PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA KONSENTRASI URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK LIMBAH CAIR BIOGAS DENGAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BIBIT KELAPA SAWIT

Givo Alzeri 1, Sampurno 2, Murniati 2 Departement of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Riau

APLIKASI KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN UTAMA

UJI BEBERAPA KONSENTRASI PUPUK CAIR Azolla pinnata PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN AWAL

PENGARUH PEMBERIAN SLUDGE PABRIK KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (ElaeisguineensisJacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

PENGARUH PEMBERIAN URIN SAPI YANG DIFERMENTASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica rafa)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA (Lactuca sativa) PADA TANAH INCEPTISOL DENGAN APLIKASI ABU CANGKANG KELAPA SAWIT

PEMBERIAN LIMBAH CAIR BIOGAS PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) GIVING BIOSLURRY ON THE OF MUSTARD PLANT

PERTUMBUHAN BEBERAPA KLON BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA TANAH GAMBUT DAN PODSOLIK MERAH KUNING

APLIKASI PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) YANG DITANAM DIANTARA KELAPA SAWIT

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

APLIKASI SOLID PADA MEDIUM BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI MAIN NURSERY

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN APLIKASI TRICHODERMA sp DAN PUPUK MAJEMUK

PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS ABU BOILER PADA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PEMBIBITAN UTAMA (Main Nursery)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU Hp

APLIKASI PUPUK PELENGKAP CAIR ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (brassica juncea L.)

UJI BERBAGAI DOSIS KOMPOS LIMBAH TATAL KARET TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET(Hevea brasiliensis) ASAL OKULASI

Pemanfaatan Kompos Kulit Buah Kakao Pada Pertumbuhan Bibit Kakao Hibrida (Theobroma cacao L)

APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH KAKAO PADA BIBIT TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

UJI BEBERAPA JENIS KOMPOS PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) STUM MINI

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Heveea brasiliensis) STUM MATA TIDUR

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT DI MAIN NURSERY

PEMBERIAN AIR KELAPA MUDA DAN AIR CUCIAN BERAS PADA BIBIT KARET

PENGARUH PUPUK NPK DAN KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) FASE MAIN NURSERY

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PEMBERIAN KOMPOS TKKS DAN PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

PENGARUH PEMBERIAN NIGHSOIL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAK CHOY (Brassica chinensis L)

PENGARUH VOLUME MEDIA DALAM POLYBAG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TEKNIK PEMBERIAN DAN DOSIS PAKET PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

Effect Of Giving Composted Contains Cow Rumen and NPK Fertilizer On The Palm Oil Seed Growth (Elaeis guineensis Jacq.

UJI PEMBERIAN VOLUME AIR MELALUI SISTEM IRIGASI TETES PADA PEMBIBITAN UTAMA (Main nursery) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

Eka Hepi Nurwijayanti, Gunawan Tabrani, Idwar JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

WAKTU PERENDAMAN BENIH DENGAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH KOMPOS LIMBAH SAYUR-SAYURAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

UJI PEMBERIAN KOMPOS Azolla microphylla PADA PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MINI

PEMBERIAN KOMPOS AMPAS TAHU DAN URINE SAPI PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica oleraceae. L)

CP :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK NPK TABLET DAN PUPUK NUTRISI ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PEMBIBITAN UTAMA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L) PADA INCEPTISOL DENGAN APLIKASI KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PEMBERIAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS) DAN NPK TABLET TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KOL BUNGA (Brassica oleraceae var botrytis L)

PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN AMPAS TEH

PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS AMPAS TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora pierre) DI BAWAH NAUNGAN TANAMAN KELAPA SAWIT

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS BOKASHI MELALUI PEMBERIAN CANGKANG TELUR, ABU DAPUR, DAN URINE SAPI SERTA PENERAPANNYA DALAM BUDIDAYA SAWI SECARA ORGANIK

Pertambahan luas areal pertanaman kelapa sawit dari tahun ke tahun di karenakan

APLIKASI PUPUK NPK TABLET DAN PUPUK ORGANIK PADA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT MAIN NURSERY DI MEDIUM SUBSOIL TANAH ULTISOL

PEMBERIAN PUPUK VERMIKOMPOS PADA BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa

PENGARUH PUPUK VERMIKOMPOS PADA TANAH INCEPTISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAWI HIJAU (Brassica juncea L)

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Campuran Pupuk Biourine Sapi Dengan Pupuk NPK Bervariasi

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK NPK PADA MEDIUM GAMBUT

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK HAKIKI DAN PUPUK DAUN GREENZIT TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT KAKAO (Theobroma Cacao L) Oleh: M.

PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell Erg) KLON UNGGUL PENGHASIL LATEKS-KAYU PADA MEDIUM YANG MENGGUNAKAN KOMPOS SAMPAH KOTA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

APLIKASI PUPUK PELENGKAP CAIR PADA KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP BIBIT KELAPA SAWIT

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

Pengaruh Pemberian Serat Kelapa Sawit dan Urine Sapi pada Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI

PENGARUH BIOURINE SAPI DAN BERBAGAI DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA KROP (Lactuca sativa L.)

UJI BEBERAPA KONSENTRASI PUPUK CAIR AZOLLA (Azolla pinnata) PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR BIOGAS PADA MEDIA TOPSOIL DAN SUBSOIL UNTUK PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KELAPA SAWIT

APLIKASI TRICHO-KOMPOS JERAMI PADI DAN ABU SERBUK GERGAJI PADA PEMBIBITAN AWAL KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) F ahmi, Sampoerno, Armaini

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI

PENGARUH TAKARAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAHE MERAH (Zingiber officinale var.rubrum) YANG DITANAM PADA POLYBAG

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

Vol 3 No 1. Januari Maret 2014 ISSN :

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN NU-CLEAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STRAWBERRY

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR URIN SAPI DAN LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN

Respon Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Pada Berbagai Media Tanam di Pembibitan. Oleh: Susantidiana. Abstract

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SUPER NATURAL NUTRITION (SNN) PADA TANAMAN SELADA ( Lactuca sativa,l ) DI TANAH ULTISOL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK BIO-7 DAN PUPUK NPK ALAM TANI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA KONSENTRASI URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) EFFECT OF GIVING SOME COW URINE CONCENTRATIONS ON THE GROWTH OF COCOA SEED (Theobroma cacao L.) Farid Hidayat 1, Husna Yetti 2, Sukemi Indra Putra 2 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau faridhidayat@juventini-indonesia.com ABSTRACT The objective of the research was todetermine the effect of cow urineand getthe best concentration of cow urineon the growth of cocoa (Theobroma cacao L.). This study used Completely Randomized Design(CRD) consisting of concentrations cow urine treatment with 5 replications, in order to obtain 30 units of experiments in which each experimental unit contained three plant sand two plants used assampel.eachtreatmentis: (U0) with out giving cow urine, (U1): giving of cow urine 30cc/literof water, (U2):giving ofcowurine35cc/literof water, (U3): giving ofcowurine40cc/literof water, (U4): giving of cowu rine 45cc/literof waterand(u5): giving ofcowurine50cc/literof water. Parameter observed were plant height (cm), number of leaves (strands), stem diameter (cm), leaf area (cm 2 ) and volume of plant roots (cm 3 ). The results showedthat giving ofcow urinehas significant effect onplant height, numberof leaves, stem diameter, leaf areaandvolume of plant roots. Givingcow urineat a concentration of 35cc/literof water is the best concentration for all parameters tested. Seeing the effect ofcow urineon the research that has been done, the concentration of 35cc/literof wateris the best concentration on the growth ofcocoa age 4months. Keywords : Cocoa, cow urine, growth PENDAHULUAN Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah tanaman perkebunan yang umumnya tumbuh di daerah tropis. Kakao menduduki urutan ketiga pada sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet. Untuk itu sejak tahun 1980 pemerintah memberikan prioritas terhadap upaya peningkatan produksi kakao sebagai salah satu sektor Agroindustri yang dikembangkan secara tepat. 1. Mahasiswa Fakultas Pertanian UR 2. Dosen Fakultas Pertanian UR Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Riau (2010), luas areal perkebunan kakao yang ada di Provinsi Riau yaitu 7.062 ha yang terdiri dari 4.388 ha areal perkebunan rakyat dengan pruduksi 647 ton/tahun dan 2.674 ha untuk areal perkebunan swasta dengan produksi 891 ton/tahun. Selanjutnya menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Riau (2011) pada tahun 2012 terus terjadi peningkatan luas areal perkebunan dari 7.175 ha sampai 7.215 ha. Sasaran utama yang harus dicapai

2 dalam mengusahakan perkebunan kakao adalah memperoleh produksi maksimal, untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan standar kegiatan pembibitan salah satunya adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah, sehingga bibit dapat tumbuh lebih subur.roesmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bahwa pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada medium atau tanah dan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jenis pupuk yang dapat digunakan salah satunya adalah pupuk organik. Masalah yang sering dihadapi saat ini adalah ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik yang semakin mahal dan juga tidak ramah lingkungan. Alternatif yang dapat dilakukan oleh petani adalah dengan penggunaan pupuk organik. Pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan seperti ayam, kambing, kerbau, kuda, babi dan sapi. Kotoran tersebut dapat berupa padat dan cair (urin ternak) dengan kandungan zat hara yang berbeda. Pupuk kandang cair (urin) jarang digunakan, padahal kandungan haranya lebih banyak. Hal ini disebabkan karena menampung urin ternak lebih susah dan secara estetika kurang baik (Phrimantoro, 2002). Pupuk kandang cair (urin) dapat bekerja cepat dan mengandung hormon tertentu yang dapat merangsang perkembangan tanaman. Anthy (1998) melaporkan bahwa urin sapi mengandung zat perangsang tumbuh alami yang mengandung hormon dari golongan IAA, giberelin (GA) dan sitokinin. Selain mengandung zat perangsang tumbuh, urin sapi juga mengandung senyawa lain seperti nitrogen dalam bentuk amoniak. Selain mengandung unsur hara seperti nitrogen, fospor, kalium dan unsur lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh tanaman urin sapi juga bisa berfungsi sebagai pengusir hama dan penyakit. Pemupukan daun dengan menggunakan urin sapi yang telah difermentasi dapat meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, hal ini dikarenakan urin sapi memiliki bau yang khas dan tidak sedap yang dapat menolak hama dan penyakit (Raharja, 2005). Pemberian urin sapi pada tanaman kakao diharapkan dapat mengatasi kekurangan unsur hara dan bahan organik dalam tanah serta dapat meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman kakao dan juga mengatasi permasalahan mahalnya pupuk anorganik di pasaran yang membebani petani. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Beberapa Konsentrasi Urin Sapi terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh urin sapi dan mendapatkan konsentrasi urin sapi yang terbaik terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L.). BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas

3 Pertanian Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2014 sampai bulan April 2014. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao dari kebun Politeknik Pertanian Universitas Andalas Payakumbuh varietas Trinitario, top soil, pasir, pupuk urin sapi, air, fungisida dan insektisida. Sedangkan alat yang digunakan antara lain polybag 18 cm x 25 cm, bak penyemaian, gembor, kayu, seeding net, paku, meteran, benang, cangkul, ember, naungan serta alat tulis. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan pemberian urin sapi. tersebut diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 30 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 3 tanaman dan 2 tanamandiantaranya dijadikan sampel. Sehingga diperoleh 90 tanaman.data yang diperoleh dianalisi secara statistik menggunakan Analisis Of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Parameter Pengamatan Tinggi bibit (cm), jumlah daun (helai), diameter batang (cm), luas daun (cm 2 ) dan volume akar tanaman (cm 3 ). HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Bibit (cm) Hasil analisis ragam (Lampiran 5.1) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi bibit. Hasil uji lanjut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata tinggi bibit (cm) pada perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi. Tinggi Bibit (cm) U2 (35 cc/liter air) U4 (45 cc/liter air) U1 (30 cc/liter air) U3 (40 cc/liter air) U5 (50 cc/liter air) U0 (tanpa urin) 37,350 a 35,000 ab 34,200 abc 32,650 bc 32,200 bc 30,000 c Keterangan : Angka-angka pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut DNMRT. Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian berbagai macam konsentrasi urin sapi berbeda nyata terhadap tinggi bibit kakao. Pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air berbeda nyata terhadap pemberian urin sapi sebanyak 40 cc/liter air, pemberian urin sapi sebanyak 50 cc/liter air dan tanpa pemberian urin sapi, namun berbeda tidak nyata terhadap perlakuan lainnya. Bibit tertinggi ditunjukkan pada pemberian urin sapi 35 cc/liter air yaitu 37,350 cm, sedangkan yang terendah ditunjukkan oleh tanpa pemberian urin sapi yaitu 30,000 cm.

Tinggi Tanaman ( cm ) 4 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Tinggi Bibit U0 U1 U2 U3 U4 U5 Tinggi Bibit Gambar 1. Grafik hubungan urin sapi dengan tinggi bibit kakao. Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air diduga mampu mensuplai unsur hara yang diserap tanaman dengan baik terutama unsur N. Unsur N yang terdapat pada urin sapi merupakan unsur hara penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu batang, daun dan akar. Sesuai dengan pendapat Sarief (1986) proses pembelahan sel akan berjalan dengan cepat dengan adanya ketersediaan N yang cukup. Unsur N mempunyai peran utama untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan dan khususnya pertumbuhan batang yang dapat memacu pertumbuhan tinggi bibit. Gardner dkk (1991) menyatakan bahwa tinggi tanaman lebih dominan dipengaruhi oleh faktor genetik, namun faktor lingkungan seperti ketersediaan hara juga menjadi faktor pendukung lainnya dalam peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur N, P dan K yang terdapat pada kandungan urin berperan pada proses metabolisme yang dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Peningkatan pemberian berbagai macam urin sapi seperti pada perlakuan pemberian urin sapi sebanyak 40 cc/liter air kecenderungan pertumbuhannya terlihat tidak sebaik pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air untuk pertumbuhan tinggi bibit, hal ini dikarenakan konsentrasi yang diberikan dalam keadaan berlebih tidak dapat dimanfatkan oleh tanaman dengan baik untuk meningkatkan pertambahan tinggi tanaman. Wibisono dan Basri (1993) menyatakan bahwa tanaman akan dapat tumbuh dan berproduksi dengan sempurna apabila unsur hara yang diperlukan cukup. Menurut Foth (1994) penetapan konsentrasi dan dosis dalam pemupukan sangat penting dilakukan karena akan berpengaruh tidak baik pada pertumbuhan jika tidak sesuai kebutuhan tanaman. Oleh karena itu dapat diasumsikan pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air merupakan konsentrasi yang baik dalam mencukupi kebutuhan hara

5 bibit kakao sehingga menghasilkan tanaman yang tinggi (Tabel 2). Tinggi bibit kakao yang dihasilkan dari perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi terlihat cenderung di bawah standar pertumbuhan bibit kakao (Lampiran 4). Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini diantara nya faktor genetik dan faktor kandungan unsur hara yang terkandung didalam urin sapi yang belum mencukupi kebutuhan untuk pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakao. Jumlah Daun (helai) Hasil analisis ragam (Lampiran 5.2) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Hasil uji lanjut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata jumlah daun (helai) pada perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi. Jumlah Daun (Helai) U2 (35 cc/liter air) 17,500 a U5 (50 cc/liter air) 16,730 a U1 (30 cc/liter air) 16,390 ab U4 (45 cc/liter air) 15,850 ab U3 (40 cc/liter air) 15,400 ab U0 (tanpa urin) 14,000 b Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut DNMRT. Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian berbagai macam konsentrasi urin sapi berbeda nyata terhadap jumlah daun bibit kakao. Pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air dan 50 cc/liter air berbeda nyata terhadap perlakuan tanpa pemberian urin sapi, namun berbeda tidak nyata terhadap perlakuan lain nya. Daun terbanyak ditunjukkan pada pemberian urin sapi 35 cc/liter air yaitu 17,500 helai, sedangkan yang terendah ditunjukkan oleh tanpa pemberian urin sapi yaitu 14,000 helai.

Jumlah Daun ( Helai ) 6 Jumlah Daun 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 U0 U1 U2 U3 U4 U5 Jumlah Daun Gambar 2. Grafik hubungan urin sapi dengan jumlah daun bibit kakao. Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air diduga mampu mensuplai unsur hara yang dibutuhkan bibit kakao seperti unsur nitrogen dan fosfat yang sangat berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun tanaman, selain itu pembentukan jumlah daun juga diduga dipengaruhi oleh tinggi tanaman tersebut. Pemberian urin sapi sebanyak 50 cc/liter air juga menunjukkan respon yang baik terhadap parameter jumlah daun namun belum sebaik respon yang ditunjukkan oleh perlakuan pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air, hal ini diduga pada pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air telah mampu untukmemberikan ketersediaan unsur hara, sehingga pemberian unsur hara yang berlebih dari kebutuhan tanaman dapat mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut. Menurut Lakitan (1996), jika jaringan tumbuhan mengandung unsur hara tertentu dengan konsentrasi lebih tinggi dari konsentrasi yang dibutuhkan dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum, maka pada kondisi ini dikatakan tumbuhan dalam kondisi konsumsi mewah (luxury consumption). Pada konsentrasi terlalu tinggi, unsur hara dapat menyebabkan keracunan pada tumbuhan, hal ini dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan dari tanaman tersebut. Menurut Hidajat (1994) pembentukan daun berkaitan dengan tinggi tanaman, dimana tinggi tanaman dipengaruhi tinggi batang. Batang merupakan tempat melekatnya daun- daun, dimana tempat melekatnya daun disebut buku dan batang diantara dua daun berturut-turut disebut ruas semangkin tinggi batang maka buku dan ruas semakin banyak sehingga jumlah daun meningkat. Nyakpa, dkk (1998) menyatakan bahwa proses pembentukan daun tidak terlepas dari peranan unsur hara seperti nitrogen dan fosfat yang terdapat pada medium tanam dan yang tersedia bagi tanaman. Kedua unsur hara ini berperan dalam pembentukan sel- sel

Diameter Batang ( cm ) 7 baru dan komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman (Tabel 2). Diameter Batang (cm) Hasil analisis ragam (Lampiran 5.3) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang. Hasil uji lanjut disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata diameter batang (cm) pada perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi. Diameter Batang (cm) U2 (35 cc/liter air) 0,56500 a U1 (30 cc/liter air) 0,54700 ab U3 (40 cc/liter air) 0,54200 ab U4 (45 cc/liter air) 0,53700 ab U5 (50 cc/liter air) 0,53300 ab U0 (tanpa urin) 0,50200 b Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut DNMRT. Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian berbagai macam konsentrasi urin sapi berbeda nyata terhadap diameter batang bibit kakao. Pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air berbeda nyata terhadap perlakuan tanpa pemberian urin sapi, 0,57 0,56 0,55 0,54 0,53 0,52 0,51 0,5 0,49 0,48 0,47 namun berbeda tidak nyata terhadap perlakuan lainnya. Diameter batang terbesar ditunjukkan pada pemberian urin sapi 35 cc/liter air yaitu 0,56500 cm, sedangkan yang terendah ditunjukkan oleh tanpa pemberian urin sapi yaitu 0,50200 cm. Diameter Batang U0 U1 U2 U3 U4 U5 Diameter Batang Gambar 3. Grafik hubungan urin sapi dengan diameter batang bibit kakao. Dari gambar 3 dapat terlihat bahwa pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air mampu mensuplai unsur hara yang dibutuhkan bibit

8 kakao sehingga mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pertambahan diameter batang. Pada parameter ini terlihat peningkatan konsentrasi urin sapi hingga 35 cc/liter air dapat meningkatkan diameter batang namun pemberian urin sapi diatas konsentrasi 35cc/liter air kecenderungan pertumbuhannya tidak sebaik konsentrasi 35 cc/liter air, hal ini disebabkan karena pemberian konsentrasi urin sapi tersebut telah melewati kebutuhan maksimal untuk tumbuh optimal dari bibit tanaman kakao. Setyamidjaja (1986) menyatakan bahwa efisiensi pemupukan yang optimal dapat dicapai apabila pupuk diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit. Bila pupuk yang diberikan terlalu banyak, maka larutan tanah akan terlalu pekat sehingga dapat mengakibatkan keracunan dan penurunan pertumbuhan tanaman. Jumin (1987) menjelaskan bahwa batang merupakan daerah akumulasi pertumbuhan tanaman khususnya pada tanaman yang lebih muda sehingga dengan adanya unsur hara dapat mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman diantaranya pembentukan klorofil pada daun sehingga akan memacu laju fotosintesis. Semakin laju fotosintesis maka fotosintat yang dihasilkan akhirnya akan meningkatkan pertambahan diameter batang bibit kakao. Unsur K berpengaruh terhadap pembesaran batang.lubis (2000) berpendapat unsur K berfungsi menguatkan vigor tanaman yang dapat mempengaruhi besar lingkaran batang. Menurut Sarief (1986) ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang akan menambah perbesaran sel yang berpengaruh pada diameter batang kakao. Selanjutnya pendapat Jumin (1987), menyatakan bahwa diameter batang dipengaruhi oleh sejumlah zat makanan, semakin banyak zat makanan maka akan menghasilkan diameter bonggol yang semakin besar (Tabel 3). Diameter batang kakao yang dihasilkan dari perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi terlihat cenderung di bawah standar pertumbuhan bibit kakao (Lampiran 4). Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini diantara nya faktor genetik dan faktor kandungan unsur hara yang terkandung didalam urin sapi yang belum mencukupi kebutuhan untuk pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakao. Luas Daun (cm 2 ) Hasil analisis ragam (Lampiran 5.4) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun. Hasil uji lanjut disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata luas daun (cm 2 ) pada perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi. Luas Daun (cm 2 )

