2. Keberadaan elemen fisik pembatas unit lingkungan (dapat berupa jaringan jalan, jalur kereta api dan jaringan sungai).

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

PANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TAHUN 2016 TENTANG

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

TABEL PROGRAM PEMANFAATAN RUANG Waktu Pelaksanaan I II III IV

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana??

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene

3.1 TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1

BAB III LANDASAN TEORI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB 2 DATA DAN ANALISA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

BAB III LANDASAN TEORI

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III LANDASAN TEORI

Pelaksanakan survai dan pengolahan data adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang kondisi awal kawasan perencanaan.

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

Transkripsi:

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA BAB 3 3.1 RENCANA STRUKTUR RUANG 3.1.1 RENCANA BLOK Blok peruntukan adalah sebidang lahan yang dibatasi oleh batasan fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan tinggi, pantai dan lainlain), maupun yang belum nyata (rencana jaringan jalan, dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana tata ruang kawasan tersebut). Kawasan perencanaan dibagi ke dalam 11 unit blok (lihat tabel 5.1 dan gambar) dengan dasar pertimbangan, yaitu : 1. Arahan fungsi Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya dimasa mendatang. RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 2. Keberadaan elemen fisik pembatas unit lingkungan (dapat berupa jaringan jalan, jalur kereta api dan jaringan sungai). 3. Pengembangan pusat-pusat pelayanan dalam skala unit lingkungan. 4. Setiap unit lingkungan memiliki kesamaan fungsi dan karakteristik serta kemungkinan pengembangannya. 5. Sesuai dengan daya dukung lingkungan dan perwujudan sistem ekologi. 3-1

Tabel 3.1 Pembagian Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya No Blok Luas (Ha) Arahan Fungsi Utama Elemen Ruang 1 A 1.688,14 Perkebunan Perkebunan Pertanian lahan basah Peternakan Perumahan kepadatan rendah Fasilitas umum lingkungan Ruang terbuka hijau lingkungan Sempadan sungai 2 B 497,35 Perumahan Perumahan kepadatan sedang Fasilitas umum dan lingkungan 3 C 385,49 Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan jasa Perumahan kepadatan sedang Fasilitas umum lingkungan Ruang terbuka hijau lingkungan 4 D 335,76 Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan jasa Perumahan kepadatan tinggi Kawasan khusus militer Fasilitas umum lingkungan Ruang terbuka hijau lingkungan Sempadan sungai 5 E 425,44 Perumahan Perumahan kepadatan tinggi Perdagangan dan jasa Fasilitas umum lingkungan Ruang terbuka hijau lingkungan Sempadan sungai 6 F 203,77 Perdagangan dan Jasa Perumahan kepadatan sedang Perdagangan dan jasa Fasilitas umum lingkungan Ruang terbuka hijau lingkungan 7 G 307,63 Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan jasa Perumahan kepadatan tinggi Fasilitas umum lingkungan Ruang terbuka hijau lingkungan Sempadan sungai 8 H 725,35 Perumahan Perumahan kepadatan sedang Perdagangan dan jasa 3-2

No Blok Luas (Ha) Arahan Fungsi Utama Elemen Ruang Fasilitas umum lingkungan Ruang terbuka hijau lingkungan Sempadan sungai 9 I 718,94 Perumahan Perumahan kepadatan tinggi Perdagangan dan jasa Fasilitas umum lingkungan Ruang terbuka hijau lingkungan Sempadan sungai 10 J 760,9 TPA TPA dan Sempadan TPA Talang Buluh Industri ringan non polutan Fasilitas umum lingkungan Ruang terbuka hijau lingkungan 11 K 1.388,16 Perumahan Perumahan kepadatan sedang Perumahan kepadatan rendah Perdagangan dan jasa Fasilitas umum lingkungan Ruang terbuka hijau lingkungan Sempadan sungai Sumber : Hasil Rencana, 2010 3-3

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA 3-4

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA 3.1.2 RENCANA PERSEBARAN PENDUDUK Pendistribusian penduduk pada kawasan dimaksudkan agar tercipta keselarasan antara tingkat kebutuhan penduduk akan fasilitas sosial dengan kemampuan daya tampung lahan dan daya dukung fasilitas pelayanan ruang yang ada dan yang dapat dikembangkan. Dengan demikian diharapkan dapat tercapai tingkat pelayanan dan tingkat kepadatan optimal bagi penduduk yang tinggal pada kawasan perencanaan. Sesuai dengan arahan pembagian unit lingkungan di atas, rencana distribusi penduduk di kawasan perencanaan sebagaimana terlihat pada tabel arahan distribusi penduduk, menggunakan dasar pertimbangan sebagai berikut: Arahan kependudukan sesuai draft RTRW Kabupaten Banyuasin Tahun 2011-2031; Kecenderungan perkembangan kawasan yang menunjukkan kecenderungan perkembangan pusat-pusat permukiman dan pusat-pusat pelayanan ekonomi dan sosial yang salah satunya akibat dari perkembangan Kota Palembang yang merupakan batas wilayah Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya; Arahan unit lingkungan (fungsi dan intensitas pengembangan); Kemampuan daya tampung kawasan didasarkan pada lahan yang efektif untuk dikembangkan sebagai perumahan. Berdasarkan hasil analisis daya tampung, telah diidentifikasi bahwa Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya memiliki daya tampung penduduk sebesar 582.024 jiwa, mencukupi untuk menampung penduduk sebanyak 116.367 jiwa pada akhir tahun rencana. Berdasarkan analisis distribusi penduduk, sebaran penduduk di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya dirinci per kelurahan/desa pada akhir tahun rencana adalah sebagai berikut. Tabel 3.2 Arahan Distribusi Penduduk Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya Tahun 2010-2030 No Kelurahan / