TRANSMISI NEUTRON OLEH PERAJANG DENGAN CELAH BERBENTUK PARABOLA

dokumen-dokumen yang mirip
PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA.

Kuis I Elektromagnetika I TT3810

D. (1) dan (3) E. (2)

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si.

Mata Pelajaran : FISIKA

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Prinsip Fundamental Simulasi Monte Carlo

PEMBUATAN PEMANDU BERKAS ION SPEKTROMETER MASSA. Pusat Penelitian Nuklir Vogyakarta ABSTRAK

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

TKS-4101: Fisika. KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut.

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

Perencanaan Roda Gigi

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Pertanyaan Final (rebutan)

Bab 7 Medan Magnetik dan Gaya Magnetik TEL Abdillah, S.Si, MIT. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

LATIHAN UJIAN NASIONAL

REAKSI INTI. HAMDANI, S.Pd

OPTIMASI PARAMETER POTENSIAL NUKLIR BAGI REAKSI FUSI ANTAR INTI-INTI BERAT

S M A 10 P A D A N G

UN SMA IPA 2008 Fisika

Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini. Fisika Atom & Inti

5. Grafik kedudukan (s) terhadap waktu (t) suatu benda yang bergerak pada suatu garis lurus ditunjukkan grafik di bawah ini. s(m)

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

D. 6 E. 8. v = 40ms -1 Ep =?

Fisika EBTANAS Tahun 1997

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007

drimbajoe.wordpress.com

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

C17 FISIKA SMA/MA IPA

Antiremed Kelas 12 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika

Fisika EBTANAS Tahun 1996

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

BAHAN AJAR. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial

FISIKA SMA MODUL. Tim Akademik - PT Rezeki Lancar Terus

SIFAT-SIFAT INTI. PERTEMUAN KEEMPt

Fisika EBTANAS Tahun 2000

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1)

Phisics Competition 2011 Universitas Negeri Surabaya

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII

Kinematika. Gerak Lurus Beraturan. Gerak Lurus Beraturan

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA) a < 0 dan D = 0 a < 0 dan D < 0. a < 0 0 x 0 x

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

BAB I PENDAHULUAN. Analisa efek secondary..., Paian Oppu Torryselly, FT UI, 2008

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER TAHUN (UTAMA) Mata Pelajaran (Beban) : Fisika 4 ( 4 sks) Hari/Tanggal : Rabu, 01 Desembar 2010

Kata kunci: cermin Einstein, cermin Relativistik, foton, pemantulan cahaya.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

A. 5 B. 4 C. 3 Kunci : D Penyelesaian : D. 2 E. 1. Di titik 2 terjadi keseimbangan intriksi magnetik karena : B x = B y

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1. Jika f ( x ) = sin² ( 2x + ), maka nilai f ( 0 ) =. a. 2 b. 2 c. 2. Diketahui f(x) = sin³ (3 2x). Turunan pertama fungsi f adalah f (x) =.

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

MEDAN MAGNET KEMAGNETAN ( MAGNETOSTATIKA )

Antiremed Kelas 12 Fisika

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

UN SMA IPA 2008 Fisika

UM UGM 2017 Fisika. Soal

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

D. 0,87 A E. l A. Bila Y merupakan simpangan vertikal dari sebuah benda yang melakukan gerak harmonis sederhana dengan amplitudo A, maka :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SOAL TRY OUT FISIKA 2

PAKET UJIAN NASIONAL Pelajaran : FISIKA Waktu : 120 Menit

Analisis dan Penentuan Distribusi Fluks Neutron Thermal Arah Aksial dan Radial Teras Reaktor Kartini dengan Detektor Swadaya

Transkripsi:

