BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB II STUDI LITERATUR

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 4/26/2012

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini, manusia tak pernah lepas dari salah satu hukum alam ini yakni bekerja.

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

SEJARAH & PERKEMBANGAN

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergos yang berarti bekerja dan Nomos yang berarti hukum, sehingga ergonomi dapat diartikan sebagai ilmu yang meneliti tentang hubungan antara orang dengan lingkungan kerjanya (the scientific study of the relationship between man and his working environment). Menurut Sutalaksana (2003), manfaat ergonomi adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi industri pada saat yang sama dengan menyediakan tempat kerja yang aman, sehat dan nyaman. Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja, baik sektor modern, sektor tradisional, dan informal agar dapat mencapai prestasi kerja yang efektif dalam suasana yang tenteram, aman dan nyaman (Suma mur, 1989). Dalam ergonomi dikandung makna penyerasian pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya. Lebih jauh lagi, keserasian tenaga kerja dengan pekerjaannya merupakan suatu segi penting dalam pembinaan kualitas kehidupan (Suma mur, 1989). 7

2.2 Tujuan dan Pentingnya Ergonomi Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan menurunkan jumlah tenaga kerja yang tidak masuk kerja. Namun pendekatan ergonomi mencoba mencapai kebaikan antara pekerja dan pimpinan perusahaan. Hal itu dapat dicapai dengan memperhatikan empat tujuan utama, antara lain : 1. Memaksimalkan efisiensi tenaga kerja 2. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja 3. Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman dan bersemangat 4. Memaksimalkan performansi kerja yang meyakinkan Konsekuensi situasi kerja yang tidak ergonomis atau dalam kondisi tubuh menjadi kurang optimal, tidak efisien, kualitas rendah dan seseorang bisa mengalami gangguan kesehatan seperti nyeri (low back pain), gangguan otot rangka dan lain-lain. Oleh karena itu, ergonomi penting karena pendekatan ergonomi adalah membuat keserasian yang baik (standar) antara manusia dengan mesin atau lingkungan. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit station). Hal ini untuk 8

mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handstools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrument dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan serta didapatkan optimasi, efesiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat. Ergonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan evaluasi fisiologis, psikologis atau cara-cara tidak langsung, beban kerja dapat diukur dan dianjurkan modifikasi yang sesuai diantara kapasitas kerja dan beban kerja serta beban tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja, sehingga produktivitas jug dapat ditingkatkan. Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja, perhatian utama perlu diberikan kepada kegiatan fisik, yaitu postur kerja, intensitas, tempo, jam kerja, waktu istirahat dan pengaruh keadaan lingkungan. Kedua, ergonomi adalah pemanfaatan pengetahuan tentang manusia untuk merancang sistem-sistem kerja yang melibatkan manusia. Tujuannya adalah agar sistem-sistem tersebut tidak membebani manusia dan agar manusia terberdayakan penuh untuk efektifitas (E) dan efisiensi (E) sistem sementara manusia itu sendiri dapat beraktifitas dengan aman (A), sehat (S), dan nyaman (N). Dengan konsep ini tujuan akhir ergonomi adalah EASNE (efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien) (Sutalaksana, 2003). 9

2.3. Metode Ergonomi 1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja, penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik cheeklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana samapi kompleks. 2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel maupun letak pencahayaan. 3. Follow-Up, dengan evaluasi sangat subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain. 2.4 Faktor Fisik Lingkungan Kerja Manusia dan lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan. Manusia dan lingkungan terjalin dalam suatu interaksi secara terus-menerus dan hasil interaksi ini tercermin dalam keadaan dan tingkat hidup manusia serta kondisi dan sifat lingkungan itu sendiri. Interaksi demikian diharapkan berfungsi positif dan menghasilkan manusia dan lingkungan yang memiliki kualitas tinggi. 10

