Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat TAhun 2013

dokumen-dokumen yang mirip
GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f

PROGRAM AKSELERASI PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id

PERKEMBANGAN MASALAH GIZI DAN PENGUATAN PELAYANAN GIZI DALAM PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KINERJA KEGIATAN PEMBINAAN GIZI TAHUN 2011 Menuju Perbaikan Gizi Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014)

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

B A B I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan 2017

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

KECENDERUNGAN MASALAH GIZI DAN TANTANGAN DI MASA DATANG *)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

PETUNJUK PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI

KESEHATAN ANAK. Website:

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

KEBIJAKAN PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

STATUS GIZI. Website:

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO

Buku Indikator Kesehatan

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

Sumber: GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA BIDANG KESEHATAN (GIZI DAN KIA)

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

PEDOMAN PELAYANAN GIZI PUSKESMAS WONOSARI II

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan 2018

Transkripsi:

Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat TAhun 2013 Direktorat Bina Gizi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI

ii

KATA PENGANTAR Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi 15% dan prevalensi balita pendek menjadi 32% pada tahun 2014. Untuk mencapai sasaran tersebut diatas, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 telah menetapkan 2 (dua) indikator keluaran pembinaan gizi yang harus dicapai yaitu; 1) Persentase balita ditimbang berat badannya, dan 2) Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan. Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan rancangan kegiatan yang spesifik dan terukur, tertuang dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014. Penjabaran kegiatan setiap tahunnya dituangkan dalam Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat yang merupakan penajaman prioritas, strategi operasional serta kegiatan. Buku ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penentu kebijakan, perencana, dan pelaksana program diberbagai tingkat administrasi untuk lebih menyamakan langkah, koordinasi, dan sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2013. Jakarta, Februari 2013 2013 Direktur Jenderal Bina Bina Gizi Gizi dan dan KIA KIA Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS iii

iv

DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... iii v I. Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Sasaran Pembinaan Gizi 2010-2014... 2 II. Perkembangan Masalah dan Capaian Tahun 2012... 3 A. Kurang Energi Protein (KEP) 3 1. Cakupan Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S) 4 2. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 5 3. Perawatan Gizi Buruk 6 B. Kurang Vitamin A (KVA) 8 C. Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) 9 D. Anemia Gizi Besi (AGB) 11 E. Masalah Gizi Lebih 13 III. Konsep dan Strategi Operasional Tahun 2013 14 A. Konsep Perbaikan Gizi 14 B. Tujuan 15 C. Sasaran Operasional 15 D. Strategi Operasional 15 IV. Kegiatan Pembinaan Gizi 2013 17 A. Pendidikan Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat 17 B. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Gizi 19 C. Suplementasi Gizi dan Alat Penunjang 21 D. Tatalaksana Gizi Buruk dan Penanganan Gizi Kurang 23 E. Penyusunan NSPK 24 F. Surveilans Gizi 26 G. Dukungan Manajemen 26 V. Monitoring dan Evaluasi 29 VI. Penutup 30 Lampiran 31 Daftar Singkatan 48 v

vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Bab VIII) mengamanatkan bahwa Upaya Perbaikan Gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya pembinaan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan perkembangan masalah gizi, pentahapan dan prioritas pembangunan nasional. Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 adalah perbaikan status gizi masyarakat. Sasaran jangka menengah perbaikan gizi yang telah ditetapkan adalah menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 15% dan prevalensi pendek (stunting) menjadi setinggi-tingginya 32% pada tahun 2014. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut telah disusun Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014, sebagai penjabaran operasional Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014. Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014 berisikan tujuan, sasaran operasional, kebijakan teknis dan strategi operasional serta kegiatan pokok dan pentahapan indikator setiap tahun. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat 2013 merupakan upaya percepatan pencapaian sasaran Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan melalui penajaman prioritas dan strategi penggerakan yang dikembangkan berdasarkan kecenderungan capaian dan hambatan pelaksanaan pembinaan gizi selama ini. Adanya inisiatif baru seperti pencegahan stunting, penerapan pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik untuk mencegah penyakit tidak menular memerlukan penyesuaian terhadap strategi yang ada. Di sisi lain, adanya terobosan baru di 1

bidang pembiayaan kesehatan khususnya dengan diluncurkannya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan Persalinan (Jampersal), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan berbagai inisiatif pembiayaan lain perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. B. Sasaran Pembinaan Gizi 2010-2014 Sebagaimana telah ditetapkan di dalam Renstra Kementerian Kesehatan dan Rencana Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014, sasaran Pembinaan Gizi Masyarakat adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan prevalensi stunting menjadi setinggi-tingginya 32%. Di dalam Rencana Pembinaan Gizi Masyarakat, sasaran tersebut dijabarkan menjadi indikator kinerja perbaikan gizi dan pentahapan pencapaian indikator sampai dengan tahun 2014. Indikator kinerja, target capaian sampai dengan tahun 2014 serta capaian sampai dengan 2012 adalah sebagai berikut; Tabel 1. Target Capaian Indikator Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2012-2014 dan Capaian Tahun 2012 Indikator 1. % balita ditimbang berat badannya (D/S) 2. % bayi 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif 3. % anak 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 4. % ibu hamil mendapat Fe 90 tablet 5. % rumah tangga konsumsi garam beriodium 6. % balita gizi buruk mendapat perawatan 7. penyediaan buffer stock MP-ASI Catatan: *Laporan dari 32 provinsi **Laporan dari 29 provinsi Target 2012 75 70 80 90 80 100 100 Capaian 2012 75.1 48.6* 82.8 85.0 87.9** 100 100 Target 2013 80 75 83 93 85 100 100 Target 2014 85 80 85 95 90 100 100 2

II. PERKEMBANGAN MASALAH DAN CAPAIAN TAHUN 2012 A. Kurang Energi Protein (KEP) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan besaran masalah gizi di Indonesia yaitu gizi kurang sebesar 17,9%, pendek 35,6%, kurus 13,3% dan gemuk 14,2%. Secara umum besaran masalah gizi pada balita digambarkan pada gambar 1. Gambar 1. Grafik Distribusi Prevalensi Masalah Gizi di Indonesia 35.6 17.9 13.3 14.2 Gizi Kurang Pendek Kurus Gemuk Dibandingkan dengan prevalensi gizi kurang tahun 1990 sebesar 31%, secara nasional telah terjadi penurunan sekitar 40% selama periode 1990 sampai 2010. Dengan kecenderungan ini sasaran penurunan prevalensi gizi kurang menjadi 15% pada tahun 2014 diharapkan dapat dicapai. Namun, bila dibandingkan angka prevalensi gizi kurang tahun 2007 (18,4%) dengan tahun 2010, penurunan prevalensi gizi kurang sangat kecil yaitu 0,5%. Apabila tidak dilakukan upaya percepatan, dikhawatirkan sasaran penurunan prevalensi gizi kurang pada tahun 2014 tidak tercapai. Sebaran prevalensi gizi kurang menurut provinsi berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, untuk prevalensi gizi kurang yang telah mencapai sasaran rata-rata MDG 2015 (<15%) ada 8 (delapan) provinsi yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, DKI, Jabar, DIY, Bali dan Sulawesi Utara. Sementara itu masih ada 15 provinsi yang prevalensinya diatas 20%. 3

Gambar 2. Sebaran Prevalensi Balita Gizi Kurang Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2010 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 30.5 29.4 29.1 27.6 26.5 26.5 26.5 26.2 25.0 23.7 23.6 22.9 22.8 21.4 20.5 19.9 19.6 18.5 17.9 17.1 17.1 17.1 16.2 16.2 15.7 15.3 14.9 14.0 13.4 13.0 11.3 11.2 11.0 10.6 10.0 5.0 0.0 SulUt Bali DI Yogya Jakarta Jabar Lampung KepRi BaBel Bengkulu Jateng Riau Papua KalTim SumBar Jatim Indonesia Banten Jambi SumSel SulBar Sumut SulTera KalSel MalUt NAD SulSel Maluku Gorontalo PapBar SulTeng Kalteng KalBar NTT NTB Sumber: Riskesdas, 2012 Strategi utama penanggulangan masalah gizi kurang adalah pencegahan dan peningkatan pengetahuan melalui kegiatan edukasi masyarakat tentang asuhan gizi khususnya makanan bayi dan anak, pemantauan pertumbuhan di posyandu suplementasi gizi, pemberian makanan tambahan pemulihan kepada anak gizi kurang serta tatalaksana kasus gizi buruk. 1. Cakupan Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S) Cakupan pemantauan pertumbuhan secara bertahap mengalami kenaikan, terutama setelah dilakukan revitalisasi posyandu sejak setelah terjadinya krisis beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 secara rata-rata nasional cakupan D/S sudah mencapai target yaitu 75,1%, namun demikian masih ada 23 provinsi yang cakupannya masih dibawah 75% seperti tergambarkan pada grafik berikut: Gambar 3. Persentase D/S Berdasarkan Provinsi Tahun 2012 Sumber: Laporan Dinas Kesehatan Provinsi, 2012 4

Untuk meningkatkan cakupan balita ditimbang berat badannya Menteri Kesehatan melalui surat edaran tanggal 21 September 2012 nomor GK/Menkes/333/IX/2012 telah menetapkan bahwa pada bulan November setiap tahun sebagai bulan penimbangan balita di samping bulan Februari dan Agustus yang bersamaan dengan Bulan Kapsul Vitamin A. 2. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Upaya peningkatan cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dilakukan dengan berbagai strategi, mulai dari penyusunan kerangka regulasi, peningkatan kapasitas petugas dan promosi ASI Eksklusif. Pada tahun 2012 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (PP No 33 tahun 2012). Dalam PP tersebut diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI, diantaranya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program pemberian ASI Eksklusif. Pada tahun 2012, sebanyak 1.057 orang dilatih sebagai konselor menyusui, sehingga secara keseluruhan sampai dengan tahun 2012 telah dilakukan pelatihan fasilitator menyusui sebanyak 415 orang dan konselor menyusui dengan jumlah 3.929 orang (daftar terlampir). Cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia sangat berfluktuatif. Cakupan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2012 berdasarkan laporan sementara hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sebesar 42%. Bila dibandingkan dengan survei yang sama pada tahun 2007 telah terjadi kenaikan yang bermakna sebesar 10%. Pada tahun 2013 target bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif sebesar 75%. 5

Gambar 4. Tren Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan 2002-2012 Sumber data: laporan sementara SDKI 2012 Berdasarkan laporan provinsi tahun 2012, sebaran cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil SDKI 2012 yaitu sebesar 48,6%, seperti terlihat pada grafik di bawah ini: Gambar 5. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan Menurut Provinsi Tahun 2012 Sumber: Laporan Dinas Kesehatan Provinsi, 2012 3. Perawatan Gizi Buruk Keadaan gizi merupakan salah satu penyebab dasar kematian bayi dan anak. Gizi buruk seringkali disertai penyakit seperti TB, ISPA, diare dan lain-lain. Risiko kematian anak gizi buruk 17 kali lipat dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena itu setiap anak gizi buruk harus dirawat sesuai standar. 6

Pemerintah telah mengembangkan prosedur perawatan gizi buruk, dengan dua pendekatan. Kasus gizi buruk yang disertai dengan salah satu atau lebih tanda komplikasi medis seperti anoreksia, anemia berat, dehidrasi, demam sangat tinggi dan penurunan kesadaran perlu penanganan secara rawat inap, baik di rumah sakit, puskesmas maupun Therapeutic Feeding Centre (TFC). Sedangkan bagi anak gizi buruk tanpa komplikasi dapat dirawat jalan. Perawatan anak di rumah dilakukan melalui pembinaan petugas kesehatan dan kader. Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 42.702 kasus dan semuanya telah mendapat perawatan sesuai standar. Kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan kasus gizi buruk antara lain: a. Melaksanakan Pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk bagi petugas kesehatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Sampai dengan Desember tahun 2012 telah dilatih 5.876 petugas kesehatan dari 1.434 Puskesmas Perawatan, 436 Puskesmas non Perawatan, dan 367 RSUD, serta 98 fasilitator di seluruh Indonesia. b. Mendirikan Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community Feeding Centre (CFC) atau Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM). Sampai dengan Desember 2012 telah didirikan 170 TFC di 28 provinsi dan 109 CFC di 4 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tenggara. 7