Proceedings Seminar Reaktnr Nuklir dalam Penelitian Sains dnn Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landns Bandung, 8-10 Oktnber 1991 TRANSMISI NEUTRON OLEH PERAJANG DENGAN CELAH BERBENTUK PARABOLA ABSTRAK R.S. Lasijo, T. Siagian, S.L.M. Wattimena Pusat Penelitian Teknik Nuklir - Badan Tenaga Atom Nasional TRANSMISI NEUTRON OLEH PERAJANG DENGAN CELAH BERBENTUK PARABOLA.Suatu perajang berkas partikel untuk neutron dengan celah berbentuk cerutu atau parabola dibahas secara sederhana dengan anggapan bahwa bahan terbuat dari penyerap neutron total atau penyerap sempurna. Perajang dengan rotor yang mempunyai kecepatan sudut tetap menghasilkan lintasan neutron yang berbentuk parabola dalam sistem rotor ini. Dari lintasan yang berbentuk parabola ini dapat dihitung energi cut-off atau energi minimum neutron yang ditransmisikan oleh perajang, energi transmisi dan energi kritis yaitu energi di atas mana semua neutron dapat ditransmisikan. Selanjutnya didapatkan bahwa transmisi neutron oleh perajang tergantung pada ukuran celah, jari-jari rotor, kecepatan putar rotor, dan energi neutron. ABSTRACT NEUTRON TRANSMISSION BYCHOPPER WITH PARABOLICSLIT. A particle beam chopper for neutrons with cigar shape or parabolic slit is discussed by simply assuming that it is made of materials with total or complete neutron absorption. Chopper with constant angular velocity results in parabolic trajectories for neutron with respect to the rotor system. From the parabolic trajectories it can be determined cut-off or minimum energy that neutrons can be transmitted by chopper, transmission energy, and critical energy a.bove which all neutrons can be transmitted. It can be further found out that transmission of neutrons by chopper depends on size of the slit, radius of rotor, rotation of rotor, and energies of neutrons. PENDAHULUAN Neutron yang ditemukan oleh Chadwick pada tahun 1932 [1]adalah merupakan partikel yang tidak bermuatan dan merupakan salah satu komposit yang membentuk inti atom di samping proton. Segera setelah ditemukan, neutron telah menunjukkan sebagai partikel yangserba guna. Karena tidak bermuatan, neutron mudah menembus ke dalam bahan sampai kepada inti atomnya, sehingga neutron dapat dipakai untuk meneliti struktur inti atom bahan. Karena neutronjuga mempunyai massa yang sangat kecil, sifat gelombangnya mudah diamati dan dapat dimanfaatkan, antara lain untuk meneliti struktur kristal bahan, dan karena neutron mempunyai spin intrinsih yang besarnya maka neutron juga dapat dipakai untuk meneliti struktur magnetik bahan. Penemuan proses fisi pada tahun 1938 oleh Hahn dan Strassman [2] menempatkan neutron sebagai partikel yang sangat penting dalam pe~mbangkitanenergi. Bahkan dalam proses fusi atau proses termonuklir yang dianggap sebagai sumber energi pada masa yang akan datang peranan neutron tidak dapat diabaikan. Di sisi lain interaksi neutron dengan bahan sulit untuk diramalkan ataupun dianalisis atas dasar teori yang murni. Misalkan tampang lintang suatu reaksi neutron dengan bahan, sangat tergantung kepada energi neutron maupun bahannya, bahkan sering walaupun selisih energinya tidak begitu besar telah terjadi perubahan harga yang sangat menyolok. Karena data-data neutron sangat dibutuhkan di dalam disain, analisis maupun keselamatanyangberhubungan dengan energi nuklir, maka perlu dilakukan pengumpulan data yang banyak dan teliti secara eksperimental. Dalam pengukuran secara eksperimental yang paling kritis adalah pengukuran energi neutron. Karena neutron tidak bermuatan maka cara yang lazim dipergunakan untuk mengukur energi seperti yang dilakukan terhadap partikel bermuatan dengan menggunakan medan magnit dan nuclear magnetic resona1we (NMR) tidak dapat dilakukan. Salah satu cara yang cukup teliti untuk mengukur energi neutron adalah dengan mengukur waktu terbang atau time of flight (TOF), yaitu mengukur waktu yang diperlukan oleh neutron untuk menempuh suatu jarak tertentu. Bila 350

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sains dan Teknologi MenuJu Era Tinggal Landas Bandung, 8-10 Oktober 19/J1 PPTN - BAT)N jarak yang ditempuh L dan waktu yang diperlukan untuk menempuhjarak tersebut t diketahui maka kecepatannya v dapat ditentukan. Bila kecepatannya diketahui maka energinya dapat dihitung dengan rumus E = 1/2 mv2, dengan m = mass a neutron. Pengukuran dengan cara TOF ini akan menjadi lebih sederhana bilamana arus neutron yang diukur berbentuk pulsa. Neutron yang berasal dari reaktor nuklir pada umumnya berupa berkas yang kontinu. 8upaya sumber neutron ini menjadi sumber yang berbentuk pulsa maka berkas neutron yang kontinu dilewatkan pada suatu alat yang disebut perajang berkas par- - tikel (particle beam chopper). Perajang ini dapat bermacam-macam, yang paling banyak dipakai berbentuk silihder yang diberi lubang dan dapat diputar pad~ sumbunya. Dengan diputarnya silinder yang berlubang tersebut makajalan partikel akan bergantia9- membuka dan menutup sehingga berkas yang kontinu setelah melewati perajang akan berbentuk pulsa-pulsa. Lubang atau celah tempat neutron lewat dapat bermacam-macam bentuknya. Yang paling sederhana adalah yang berbentuk lurus, membuatnya mudah, tetapi dianggap kurang efisien karena transmisinya keci!. Bentuk celah yang lain adalah bentuk parabola atau bentuk cerutu. Bentuk parabola ini sesuai dengan bentuk lintasan neutron di- dalam sistem rotor perajang yang berputar se- hingga mempunyai efisiensi yang cukup baik. Dalam bab-bab berikut akan dibahas perajang berkas neutron dengan celah yang berbentuk cerutu ini dengan anggapan-anggapan yang paling sederhana yaitu berkas neutron yang datang berbentuk berkas neutron yang sejajar, bahan perajang dibuat dari bahan penyerap neutron total, dan lintasan neutron yang dibahas berada di dalam dan di sekitar celah.. perajang saja. EN ERG I MINIMUM (CUT-OFF) Misalkan sebuah neutron dengan kecepatan v bergerak memasuki celah sebuah rotor dad suatu alat perajang partikel yang berbentuk cerutu seperti terlihat pada Gambar 1. Rotor yang berjari-jari R berputar pada porosnya dengan kecepatan sudut tetap w. Diameter celah pada kedua tepinya besarnya 81 dan padli pusatnya besarnya 82. Bila sistem laboratorium (lab) dimana neutron bergerak disebut x'y' dan sistem rotor yang berputar disebut xy, dengan pusat kedua sistem koordinat dipilih terletak pada pusat rotor, maka hubungan antara sistem lab dan sistem rotor dapat ditulis x' = x cos a + y sin a (1) x' = - x sin a + y cos a (2) dengan a sudut antara sistem xy' dan sistem xy seperti tertera pada Gambar 2. y' Gambar 2. Hubungan sistem koordinat xy' (lab) dan sistem koordinat Karena celah pada umumnya dibuat berukuran kecil bila dibandingkan dengan ukuran jari-jari rotor R, maka sudut juga berukuran keci!. Untuk sudut yang kecil persamaan (1) dan (2) dapat ditulis x' = y x + y' a y' = - x e + y' x x' (1') (2') Transformasi inversi dari persamaan (1') dan (2'),yaitu hubungan xy sebagai fungsi dari x'y', adalah n V x = x' - y' a (3) Gambar 1. Gerak sebuah neutron terhadap rotor y = x' e + y' (4) Dalam sistem koordinat lab, lintasan neutron berbentuk garis lurus dan dapat dinyatakan sebagai 351

Pmc edings Seminar Reaktor Nuklir dalwn Penelitian Sains dan Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landas Bandung, 8-10 Oktober 1991 y' = a x' + b Bila neutron pada waktu melewati ordinat y' berada pada posisi sudut 80 ' maka pada sa at neutron berada pada posisi x', posisi sudut 8 dapat ditulis 8 = 80 + w x' v (5) (6) Karena sudut 8 kecil serta sumbu x' dan sumbu x dapat dianggap sejajar, maka secara aproksimasi dapat pula ditulis Dari persamaan w 8 = 80 + - x v (5) dan (3) diperoleh x = x' - ( ax' + b ) 8 = x' ( 1 - a ) - b 8 (7) (8) Bila lintasan neutron diambil sejajar dengan sumbu x' maka harga a akan dapat diabaikan terhadap 1 sehingga persamaan (8) dapat ditulis x = x' - b8 (8') dan membandingkan persamaan (8') dengan persamaan (3) didapat y' = b (9) Bila harga-harga x' dan y' dari persamaan (8')dan (9')dimasukkan ke dalam persamaan (4) didapat y = x8 + b02 + b (10) Masukkan harga 0 pada persamaan (7) ke dalam persamaan (10), dengan mengabaikan ha.rga-harga yang relatif kecil didapat Y = b - + - x2 + 0 1 + 2b - x + b (11) v2 v a V ( w2 W) ( W) Persamaan (11) tidak lain adalah persamaan sebuah parabola. Kecepatan tangensial rotor pada tepi celah adalah vt Pada umumnya - v < 1 maka (12) Rw w - «1 atau -«1 (13) v v Bila perputaran rotor dan kecepatan neutron diambil positif maka didapatkan -» w w2 kecil maka dari per Karena b juga berukuran samaan (14) didapat v v2 (14) w2 w b 2 v + - v > 0 (15) Persamaan (15) menunjukkan bahwa lintasan neutron bila dipandang dari sistem celah rotor berupa parabola yang memiliki harga ekstrim berbentuk harga minimum. Jadi neutron yang dalam sistem lab berbentuk lurus (lihat Gambar 3a) maka dalam sistem rotor berbentuk parabola dengan titik minimum di tengah rotor (lihat Gambar 3b). n Gambar 3a. Sistem lab (xy) n Gambar 3b. Sistem rotor (x y) Gambar 3. Lintasan neutron dalam sistem lab (a) dan sistem rotor (b). Persamaan parabola secara umum dalam sistem rotor dapat ditulis berbentuk y =Ax2 +Bx + C (16) Neutron-neutron yang ditransmisikan adalah neutron-neutron yang dapat melewati celah rotor. Supaya dapat melewati celah neutron harus memiliki kecepatan minimum sedemikian rupa sehingga bila pada waktu memasuki celah neutron berada pada pinggiran celah di A maka waktu keluar berada di pinggiran celah yang lain B (lihat Gambar 4), sedangkan pada waktu berada di tengah-tengah celah neutron berada di titik terbawah C. 352

