BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

Universitas Indonesia

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Metode dan Pengukuran Kerja

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

GAMBARAN RISIKO ERGONOMI PADA OPERATOR MESIN CETAK MANUGRAPH DI PT. MASCOM GRAPHY SEMARANG PADA BULAN MEI 2013

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PENJAHIT DI PUSAT INDUSTRI KECIL MENTENG MEDAN 2015

BAB V HASIL DAN ANALISA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI

Jurnal Dinamis Vol. II, No. 6, Januari 2010 ISSN

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar. Postur Batang Tubuh REBA Tabel. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

ANALISIS TINGKAT RISIKO ERGONOMI MENGGUNAKAN METODE REBA TERHADAP KELUHAN MSDs PADA PENGRAJIN BATIK DI NISYA BATIK, KUNINGAN

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA. area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Tanjung Mahardika, Darminto Pujotomo *) Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro. Abstrak. Abstract

Tanjung Mahardika, Darminto Pujotomo *) Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Tembalang, Semarang.

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1.

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008

GAMBARAN RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA CUCI SEPEDA MOTOR DI JAKARTA PADA BULAN MEI 2013

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

Transkripsi:

21 BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di workshop Steel Tower PT. Bukaka Teknik Utama terhadap risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat 13 aktivitas kerja yang dijadikan objek penelitian dari 6 macam proses kerja yang ada, dan kesemua aktivitas tersebut terdapat risiko terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs). 2. Tingkat risiko (risk level) yang ada meliputi seluruh tingkatan risiko yang disediakan dalam metode ini, yaitu mulai dari rendah (low), sedang (medium), tinggi (high), dan sangat tinggi (very high). 3. Secara umum, tingkat risiko (risk level) terjadinya MSDs ini berada pada tingkat risiko (risk level) Medium sehingga tingkat pengendalian (action level) berada pada kategori 2, yaitu diperlukan (it is necessary) untuk mencegah atau meminimalisasi risiko yang dapat terjadi. Dalam standarisasi yang dikeluarkan oleh ICPR (2006), maka tindakan (action) yang perlu dilakukan termasuk ke dalam kategori C yaitu actions for a change. 4. Dari semua proses/aktivitas kerja yang ada, hanya satu saja yang termasuk ke dalam kategori tingkat risiko (risk level) rendah (low) yaitu proses kerja marking magnetic drill, dengan tingkat pengendalian (action level) adalah mungkin diperlukan (can be necessary) yaitu tindakan studies for a change. 5. Sedangkan yang termasuk ke dalam kategori tingkat risiko (risk level) sangat tinggi (very high) yaitu proses kerja cutting shearing plate untuk bagian kanan (right), dengan tingkat pengendalian (action level) adalah diperlukan sekarang (necessary NOW) yaitu tindakan urgent changes.

22 6. Faktor risiko terjadinya MSDs dapat ditemukan pada posisi badan yang berdiri maupun duduk pada waktu yang lama (prolonged sitting/standing) serta pada postur leher (neck) yang menekuk ke bawah, punggung (trunk/back) yang membungkuk, bahu (shoulder) yang naik, siku (elbow) yang selalu fleksi, dan pergelangan tangan (wrist) yang ekstensi dalam gerakan statis dan repetitif. Saran Ada beberapa pengendalian yang bisa direkomendasikan untuk mencegah atau meminimalisasi risiko terjadinya Musculoskeletal Disoders (MSDs) di workshop Steel Tower PT. Bukaka Teknik Utama yaitu : A. Engineering Control Yaitu dengan menggunakan mesin-mesin yang sesuai dengan antropometri pekerja Indonesia. Namun, saat ini antropometri untuk pekerja Indonesia belum ada jadi bisa menggunakan antropometri pekerja dari negara Asia lain yang sudah ada. 1. Proses/Aktivitas Kerja Bandsaw Berikan tambahan ketinggian pada lantai seperti yang disediakan pada proses radiall drill plate sehingga tinggi meja kerja adalah sejajar dengan tinggi siku, dan posisi lengan baik lengan atas (bahu) maupun bawah (siku) tidak terlalu tinggi ke atas menggapai tombol-tombol panel pada mesin. 2. Proses/Aktivitas Kerja Cutting Shearing Plate Sediakan bangku (tanpa sandaran) yang tingginya sejajar dengan meja kerja dan diletakkan sedekat mungkin untuk mengurangi gerakan fleksi pada badan (trunk) saat mendorong material secara bertahap masuk ke dalam mesin. 3. Proses/Aktivitas Kerja Cutting Shearing Siku Gunakan kedua tangan saat mengangkat material dan meletakkannya ke meja kerja untuk menghindari penggunaan sebelah tangan yang terus-

23 menerus sehingga otot-otot lainnya akan berkontraksi statis dan mencegah terjadinya perputaran (rotation) pada badan (trunk). 4. Proses/Aktivitas Kerja Stamping Plate Sediakan kursi yang memiliki sandaran dengan tinggi yang bisa membuat meja kerja 10 cm lebih tinggi dari siku karena pekerjaan ini membutuhkan ketelitian, dan agar leher tidak terlalu menekuk ke bawah dan mengurangi kelelahan (fatigue) akibat memakai pedal sambil berdiri. Mengatur lokasi dengan merubah tata letak meja kerja untuk mencegah terjadinya perputaran baik pada tubuh (trunk) dan leher (neck). 5. Proses/Aktivitas Kerja Stamping Siku Bila memungkinkan pindahkan letak tuas ke bawah dekat dengan permukaan meja kerja agar gerakan bahu yang terangkat (shoulder raised) dapat dihindari dan posisi berdiri tidak lagi dilakukan dengan postur badan (trunk) yang miring ke kiri dan leher (neck) menekuk (tilted) ke kiri. 6. Proses/Aktivitas Kerja Marking Copy Punch Plate Karena proses ini membutuhkan penggunaan tenaga (force) yang besar saat memukulkan palu ke permukaan material (besi) maka disarankan untuk membuat tinggi meja kerja menjadi 10 cm di bawah siku untuk mengurangi kelelahan (fatigue) pada posisi kerja berdiri. 7. Proses/Aktivitas Kerja Punching Copy Punch Plate Sebaiknya bangku yang digunakan diganti dengan kursi yang memiliki sandaran dan ketinggiannya dikurangi agar mencegah badan (trunk) berada dalam posisi membungkuk, serta letak pedal disesuaikan dengan posisi kaki. Dan tidak lupa untuk memastikan bahwa pekerja mempunyai cukup ruang gerak untuk lutut dan kakinya. 8. Proses/Aktivitas Kerja Copy Punch Siku Karena meja kerja terlalu rendah maka sediakan kursi yang memiliki sandaran untuk mencegah terjadinya gerakan fleksi pada badan (trunk) dan mengurangi penggunaan tenaga pada kaki saat menginjak pedal.

24 9. Proses/Aktivitas Kerja Radiall Drill Plate Usahakan tangan tidak terlalu jauh terulur ke depan dengan cara mendekatkan tubuh ke mesin. Posisi tubuh yang menjauh dari mesin dilakukan untuk menghindari terciprat air yang digunakan untuk memproses material, posisi ini dapat diperbaiki dengan meninggikan penghalang yang telah ada di sekitar mesin sehingga air tersebut tidak akan menciprati tubuh pekerja. Atau jika perbaikan ini tidak mungkin dilakukan, maka pekerja cukup diberikan pakaian pelindung (appron) saja yang terbuat dari plastik sehingga cipratan tersebut tidak akan mengotori seragam kerja dan pekerja dapat memposisikan tubuhnya sedekat mungkin dengan mesin. 10. Proses/Aktivitas Kerja Radiall Drill Siku Sediakan bangku yang memiliki tinggi yang sesuai (sebaiknya memiliki sandaran yang tinggi) sehingga pekerja dapat mengoperasikan mesin dengan posisi tangan tetap memegang setir mesin dan dalam keadaan duduk. 11. Proses/Aktivitas Kerja Marking Magnetic Drill Tinggi meja kerja harus 10 cm di atas siku karena jenis pekerjaan ini membutuhkan ketelitian. 12. Proses/Aktivitas Kerja Drilling Magnetic Drill (Sitting) Penyediaan bangku sudah baik, hanya saja bangku yang disediakan ada yang memiliki sandaran dan ada yang tidak serta tingginya berlainan. Sebaiknya disediakan kursi yang memiliki sandaran dengan tinggi seperti tinggi bangku yang telah disediakan, karena jika terlalu tinggi maka postur badan (trunk) akan cenderung lebih condong ke depan akibat tinggi permukaan meja kerja yang sangat rendah (di bawah kaki/diinjak). 13. Proses/Aktivitas Kerja Drilling Magnetic Drill (Standing) Sebenarnya bekerja dalam posisi berdiri seperti ini tidak perlu dilakukan, penggunaan bangku yang sudah disediakan dapat digunakan.

25 B. Administrative Control 1. Bagian personalia sebaiknya memperhatikan ukuran tubuh (antropometri) pekerja yang akan diterima bekerja terhadap ketinggian letak meja kerja. Tempatkan pekerja dengan tinggi yang sesuai pada proses/aktivitas kerja tertentu. Misalkan tempatkan pekerja yang berpostur pendek pada proses/aktivitas kerja yang letak meja kerjanya rendah, dan sebaliknya pekerja dengan postur tinggi pada proses/aktivitas kerja yang ketinggian letak mejanya tinggi. 2. Berikan pelatihan (training) mengenai cara kerja yang efektif agar pekerja dapat mengetahui postur yang baik untuk digunakan bekerja, dan meningkatkan kesadaran untuk semaksimal mungkin menghindari posturpostur janggal yang mungkin dapat dihindari. 3. Pengaturan waktu istirahat disela-sela aktivitas selama beberapa detik untuk melakukan peregangan-peregangan otot sehingga tubuh dapat kembali bugar, khususnya pada bagian badan (trunk), leher (neck), dan tangan (hands). 4. Lakukan penilaian (assessment) lebih jauh terhadap proses-proses kerja yang banyak membutuhkan postur janggal dalam pengerjaannya. 5. Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas, maka pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih sungguh-sungguh, baik berupa pelaksanaan pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai kegiatan olahraga.