Lingkungan adalah totalitas dari seluruh faktor secara keseluruhan yang berada dalam lingkungan hidup manusia. Kondisi lingkungan kerja sangat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja sehingga dalam melakukan pekerjaannya perlu dipertimbangkan adanya berbagai faktor dan potensi bahaya dan resiko di tempat kerja yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor fisik lingkungan kerja antara lain adalah kebisingan, debu, suhu panas atau dingin, radiasi, penerangan, vibrasi dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut dalam lingkungan pekerjaan bukan saja sangat mempengaruhi produktivitas karyawan dan keselamatan jiwa mereka, tetapi juga mempengaruhi kelangsungan dan keberhasilan perusahaan (Ridya, 2006). 2.4.1 Kebisingan 2.4.1.1 Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan faktor bahaya fisik yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan serta kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menimbulkan ketulian. Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul-molekul udara di sekitarnya sehingga molekul-molekul udara itu ikut bergetar (Ridya, 2006). 11

2.4.1.2 Pengaruh Kebisingan Di tempat kerja, kebisingan sering timbul dalam intensitas yang sangat tinggi akibat penggunaan mesin dan peralatan kerja. Getaran mesin dan peralatan kerja berubah menjadi kebisingan yang pada dasarnya adalah energi yang terbuang. Kebisingan dengan intensitas tinggi ini dapat menimbulkan resiko bahaya bagi kesehatan dan keselamatan pekerja. Kebisingan di bawah 85 db bersifat mengganggu kenyamanan kerja, berpengaruh buruk terhadap komunikasi dan tidak menguntungkan terhadap efisiensi. Oleh karena itu intensitas kebisingan pada suatu tempat kerja harus sesuai dengan persyaratan kebisingan yang diperkenankan (Suma mur, 1989). Beberapa bentuk gangguan yang diakibatkan oleh kebisingan adalah sebagai berikut: 1. Gangguan pendengaran Bising yang keras dan berulang-ulang, bisa menimbulkan hilang pendengaran (hearing loss) sementara. Tapi kalau rangsangan itu berjalan terus bias mengakibatkan rusak pendengaran yang tak tersembuhkan. Contoh kriteria yang dikeluarkan oleh The Occupational Safety and Health Administration (OSHA) disajikan pada table berikut ini: 12

Table 2.1 Kriteria Resiko Kerusakan Pendengaran (Kriteria OSHA) 2. Gangguan percakapan Kebisingan dapat mengganggu percakapan sehingga mempengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung baik tatap muka maupun melalui perantara. Tingkat kenyaringan suara yang dapat mengganggu percakapan perlu diperhatikan secara seksama karena suara yang mengganggu percakapan sangat bergantung pada konteks suasana. 13

Table 2.2 Kriteria Gangguan Percakapan di Dalam Ruangan No Jenis ruangan untuk keperluan Tingkat kebisingan (db) 1 Pertunjukan musik, opera 21-30 2 Auditorium besar, pertunjukan drama, gereja (kondisi mendengar baik) 30 3 Studio rekaman, televisi, broadcast 34 4 auditorium kecil, kapel, konferensi 42 5 Rumah sakit, kamar tidur, pemukiman, 34-47 apartemen, hotel, motel 6 Kantor, rapat, kuliah, perpustakaan Ruang tamu dan sejenisnya untuk percakapan/mendengarkan televisi 34-47 7 dan radio 34-47 8 Toko, kafetaria, restoran, kantor besar 42-52 9 Lobi, laboratoruim, ruang ganbar teknik 47-56 10 Ruang raparasi, dapur, penatu 52-61 11 Bengkel, ruang kontrol pembangkit 56-66 5. Gangguan produktivitas kerja Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan seseorang melalui gangguan psikologi dan konsentrasi sehingga menurunkan produktivitas kerja. 6. Gangguan kesehatan Kebisingan berpotensi untuk mengganggu kesehatan manusia apabila manusia berada pada level suara dalam periode yang lama dan terus menerus. Level suara 75 db selama 8 jam per hari jika hanya berlangsung selama satu 14

hari saja pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesehatan, tetapi apabila berlangsung setiap hari terus menerus maka suatu saat akan melewati suatu batas dimana kejadian tersebut akan menyebabkan hilangnya pendengaran seseorang. 2.4.2 Pencahayaan Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Lebih dari itu, penerangan yang memadai akan memberikan kesan pemandangan lebih baik dan lingkungan yang menyegarkan. Permasalahan penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat sesuatu, sifat-sifat indera penglihatan, usaha-usaha yang dilakukan untuk melihat objek lebih baik dan pengaruh penerangan terhadap lingkungan. Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek, derajat kontras antara objek dan sekelilingnya, silau, dan lama waktu melihat. Upaya mata yang melelahkan menjadi sebab kelelahan mental. Gejalagejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kemampuan intelektual, daya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Lebih dari itu, apabila pekerja mencoba mendekatkan matanya terhadap objek untuk memperbesar ukuran benda, maka akomodasi lebih dipaksa dan mungkin terjadi penglihatan rangkap atau kabur, yang disertai pula dengan sakit kepala di daerah atas mata (Suma mur, 1986). 15

2.4.3 Temperatur Dalam rancangan suatu ruangan, lembab mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap perasaan atau suhu dalam zona nyaman asalkan waktu berlakunya tidak terlalu lama. Walaupun demikian, mutu bangunan harus tetap dijaga agar air tanah tidak sampai merembes melalui dinding-dinding. Lembab tidak berpengaruh dalam menentukan suhu, tetapi lebih berperan dalam menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia. Kondisi panas yang berlebihan akan menyebabkan lelah dan mengantuk yang dapat mengurangi prestasi dan meningkatkan frekuensi kesalahan, mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan kerja. Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan panas dengan jumlah yang lebih sedikit. Sedangkan terlalu dingin akan menyebabkan ketidaktenangan dan mengurangi daya atensi yang berpengaruh pada kerja mental. Di Indonesia yang menjadi masalah dalam ketidaknyamanan temperatur adalah karena Indonesia merupakan daerah tropis sehingga temperatur dimana-mana relatif tinggi. Di banyak tempat terasa lebih panas karena banyaknya orang yang berdesak di ruang yang sempit atau karena panas yang timbul dari proses produksi. 16

Rentang temperatur yang nyaman bagi manusia sangatlah bervariasi tergantung pada jenis pakaian yang dipakai dan aktifitas fisik yang dilakukan. Menurut Suma mur (1986), suhu nikmat kerja bagi orang Indonesia adalah sekitar 24-26 C dengan Nilai Ambang Batas (NAB) untuk cuaca atau iklim kerja adalah 21-30 C dan kelembaban yang diperkenankan adalah 65% - 95% 2.5 Faktor Resiko dari Lingkungan a) Pekerjaan Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang (http://fkunsri.wordpress.com ). Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja (awkward posture), getaran, dan kerja statis. Oleh karena itu, riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini (tp://prodiaohi.co.id). 17

b) Aktvitas Fisik Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari (http://balaiolahragamks.wordpress.com). Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori). Ada banyak hal yang menyebabkan nyeri pinggang, diantaranya adalah aktivitas fisik yang berlebihan, seperti; mengangkat benda berat, membungkuk, posisi tubuh yang tidak tepat saat beraktivitas, seperti; naik tangga, duduk dan berdiri dari tempat duduk (seperti masuk dan keluar dari mobil, bak mandi, tempat tidur), memutarkan badan terlalu keras, membungkukkan badan ke depan, berlari, dan berjalan dengan kecepatan yang berlebihan Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya 18

pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang. 2.6. Aplikasi Ergonomi dalam Bekerja 1. Posisi duduk/bekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan - Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya - Tidak menimbulkan gangguan psikologis - Dapat melakukan pekerjaanya dengan baik dan memuaskan 19