Gambar 6. Peta Sebaran TFC dan CFC di Indonesia Tahun 2012 B. Kurang Vitamin A (KVA) Prevalensi Kurang Vitamin A pada balita secara signifikan terus menurun. Prevalensi xerophthalmia pada tahun 1992 sebesar 0.35%, di bawah batas masalah kesehatan masyarakat, dan turun secara signifikan dibandingkan dengan tahun 1978 (1,3%). Dari berbagai studi prevalensi kurang vitamin A subklinis (serum retinol <20µg/dl) juga menunjukkan penurunan yang sangat signifikan, yaitu dari 14.6% pada tahun 2007 (Survei Nasional Gizi Mikro), menjadi 0.8% pada tahun 2011 (South East Asia Nutrition Survey/SEANUTS). Strategi penanggulangan kurang vitamin A dilaksanakan secara komprehensif, terdiri dari pemberian suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan Agustus, penyuluhan gizi 8

seimbang untuk meningkatkan konsumsi bahan pangan sumber vitamin A dan fortifikasi pangan. Pencapaian rata-rata cakupan Vitamin A pada balita 6-59 bulan sampai dengan bulan Februari 2012 sebesar 82,8%. Meskipun sudah mencapai target nasional tahun 2012 yaitu sebesar 80%, namun masih terdapat 13 provinsi yang belum mencapai target. Pencapaian cakupan masingmasing provinsi dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 7. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita 6-59 Bulan Berdasarkan Provinsi Tahun 2012 Sumber: Laporan Dinas Kesehatan Provinsi, 2012 C. Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) Indikator untuk memantau masalah GAKI saat ini adalah Ekskresi Iodium dalam Urin (EIU) sebagai refleksi asupan iodium, cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium dan pencapaian 10 indikator manajemen. Bila proporsi penduduk dengan EIU<100 µg/l dibawah 20% dan cakupan garam beriodium 90% diikuti dengan tercapainya indikator manajemen maka masalah GAKI di masyarakat tersebut sudah terkendali. Hasil Studi Intensifikasi Penanggulangan GAKI (IP-GAKI) tahun 2002/2003, hasil Riskesdas 2007 menunjukkan hasil yang konsisten bahwa rata-rata EIU dalam batas normal. Bahkan hasil survei SEANUTS tahun 2011 pun menunjukkan hasil yang sama (batas normal) yaitu 228 µg/l. Dari hasil survey yang sama diketahui proporsi EIU<100 µg/l telah dibawah 20% yaitu 12.9 µg/l pada tahun 2007 dan turun menjadi 11,5 9

µg/l pada tahun 2011, Dengan kemajuan ini dapat disimpulkan bahwa secara nasional masalah Gangguan Akibat Kurang Iodium tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tabel 2. Perkembangan Masalah GAKI Sumber data: 2002 Survei GAKI, 2007 Riskesdas, 2011 SEANUTS Upaya penanggulangan masalah GAKI mengutamakan kegiatan promosi garam beriodium. Untuk daerah-daerah endemik masalah GAKI, upaya yang dilakukan yaitu menjamin garam yang dikonsumsi adalah garam beriodium melalui penyusunan peraturan daerah yang mengatur pemasaran garam beriodium. Sampai dengan tahun 2009, terdata 9 (sembilan) provinsi dan 13 kabupaten/kota yang sudah memiliki Perda Penanggulangan masalah GAKI Hasil pemantauan konsumsi garam beriodium tahun 2012 di 29 provinsi menunjukkan cakupan sebesar 87,9% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium. Meskipun secara nasional angka ini meningkat dari tahun sebelumnya dan sudah mencapai target program tahun 2012 (80%), namun masih ada 4 (empat) provinsi yang belum melaksanakan pemantauan garam beriodium di wilayahnya. Diharapkan semakin bertambah wilayah yang melakukan pemantauan garam beriodium dengan penerapan Permendagri No. 63 tahun 2010 tentang Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Daerah. 10

Gambar 8. Cakupan Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium Berdasarkan Provinsi Tahun 2012 Sumber: Laporan Dinas Kesehatan Provinsi, 2010-2012 D. Anemia Gizi Besi (AGB) Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi yaitu sebesar 40,1%. Keadaan ini mengindikasikan anemia gizi besi pada ibu hamil masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil telah dikembangkan sejak tahun 1975 melalui distribusi Tablet Tambah Darah (TTD). TTD merupakan suplementasi gizi mikro khususnya zat besi dan folat yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah kejadian anemia gizi besi selama kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa pemberian tablet Fe di Indonesia dapat menurunkan kematian neonatal sekitar 20%. Secara nasional cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe tahun 2012 sebesar 85%. Data tersebut belum mencapai target program tahun 2012 sebesar 90%. Koordinasi dan kegiatan yang terintegrasi dengan lintas program masih perlu di tingkatkan agar cakupan dapat meningkat karena pemberian tablet Fe merupakan salah satu komponen standar pelayanan antenatal. 11

Gambar 9. Cakupan Pemberian 90 Tablet Fe pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2012 Sumber: Laporan Dinas Kesehatan Provinsi, 2012 Pada anak balita, studi masalah gizi mikro di 10 provinsi tahun 2006 masih dijumpai 26,3% balita yang menderita anemia gizi besi dengan kadar haemoglobin (Hb) kurang dari 11,0 gr/dl, dan prevalensi tertinggi didapat di Provinsi Maluku sebesar 36%. Secara nasional telah terjadi penurunan prevalensi anemia pada anak pada tahun 2011 yaitu menjadi 17.6% (SEANUTS). Salah satu intervensi inovatif lainnya dalam pencegahan anemia pada balita adalah melalui pemberian Taburia pada balita usia 6-59 bulan dengan prioritas usia 6-24 bulan yang akan dilaksanakan secara bertahap di seluruh Indonesia. Pada tahun 2013 akan dilakukan penambahan lokasi pemberian taburia yang semula hanya di 24 kabupaten/kota di 6(enam) provinsi NICE project (Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, NTB, NTT, dan Sulawesi Selatan) menjadi 40 kabupaten/kota di 13 provinsi. Tambahan 7 (tujuh) provinsi tersebut adalah: Lampung (4 Kabupaten), Jawa Barat (4 Kabupaten), Sulawesi Tenggara (1 Kabupaten), Kalimantan Timur (1 Kota), Jawa Tengah (4 Kabupaten), Sulawesi Tengah (2 Kabupaten) dan Maluku Utara (1 Kabupaten). 12

E. Masalah Gizi Lebih Selain masalah gizi kurang dan pendek, prevalensi gizi lebih saat ini sudah cukup tinggi. Gizi lebih merupakan masalah gizi baru yang selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kenaikan. Selama kurun waktu tahun 2007 sampai 2010, prevalensi gizi lebih baik pada anakanak maupun pada kelompok dewasa meningkat sebesar 2% atau hampir satu persen setiap tahunnya. Hal ini patut diwaspadai karena dapat memicu terjadinya masalah yang ditimbulkan akibat penyakit tidak menular (PTM). Bardasarkan data Riskesdas 2010 status gizi balita gemuk mengalami peningkatan dari 12,2% (2007) menjadi 14,2%. 13

