HASIL PENGUJIAN SAMPEL IMBUHAN PAKAN (FEED ADDITIVES) GOLONGAN ANTIBIOTIKA TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
PENTINGNYA PENILAIAN RESIKO ( RISK ASSESSMENT

PERAN ASOHI DALAM PELAKSANAAN IMPORTASI, PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ANTIBIOTIKA DI SEKTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA DALAM USAHA PETERNAKAN

Kebijakan dan Standar Nasional Indonesia (SNI) serta Pengawasan Penggunaan Feed Additive (FA) dan Feed Supplement (FS) Pakan Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG OBAT HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. terus meningkat. Salah satu pilihan masyarakat dalam memenuhi

: a. b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri;

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

I. PENDAHULUAN. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang. Ayam pedaging merupakan ternak yang paling ekonomis bila

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 695/Kpts/TN.260/8/96 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGUJIAN MUTU OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

PERBANDINGAN PENGUJIAN KADAR ALBENDAZOL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DAN TITRASI BEBAS AIR

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

I. PENDAHULUAN. ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang berkarakteristik diantara

I. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik digunakan pada hewan maupun manusia (Mutschler, 1991), menurut

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2011), dalam survey yang

-2- yang optimal dengan tetap menjamin kelestarian Sumber Daya Ikan dan lingkungannya. Adapun pokok materi muatan yang diatur dalam Peraturan Pemerint

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

R A N C A N G A N PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR / /2017 T E N T A N G O B A T I K A N

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG OBAT HEWAN

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

DIREKTORAT PAKAN TERNAK. www. pakan.ditjennak.deptan.go.id

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG OBAT HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65/Permentan/OT.140/9/2007 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat, untuk itu

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

RENCANA KINERJA TAHUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 02/MEN/2007 TENTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

MATA KULIAH RANSUM UNGGAS (PTN 535) OIeh: ZUPRIZAL MUHAMMAD KAMAL

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

Pakan konsentrat Bagian 5 : Ayam ras pedaging (broiler concentrate)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2012 TENTANG OBAT IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi tetapi akibat buruk penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan

SKRIPSI OLEH: FEBRIANI MULIATIKA SARI DEWI NIM

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

Kata kunci: uji profisiensi, siprofloksasin serbuk, homogenitas dan stabilitas

MENCIT SEBAGAI MODEL HEWAN PERCOBAAN PADA UJI PIROGEN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat

j ajo66.wordpress.com 1

ANALISIS NUTRIEN D R H. F I K A Y U L I Z A P U R B A, M. S C. 1 4 F E B R U A R I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENINGKATKAN KONVERSI PAKAN TERHADAP PRODUK TERNAK AYAM MENGGUNAKAN NOPKOR PSO DAN PREMIKS DI DESA SRIWULAN, KECAMATAN LIMBANGAN, KABUPATEN KENDAL

I. PENDAHULUAN. pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM TABLET DENGAN METODE ALKALIMETRI TUGAS AKHIR OLEH: EKANITHA SAHARA NIM

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2.

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

DETEKSI RESIDU ANTIBIOTIK PADA HATI ITIK BERASAL DARI PETERNAKAN DI KABUPATEN BOGOR SUSAN FASELLA

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

Transkripsi:

HASIL PENGUJIAN SAMPEL IMBUHAN PAKAN (FEED ADDITIVES) GOLONGAN ANTIBIOTIKA TAHUN 2008 2012 MUHAMMAD ZAHID, BUDIANTONO, MARIA FATIMA PALUPI Pelayanan Sertifikasi dan Pengamanan Hasil Uji Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, Gunungsindur-Bogor, 16340 ABSTRAK Telah dilakukan pengujian identifikasi dan potensi terhadap imbuhan pakan golongan antibiotika dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2008 2012). Tujuan dari pengujian sampel imbuhan pakan golongan antibiotika ini adalah untuk memastikan bahwa sediaan antibiotika yang ditambahkan ke dalam pakan aman dan berkualitas. Pengujian identifikasi dan potensi imbuhan pakan golongan antibiotika dianalisis dengan menggunakan metode bioassay di unit uji farmasetik dan premiks. Selama tahun 2008 hingga 2012, ada 204 sampel yang diuji dari berbagai jenis imbuhan pakan golongan antibiotika, dengan jumlah sampel terbanyak diperoleh pada tahun 2008 (70 sampel), sedangkan yang paling sedikit pada tahun 2010 (22 sampel). Dalam kurun waktu tersebut, lebih dari 95% sampel memenuhi persyaratan (MS), dimana persyaratan mutu yang ditetapkan untuk uji potensi antibiotika adalah 95% 105%. Kata kunci: antibiotika, imbuhan pakan, uji identifikasi, uji potensi ABSTRACT Identification and potency tests of antibiotic feed additive group have been conducted for the last 5 (five) years (2008 2012). The purpose of analysis tests for antibiotic feed additive group samples was to assure that antibiotics applied into animal feed are safe and good quality. Identification and potency tests of antibiotic group were analyzed using bioassay method in pharmaceutical and premix assay unit. From 2008 to 2012, there were 204 samples tested from the various kind of antibiotic feed additive group, where the largest number of samples was obtained in 2008 (70 samples), while the smallest number of samples was in 2010 (22 samples). For that period of time, more than 95% of total samples was met the minimum requirement, where the minimum requirement for antibiotic potency test is 95% 105%.

Key words: antibiotic, feed additive, identification test, potency test PENDAHULUAN Di Indonesia perdagangan imbuhan pakan mengalami kenaikan yang berarti dalam beberapa tahun terakhir. Ini mendorong pabrik pakan untuk meningkatkan jumlah dan jenis imbuhan pakan yang diproduksi semakin banyak dan bervariasi. Seperti yang tercantum di dalam Indeks Obat Hewan Indonesia (IOHI), jumlah imbuhan pakan berdasarkan nama merek dagang bertambah dari 160 pada tahun 2007 menjadi 241 di tahun 2010, dan jumlahnya terus bertambah hingga tahun 2012 menjadi 343 merek dagang. Ini mengalami kenaikan lebih dari 100% dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2, 3, 4). Berbagai jenis bahan imbuhan atau pelengkap yang ditambahkan ke dalam pakan memiliki tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan, produktivitas, dan efisiensi penggunaan pakan (6). Imbuhan pakan atau feed additives adalah suatu bahan yang dicampurkan ke dalam pakan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas atau efisiensi, memperbaiki kesehatan ternak maupun keadaan gizi ternak, akan tetapi tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak. Berdasarkan fungsinya, imbuhan pakan dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelas (6) : 1. Imbuhan yang ditujukan untuk kestabilan pakan, proses produksi pakan, dan sifat-sifat pakan, seperti: antijamur, antioksidan, dan pellet binder. 2. Imbuhan yang ditujukan untuk pertumbuhan, efisiensi penggunaan pakan, metabolism, dan penampilan ternak, seperti: zat perisa/flavor agent, enzim, dapar/buffer, penghambat gas metana, defaunating agent, acidifiers, pengubah metabolisme, dan pemacu pertumbuhan. 3. Imbuhan yang ditujukan untuk kesehatan ternak, seperti: antibakteri, koksidiosida, anthelmintik, probiotik, prebiotik, pengikat toksin, pengendali bau, pemicu kekebalan/immunomodulator, dan herbal/jamu. 4. Imbuhan yang ditujukan untuk penerimaan konsumen, seperti: pewarna, peningkat nilai gizi hasil ternak. Dari berbagai jenis imbuhan yang ditambahkan ke dalam pakan, antibiotik merupakan salah satu imbuhan pakan yang umum digunakan. Prinsip kerja dari antibiotik sebagai imbuhan pakan adalah untuk mengurangi populasi mikroorganisme di dalam saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan ketersediaan zat gizi dan penyerapannya, yang pada akhirnya dapat memacu pertumbuhan ternak. Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Peternakan No.

