BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali No.8 Tahun 2002 yang mana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dari modal yang dimiliki (Sartono, 2001:119). Oleh karena itu, perlu diupayakan agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan revenue atau

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. untuk memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatpedesaan di Bali merupakan hal yang penting untuk menunjang

BAB II LANDASAN TEORI


BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian pedesaan mempunyai peran sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berupa uang/surat-surat berharga lainnya. hidup krama desa untuk menunjang pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang kekurangan dana dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rakyat (BPR) Jawa Timur (Periode ). Penelitian tersebut memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang. mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Bali merupakan suatu wilayah yang didominasi oleh pedesaan. Pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup andil dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut. Prasanjaya dan Ramantha (2013) bank memberikan kontribusi besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dihasilkan dari penjualan, pendapatan investasi, aset dan modal saham tertentu.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali No.8 Tahun 2002 yang mana Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah salah satu wadah kekayaan desa yang menjalankan fungsinya dalam bentuk usaha-usaha kearah peningkatan taraf hidup Krama Desa dan dalam kegiatannya banyak menunjang pembangunan Desa atas dasar pertimbangan bahwa: 1) Desa Pakraman merupakan lembaga tradisional yang lebih mengakar dan dihormati oleh masyarakat pedesaan terutama karena pakramannya (anggota desa pakraman). 2) Desa pakraman mempunyai atura-aturan yang telah disepakati dan dipatuhi baik secara tertulis maupun tidak. 3) Desa pakraman merupakan suatu lembaga tradisional dan bersifat kelompok yang didasarkan kepada geografis pakraman, dimana sudah tentu interaksi sosial yang terjadi sehari-hari bisa mengakibatkan tumbuhnya rasa kesatuan dan persatuan serta kerjasama alamiah sebagai wujud gotong royong. 4) Desa pakraman mempunyai kewajiban dan beban tangung jawab yang cukup besar bila dibandingkan dengan hak yang dimiliki.

2.1.2 Fungsi & Tujuan LPD Fungsi LPD berdasarkan Perda Tingkat I Bali No.3 tahun 2007 adalah sebagai salah satu wadah kekayaan desa, menjalankan fungsinya dalam bentuk usaha-usaha kearah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam kegiatannya banyak menunjang pembangunan desa. Berdasarkan Perda Tingkat I Bali No.3 tahun 2007 tujuan LPD sebagai berikut : 1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan menghimpun tabungan dan simpanan berjangka dari krama desa. 2) Memberantas ijon, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu. 3) Menciptakan pemerataan dan kesempatan untuk berusaha serta perluasan kesempatan kerja bagi krama desa. 4) Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang desa. Bidang usaha LPD yang tertuang pada Perda Tingkat I Bali No.3 tahun 2007 adalah sebagai berikut : 1) Menerima/menghimpun dana dari krama desa dalam bentuk tabungan dan deposito. 2) Memberikan pinjaman hanya kepada krama desa. 3) Menyimpan kelebihan likuiditas pada BPD dengan imbalan bunga bersaing dan pelayanan yang memadai.

Sumber permodalan bagi LPD ditentukan berdasarkan Perda Provinsi Bali No.8 tahun 2002 dalam pasal 9 adalah : 1) LPD dapat didirikan dengan modal awal sekurang-kurangnya Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah) 2) Modal LPD terdiri dari : (1) Swadaya masyarakat sendiri dan atau urunan krama desa (2) Bantuan pemerintah atau sumber lain yang tidak mengingkat (3) Cadangan modal 2.1.3 Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan efisien dalam kegiatan operasionalnya. Dimana profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Riyanto, 2008:35), atau profitabilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (Simorangkir, 2004:152). Kualitas dari setiap perusahaan dikatakan baik apabila tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelolanya tinggi atau maksimal,dimana profitabilitas umumnya selalu diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan seperti jumlah aktiva perusahaan maupun penjualan dan investasi, sehingga dapat diketahui efektifitas pengelolaan keuangan dan aktiva oleh perusahaan (Hernawati, 2007).