Luas Daun ( cm 2 ) 9 U2 (35 cc/liter air) U4 (45 cc/liter air) U3 (40 cc/liter air) U1 (30 cc/liter air) U5 (50 cc/liter air) U0 (tanpa urin) 169,5 a 155,28 ab 149,86 ab 141,49 ab 119,03 bc 76,78 c Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut DNMRT. Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian berbagai macam konsentrasi urin sapi berbeda nyata terhadap luas daun bibit kakao pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air berbeda nyata terhadap pemberian urin sapi sebanyak 50 cc/liter air dan perlakuan tanpa 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 pemberian urin sapi, namun berbeda tidak nyata terhadap perlakuan lainnya. Luas daun terbesar ditunjukkan pada pemberian urin sapi 35 cc/liter air yaitu 169,5 cm 2, sedangkan yang terendah ditunjukkan oleh tanpa pemberian urin sapi yaitu 75,78 cm 2. Luas daun U0 U1 U2 U3 U4 U5 Luas daun Gambar 4. Grafik hubungan urin sapi dengan luas daun bibit kakao. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air, mampu mensuplai unsur hara yang dibutuhkan bibit kakao dengan baik sehingga mampu dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan daun. Peningkatan pemberian berbagai macam urin sapi seperti pada perlakuan pemberian urin sapi sebanyak 40 cc/liter air kecenderungan pertumbuhannya terlihat tidak sebaik pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air untuk pertumbuhan daun bibit kakao. Hal ini terjadi akibat tanaman dalam keadaan konsumsi mewah yaitu keadaan dimana unsur hara yang terkandung melebihi konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimal. Salah satu unsur hara yang tersedia dari pemberian urin sapi adalah nitrogen. Wibisono (1993) menyatakan tanaman dapat tumbuh

10 dan berproduksi dengan sempurna bila unsur hara yang diperlukan mencukupi. Unsur hara sangat diperlukan oleh tanaman untuk membentuk suatu senyawa yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman melalui pembelahan dan pembesaran sel. Unsur hara yang berperan besar dalam pertumbuhan dan perkembangan daun yaitu nitrogen. Hakim, dkk (1986), menyatakan bahwa unsur N berpengaruh terhadap indeks luas daun, dimana pemberian pupuk yang mengandung N di bawah optimal maka akan menurunkan luas daun. Lakitan (1996), menambahkan bahwa tanaman yang tidak mendapat unsur N sesuai kebutuhan akan tumbuh kerdil dan daun yang terbentuk kecil, sebaliknya tanaman yang mendapat unsur N sesuai kebutuhan akan tumbuh tinggi dan daun yang terbentuk lebar. Nyakpa, dkk (1986), menambahkan bahwa unsur N berpengaruh terhadap indeks luas daun, dimana pemberian pupuk yang mengandung N di bawah optimal maka akan menurunkan luas daun (Tabel 4). Volume Akar (cm 3 ) Hasil analisis ragam (Lampiran 5.5) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi memberikan pengaruh nyata terhadap volume akar. Hasil uji lanjut disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata volume akar (cm 3 ) pada perlakuan pemberian beberapa konsentrasi urin sapi. Volume Akar (cm 3 ) U2 (35 cc/liter air) U1 (30 cc/liter air) U5 (50 cc/liter air) U3 (40 cc/liter air) U4 (45 cc/liter air) U0 (tanpa urin) 11,000 a 8,100 ab 7,500 b 6,300 b 5,800 b 5,300 b Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut DNMRT. Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian berbagai macam konsentrasi urin sapi berbeda nyata terhadap volume akar bibit kakao. Pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air berbeda nyata terhadap semua perlakuan kecuali perlakuan pemberian urin sapi sebanyak 30 cc/liter air. Volume akar tertinggi ditunjukkan pada pemberian urin sapi 35 cc/liter air yaitu 11,000 cm 3, sedangkan yang terendah ditunjukkan oleh tanpa pemberian urin sapi yaitu 5,300 cm 3.