III. KONSEP & STRATEGI OPERASIONAL TAHUN 2013 A. Konsep Perbaikan Gizi Mengacu dari berbagai hasil penelitian, pemilihan intervensi gizi didasarkan pada intervensi yang telah terbukti cost effective. Terdapat 3 kelompok kegiatan gizi, yaitu kegiatan peningkatan (promotif) yang bertumpu pada kegiatan pemberdayaan dan pendidikan gizi masyarakat, kegiatan pencegahan (preventif) agar anak gizi kurang tidak menjadi gizi buruk, dan kegiatan pemulihan (kuratif) yaitu tatalaksana kasus gizi buruk. Diagram berikut menjelaskan konsep pelayanan gizi, mulai dari promotif sampai kuratif. Gambar 10. Diagram Konsep Pelayanan Gizi Promotif Tidak Naik BB/ Kurus Pemantauan Pertumbuhan Pendidikan gizi dan konseling ASI/MP-ASI/Gizi Lebih Pemberian Kapsul vit A Pemberian tablet Fe Ibu hamil Promosi garam beriodium Skrining aktif Taburia PMT Bumil KEK BALITA GIZI KURANG DIBERI PMT PEMULIHAN Pulih Pulih Preventif Gizi Buruk (sangat kurus) BALITA GIZI BURUK DIRAWAT Perlu pemulihan Kuratif Kegiatan promotif adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di tingkat masyarakat oleh masyarakat dan petugas. Kegiatannya meliputi pemantauan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling tentang pemberian makanan bayi adan anak, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan, pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil, promosi garam beriodium, pelacakan dan tindak lanjut kasus gizi buruk. Kegiatan preventif adalah pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap anak-anak gizi kurang atau kurus. Makanan tambahan 14

diberikan dalam bentuk makanan lokal, dengan resep-resep yang dianjurkan. Kegiatan kuratif, berupa tatalaksana kasus gizi buruk baik dengan rawat inap maupun rawat jalan, menggunakan protokol yang telah ditetapkan. B. Tujuan Tujuan dari kegiatan pembinaan gizi 2013 adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. C. Sasaran Operasional Sasaran operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2013 mencakup 8 (delapan) indikator kinerja gizi yang terdiri dari 2 (dua) indikator kegiatan dan 6 (enam) indikator penunjang. 1. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) a. 80% balita yang ditimbang berat badannya b. 100% balita gizi buruk yang mendapat perawatan 2. Indikator Penunjang a. 83% balita mendapat kapsul vitamin A b. 75% bayi 0 6 bulan mendapat ASI Ekslusif c. 93% ibu hamil mendapat Fe 90 tablet d. 85% Rumah Tangga yang mengonsumsi garam beriodium e. Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk gizi darurat f. Kabupaten dan Kota melaksanakan surveilans gizi D. Strategi Operasional 1. Meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui kampanye Gerakan Nasional Sadar Gizi serta penyediaan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). 2. Meningkatkan koordinasi untuk pemenuhan kebutuhan obat gizi (seperti: vitamin A, tablet Fe, mineral mix) melalui peran aktif dalam keterpaduan penyusunan rencana kebutuhan, pemantauan ketersediaan obat gizi dan pencapaian cakupan. 3. Mengoptimalkan pemanfaatan dana BOK untuk pelayanan gizi, meliputi penyelenggaraan penyuluhan, pembinaan Posyandu, 15

penyediaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan bagi balita gizi kurang dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK). 4. Meningkatkan integrasi pelayanan gizi dan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada ibu hamil berupa pemberian tablet Fe, skrining ibu hamil KEK, dan PMT ibu hamil KEK melalui bimbingan terpadu Gizi dan KIA secara berjenjang. 5. Meningkatkan kapasitas petugas melalui pembinaan dan pelatihan pemantauan pertumbuhan, konseling menyusui, Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), tatalaksana gizi buruk, surveilans gizi, dan program gizi lainnya. 6. Peningkatan surveilans gizi melalui pengembangan sistem jaringan informasi, pelacakan kasus dan respon cepat, serta penyebarluasan informasi. Terkait dengan pemanfaatan dana BOK untuk pembinaan gizi di tingkat puskesmas dan desa di dalam Pedoman Teknis BOK 2013 dituliskan beberapa kegiatan perbaikan gizi yang dapat didanai dari dana BOK sebagai berikut: 1. Upaya Kesehatan Prioritas (MDGs 1, 4, 5, 6 dan 7) a. Pendidikan Gizi (penyuluhan gizi, konseling ASI & MP-ASI dan PMT Penyuluhan), b. Pelayanan Gizi (penimbangan balita di posyandu, sweeping, pemantauan status gizi dan survei), c. PMT Pemulihan Balita Gizi Kurang, d. PMT Bumil KEK dan Tablet Fe (terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu hamil), e. Pemberian vitamin A (terintegrasi dengan pelayanan kesehatan balita). 2. Upaya Kesehatan Lainnya Upaya perbaikan gizi lainnya yang bersifat promotif dan preventif (seperti: pemantauan garam beriodium dan lain-lain). 16

IV. KEGIATAN PEMBINAAN GIZI 2013 Dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuan sasaran kegiatan pembinaan gizi dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014 dan pencapaian 8 (delapan) indikator kinerja gizi, maka akan dilaksanakan beberapa kegiatan pokok yaitu: 1. Pendidikan Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat 2. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Gizi 3. Suplementasi Gizi dan Alat Penunjang 4. Penanganan Gizi Buruk dan Kurang 5. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) 6. Surveilans Gizi 7. Dukungan Manajemen Adapun penjelasan secara rinci dari beberapa kegiatan pokok tersebut adalah sebagai berikut: A. Pendidikan Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan petugas dalam rangka memberikan pelayanan dan penanganan gizi yang berkualitas. Selain itu kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan perilaku masyarakat tentang gizi. 1. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi adalah upaya meningkatkan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari menuju manusia Indonesia prima. Kegiatan Pokok Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi a) Kampanye tingkat Nasional dan Daerah b) Peningkatan kapasitas petugas di tingkat nasional, provinsi 17

