PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SKEA MENGGUNAKAN ROTOR SAVONIUS DAN WINDSIDE UNTUK PENERANGAN JALAN TOL

dokumen-dokumen yang mirip
Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Prototipe SKEA Menggunakan Rotor Savonius dan Windside untuk Penerangan Jalan Tol

UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L

RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK SUMBU VERTIKAL SAVONIUS PORTABEL MENGGUNAKAN GENERATOR MAGNET PERMANEN ABSTRAK

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT LISTRIK SKALA KECIL MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN SUMBU VERTIKAL LENZ2 PORTABEL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

PROTOTYPE GENERATOR MAGNET PERMANEN MENGGUNAKAN KUMPARAN STATOR GANDA

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB)

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Rancang Bangun Generator Magnet Permanen Untuk Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Menggunakan Kincir Angin Savonius Portabel

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS POTENSI KINCIR ANGIN SAVONIUS SEBAGAI PENGGERAK POMPA SUBMERSIBLE

UJI KARAKTERISTIK MEKANISME PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK PADA SPEED BUMP DENGAN MEKANISME FLY WHEEL

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda No.10, Rawamangun, Jakarta Timur *

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS 200 WATT

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL. Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH,

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

Turbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU)

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L

SEKILAS TEK.MESIN 1994 FT, 2010 FST

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

Pengaruh Pemasangan Sudu Pengarah dan Variasi Jumlah Sudu Rotor terhadap Performance Turbin Angin Savonius

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN AWAL GENERATOR AXIAL MAGNET PERMANEN KECEPATAN RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU TEGAK SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK RAMAH LINGKUNGAN

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP TORSI DAN PUTARAN TURBIN SAVONIUS TYPE U

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

ANALISA GENERATOR 3 PHASA TIPE MAGNET PERMANEN DENGAN PENGGERAK MULA TURBIN ANGIN PROPELLER 3 BLADE UNTUK PLTB

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER

14. Department of Energy Reference Brief, USA, Connecting a Small-Scale Renewable Energy System to an Electric Transmission System

BAB I PENDAHULUAN. maka semakin maju suatu negara, semakin besar energi listrik yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Studi Simulasi dan Eksperimental Pengaruh Pemasangan Plat Bersudut Pada Punggung Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Savonius

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN DINAMOMETER KECIL DENGAN MENGGUNAKAN REM ARUS EDDY

MODEL TURBIN SAVONIUS 1-TINGKAT SEBAGAI PENGGERAK MULA POMPA AIR TANPA BAHAN BAKAR UNTUK PENGAIRAN

Rancang Bangun Kincir Angin Sumbu Vertikal Pembangkit Tenaga Listrik Portabel

DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN ABSTRACT

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK

PEMANFAATAN TENAGA PUTARAN KIPAS AIR CONDISIONER ( AC ) UNTUK MENDAPATKAN ENERGI LISTRIK.

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN FLYWHEEL MAGNET SEPEDA MOTOR DENGAN 8 RUMAH BELITAN SEBAGAI GENERATOR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL UNTUK PENERANGAN RUMAH TANGGA DI DAERAH PESISIR PANTAI

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL PADA BANGUNAN BERTINGKAT

Speed Bumb sebagai Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan dan Terbarukan

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni

PENGARUH LEBAR BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN TURBIN KAPLAN PADA KETINGGIAN (H) 4 M SUDUT SUDU PENGARAH 30 DENGAN VARIABEL PERUBAHAN DEBIT (Q) DAN SUDUT SUDU JALAN

RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

PENGGUNAAN KINCIR ANGIN SAVONIUS sebagai SUMBER ENERGI LISTRIK

Studi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0º, 10 º, 15 º

1. BAB I PENDAHULUAN

DESAIN PROTOTIPE MOTOR INDUKSI 3 FASA ABSTRAKSI

Pengaruh Variasi Ketinggian Aliran Sungai Terhadap Kinerja Turbin Kinetik Bersudu Mangkok Dengan Sudut Input 10 o

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-satu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Makalah Pembangkit listrik tenaga air

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL DI DESA KLIRONG KLATEN Oleh Bayu Amudra NIM:

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut;

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

KAJI EKSPERIMENTAL KINERJA TURBIN CROSSFLOW BERBASIS KONSTRUKSI SILINDER (DRUM) POROS VERTIKAL UNTUK POTENSI ARUS SUNGAI

RANCANG BANGUN MINIATUR TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS UNTUK PENERANGAN DI DAERAH PEDESAAN

PENGUJIAN TURBIN ANGIN SAVONIUS TIPE U TIGA SUDU DI LOKASI PANTAI AIR TAWAR PADANG

Transkripsi:

PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SKEA MENGGUNAKAN ROTOR SAVONIUS DAN WINDSIDE UNTUK PENERANGAN JALAN TOL T.A. Fauzi Soelaiman, Nathanael P. Tandian, dan Nanang Rosidin Institut Teknologi Bandung, INDONESIA Contact Person: T. A. Fauzi Soelaiman Labolatorium Termodinamika Pusat Rekayasa Industri Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 10, Bandung, 40132, INDONESIA Phone/Fax: +62 22 2502342, E-mail: fauzi@termo.pauir.itb.ac.id Abstrak Tingginya kebutuhan migas yang tidak diimbangi oleh kapasitas produksinya menyebabkan kelangkaan bahan sehingga terjadi kenaikan harga. Pemerintah maupun swasta di hampir semua negara kemudian berpacu untuk membangkitkan energi dari sumber-sumber energi baru dan terbarukan dalam mempertahankan ketahanan energi negaranya. Salah satu sumber energi terbarukan yang dipilih adalah energi angin. Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) berperan dalam mengubah energi angin menjadi energi primer yang dapat dikonsumsi masyarakat. Sistem konversi energi angin dapat beroperasi pada kecepatan angin alam yang tinggi ataupun dengan memanfaatkan angin yang diakibatkan oleh kendaraan yang melintas di jalan tol. Penelitian ini merancang, membuat dan menguji prototipe SKEA menggunakan rotor savonius dan windside untuk ditempatkan di median jalan tol. SKEA ini berperan menghasilkan energi listrik untuk kebutuhan penerangan jalan tol sekaligus menggantikan fungsi pelat penghalang lampu kendaraan di median jalan tol. Penelitian ini mengusulkan beragam alternatif rotor, sistem transmisi dan generator untuk kemudian mengujinya. Alternatif SKEA yang dipilih sebagai prototipe terdiri dari rotor savonius L berdiameter penutup 82 cm dan tinggi 1 meter, transmisi roda gigi dengan rasio 1:3 dan generator DC. Prototipe sistem konversi energi angin yang dipilih telah mampu menghasilkan daya listrik. Tegangan keluarannya 5 7 volt arus searah pada kecepatan angin 5 m/s. Prototipe sistem konversi energi angin yang dipilih baru mampu menghasilkan tegangan untuk melakukan pengisian ulang pada batere 6 volt. Kata kunci: ketahanan energi, energi terbarukan, angin kecepatan rendah, savonius, windside. 1. Pendahuluan Tingginya kebutuhan energi konvensional berupa migas yang tidak diimbangi oleh kapasitas produksinya menyebabkan kelangkaan bahan sehingga terjadi kenaikan harga. Pemerintah maupun swasta di hampir semua negara kemudian berpacu untuk membangkitkan energi dari sumber-sumber energi baru dan terbarukan dalam mempertahankan ketahanan energi negaranya. Salah satu sumber energi terbarukan yang dipilih adalah energi angin. Angin yang berhembus di Indonesia, menurut LAPAN, sering fluktuatif dan rata-rata kecepatan anginnya rendah (0 5 m/s). Kecepatan angin yang lebih tinggi bisa diperoleh pada elevasi yang lebih tinggi. Penelitian kemudian memfokuskan bahasan pada pemanfaatan energi angin kecepatan rendah ini sebagai penghasil energi