TN.260/720/DKH/0894 menyatakan bahwa pada prinsipnya antibiotika atau antibakteri tidak boleh dicampur dengan pakan serta tidak boleh dikombinasikan dengan vitamin, mineral, dan atau asam amino yang dipakai melalui air minum atau pakan, kecuali yang diperbolehkan sebagaimana yang telah diatur dalam SK Direktur Jenderal Peternakan No. 806/Kpts/TN.260/12/94 tentang klasifikasi obat hewan. Adapun antibiotika/antibakteri yang boleh dicampur bersama pakan antara lain (5, 6) : a. Kelompok antibiotika, terdiri dari: avilamisin, avoparsin, basitrasin (zinc), enramisin, flavomisin, higromisin B, kitasamisin, kolistin (sulfat), lasalosid, linkomisin (hidroklorida), maduramisin, monensin (natrium), narasin, nistatin, salinomsin (natrium), spiramisin (base, embonat), tiamulin hidrogen fumarat, tilosin, dan virginiamisin. b. Kelompok antibakteri, terdiri dari: aklomide, amprolium, butinorat, klopidol, dekokuinat, ethopabat, furazolidon, halkuinol, nitrofrazon, olakuindoks, dan sulfanitran. Pada tanggal 9 September 1996, Direktur Bina Kesehatan Hewan an. Direktur Jenderal Peternakan mengeluarkan Surat Edaran No. TN.260/634/DKH/0996 yang melarang penggunaan obat hewan golongan nitrofuran dan derifatnya, misalnya furaltadon dan furazolidon. Obat-obat tersebut dilarang untuk disediakan, dibuat, diedarkan dan dipakai di wilayah Indonesia. Salah satu tugas, pokok, dan fungsi (TUPOKSI) Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) berdasarkan Permentan No. 53 Tahun 2013 adalah melakukan pengujian mutu obat hewan, yaitu sediaan farmasetik dan premiks, termasuk didalamnya golongan antibiotika dan antibakteri. Tujuan dari laporan hasil pengujian mutu imbuhan pakan golongan antibiotik adalah untuk memastikan mutu imbuhan golongan antibiotik yang ditambahkan ke dalam pakan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan yaitu 95 105% dari kandungan antibiotik yang tertera dalam label/etiket pada kemasan pada kurun waktu tertentu (tahun 2008 2012), melindungi masyarakat dari penggunaan imbuhan pakan antibiotik yang tidak memenuhi syarat, serta membantu memastikan produk imbuhan pakan yang aman dan berkualitas. MATERI DAN METODE

Pengujian yang meliputi identifikasi dan potensi imbuhan pakan golongan antibiotika dilakukan menurut cara yang tertera pada penetapan hayati antibiotika, yang tercantum di dalam Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI) Jilid II (Farmasetik dan Premiks) Edisi 4 Tahun 2009. Pada prinsipnya potensi antibiotika ditetapkan dengan membandingkan dosis sediaan uji terhadap dosis sediaan uji terhadap dosis larutan standar yang masing-masing menghasilkan zona hambatan pertumbuhan yang sama pada biakan mikroba yang peka dan sesuai. Cara yang digunakan adalah cara lempeng atau cawan petri. Potensi dihitung dengan rumus (1) : Keterangan: P = potensi (%) SH UH SL UL log = = diameter standar kadar tinggi = diameter kadar sediaan kadar tinggi = diameter standar kadar rendah = diameter sediaan kadar rendah (UH + UL) (SH + SL) (UH + SH) (UL + SL) x log 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian sampel imbuhan pakan yang mengandung antibiotika dilakukan untuk memastikan ketersediaan imbuhan pakan golongan antibiotika yang memenuhi standar mutu dan melindungi masyarakat dari obat hewan golongan imbuhan pakan yang tidak berkualitas. Pengkajian hasil pengujian sampel imbuhan pakan golongan antibiotika ini merupakan hasil pengujian sampel registrasi dan sampling sewaktu-waktu yang dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, mulai dari tahun 2008 hingga 2012. Selama kurun waktu 5 tahun, BBPMSOH menerima berbagai jenis imbuhan pakan golongan antibiotika, baik melalui penerimaan sampel untuk registasi ulang, registrasi baru, sampling sewaktu-waktu maupun dari sampel kiriman dinas. Berdasarkan SK Direktur Jenderal Peternakan No. 806/Kpts/TN.260/12/94 tentang klasifikasi obat hewan, ada 18 antibiotika yang boleh digunakan dan dicampur bersama pakan, akan tetapi dalam kurun waktu tersebut, hanya ada 13 imbuhan pakan golongan antibiotika yang masuk dan dilakukan pengujiannya di Unit Uji Farmasetik dan Premiks BBPMSOH. Pada periode waktu 5 tahun, ada 204 sampel yang diuji dari berbagai jenis imbuhan pakan golongan antibiotika sebagaimana dalam Tabel di bawah ini.