dan kabupaten/kota dalam rangka perencanaan, koordinasi dan evaluasi sehingga tercipta dialog untuk menggalang dukungan c) Peningkatan pengetahuan gizi kepada ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita, anak sekolah, remaja, lanjut usia dan masyarakat umum melalui media poster, leaflet, spanduk, flyer dan baliho. 2. Sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting Kegiatan sosialisasi ini bertujuan memperoleh pemahaman yang sama tentang penerapan pencegahan dan penanggulangan stunting. Sasaran pesertanya adalah pemangku kepentingan dari dinas kesehatan provinsi, lintas sektor dan lintas program. 3. Akselerasi Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Stunting Kegiatan akselerasi ini bertujuan mempercepat status gizi dan kesehatan ibu dan anak pada periode 1000 hari yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya dengan sasaran pemangku kepentingan dari dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota serta lintas sektor dan lintas program. 4. Sosialisasi dan Advokasi Penanggulangan Masalah GAKI Bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan dari lintas sektor terkait dalam penanggulangan masalah GAKI di tingkat kabupaten. Salah satu output-nya adalah terbentuknya Tim GAKI tingkat Kabupaten. 5. Advokasi Pengembangan Taburia Di 7 (Tujuh) Provinsi Terpilih Bertujuan untuk meningkatkan kepedulian atau dukungan dari penentu kebijakan di daerah terkait pelaksanaan pemberian taburia. Advokasi dilakukan di 7 (Tujuh) provinsi terpilih yaitu Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. 6. Sosialisasi Surveilans Gizi Dan SMS Gateway. Pada tahun 2012 telah dikembangkan aplikasi pelaporan kasus balita gizi buruk dengan SMS gateway. Untuk pelaksanaan aplikasi tersebut akan dilaksanakan sosialisasi, yang bertujuan untuk menyebarkan informasi kegiatan surveilans gizi dan pelaporan 18

kasus balita gizi buruk dengan SMS gateway. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah pengelola gizi tingkat Pusat, pengelola gizi provinsi dan Perguruan Tinggi/Poltekes. B. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Gizi 1. Pelatihan Fasilitator dan Petugas Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga kesehatan yang terlatih dan kompeten dalam menyampaikan informasi dan pengetahuan dalam bidang gizi, guna membantu masyarakat dalam meningkatkan status gizi. Kegiatan peningkatan kapasitas pada tahun 2013 yang diselenggarakan adalah : a. Pelatihan Training of Trainer (TOT) Penggunaan Standar Pertumbuhan Balita Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kemampuan teknis profesi kesehatan dalam Standar Antropometri penilaian status gizi dengan sasaran petugas kesehatan menggunakan metode pelatihan berbasis kompetensi dengan teknik pembelajaran bagi orang dewasa. b. Peningkatan Kapasitas Fasilitator dalam Tatalaksana Gizi Buruk Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi tenaga kesehatan tentang tatalaksana gizi buruk untuk menjadi fasilitator. Peserta pelatihan adalah pengelola gizi provinsi/kabupaten, dokter spesialis anak dan ahli gizi di Rumah Sakit dari masingmasing daerah terpilih. c. TOT Konselor Menyusui Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi tenaga konselor menyusui untuk menjadi fasilitator. Peserta pelatihan adalah konselor dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten terpilih. d. TOT Konselor MP-ASI Pelatihan konselor MP-ASI bertujuan untuk melatih konselor menjadi fasilitator, sasarannya adalah petugas yang sudah dilatih menjadi konselor MP-ASI dari Provinsi terpilih. 19

e. Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan Tentang Tatalaksana Kretin (GAKI) Adapun tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan dalam tatalaksana kretin di daerah endemik GAKI. Adapun pesertanya adalah pengelola gizi Provinsi dan Kabupaten serta Tim Asuhan Gizi di Puskesmas Terpilih. 2. Pembinaan teknis a. Bimbingan Teknis dan Pendampingan Kegiatan ini bertujuan untuk memonitor pengelolaan kegiatan pembinaan gizi di daerah oleh Tim Pusat secara terpadu. Sasarannya adalah pejabat terkait bidang gizi di Provinsi dan Kabupaten/Kota serta lintas program serta lintas sektor terkait. b. Pembinaan dan Evaluasi Rencana Aksi Pangan dan Gizi Rencana aksi ini bertujuan sebagai panduan dan arahan dalam pelaksanaan pembangunan bidang pangan dan gizi di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, baik bagi institusi pemerintah maupun masyarakat dan pihakpihak lain yang terkait dalam perbaikan pangan dan gizi, Pelaksanaannya akan dilaksanakan secara bertahap mulai dari persiapan penyusunan tools, pembahasan penyusunan tools, dan pelaksanaan pembinaan di daerah dengan metode presentasi, diskusi dan tanya jawab. c. Penguatan Posyandu Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Kurang dan Gizi Buruk Penguatan posyandu bertujuan untuk memantapkan komitmen kabupaten/kota dalam membina posyandu sebagai sarana deteksi dini, mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk. Sasaran dari penguatan posyandu adalah pemangku kepentingan di dinas kesehatan provinsi dan lintas sektor dan program di kabupaten/kota. d. Pembinaan Dan Pendampingan Pengelola Jasa Makanan Bertujuan untuk melakukan bimbingan teknis dalam pengelolaan jasa makanan yang sasarannya adalah pengelola jasa makanan seperti perusahaan catering, pengelola makanan di panti asuhan, pondok pesantren, 20

lapas dan institusi lain yang melakukan penyelenggaraan makanan. e. Pembinaan Dan Pendampingan Antisipasi Bencana Kegiatan ini bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana oleh tim antisipasi bencana. Dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK). Sasarannya adalah Tim antisipasi bencana tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. C. Suplementasi Gizi dan Alat Penunjang Dalam rangka pelaksanaan program gizi baik di pusat maupun daerah Direktorat Bina Gizi menyediakan suplemen gizi dan alat penunjang sebagai berikut: 1. Obat Program Gizi Penyediaan obat program gizi di tingkat pusat yang meliputi kapsul vitamin A dosis tinggi, Tablet Tambah Darah (TTD) Fe Folat dan mineral mix disediakan oleh Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan usulan dari daerah melalui verifikasi Direktorat Bina Gizi. 2. Taburia Bertujuan untuk menurunkan prevalensi anemia dan kekurangan gizi mikro pada balita dengan sasaran balita usia 6 24 bulan dari keluarga miskin (gakin). Kegiatan ini merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya yang dilaksanakan di wilayah provinsi NICE. Pada tahun ini penyediaan Taburia dilaksanakan untuk 13 provinsi yang terdiri dari 6 (enam) provinsi NICE dan 7 (tujuh) provinsi pengembangan. 3. Antropometri Kit Tujuan dari penyediaan antropometri kit untuk menunjang pelaksanaan kegiatan surveilans gizi di kabupaten dan kota, melalui penyediaan peralatan antropometri kit. Alokasi distribusi antropometri kit pada 60 kabupaten/kota terpilih. 21