2. Posisi bekerja dengan berdiri Berdiri dengan posisi yang benar dengan tulang punggung yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua kaki 3. Proses bekerja Ukuran yang benar akan memudahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, tapi sangat disayangkan akibat postur tubuh yang berbeda, perlu pemecahan masalah terutama di negar-negara berkembang yang menggunakan peralatan import sehingga perlu disesuaikan kembali. 4. Penampilan tempat kerja Mungkin akan menjadi baik dan lengkap bila disertai petunjuk berupa gambar-gambar yang mudah diingat, mudah dilihat setiap saat. 5. Mengangkat beban Di negara berkembang mengangkat beban adalah pekerjaan yang lazim dan sering dilakukan tanpa dipikirkan efek sampingnya seperti kerusakan tulang punggung, kelainan bentuk otot karena pekerjaan tertentu dan sebagainya. 2.7. Postur Tubuh Postur (Posture) adalah posisi tubuh manusia secara keseluruhan. Pada saat bekerja posisi tubuh (postur) tiap pekerja berbeda yaitu postur kerja yang merupakan posisi tubuh pada saat pekerja melakukan aktivitasnya. 20

Pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja berdiri, duduk, angkat maupun angkut. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan postur kerja tertentu yang terkadang tidak menyenangkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, adanya keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh. Untuk menghindari postur kerja yang demikian, pertimbanganpertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal sebagai berikut: a. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur kerja membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengatasi hal ini maka stasiun kerja harus dirancang terutama sekali dengan memperhatikan fasilitas kerja seperti meja, kursi dan lain-lain yang sesuai dengan data anthropometri agar pekerja dapat menjaga postur kerjanya tetap tegak dan normal. Ketentuan ini terutama sekali ditekankan bilamana pekerjaan harus dilaksanakan dengan postur berdiri. b. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkau maksimum. Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan). Disamping itu pengaturan ini bisa memberikan postur kerja yang nyaman. Untuk hal-hal tertentu pekerja harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh postur kerja yang lebih leluasa dalam bergerak. 21

c. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam postur kerja miring. d. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekwensi atau periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku yang normal. Postur duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang bekerja dalam postur sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih produktif. Sedangkan postur berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktifitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15% dibandingkan duduk. Beberapa masalah berkenaan dengan postur kerja yang sering terjadi sebagai berikut: 1. Hindari kepala dan leher yang mendongak 2. Hindari tungkai yang menaik 3. Hindari tungkai kaki pada posisi terangkat 4. Hindari postur memutar atau asimetris 5. Sediakan sandaran bangku yang cukup di setiap bangku 22

2.8. Kerja otot statis dan Dinamis. Otot adalah organ yang terpenting dalam sistem gerak tubuh. Otot dapat bekerja secara statis (postural) dan dinamis (rythmic). Pada kerja otot dinamis, kontraksi dan relaksasi terjadi silih berganti sedangkan pada kerja otot statis otot menetap dan berkontraksi untuk suatu periode tertentu. Pada kerja otot statis, pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan dalam otot akibat kontraksi sehingga mengakibatkan peredaran darah dalam otot terganggu. Otot yang bekerja statis tidak memperoleh oksigen dan glukosa dari darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak dapat diangkut keluar akibat peredaran darah yang terganggu sehingga sisa metabolisme tersebut menumpuk dan menimbulkan rasa nyeri. Pekerjaan statis menyebabkan kehilanagn energi yang tidak perlu. Keluhan muskulosletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligment dan tendon. Keluhan dan kerusakan inilah yang dinamakan dengan keluhan muskulosletal disorders (MDSs) atau keluhan pada sistem muskulosletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: 23

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan, dan 2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Keluhan otot skeletal pada ummnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Salah satu faktor yang menyebabkan keluhan moskuloskeletal adalah sikap kerja yang tidak alamiah. Di Indonesia, postur kerja yang tidak alami ini lebih banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja maupun tingkah laku pekerja itu sendiri. 1. Peregangan Otot Yang Berlebihan Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh para pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut pengarahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat. Peragangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengarahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal. 24