Volume Akar (cm 3 ) 11 12 Volume akar 10 8 6 4 2 Volume akar 0 U0 U1 U2 U3 U4 U5 Gambar 5. Grafik hubungan urin sapi dengan luas daun bibit kakao. Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa pemberian urin sapi 35 cc/liter air mampu mensuplai unsur hara bagi tanaman sehingga volume akar tanaman menjadi lebih besar untuk menyerap unsur hara, serta dapat memperbaiki struktur tanah. Menurut Yuwono (2005) salah satu fungsi pupuk organik adalah memperbaiki struktur tanah. Pemberian urin sapi 35 cc/liter air pada parameter volume akar adalah konsentrasi yang telah mencukupi untuk pertumbuhan maksimum bibit kakao, hal ini terbukti karena pemberian konsentrasi urin sapi dibawah 35 cc/liter air terlihat volume akar tidak sebaik pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air, sedangkan pemberian konsentrasi urin sapi diatas 35 cc/liter air kecenderungan pertumbuhannya terlihat tidak sebaik pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air, hal ini disebabkan kelebihan unsur hara pada pemberian urin sapi diatas 35 cc/liter air melebihi batas kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan maksimum bibit kakao. Kecendrungan volume akar terendah terdapat pada tanpa diberi urin sapi, hal ini terjadi karena tanaman hanya mendapatkan unsur hara yang berasal dari dalam tanah untuk memenuhi kebutuhannya. Kemampuan tanah dalam menyerap air juga kurang karena tidak mendapat bahan organik dari urin, sehingga akarnya menjadi kurang berkembang. Sesuai dengan pernyataan Gardner dkk, (1991), pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air. Jika ketersediaan air pada media tanam kurang, maka dapat menghambat pertumbuhan akar. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan akar diantaranya adalah ketersediaan hara, sesuai dengan pernyataan Lakitan, (1996) bahwa sistem perakaran tanaman dipengaruhi oleh kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Faktor yang mempengaruhi pola penyebaran akar antara lain adalah, suhu tanah, aerasi, ketersedian air dan ketersediaan unsur hara. Volume akar sengat erat kaitannya dengan

12 unsur hara makro seperti N, P dan K. Sarief (1986) menyatakan bahwa unsur N yang diserap tanaman berperan dalam menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar. Unsur P berperan dalam membentuk sistem perakaran yang baik. Unsur K yang berada pada ujung akar merangsang proses pemanjangan akar (Tabel 5). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Pemberian beberapa konsentrasi urin sapi berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun dan volume akar bibit kakao. 2. Pemberian urin sapi pada konsentrasi 35 cc/liter air memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit kakao usia 4 bulan. Saran Untuk mendapatkan bibit kakao dengan pertumbuhan yang baik disarankan pemberian urin sapi sebanyak 35 cc/liter air. DAFTAR PUSTAKA Anthy, K. 1998. Pengaruh urine sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang. (Tidak dipublikasikan). Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2011. Riau Dalam Angka. BPSPR. Pekanbaru. Foth, D. Hendry. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi ke-enam. Diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto. Erlangga. Jakarta. Gardner. F.P., R.B. Pearce and R.I. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hakim, N., M.Y. Nyakpa., A.M Lubis., G.S. Nugoho., A.M. Diha., G.B Hong., H.H. Bailey. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Hidajat, E.B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Kerja. Jumin, H.S. 1987. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Rajawali Press. Jakarta. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Lubis, A. 2000. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Teknik Budidaya Tanaman. Sinar. Medan. Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis., M.A Pulung., A.G. Amrah., A. Munawar., G.B. Hong dan N. Hakim. 1998. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Phrimantoro. 2002. http://www.kompas.com/komp as cetak/020/10/jatim/urin 28 htm. Diakses pada tanggal 13 April 2014.

13 Raharja, A. 2005. Pupuk dan Pestisida. http://www.tanindo.com/abd i 15/hal 2001/2006/08/07/htm. Diakses pada tanggal 07 April 2014. Roesmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Sarief, E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Setyamidjaja. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV Simplex. Jakarta. Wibisono, A dan M. Basri. 1993. Pemanfaatan Limbah Organik untuk Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. Yuwono, D. 2005. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.