Tabel Hasil Pengujian Identifikasi dan Potensi Imbuhan Pakan Golongan Antibiotik Periode Tahun 2008 2012 No. Zat Aktif 2008 2009 2010 2011 2012 Total *MS *TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS Sampel 1 Avilamisin 1 - - - - - - - - - 1 2 Ampromisin - - - - - - - - - - - 3 Basitrasin 14 2 3-1 - 5-5 1 31 4 Bambermisin 1 - - - 2-1 - 1-5 5 Kolistin 13-11 - 10-13 - 13-60 6 Enramisin - - 1 - - - 1-2 - 4 7 Higromisin - - - - - - - - - - - 8 Kitasamisin 1 - - - - - - - - - 1 9 Lasalosid - - - - - - - - - - - 10 Linkomisin 11-6 - 1 - - - 2-20 11 Monensin - - - - 1 - - - 2-3 12 Maduramisin - - - - - - - - 1-1 13 Nistatin - - - - - - - - - - - 14 Narasin - - - - - - - - - - - 15 Spiramisin 3-2 1 1-1 - - 8 16 Tiamulin 1 - - - 1-2 - 2-6 17 Tilosin 14 1 6-5 - 9-13 - 48 18 Virginiamisin 8-2 - - - 2-4 - 16 Jumlah 67 3 31 1 22-34 - 45 1 Total 70 32 22 34 46 204 *MS (Memenuhi Syarat); *TMS (Tidak Memenuhi Syarat) 100 Jumlah Imbuhan Pakan Golongan Antibiotika Periode Tahun 2008-2012 Jumlah Sampel 80 60 40 20 70 42 22 34 46 0 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun

Gambar 1. Jumlah Sampel Imbuhan Pakan Golongan Antibiotika Periode Tahun 2008 2012 Jumlah sampel imbuhan pakan golongan antibiotika dalam kurun waktu 5 tahun ditampilkan pada Gambar 1. Seperti yang terlihat pada Gambar 1, tiap tahunnya jumlah sampel imbuhan pakan golongan antibiotika yang masuk dan diuji di BBPMSOH fluktuatif. Akan tetapi, ada kenaikan jumlah sampel dalam 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010 hingga 2012 sebesar lebih dari 100%. Berdasarkan data yang ada, jumlah sampel imbuhan pakan golongan antibiotika terbanyak yang diterima dan diuji adalah sebanyak 70 sampel di tahun 2008, dan paling sedikit jumlah adalah di tahun 2010 sebanyak 22 sampel. Jumlah Imbuhan Pakan Golongan Antibiotika yang Memenuhi Syarat (MS) dan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) Periode Tahun 2008-2012 100 Jumlah Sampel 80 60 40 20 0 67 41 22 3 1 0 0 1 2008 2009 2010 2011 2012 34 45 MS TMS Tahun Gambar 2. Jumlah Sampel Imbuhan Pakan Golongan Antibiotika yang Memenuhi Syarat (MS) dan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) Periode Tahun 2008 2012 Gambar 2. menunjukkan jumlah sampel imbuhan pakan golongan antibiotika yang dinilai memenuhi dan tidak memenuhi kriteria persyaratan mutu obat hewan. Untuk golongan antibiotika, persyaratan mutu yang ditetapkan untuk uji potensi adalah 95 105%. Dalam kurun waktu 5 tahun rata-rata sampel yang memenuhi persyaratan (MS) adalah lebih dari 95%, bahkan pada tahun 2010 dan 2011 sampel yang memenuhi syarat mencapai 100%. Jenis imbuhan pakan golongan antibiotik yang paling banyak tidak lulus adalah basitrasin.

Jenis Imbuhan Pakan Golongan Antibiotika Periode Tahun 2008-2012 6 48 8 1 3 16 20 1 1 4 31 60 5 Avilamycin Bacitracin Barbermycin Colistin Enramycin Kitasamycin Lincomycin Monencin Maduramycin Spiramycin Tiamulin Tylosin Virginiamycin Gambar 3. Jumlah Berdasarkan Jenis Imbuhan Pakan Golongan Antibiotika Periode Tahun 2008 2012 Gambar 3. menunjukan jenis imbuhan pakan golongan antibiotika yang diuji di Unit Uji Farmasetik dan Premiks dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2008 2012). Ada sekitar 13 sediaan antibiotika yang diidentifikasi dan diuji potensinya dari 18 antibiotika imbuhan pakan yang diperbolehkan sesuai dengan SK Direktur Jenderal Peternakan No. 806/Kpts/TN.260/12/94. Dari 13 antibiotika tersebut jumlah terbanyak diperoleh dari spiramisin, tilosin, dan monensin yaitu masing-masing 60, 48 dan 30 sampel, sedangkan kitasamisin, avilamisin, dan maduramisin adalah sediaan antibiotika yang paling sedikit jumlah sampelnya dalam kurun waktu tersebut, yaitu masing-masing 1 sampel. Berdasarkan IOHI tahun 2012, jumlah imbuhan pakan golongan antibiotik yang sudah terdaftar adalah 85 nama produk atau 24,78% dari total jenis imbuhan pakan yang telah mendapat nomor registrasi di Indonesia. Lima puluh diantaranya adalah produk impor, sedangkan 35 lainnya adalah produk lokal. Hal yang menarik adalah sampel registrasi pada tahun 2011-2012 didominasi oleh produk impor. Bahkan pada tahun 2011, produk yang masuk 100% adalah produk impor. Hal ini menunjukkan adanya suatu tren peningkatan jumlah produk impor bahan imbuhan pakan golongan antibiotik.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari laporan hasil pengujian imbuhan pakan golongan antibiotika yang dianalisis di Unit Uji Farmasetik dan Premiks terhadap sampel registrasi dan sampling sewaktu selama periode 5 (lima) tahun (2008 2012), dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Total sampel imbuhan pakan golongan antibiotika yang diperoleh selama tahun 2008 sampai dengan 2012 adalah sebanyak 208 sampel. 2. Dalam kurun waktu tersebut, sampel yang memenuhi persyaratan (MS) adalah sekitar 97%, dan tidak memenuhi persyaratan adalah sekitar 3% dari total jumlah sampel. 3. Ada 13 imbuhan pakan golongan antibiotika yang masuk ke BBPMSOH dan dianalisis di Unit Uji Farmasetik dan Premiks dari 18 antibiotika yang boleh ditambahkan ke dalam imbuhan pakan berdasarkan SK Direktur Jenderal Peternakan No. 806/Kpts/TN.260/12/94. Saran 1. Sebaiknya pengujian atau analisis imbuhan pakan golongan antibiotika tidak terbatas menggunakan metode bioassay, tetapi juga dengan memanfaatkan teknologi terkini, seperti analisis dengan menggunakan instrumentasi berbasis kimiawi, seperti kromatografi cair kinerja tinggi, kromatografi gas atau spektrofotometri masa. 2. Obat-obat yang TMS, terutama untuk daftar baru atau daftar ulang perlu dilakukan investigasi lebih lanjut oleh Subdit Pengawasan Obat Hewan. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2009. Farmakope Obat Hewan Indonesia Jilid II (Sediaan Farmasetik dan Premiks), Edisi 4. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Hal. 501-507. 2. Anonim. 2012. Indeks Obat Hewan Indonesia. Edisi VIII. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Hal. 449-504. 3. Anonim. 2010. Indeks Obat Hewan Indonesia. Edisi VII. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Hal. 449-504.

4. Anonim. 2007. Indeks Obat Hewan Indonesia. Edisi VI. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Hal. 449-504. 5. Anonim. 2012. Kumpulan Peraturan Mutu Obat Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Hal. 11-34. 6. Anonim. 2009. Vademicum Imbuhan Pakan (Feed Additive Vademicum). Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI). Hal. 49-52.