2. Aktivitas Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkat dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secar terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3. Sikap Kerja Tidak Alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan satasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. 2.9. Kelelahan Pada dasarnya kelelahan menggambarkan tiga fenomena yaitu perasaan lelah, perubahan fisiologis tubuh dan pengurangan kemampuan melakukan kerja ( Barnes, 1980). Kelelahan merupakan suatu pertanda yang bersifat sebagai pengaman yang memberitahukan tubuh bahwa kerja yang dilakukan telah melewati batas maksimal kemampuannya. Kelelahan pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang mudah dipulihkan dengan beristirahat. Tetapi jika dibiarkan 25

terus-menerus akan berakibat buruk dan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Ada 2 (dua) jenis kelelahan yakni kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat konstraksi tulang. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertmbahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar (Suma mur, 1990). 2.10. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah melalui Standard Nordic Questionnaire (SNQ). Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS), Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 2.3. maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. 26

NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di leher bagian atas 1 Sakit kaku di leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan Tidak Sakit TINGKAT KELUHAN Agak Sakit Sakit Sangat Sakit Ket : Scor 0 = tidak sakit Scor 1 = agak sakit Scor 2 = sakit Scor 3 = sangat sakit 27

2.11. Antropometri Istilah Antropometri berasal dari kata Anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya (Sutalaksana,1996). Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools), perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut (Nurmianto,2003). 28

Antropometri dibagi menjadi dua bagian. Adapun bagian dari data antropometri adalah sebagai berikut (Nurmianto,2003): 1. Antropometri Statis yaitu, pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam. 2. Antropometri Dinamis yaitu, pengukuran dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yag sedang bergerak. Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain (Nurmianto,2003): 1. Umur. 2. Jenis kelamin. 3. Suku bangsa dan jenis pekerjaan atau latihan. 4. Posisi Tubuh (posture). Selain faktor-faktor tersebut di atas, adapula beberapa faktor lain yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Nurmianto,2003): 1. Cacat Tubuh. 2. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan. 3. Kehamilan (Pregnancy). 29

Pengukuran antropometri pada posisi berdiri dan posisi duduk dapat dilihat pada Gambar 2.1. Nama dimensi tubuh untuk pengukuran antropometri dapat dilihat pada Tabel 2.3. Gambar 2.1. Pengukuran Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk 30

No. Tabel 2.3. Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk 1 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 2 Tinggi mata posisi berdiri tegak 3 Tinggi bahu posisi berdiri tegak Nama Dimensi 4 Tinggi siku posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) 5 Tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas posisi berdiri tegak 6 Tinggi tubuh posisi duduk 7 Tinggi mata posisi duduk 8 Tinggi bahu posisi duduk 9 Tinggi siku posisi duduk 10 Tebal atau lebar paha 11 Panjang paha diukur dari pantat sampai ujung lutut 12 Panjang paha diukur dari pantat sampai bagian belakang dari lutut/betis 13 Tinggi lutut diukur baik dalam posisi berdiri maupun duduk 14 Tinggi tubuh posisi duduk yang diukur dari lantai sampai paha 15 Lebar dari bahu 16 Lebar pinggul/pantat 17 Lebar dari dada (tidak tampak dalam gambar) 18 Lebar perut 19 Panjang siku diukur dari siku sampai ujung jari dalam posisi siku tegak lurus 20 Lebar kepala 21 Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai ujung jari 22 Lebar telapak tangan 23 Lebar tangan posisi tangan terbentang lebar ke samping kiri-kanan 24 25 26 Tinggi jangkauan tangan posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas Tinggi jangkauan tangan posisi duduk tegak (tidak ditunjukkan dalam gambar) Jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan, diukur dari bahu sampai ujung jari tangan 31

2.12 Low Back Pain Punggung merupakan struktur yang terdiri atas tulang-tulang, otot, ligamen, tendon, diskus, suatu bantalan yang menyerupai tulang rawan, yang berfungsi sebagai absorbent di antara dua tulang punggung. Nyeri punggung dapat berasal dari komponen tersebut, bahkan tak jarang ditemukan sakit pinggang tanpa penyebab yang jelas. (www.wikimu.com) Nyeri punggung bawah atau Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah (Bimaariotejo.wordpress.com). Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki (http://neurology.multiply.com). Low back pain (LBP) adalah suatu gejala dan bukan suatu diagnosis, dimana pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun di sebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama. Dengan demikian maka LBP yang timbulnya sementara dan hilang timbul adalah sesuatu yang dianggap biasa. Namun bila LBP terjadi mendadak dan berat maka akan membutuhkan pengobatan, walaupun pada sebagian besar kasus akan sembuh dengan sendirinya (http://neurology.multiply.com). 32

Low Back Pain paling sering terjadi karena gangguan pada musculoskeletal. Bagaimanapun, penyebab lain seperti metabolisme, sirkulasi, genekologi, urologi atau masalah-masalah psikologis, dimana mungkin menunjukan nyeri pada punggung bawah ( Lewis, Heitkemper and Diksen, 2000). Low Back Pain dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Acute low back pain Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik. 2) Chronic low back pain Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulangulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yang merupakan satu kesatuan fungsi dan bekerja bersama-sama melakukan tugas-tugas seperti: 33

1. Memperhatikan posisi tegak tubuh 2. Menyangga berat badan 3. Fungsi pergerakan tubuh 4. Pelindung jaringan tubuh Pada saat berdiri, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyangga berat badan, sedangkan pada saat jongkok atau memutar, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari tulang belakang inilah yang seringkali menyebabkan masalah. Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas : 1. Vertebrae cervicales 7 buah 2. Vertebrae thoracalis 12 buah 3. Vertebrae lumbales 5 buah 4. Vertebrae sacrales 5 buah 5. Vertebrae coccygeus 4-5 buah Vertebra cervicales, thoracalis dan lumbalis termasuk golongan true vertebrae. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 2.2 menunjukkan susunan dari tulang belakang. 34

Gambar 2.2 Susunan Dari Tulang Belakang 2.13 Pengolahan Data Anthropometri Data mentah yang sudah didapatkan diuji terlebih dahulu dengan menggunakan metode statistik sederhana yaitu uji keseragaman data dan uji kenormalan data. Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh bersifat representatif, artinya data tersebut dapat mewakili populasi yang diharapkan. 1). Uji Keseragaman Data Kegunaan uji keseragaman data adalah untuk mengetahui homogenitas data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu populasi yang sama. Uji keseragaman data dilakukan melalui tahap-tahap perhitungan yaitu: 35

a. Membagi data ke dalam suatu sub grup (kelas) Penentuan jumlah sub grup dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: k = 1 + 3, 3 log N dimana N = jumlah data. b. Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan : dimana: N = jumlah data amatan pendahuluan yang telah dilakukan Xi = data amatan yang didapat dari hasil pengukuran ke-i a. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup dengan rumus: 36

Dimana n = ukuran rata-rata satu sub grup b. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan rumus: Jika X min > BKB dan Xmax < BKA maka data seragam. Jika X min < BKB dan Xmax > BKA maka data tidak seragam. 2). Perhitungan Persentil Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari kelompok orang yang dimensinya lebih tinggi, sama dengan, atau lebih rendah dari nilai tersebut (Nurmianto, 2004). Data anthropometri diperlukan agar rancangan suatu produk dapat sesuai dengan orang yang akan memakainya. Akan timbul masalah ketika lebih banyak produk yang harus dibuat untuk digunakan oleh banyak orang. Masalah yang timbul adalah menentukan ukuran yang dipakai sebagai acuan untuk mewakili populasi mengingat ukuran individual bervariasi. Permasalahan adanya variasi ukuran dapat diatasi dengan merancang suatu produk yang mempunyai fleksibilitas dan sifat adjustable dengan rentang ukuran tertentu. Solusinya adalah penetapan persentil berdasarkan tabel probabilitas distribusi normal. Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang mempunyai ukuran pada nilai tersebut. Sebagai contoh persentil ke-95 menunjukkan 95% populasi berada pada ukuran tersebut. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum digunakan dalam perhitungan data anthropometri dapat dilihat pada Tabel 2.4. 37

Table 2.4 Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal 38