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir datum Penelitian Sains dan Tekrwlogi MenuJu Era Tinggal Landas Bandung, 8-10 Oktober 1.991 PPTN - BA7'AN energi cut-offterhadap f denganjari-jari R 1Clan R2 (=2R1) Gambar 4. Lintasan neutron dengan kecepatan minimum untuk transmisi. Persamaan (16) dengan syarat-syarat batas tersebut di atas akan diperoleh 82 + 81 82 + 81 A = _ ~ ; B = - 2 R ; C = 112 81 (17) Maka persamaan (16) dapat ditulis 82 + 81 82 + 81 y = ~ ~'J x2-0 D X + :!,t281 (18) Membandingkan persamaan (18) dengan persamaan (11)didapat kecepatan minimum 2 w R2 um= 8 8 (19) 2+ 1 Gambar 5. Plot energi Ec terhadap pangkat dua. ENERGI KRITIS frekuensi Untuk neutron-neutron yang memiliki energi di atas suatu energi tertentu yang disebut energi kritis Ek ' semuanya akan dapat ditran",misikan oleh perajang. Energi kritis ini terjadi bila pada waktu memasuki celah neutron tepat berada pada titik A, maka pada waktu berada di tengah celah berada di titik C, dan pada waktu meninggalkan celah berada di titik D (lihatgambar 6). sehingga didapat energi minimum atau sering disebut energi cut-off: 2 m w2 R4 Ec=V2mVAf!= 2 (82 + 81) (20) dengan m massa dari neutron. Karena kecepatan sudut dari rotor w=2nf (21) dengan f frekuensi atau besarnya putaran rotor, maka energi cut-offbila diplot terhadap (2 akan berbentuk garis lurus dengan kemiringan (22) Persamaan (22) menunjukkan bahwa jarijari rotor dan lebar celah mempengaruhi kepekaan energi cut-off terhadap perubahan putaran rotor. Gambar 5 menunjukkan plot dari Gambar 6. Lintasan neutron untuk energi kritis. Bila syarat-syarat batas ini dimasukkan ke dalam persamaan (16) akan diperoleh ha-rgaharga: (23) 353