Menurut Munawir (2010:33), profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu atau rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Laba memiliki tujuan dengan sebagai berikut: 1) Laba yang cukup dapat dibagikan keuntungannya kepada pemegang saham dan atas persetujuan pemegang saham sebagian dari laba disisihkan sebagai cadangan. 2) Laba merupakan penilaian keterampilan pemimpin. Pimpinan yang cakap dan terampil dalam mengelola asset umumnya dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar dari pada pemimpin yang kurang cakap. 3) Meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya dengan membeli saham yang dikeluarkan oleh pihak bank. Profitabilitas dari LPD merupakan hal yang sangat penting. Bila LPD dapat meningkatkan profitabilitasnya hal tersebut akan berpengaruh kepada lingkungan eksternal maupun lingkungan internal dari LPD tersebut. 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Profitabilitas dari LPD merupakan hal yang penting bagi golongangolongan masyarakat dalam Desa Pakraman tempat LPD berada. Apabila profitabilitas suatu LPD tinggi, maka dapat dikatakan LPD tersebut sudah sangat baik dalam mengelola keuangannya dan tentunya para nasabah / masyarakat akan

lebih mempercayakan dana simpanannya pada LPD itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya profitabilitas dari LPD merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan atau kreditabilitas dari masyarakat Desa Pakraman. Yogi Premani (2013) menyatakan pada penelitiannya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas dari LPD yaitu Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Tabungan dan Deposito yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Widiasari (2014) menyatakan terdapat beberapa rasio yang mempengaruhi profitabilitas suatu LPD, diantaranya yaitu Loan to Deposit Ratioyang berpengaruh positif terhadap profitabilias dan Non Performing Loan yang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya profitabilitas dari LPD. 2.1.5 Cara Menghitung Profitabilitas Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki pada periode tertentu (Riyadi, 2006:155). Menurut Sartono (2009:122)profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,total asset maupun modal sendiri. Tingkat profitabilitas dapat dihitung dengan beberapa rumus sebagai berikut: 1) Gross Profit Margin digunakan untuk menghitung laba kotor yang dihasilkan perusahaan yang dibandingkan dengan penjualan.

2) Net Profit Margin digunakan untuk menghitung laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan penjualan. 3) Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aktiva yang digunakan. 4) Return on Equity adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. 2.1.6 Return on Asset (ROA) Profitabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan Return on Asset (ROA). Menurut Sawir (2005:18), return on assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.rasio ROA ini sering digunakan manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut (Cahyadi, 2014). Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Nilai ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba.

1) Keunggulan ROA ROA menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh aset yang dimiliki LPD. Pengukuran kinerja keuangan LPD dengan ROA memiliki keuntungan yaitu ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya memengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. Laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan laba rugi dan neraca. Keunggulan lain yang didapat dari pengukuran kinerja dengan ROA adalah perhitungan ROA sangat mudah dihitung dan dipahami. ROA juga merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. Setiap pengukuran kinerja keuangan perusahaan, unit organisasi yang ada dalam perusahaan dapat menggunakan ROA untuk mengetahui profitabilitas dari setiap unit usaha. 2) Kelemahan ROA Pengukuran kinerja keuangan LPD dengan ROA juga memiliki kelemahan disamping memiliki keunggulan yaitu dalam mengukur kinerja dengan ROA manajemen cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang. Sebuah proyek dalam pengukuran kinerja dengan ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi proyek tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang, berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan penggunaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang. Oleh karena itu, manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan proyek-

proyek jangka panjang, meskipun pada kenyataannya proyek-proyek tersebut dapat meninngkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara keseluruhan 2.1.7 Dana Pihak Ketiga (DPK) Dendawijaya (2009:56) menyatakan, dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan masyarakat. Dalam rangka mendukung aktivitas operasional bank yang kaitannya dengan penyaluran dana, bank perlu memperoleh sumber dana yang cukup untuk mendukung kegiatan tersebut (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:68). Bentuk-bentuk simpanan menurut Bank Indonesia (2001:IV:2.1) dapat berupa: 1) Giro (demand deposit) Yaitu simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindah bukuan. 2) Deposito (time deposit) Yaitu simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang disamakan dengan itu. 3) Tabungan (saving deposit) Yaitu simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.

4) Sertifikat deposito Yaitu simpanan pihak lain dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan. Sumber dana bank yang diperoleh dari masyarakat dalam bentuk simpanan baik gito, tabungan, deposito berjangka, dan sertifikat deposito inilah yang disebut dana pihak ketiga. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi (2014) dan Adek (2015) menggunakan deposito dan tabungan dalam perhitungan dana pihak ketiga dari LPD. Dengan adanya dana pihak ketiga LPD mampu melakukan kegiatan usaha kredit melalui pemutaran dana pihak ketiga sehingga LPD dapat memperoleh laba yang maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Arisanti (2010) menemukan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Sedangkan penelitian yang dilakukan Bambang (2010) menyatakan bahwa DPK berpengaruh negatif terhadap profitabilitas dikarenakan banyaknya dana yang menganggur. 2.1.8 Kecukupan Modal Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi LPD dalam mengembangkan usahanya. Permodalan bagi LPD sebagaimana perusahaan pada umumnya selain berfungsi sebagai sumber utama pembiayaan terhadap kegiatan operasionalnya juga berperan sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Modal yang dimiliki oleh suatu LPD pada dasarnya harus cukup untuk menutupi seluruh risikousaha yang dihadapi oleh LPD tersebut. Dalam menghitung modal LPD dapat menggunakan rasio permodalan atau yang sering dikenal dengan capital adequacy ratio(car). CAR adalah rasio kecukupan

modal yang diukur berdasarkan perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) (Rivai, 2007:281). Modal LPD yang banyak menjadi sangat penting karena modal LPD difungsikan untuk kegiatan operasional sebuah LPD (Sudirman, 2000:93).Adapun yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih untukmenjaga kesehatan dari LPD tersebut sesuai Peraturan Gurbernur Bali No 11Tahun 2013 tersebut menyatakan sebagai berikut: 1) LPD harus memenuhi kecukupan modal minimum 12% (dua belas persen) 2) Kecukupan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkanperbandingan antara modal LPD dengan ATMR Banyaknya modal yang ada dalam suatu LPD mencerminkan kemampuan LPD dalam menutup risiko kerugian yang akan terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Kasselaki and Athanasios (2013) menemukan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Penelitian Kasselaki and Athanasios(2013) didukung jugadengan penelitian yang dilakukan oleh Syafri (2012) menemukan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar (2012) menemukan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Perhitungan kecukupan modal dengan CAR dalam LPD menggunakan dasar perhitungan menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, CAR merupakan perbandingan antara modal dengan Aktiva

Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah total nilai masing-masing aktiva setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. ATMR menunjukan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah cukup. Bobot aktiva menurut risiko adalah sebagai berikut : 1) Kas, bobot 0% 2) Tabungan/Giro/Deposit, bobot 20% 3) Pinjaman yang diberikan, bobot 100% 4) Aktiva Tetap, bobot 100% 2.1.9 Risiko Kredit Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit (Dendawijaya, 2009:82). Risiko kredit (default risk) juga dapat terjadi akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya yang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan proksi non performing loan(npl). NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria

kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan LPD, semakin kecil nilai NPLmaka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. LPD dalam melakukan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, LPD wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya, hal ini bertujuan untuk mengurangi kredit bermasalah.penelitian yang dilakukanchristiano,dkk. (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA.Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Pinkan Zai (2013) juga menemukan NPL berpengaruh negatif terhadap profitabilitas sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eka Oktaviantari dan Wiagustini (2013) menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Dendawijaya (2009:82) menyatakan bahwa, implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah dapat berupa sebagai berikut: 1) Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredityang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank. 2) Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (Bad Debt Ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk. 3) Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada

akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio). 4) Menurunnya tingkat kesehatan bank. 2.1.10 Likuiditas LPD dalam melakukan analisis kredit sebelumnya ia harus melakukan kredit atau mendapatkan kepercayaan transaksi di LPD. Dalam melakukan analisis kredit LPD bertujuan untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan kepada nasabah mengalami masalah atau tidak, yang dalam hal ini dapat memberikan keuntungan bagi LPD apakah kredit yang akan diberikan kepada nasabah akan dapat membahayakan kedepannya atau tidak. Menurut Simorangkir (2004:147), ada beberapa cara yang digunakan dalam mengitung likuiditas, salah satu cara untuk mengetahui likuiditas dapat dilihat dari loan to deposit ratio (LDR). LDRmerupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2011:290). Selain itu LDR merupakan ukuran kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2009:116). LDR dapat menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun bank. Dalam hal ini tujuan dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui seberapa jauh suatu LPD dikatakan memiliki kondisi sehat dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Besar kecilnya nilai LDR suatu bank akan mempengaruhi nilai profitabilitas bank tersebut. Semakin kecil jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka jumlah dana yang menganggur bertambah sehingga penghasilan bunga yang diperoleh akan menurun, begitu juga sebaliknya semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka jumlah dana yang menganggur berkurang sehingga pengasilan bunga yang diperoleh akan meningkat. Sehingga semakin besar jumlah dana yang disalurkan dapat tentunya akan meningkatkan LDR sehingga profitabilitas bank juga akan meningkat. Menurut Epriyanti (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap ROA.Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2006) juga menemukan LDR berpengaruh positif terhadap profitabilitas sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mahayuni (2009) menunjukkan bahwa LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Besarnya LDR yang dapat disalurkan oleh LPD menunjukan bahwa manajemen LPD mempunyai kemampuan untuk memasarkan dana yang dimilikinya. LDR akan mengambarkan kemampuan LPD membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Menurut Kasmir (2011:290) besarnya LDR menurut peraturan Bank Indonesia maksimum adalah sebesar 110%.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Dana pihak ketiga (X 1 ) Kecukupan modal (X 2 ) Risiko kredit (X 3 ) H (+) H (+) H (-) H (+) Profitabilitas(Y) Likuiditas (X 4 ) 2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Profitabilitas Dana yang bersumber dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2011:64). Semakin banyak dana yang dimiliki oleh LPD, maka semakin besar peluang LPD dalam menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dana-dana yang dimaksudkan dapat berupa dana dari LPD itu sendiri, dana yang bersumber dari lembaga lainnya dan dana yang bersumber dari masyarakat desa pakraman. Penelitian yang dilakukan oleh Arisanti (2010) menyatakan bahwa dengan meningkatnya dana pihak ketiga, maka dana yang dialokasikan untuk pemberian kredit juga akan meningkat, sehingga akan meningkatkan pula pendapatan bank