4. Pengadaan Alat Test Cepat Garam Beriodium Bertujuan sebagai bahan penunjang pemantauan garam beriodium, untuk mengetahui cakupan konsumsi garam beriodium di rumah tangga dengan alokasi meliputi semua kabupaten/kota. 5. MP-ASI Buffer Stock MP-ASI bufferstock bertujuan untuk mencegah/menanggulangi kasus gizi kurang/buruk pada balita umur 6-24 bulan yang terkena bencana (situasi darurat) dan situasi khusus (daerah-daerah rawan gizi). MP-ASI diberikan dalam bentuk Biskuit MP-ASI akan didistribusikan ke daerah-daerah bencana dan daerah khusus sesuai permintaan dalam rangka mencegah terjadinya gizi kurang dan gizi buruk pada balita. 6. PMT Bumil KEK Buffer Stock Pemberian Makanan tambahan bagi Ibu hamil Kurang Energi Kronis bertujuan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil dengan indikator peningkatan Lingkar Lengan Atas (LiLA) <23,5 cm. PMT diberikan dalam bentuk biskuit lapis (sandwich). Distribusi dilakukan berdasarkan permintaan daerah pada saat bencana/ darurat dan situasi khusus. 7. PMT-Anak Sekolah (PMT-AS) Untuk Provinsi Papua dan Papua Barat Pemberian Makanan Tambahan bagi Anak Sekolah ditujukan untuk meningkatkan asupan gizi anak sekolah berupa Biskuit Sekolah, yang merupakan kelanjutan dari PMT-AS tahun sebelumnya. Lokasi distribusi di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat (masing-masing 3 (tiga) kabupaten/kota) 8. Kit Konseling Menyusui Kit Konseling menyusui diadakan dengan tujuan untuk memfasilitasi konselor dalam melakukan konseling menyusui. Sarana ini diberikan pada petugas yang telah dilatih sebagai konselor. 9. Penyediaan CD Software NutriClin Bertujuan untuk menyediakan Software Nutriclin dalam bentuk compact disk (CD) yang telah disempurnakan (update). CD software ini akan didistribusikan kepada tenaga yang sudah dilatih. 22

10. Food Model Tujuan pengadaan food model adalah sebagai alat bantu visualisasi bahan makanan yang dianjurkan pada saat konseling gizi. Food model didistribusikan ke seluruh provinsi. 11. Buku Pedoman dan Materi KIE Gizi Pengadaan buku pedoman meliputi bidang gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, konsumsi makanan dan kewaspadaan gizi yang bertujuan untuk memberikan bahan acuan kepada pengelola program gizi di daerah. Materi KIE gizi terdiri dari leaflet, booklet, poster dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan pembinaan gizi. Buku pedoman dan materi KIE gizi akan didistribusikan ke seluruh provinsi. D. Tatalaksana Gizi Buruk dan Penanganan Gizi Kurang Kasus gizi buruk dan gizi kurang dapat diketahui dari hasil penimbangan anak balita di posyandu, pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan, laporan masyarakat dan skrining aktif. Bila ditemukan anak dengan LiLA <12.5 cm, berdasarkan hasil penimbangan berat badan dua kali tidak naik (2T), dan berat badan pada kartu menuju sehat (KMS) berada di bawah garis merah (BGM), perlu dilakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan tanda klinis serta penyakit penyerta ataupun komplikasi medis. Berdasarkan hasil pemeriksaan lanjut bila balita ditemukan tampak sangat kurus, berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)-nya <-3SD, LiLA <11,5 cm disertai dengan salah satu atau lebih tanda komplikasi medis seperti anoreksia, dehidrasi berat, pneumonia berat, anemia berat harus dirawat inap. Perawatan anak gizi buruk rawat inap dilakukan dengan memperhatikan tahap stabilisasi, transisi, rehabilitasi dan tindak lanjut. Pelaksanaannya memperhatikan 10 langkah diawali dengan mengatasi hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi dilanjutkan dengan pemberian makanan dan mikronutrien sampai dengan memberikan makanan untuk tumbuh kejar, simulasi dan persiapan tindak lanjut di rumah. Anak gizi buruk tanpa komplikasi medis dapat dilakukan perawatan secara rawat jalan. Seorang anak gizi buruk dikatakan sembuh dengan kriteria BB/TB atau BB/PB-nya >- 2SD dan tidak ada gejala klinis. 23

Untuk anak gizi buruk yang telah membaik berada dalam tahap pemulihan pasca perawatan gizi buruk atau balita gizi kurang mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) yang dapat diberikan dengan dana BOK. E. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Penyusunan NSPK dimaksudkan untuk memberikan acuan dan dukungan kegiatan untuk memperlancar pelaksanaan upaya pembinaan gizi masyarakat. NSPK yang disusun pada tahun 2013 adalah: 1. Petunjuk Teknis Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi Juknis ini bertujuan meningkatkan kesadaran gizi masyarakat Indonesia melalui pengembangan dan pengaktifan norma-norma sosial yang mendukung perilaku gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari menuju manusia Indonesia prima. Penyusunan buku ini melibatkan lintas sektor dan lintas program terkait. 2. Penyusunan Model Intervensi Pencegahan Stunting Kegiatan ini bertujuan mengetahui faktor penyebab stunting yang tepat selanjutnya dirumuskan cara pencegahan dan penanggulangannya. Kegiatan ini dilakukan melalui survei yang salah satu output-nya adanya rekomendasi model intervensi pencegahan stunting. 3. Pedoman Gizi Haji Pedoman gizi haji diperlukan sebagai acuan petugas kesehatan dan petugas gizi dalam memberikan pelayanan gizi bagi jemaah haji baik berupa penyelenggaraan makanan maupun konseling gizi. Penyusunan buku ini melibatkan lintas program, lintas sektor dan petugas yang mempunyai pengalaman sebagai penyelenggara kesehatan haji. 4. Penyusunan Pedoman Pelayanan Gizi Pada TBC Gizi merupakan faktor yang sangat penting guna membantu mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit infeksi, termasuk TBC. Kegiatan ini bertujuan menyusun buku pedoman pelayanan gizi kepada penderita TBC. Penyusunan pedoman ini melibatkan organisasi profesi, praktisi, akademisi, lintas program dan lintas sektor terkait. 24

5. Pedoman Gizi Olahraga Buku Pedoman Gizi Olahraga memberikan informasi tentang gizi yang cocok bagi atlet setiap cabang olahraga, daya tahan dan pencegahan cedera saat olahraga. Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi atlet dan petugas gizi dan pihak lain terkait dalam meningkatkan status gizi untuk mencapai prestasi yang optimal. Penyusunan buku ini melibatkan praktisi olahraga dan gizi serta petugas kesehatan di daerah yang pernah melaksanakan event olahraga nasional dan/atau internasional. 6. Pedoman Asuhan Gizi Terstandar Asuhan gizi memegang peranan penting dalam penyembuhan pasien yang sejajar dengan asuhan medik, asuhan keperawatan dan asuhan farmasi. Buku pedoman ini disusun untuk menjamin proses di atas berjalan sesuai standar sehingga menjamin keselamatan pasien. Penyusunan buku ini melibatkan organisasi profesi, praktisi, akademisi, lintas program dan lintas sektor terkait. 7. Pengembangan Manual Monitoring dan Evaluasi Program Gizi Pengembangan manual bertujuan memberikan acuan kepada petugas di Direktorat Bina Gizi dalam berintegrasi dan melaksanakan langkah-langkah kegiatan dan pembagian tugas monitoring evaluasi (monev) antarsubdit dan antarprogram di Kementerian Kesehatan. Pertemuan melibatkan pengelola program gizi dan lintas program. 8. Modul Pelatihan Tatalaksana Kretin Bertujuan agar tersedianya modul pelatihan tata laksana kretin bagi fasilitator dalam rangka pelaksanaan pelatihan tatalaksana kretin. Penyusunan melibatkan lintas program, lintas sektor dan praktisi. 9. Draft Permenkes Tentang Spesifikasi Kapsul Vitamin A Bertujuan adanya standar spesifikasi kapsul vitamin A dan bentuk kapsul vitamin A agar penyediaan kapsul vitamin A di daerah sesuai standar yang telah ditentukan. Penyusunan melibatkan lintas program, lintas sektor, akademisi dan pakar. 10. Buku Saku Deteksi Dini Masalah Gizi Mikro Buku saku deteksi dini masalah gizi mikro dimaksudkan sebagai 25

acuan bagi petugas gizi puskesmas. Buku saku ini memuat tentang cara mendeteksi sedini mungkin masalah gizi mikro yaitu Kurang Vitamin A, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Iodium, dan masalah gizi mikro lainnya. Penyusunan melibatkan lintas program, lintas sektor, akademisi dan pakar. Selain menyusun beberapa NSPK terbaru, juga dilakukan review (update) beberapa buku pedoman, antara lain Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas, Pedoman Sistem Kewaspadaan Gizi, Pedoman Pemberian TTD Ibu Hamil, Software Nutriclin dan menyusun beberapa jurnal, lembar berita dan media KIE. F. Surveilans Gizi Tujuan penyelenggaraan surveilans gizi adalah membantu pengelolaan program pangan dan gizi di tingkat kabupaten dan kota melalui penyediaan informasi yang cepat dan akurat untuk digunakan dalam penentuan kebijakan dan perencanaan serta pelaksanaan kegiatan. Kegiatan surveilans meliputi pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil pengolahan data secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan khususnya indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat. Pada tahun 2013 akan terus dilakukan upaya peningkatan kualitas kegiatan surveilans, tidak hanya pada kegiatan pelaporan, namun ditindaklanjuti dengan kegiatan pengolahan, analisis dan pengkajian data serta penyebarluasan informasi. Pelaporan secara online melalui website http://www.gizi.depkes.go.id/sigizi adalah bentuk fasilitas yang disediakan agar pelaporan dari kabupaten dan kota dapat dilakukan dengan cepat, akurat, lengkap teratur dan berkelanjutan, sehingga prioritas pembinaan teknis dalam hal penanggulangan masalah gizi dapat dipetakan. Selain itu sosialisasi pemanfaatan SMS Gateway untuk pelaporan cepat adanya kasus gizi buruk yang perlu segera ditindaklanjuti penanganannya di suatu wilayah, sudah dimulai pada tahun 2012 dan akan ditingkatkan pada tahun 2013. G. Dukungan Manajemen Dukungan manajemen diperlukan untuk memfasilitasi dan memperlancar proses upaya kegiatan pembinaan gizi tahun 2013 yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan. Kegiatan dukungan manajemen tersebut antara lain: 26

1. Administrasi Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat, Direktorat Bina Gizi memerlukan dukungan operasional dalam bentuk administrasi kegiatan untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut. Kegiatan ini meliputi antara lain untuk honorarium pengelola kegiatan dan belanja perkantoran serta fasilitas pendukung perkantoran. 2. Perencanaan Pembinaan Gizi Masyarakat Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun perencanaan kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2014 baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi. Rincian kegiatannya meliputi Konsolidasi Perencanaan Tingkat Pusat Tahun Anggaran 2014, Reformulasi Perencanaan, Persiapan Pembahasan dan Penelaahan Anggaran, Penyusunan Rencana Kerja Pembinaan Gizi serta Pemantapan Rencana Aksi Pembinaan Gizi. Kegiatan ini melibatkan tim perencana tingkat pusat dan daerah, praktisi, akademisi serta lintas program dan lintas sektor. 3. Rapat Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor Dalam rangka mengetahui perkembangan dan kemajuan pelaksanaan kegiatan pembinaan gizi serta merespon perkembangan terkini dan isu-isu aktual yang berkembang diperlukan kegiatan rapat-rapat koordinasi baik lintas program dan lintas sektor sebagai wadah monitoring dan evaluasi kegiatan gizi. Rincian kegiatannya antara lain Rapat Koordinasi Pembinaan Gizi, Pertemuan Konsolidasi Tim Pembinaan Gizi Masyarakat, Rapat Koordinasi Perencanaan Pembinaan Gizi Masyarakat dan Workshop Cakupan Indikator Pembinaan Gizi. 4. Laporan Pencapaian Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian kinerja pelaksanaan kegiatan pembinaan gizi dari aspek keuangan maupun pencapaian indikator kegiatan gizi. Kegiatannya meliputi Penyusunan Laporan Keuangan dan Laporan PP 39, Penyusunan Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Pemerintah (LAKIP) serta Laporan Tahunan (LAPTAH) TA 2013. Kegiatan ini melibatkan lintas subdit di Direktorat Bina Gizi dan lintas program di Kementerian Kesehatan. 27

5. Dukungan Narasumber Pembinaan Gizi Masyarakat Dukungan narasumber pembinaan gizi bagi narasumber dan fasilitator pusat ke daerah bertujuan untuk memberikan dukungan, mengendalikan dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pelatihan teknis pembinaan gizi masyarakat maupun kegiatan koordinasi antara pusat dan daerah. 6. Pendampingan Perencanaan, Sistem Aplikasi Informasi (SAI) dan Sistem Aplikasi Barang Milik Negara (SABMN) Kegiatan pendampingan perencanaan bertujuan untuk menyamakan persepsi dengan daerah tentang kegiatan-kegiatan yang relevan dilakukan tahun anggaran 2014 sesuai komponen dasar perencanaan yang tergambar dalam draft awal RKA- KL serta mempertajam perencanaan dan mengikuti alokasi anggaran untuk masing-masing provinsi. Kegiatan ini terintegrasi dengan kegiatan penyusunan laporan keuangan dekonsentrasi pembinaan gizi dan inventarisasi sarana program pembinaan gizi dimana penyusunan laporan ini diperlukan karena daerah harus mempertanggungjawabkan dana pembinaan gizi di daerah bukan hanya kepada Ditjen Bina Gizi dan KIA, tetapi juga kepada Direktorat Bina Gizi sebagai unit teknis. 28

V. MONITORING DAN EVALUASI Pelaksanaan program perbaikan gizi perlu dipantau dan dievaluasi serta dikendalikan apakah program telah dilaksanakan sesuai rencana. Informasi pencapaian program diperoleh dari kegiatan surveilans gizi Dinas Kesehatan kabupaten dan kota yang dikirimkan melalui Sistem Informasi Gizi (SIGIZI). Sedangkan untuk pelaporan kasus balita gizi buruk dikirimkan oleh petugas puskesmas dengan SMS-gateway. Untuk kelancaran pelaporan dimaksud diharapkan pengiriman laporan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu: 1. Puskesmas ke kabupaten dan kota paling lambat tanggal 5 setiap bulannya 2. Kabupaten dan kota ke provinsi dan pusat paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Selanjutnya data yang dikirim akan diklarifikasi akurasi dan kelengkapan datanya, kemudian diolah dan dianalisa berdasarkan wilayah dan waktu oleh Tim Monev pusat. Tim Monev selanjutnya melakukan kajian laporan kegiatan pembinaan gizi dan mengidentifikasi masalah dan analisis penyebab untuk menentukan prioritas wilayah (provinsi, kabupaten/kota) untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan korektif bersama dengan tim wilayah yang akan dibina. Selanjutnya Tim pusat akan memantau secara terus menerus apakah kegiatan perbaikan di daerah tersebut sudah dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan. Untuk meningkatkan efektifitas kegiatan program perbaikan gizi data dan informasi tersebut diharapkan dapat didesiminasikan ke lintas program dan sektor terkait baik di pusat dan daerah. 29

VI. PENUTUP Buku Rencana Kerja 2013 ini merupakan acuan bagi pelaksana kegiatan pembinaan gizi di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota agar dapat menyamakan persepsi dan pemahaman tentang pembinaan gizi masyarakat di tahun 2013. Buku ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam mendukung percepatan tercapainya target indikator pembinaan gizi di berbagai jenjang administrasi secara sinergis dan berkesinambungan. Kegiatan pembinaan gizi dapat terlaksana dengan dukungan sumber daya tenaga dan anggaran yang terencana dengan baik pada semua tingkat. Buku Rencana Kerja 2013 ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan adanya masukan yang bermanfaat dari berbagai pihak demi kesempurnaan buku ini. 30

LAMPIRAN KOMPOSISI SUPLEMENTASI GIZI: 1. Tablet Tambah Darah: Tiap Tablet salut selaput mengandung: Ferro Sulfat Eksikatus 200 mg (Setara dengan Fe elemen 60 mg) Asam Folat 0.25 mg 2. Kapsul Vitamin A: VITAMIN A BIRU VITAMIN A MERAH Tiap kapsul mengandung: Vitamin A Palmitat 1,7 juta IU 64,7059 mg (Setara dengan Vitamin A 100.000 IU) Tiap kapsul mengandung: Vitamin A Palmitat 1,7 juta IU 129,529 mg (Setara dengan Vitamin A 200.000 IU) 31

3. Bubuk Tabur Gizi TABURIA : Tiap 1 gram bubuk TABURIA mengandung: 4. Garam Beriodium Garam beriodium adalah garam yang mengandung iodium (KIO3) 30 ppm sesuai dengan SNI Garam beriodium nomor SNI 3556:2010 32

KOMPOSISI PMT : 1. PMT Bumil KEK : Zat Gizi yang dikandung makanan tambahan dihitung dalam 100 gram produk (Per Saji). Komposisi Gizi dalam 100 gram Produk (Per Saji) No Zat Gizi Satuan Kadar 1 Energi kkal min 500 Protein (kualitas protein 2 tidak kurang dari 65% kasein g min 15 standar) Lemak (kadar asam linoleat minimal 300 3 mg per 100 kkal atau g min 25 1,5 gram per 100 gram produk) 4 Karbohidrat: Sukrosa g 15 17 Serat g min 5 5 Vitamin A mcg min 800 6 Vitamin D mcg min 5 7 Vitamin E mg min 15 8 Thiamin mg min 1,3 9 Riboflavin mg min 1,4 Niasin 10 mg min 18 11 Vitamin B12 mcg min 2,6 12 Asam folat mcg min 600 13 Vitamin B6 mg min 1,7 14 Asam Pantotenat mg min 7 15 Vitamin C mg min 85 16 Besi (as ferro fumarat) mg maks 15 17 Kalsium (as Ca laktat) mg min 250 18 Natrium mg maks 500 19 Seng mg maks 7,5 20 Iodium mcg mini 100 21 Fosfor mg maks 208 22 Selenium mcg min 35 23 Fluor mg min 2,7 24 Air % maks 5 33

2. MP-ASI Zat gizi yang terkandung dalam 100 gram produk harus memenuhi persyaratan mutu sebagai berikut: Komposisi Gizi dalam 100 gram Produk (per saji) 34

3. PMT-AS Zat Gizi yang dikandung makanan tambahan dihitung dalam 60 gram produk (per saji). Komposisi Gizi dalam 60 gram (per saji) Zat Gizi Satuan Kadar Energi kkal minimum 300 Protein (kualitas protein tidak kurang dari 65% kasein g minimum 6 standar) Lemak (kadar asam g linoleat minimal 300 mg per 100 kkal atau maksimum 13 900 mg per 60 gram produk) Karbohidrat: 4.1. Sukrosa g maksimum 15 4.2. Serat g maksimum 5 Vitamin A mcg minimum 600 Vitamin D mcg minimum 5 Vitamin E mg minimum 11 Thiamin mg minimum 1,0 Riboflavin mg minimum 1,0 Niasin mg minimum 12 Vitamin B12 mcg minimum 1,2 Asam folat mcg minimum 300 Vitamin B6 mg minimum 0,6 Asam Pantotenat mg minimum 3 Vitamin C mg minimum 15 Besi (as ferro fumarat) mg minimum 13 Kalsium (as Ca laktat) mg minimum 250 mg maksimum Natrium 500 Seng mg maksimum 11 Iodium mcg minimum 100 Fosfor mg 125-208 Selenium mcg minimum 20 Air % maksimum 5 35