan bilangan prima Soal 2. Banyaknya bilangan prima antara 0 dan 100 adalah A. 22 D. 25 B. 23 E. 26 C. 24 C.6 Membuat (Creating) Membuat atau menciptakan, sebuah proses yang tidak termasuk dalam taksonomi yang lebih dulu, adalah komponen tertinggi dari versi yang baru ini. Kecakapan ini melibatkan usaha untuk meletakkan berbagai hal secara bersama untuk menghasilkan suatu pengetahuan baru. Agar berhasil menghasilkan sesuatu yang baru, para pelajar membangkitkan, merencanakan dan menghasilkan. Indikator: menemukan hubungan antara luas dan keliling lingkaran Soal 1. Jika K = keliling lingkaran dan L = luas lingkaran, maka hubungan yang benar adalah 19

A. B. C. L = K 4π L = K 4π L = K π D. L = K π E. L = 4π K Indikator: menentukan banyaknya garis yang dapat dihubungkan dari n titik berlainan Soal 2. Banyaknya garis yang dapat dibuat dari 50 buah titik berlainan adalah A. 1.225 D. 2.450 B. 1.250 E. 2.500 C. 1.275 20

BAB III PENUTUP Hasil belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sebagai akibat dari perubahan perilaku setelah mengikuti proses belajar mengajar berdasarkan tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Hasil belajar kognitif disusun berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi terdiri dari enam jenjang kognitif yaitu (1) Mengingat, (2) Memahami, (3) Menerapkan, (4) Menganalisis, (5) Mengevaluasi, dan (6) Menciptakan. Jenjang 1 sampai dengan 3 digolongkan sebagai keterampilan berpikir dasar (basic thinking skills), sedangkan jenjang 4 sampai dengan 6 dimasukkan ke keterampilan berpikir yang lebih tinggi (higher order thinking skills). Taksonomi Bloom sangat besar manfaatnya dalam merencanakan pengembangan tes atau penilaian dengan menggorganisasikan keterampilan berpikir (kognitif) dalam 6 jenjang mulai dari yang paling dasar ke tingkatan yang lebih tinggi. Dengan memahami taksonomi Bloom revisi, guru matematika dapat menerapkan jenjang-jenjang itu sesuai dengan kondisi siswa di dalam kelasnya, yaitu dengan merancang dan menyusun soal obyektif berdasarkan jenjang kognitif tersebut. Dengan menggunakan Taksonomi Bloom kita dapat menentukan level kedalaman soal matematika yang diujikan untuk siswa. Dengan perencanaan yang baik maka tes obyektif dapat mengukur hasil belajar pada jenjang yang lebih kompleks (tinggi) yaitu untuk melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Agar tujuan tersebut terpenuhi, maka dalam merancang dan menyusun butir-butir item tes obyektif hendaknya guru mengunakan alat bantu berupa tabel spesifikasi soal yang sering dikenal dengan istilah kisi-kisi soal atau blue print. 21

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara Dahl, Terri dkk. 2005. Mathematics Assessment Samples Grade 9-12. USA: NCTM Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas Grounlund, Norman E. 1982. Constructing Achievement Tests third Edition. USA: Prentice Hill, Inc., Englewood Cliffs. Iryanti, Puji. 2009. Bagaimana menerapkan Taksonomi Bloom Revisi dalam Pembelajaran Matematika. Dalam Majalah LIMAS PPPPTK Matematika Yogyakarta Edisi Nomor 21 April 2009 Hal. 26-29 Iryanti, Puji. 2009. Hasil TIMSS dan Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika. Dalam Majalah LIMAS PPPPTK Matematika Yogyakarta Edisi Nomor 22 April 2009 Hal. 2-7 Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius Posamentier, A.S dan Jay Stepelman. 1995. Teaching Secondary School Mathematics Tecniques and Enrichment Unit third edition. Colombus: Merril Publishing Company Http://www.kurwongbss.eq.edu.au/thinking/Bloom/blooms.htm, diakses tanggal 18 Februari 2010 http://wowosk.com/artikel/taxonomi.php, diakses tanggal 18 Februari 2010 http://prasastie.multiply.com/journal/item/47, diakses tanggal 18 Februari 2010 22