Kecepatan Rotor (rpm) Kecepatan Poros (Rpm) Putaran Poros Rotor (Rpm) listrik skala kecil. Salah satu lokasi yang potensial untuk memanfaatkan energi angin sebagai penghasil energi listrik skala kecil adalah daerah jalan bebas hambatan (jalan tol), khususnya pada median pemisah kedua sisi jalan. Pada lokasi ini, umumnya angin bertiup cukup kencang bila jalan tol terhampar di daerah yang terbuka. Kendaraan yang melintas di jalan tol dapat pula menimbulkan gerakan angin yang diperlukan sebagai sumber energi. SKEA dirancang berperan menghasilkan energi listrik untuk kebutuhan penerangan jalan tol sekaligus menggantikan fungsi pelat penghalang lampu kendaraan di median jalan tol. 2. Rancangan dan Pengujian Prototipe SKEA Menggunakan Rotor Savonius dan Windside 2.1 Rotor Rotor berperan mengubah energi kinetik angin menjadi energi kinetik putaran rotor. Rotor diinginkan agar beroperasi pada kecepatan angin rendah. Unjuk kerja rotor ditunjukkan oleh kecepatan putar rotor dan torsi yang dihasilkan untuk setiap kecepatan angin. Rotor Savonius dan Windside dipilih pada riset ini karena berdasarkan referensi mempunyai tip speed yang rendah dan mampu beroperasi pada kecepatan angin rendah. Rotor yang diuji meliputi rotor savonius U, savonius L dan Windside Kecil dan Windside Besar. Hasil pengujian keempatnya ditunjukkan oleh gambar 1a,1b, 1c dan 1d. 700 600 500 400 300 200 100 0 0 2 4 6 8 10 y = 77.927x + 14.227 Kecepatan Angin (m/s) R 2 = 0.6822 Gambar 1.a Rotor Savonius U 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 1 2 3 4 5 6 7 y = 14.319x + 0.4852 Kecepatan Angin (m/s) R 2 = 0.8711 Gambar 1.b Rotor Savonius L 350 300 250 200 150 100 50 0 0 2 4 6 8 y = 29.945x + 23.594 Kecepatan Angin (m/s) R 2 = 0.4587 Gambar 1.c Rotor Windside Kecil Gambar 1.d Rotor Windside Besar. Dari table dapat dilihat, kecenderungan hasil pengujian yang konvergen pada rotor Savonius dan divergen untuk Windside. Respons kecepetan putar rotor savonius linear terhadap kecepatan angin, namun windside cukup jauh berbeda. Nilai R 2 pada regresi linearnya tidak mencapai angka 0.5. karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk hal ini. Walaupun demikian, unjuk kinerja keempat rotor cukup baik. Rotor-rotor beukuran kecil (Savonius U dan Windside Kecil) menghasilkan kecepatan putar yang besar pada kecepatan

angin yang sama, namun torsi yang dihasilkannya cenderung lebih kecil dibandingkan rotor-rotor ukuran besar (Savonius L dan Windside Besar). Spesifikasi rotor dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Spesifikasi Rotor Windside Windside No Variabel Savonius U Savonius L Kecil Besar 1 Diameter penutup 32 cm 82 cm 32 cm 64 cm 2 Tinggi rotor 75 cm 100 cm 100 cm 100 cm 3 Tebal pelat penutup 1 mm 1 mm 1 mm 1 mm 4 Tebal Sudu 0,8 mm 0,8 mm 0,8 mm 0,8 mm 5 Massa sudu 2.2 Kg 5.8 Kg 2.3 Kg 5.5 Kg 6 Material Aluminium Data pengujian dari rotor ini masih perlu diuji dalam SKEA secara keseluruhan untuk mengetahui optimasi seperti apa yang akan dilakukan antara putaran dengan torsinya. Hal ini dilakukan mengingat ada dua kebutuhan dalam SKEA ini yakni putaran dan torsi yang besar. Sayangnya karakteristik rotor menunjukkan kecepatan rotor berbanding terbalik dengan ukuran rotor yang beararti berbanding terbalik dengan torsi (untuk kondisi sudu yang dirancang). 2.2 Transmisi Transmisi berfungsi meneruskan putaran dan juga torsi dari rotor ke generator. Sistem transmisi yang dikehendaki memiliki rugi-rugi yang rendah. Berdasar pada pengujian rotor, putaran rotor yang rendah perlu ditingkatkan melalui sistem transmisi sehingga mencapai putaran operasi generator. Sistem transmisi dirancang berupa increaser (rasio < 1) yang berarti terjadi penaikan putaran namun terjadi penurunan torsi dari rotor angin ke generator. Jika logikanya di balik, dengan kebutuhan torsi tertentu untuk memutar poros generator, diperlukan torsi yang lebih besar pada rotor angin. Sekira sejumlah perkalian torsi mula generator dengan rasio transmisi. Untuk kebutuhan ini digunakanlah susunan roda gigi plastik dengan rasio transmisi 1:3. 2.3 Generator Generator diharapkan mampu beroperasi pada kecepatan putar yang rendah. Hal ini berarti generator diharapkan mampu menghasilkan daya listrik yang diinginkan pada putaran poros generator dibawah 1000 rpm. Spesifikasi tegangan yang diinginkan adalah sedikit diatas 12 volt untuk menjamin terjadinya proses charging pada batere. Awalnya generator yang dipilih berasal dari alternator mobil kijang, akan tetapi alternator ini memerlukan arus umpan sebelum mulai beroperasi dan beroperasi pada putaran diatas 1500 rpm. Sementara itu cut in terjadi pada kisaran 2000 rpm. Dalam upaya mengeliminasi arus umpan, alternator dimodifikasi. Rotor alternator diganti dari lilitan kawat menjadi poros baja yang ditempeli magnet tetap 12 kutub (Gambar 2). Sampai putaran 1600 rpm, belum terjadi cut in. tegangan maksimum yang di capai 4.6 volt (lihat Gambar 3).