yang akan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas bank tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Dea (2011) menunjukan bahwa secara parsial dana pihak ketigaberpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya tersebut maka dapat dirumuskan hipotesi sebagai berikut : H 1 : Dana pihak ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. 2.2.2 Pengaruh Kecukupan Modal terhadap Profitabilitas Kecukupan modal dapat diukur menggunakan capital adequacy ratio (CAR) yang merupakan perbandingan total modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Dimana rasio ini menunjukan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kerugian operasional yang mungkin akan dialami bank. Tingkat permodalan bagi LPD merupakan faktor yang sangat penting, karena dengan modal yang besar atau mendukung akan menunjang pertumbuhan serta kegiatan operasional LPD. Apabila nilai CAR tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2009:144) Penelitian yang dilakukan oleh Syafri (2012), Toby (2014) dan Cahyadi (2014) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Vong and Chan (2009)

menunjukkan bahwa kekuatan modal dari suatu bank sangat penting dalam memengaruhi profitabilitas. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya tersebut maka dapat dirumuskan hipotesi sebagai berikut : H 2 :Kecukupan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas 2.2.3 Pengaruh Risiko Kredit terhadap Profitabilitas Risiko kredit dapat diukur menggunakan non performing loan (NPL) yang merupakan proksi yang digunakan peneliti untuk menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank (Dendawijaya, 2009). Semakin besar tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang dihadapi perusahaan, sehingga operasional perusahaan terganggu dan pendapatan yang diharapkan tidak terwujud dengan maksimal. Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan utama yang dilakukan LPD, maka dari itu dalam memberikan kredit LPD harus menganalisis kemampuan masyarakat desa pakraman dalam memenuhi kewajibannya membayar kredit. Permana (2014) pada penelitiannya menemukan bahwa NPL berpengaruh signifikan kearah yang negatif terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan olehazee and Amara (2014) dan Sabir,dkk (2009) juga menemukan NPL berpengaruh negatifsignifikan terhadap profitabilitas. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya tersebut maka dapat dirumuskan hipotesi sebagai berikut :

profitabilitas. H 3 : Risiko kredit berpengaruh negatifdan signifikan terhadap 2.2.4 Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas Likuiditas dapat diukur menggunakan loan to deposit ratio (LDR) yang merupakan komposisi perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang digunakan, baik modal sendiri maupun dana masyarakat yang dihimpun (Kasmir, 2011:225). Semakin besar jumlah pinjaman yang diberikan kepada nasabah maka semakin sedikit jumlah dana yang menganggur, sehingga menyebabkan LDR meningkat. Semakin tinggi LDR maka tingkat profitabilitas LPD akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya semakin rendah LDR maka tingkat profitabilitas LPD akan menurun. Olweny and Shipo (2011) pada penelitiannya menemukan bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Oktaviantari dan Wiagustini (2013), Christiano,dkk. (2014), Margareta dan Pinkan Zui (2013) dan Cahyadi (2014) juga menemukan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya tersebut maka dapat dirumuskan hipotesi sebagai berikut : H 4 : Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.