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dajam Penelitian Sains dan Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landas Bandung, 8-10 Oktober 1991 Persamaan (16) menjadi 82-81 82-81 y = 2 x2 - p X + ],..281 (24) 2R Membandingkan persamaan (22) dan persamaan (11) didapat keeepatan kritis dan energi kritis 2wR2 V K = <;: 8 (25). 2-1 ENERGI TRANSMISI Di samping energi cut-off dan energi kritis didefinisikan pula energi transmisi yaitu energi yang berada di antara kedua energi tersebut. 8yarat-syarat batas energi transmisi ini adalah bila neutron pada waktu masuk eelah berada pada titik E maka pad a waktu sampai di tengah eelah berada pada titik C, dan pada waktu m<:minggalkaneelah berada pada titik tengah eelah F (lihat gambar 7) Gambar 7. Lintasan neutron untuk energi transmisi. c Dari syarat-syarat batas ini didapatkan hargaharga A, B, dan C dari persamaan (16), yaitu A=---- 282-81 482-381 4R2' B=----- 4R c = - 1;281 (27) sehingga persamaan (16) dapat ditulis menjadi 282-81 482-381 4R2 4R Y = ----x2 ------x - 1;281 (28) Membandingkan persamaan (2b) dengan persamaan (11)didapat keeepatan transmisi 4wR2 vt= 282-81 dan energi transmisi 8 m w2 R4 E - ---- T - (282 _ 81) 2 TRANSMISI NEUTRON OLEH PERAJANG (29) (30) Pada pembahasan dalam bab yang terdahulu telah diambil anggapan bahwa bahan rotor terdiri dari penyerap neutron total artinya semua neutron yang mengenai bahan rotor akan diserap oleh bahan sehingga hanya neutron-neutron yang tidak menumbuk bahan saja yang dapat ditransmisikan oleh perajang. Anggapan ini tetap dipakai dalam bab ini. Anggapan lain adalah bahwa berkas neutron terdiri dari arus neutron yang mempunyai lintasan yang sejajar, jadi semua neutron dalam sistem lab bergerak dalam lintasan yang berupa garis lurus dan sejajar satu sarna lain. Transmisi T(E)yang merupakan fungsi dari energi neutron E oleh perajang yang mempunyai eelah berbentuk eerutu dengan diameter pinggir sebesar 81 dan diameter pusat eelah sebesar 82 dapat dinyatakan sebagai berikut [3]: dengan E 8 2 T 16 _ffl1 T ( ) = "3 T 1-8 1 + 3" v11untuk Ec<E<ET 8 T (E) = 1 -"3 T1 2 untuk Er<E<EK T _ - f7"fr wr2 82-1-V=--- 81 2E 81-28 1 (31) PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN Perhitungan telah dilakukan dengan menggunakan harga-harga sebagai berikut 81 = 0,02 em 82 = 0,10 em R = 15,80 em dan f = 5000 em Plot dari T(E) terhadap energi neutron E tertera pada Gambar 8, dengan EC = 2.48 ev, ET = 4.41 ev dan EK = 5.59 ev. 354

Proceedings Seminar Reciktor Nuklir dalam Penelitian Sains dan Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landas Bandung, 8-10 Oktober W91 T(E) [ I I I I ---/1 1,---------.///!'. I 0.5j! I.. - -- - - - _. -;- - : I J L_L- j : : E(ev) Gambar 8. Plot transmisi T(E) terhadap energi neutron E. Kurva dengan bentukyang sama telah pula diperoleh untuk perputaran rotor yang berbeda yaitu f = 6000,8000, dan 12000rpm, dengan Ec ET dan EK seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.' Tabel1. Harga-harga Ec ' ETdan EKuntuk beberapa harga f. f 2250 14,29 14,28 12000 11,29 25,40 32,15 4,41 5,58 2,48 6000 8000 6,35 8,04 3,57 5000 0,50 1,10 1,13 Untuk celah yang bentuknya tidak tepat berbentuk parabola, misalnya berbentuk seperti pada Gambar 9, maka neutron yang datangnya dekat pada pinggiran celah sebelah bawah, tidak akan dapat ditransmisikan karena diserap oleh bahan, akibatnyajumlah transmisinya akan lebih kecil. Sebaliknya bila bahan bukari terbuat dari penyerap neutron total, yang sering disebut penyerap kelabu, maka sebagian neutron yang Gambar 9. Lintasan neutron dengan celah tidak berbentuk parabola mengenai bahan rotor masih dapat melewati celah sehingga intensitas neutron yang ditransmisikan akan lebih besar. Anggapan penyerap kelabu sebenarnya mendekati keadaan yang sebenarnya karena di sini tampang lintang reaksi neutron terhadap bahan harganya berhingga. Tetapi perhitungannya menjadi sangat kompleks karena tampang lintang reaksi sangat tergantung pada energi neutron, dan perlu pula diketahui geometri celah yang teliti, demikian juga susunan bahan dari rotornya secara terperinci. KESIMPULAN Dari pembahasan pada bab yang terdahulu telah ditunjukkan bahwa analisis transmisi neutron oleh perajang dengan celah yang berbentuk cerutu menjadi sangat sederhana bila dipergunakan anggapan bahwa bahan rotor terbuat dari penyerap total dan lintasan berbentuk parabola. Hasilnyapun cukup memadai untuk perancangan dan pembuatan suatu perajang untuk menghasilkan suatu sumber neutr'on yang berbentuk pulsa yang diambil dari reaktor nuklir. DAFTAR PUSTAKA 1. J. Chadwick, Proc. Roy. Soc. (London), A 136 (1932) 692. 2. O. Hahn and F. Strassman, Naturwissenschaften 26(1938)755. 3. Asmussen and H.G. Priesmeyer, Nucl.Instr. and Meth. in Phys. Res. A249(1986)148. 355