Gambar 2 Alternator magnet tetap 1 Gambar 3 Karakteristik alternator magnet tetap 1. Dengan harapan mendapatkan penggandaan tegangan keluaran, stator alternator tadi kemudian dililit ulang menggunakan diameter kawat yang lebih kecil sehingga diperoleh jumlah kumparan stator dua kali lipatnya. Hasil pengujian menunjukkan adanya kenaikan tegangan keluaran (lihat Gambar 4). Generator mencapai cut in pada 2300 rpm. Mengacu pada spesifikasi, putaran operasi seperti ini masih belum memenuhi keinginan. Gambar 4 Karakteristik alternator magnet tetap 2. Mengingat arus charging untuk batere adalah DC, maka dilakukan juga pengujian pada generator DC. Generator yang diuji adalah generator DC merk Nippondenso dengan rating tegangan 180 volt, arus 5 ampere pada putaran poros 3000 rpm. Hasil pengujian ditunjukkan gambar 5. Ternyata Cut in terjadi pada putaran yang rendah yakni pada kisaran 150 rpm. Kemudian generator dicoba dalam rangkaian charging untuk batere 12 volt, dari pengukuran arus terlihat terjadi pembalikan nilai arus. Nilai arus negatif pada putaran dibawah 150 rpm menunjukkan generator belum melakukan charging. Sementara pada putaran lebih dari 150 rpm nilai arus menjadi positif. Hal ini menunjukkan adanya proses charging pada batere.

Gambar 5 Tegangan dan arus keluaran generator DC. 2.4 Unit Penyimpan Energi Sebagaimana halnya sumber energi terbarukan yang lain, energi dari angin juga intermitten walaupun kemungkinan pembangkitannya bisa dilakukan siang dan malam. Adapun kebutuhan energi listrik untuk penerangan yang dihasilkan bersifat steady sepanjang malam. Mengingat supply yang intermitten dan demand yang steady, digunakanlah unit penyimpan energi berupa satu atau susunan batere kering 12 volt. Satu unit converter DC to AC difungsikan ketika energi listrik dari unit penyimpan akan digunakan. 2.5 Prototipe SKEA Prototipe SKEA dibuat dengan komponen utama rotor, transmisi, generator, dan pengisian batere. Rotor akan mengkonversi energi kinetic angin menjadi putaran poros. Transmisi meneruskan putaran rotor ke generator. Generator mengubah energi puataran poros menjadi energi listrik dan melakukan pengisian batere. Dari beberapa kali percobaban, prototype yang dipilih terdiri dari rotor savonius L, transmisi roda gigi plastik dan generator DC (lihat gambar 6). Gambar 6 Prototipe SKEA menggunakan rotor Savonius. Dalam pengujian menggunakan fan, sistem mulai berputar pada kecepatan angin 5 m/s dengan tegangan keluaran listrik dari alternator 4,6 volt. Karena pengujian menggunakan fan menyebabkan aliran angin hanya satu arah, padahal pada kenyataannya rancangan rotor dapat menerima angin dari segala arah, maka dicoba dengan menggunakan pelat pengarah lengkung setengah lingkaran dibelakang rotor. Dengan cara ini kinerja rotor jadi meningkat. Pada kecepatan angin 2,4 m/s rotor sudah berputar dengan tegangan keluaran 3,4 m/s. Hasil lebih rinci dari pengujian prototipe ini dapat dilihat pada gambar 7 dan 8.

Gambar 7 Hasil pengujian prototipe tanpa pelat pengarah. Gambar 8 Hasil pengujian prototipe dengan pelat pengarah. Dari hasil ini bisa diprediksikan, kinerja prototipe bisa menjadi lebih baik untuk penempatan pada pada lokasi yang dituju, karena angin akan menghembus rotor dari segala arah. Keberadaan pelat pengarah selain membantu mengkondisikan aliran angin dari segala arah yang mengenai rotor, juga menunjukkan perlunya rotor dengan jumlah sudu yang lebih banyak. Pasangan dua buah sudu menyebabkan siklus sudu terhadap suatu acuan terjadi setiap setengah putaran, sementara jika bisa ditambah sampai empat buah sudu, siklusnya menjadi seperempat lingkaran. Dalam hal ini perlu dilakukan perhitungan dan optimasi antara kebutuhan putaran dengan massa sudu. Karena penambahan jumlah sudu juga berarti penambahan massa sudu. 3. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Telah dihasilkan prototipe Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) yang mampu menghasilkan energi listrik dan mampu menggantikan penghalang sinar lampu kendaraan di median jalan tol. 2. Prototipe SKEA yang dipilih terdiri dari turbin angin poros tegak jenis Savonius L, sistem transmisi menggunakan roda gigi dengan rasio 1:3 dan generator DC Nippondenso sebagai pembangkit daya listrik. 3. Prototipe SKEA yang dipilih menghasilkan tegangan 5 7 volt arus searah pada kecepatan angin 5 m/s. 4. Prototipe SKEA yang dibuat baru mampu menghasilkan tegangan untuk melakukan pengisian ulang pada batere 6 volt.

5. Rotor Savonius dan Windside mempunyai karakteristik terhadap kecepatan angin rendah yang tidak jauh berbeda. Luas area yang kecil dan massa yang ringan menyebabkan rasio putaran poros terhadap kecepatan angin semakin besar, namun rasio torsi terhadap kecepatan angin semakin kecil. 6. Rotor Windside (kecil) mampu beroperasi pada kecepatan angin yang rendah dari Savonius (mulai 0,8 m/s) namun torsinya kecil. 7. Rotor Savonius beroperasi pada kecepatan angin yang lebih tinggi dari Windside (1,2 m/s), namun torsinya lebih besar. 8. Generator DC dapat berfungsi sebagai generator putaran rendah yang mampu menghasilkan tegangan di atas 12 volt mulai putaran 150 rpm poros generator. 4. Ucapan Terimakasih Para peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada ITB karena penelitian ini didanai oleh Riset Unggulan ITB dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Riset No.: 0010/K01.03.2/PL2.1.5/I/2007. 5. Referensi 1. Culp, Archie W Jr. Prinsip-prinsip Konversi Energi, Penerbit Erlangga, Jakarta 1984 2. Daryanto, Y., F.A. Yohanes dan F. Hasim, Potensi Peluang dan Tantangan Energi Angin di Indonesia, BPPT Tangerang, 2005. 3. Dieter, G., Engineering Design, McGraw Hill, Singapore, 2000. 4. Dirjen Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, SK No.12/S/BNKT/1991 - Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan, 1991. 5. Eldrigde, Frank R. Wind Machine, second edition. Van Nostran Reinhold Company. New York, 1980 6. EBARA Corporation Japan. Wind Power Generation. Prosiding Seminar, Bandung 2005 7. Hau, Erich. Wind Turbines: Fundamentals, Technologies, Aplication, Economics, Berlin 2005 8. National Geografic ed. Indonesia, Bebas BBM apa saja energi penggantinya?, Jakarta, Agustus 2005. 9. Purba, Jefri Kencana. Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Rotor Savonius sebagai Pembangkit Energi Listrik Untuk Penerangan Jalan Tol, Tugas Sarjana Teknik Mesin ITB. Bandung 2006 10. Renewable Energy World, Majalah. Januari Februari 2001 11. Soetanto, Maria F, Aryadi Suwono, Prihadi Setyo Darmanto, dan Ari Darmawan Pasek, Aliran Fluida Menyilang di Sekitar Rotor Savonius dengan Panjang Berhingga dengan Kecepatan Aksial Seragam, Jurnal Seminar Nasional Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri, Bandung. 2003. 12. Suwono, Aryadi, Maria F Soetanto, dan Dani Rusirawan, Kaji Teoritik Karakteristik Aerodinamik Sistem Konversi Energi Angin Jenis Poros Datar dengan Sudu Silinder dan Rotor Savonius, Jurnal Seminar Nasional Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri, Bandung, 2003. 13. Voshburgh, Paul N. Commersial applications of Wind Power. Van Nostran Reinhold Company. New York, 1983.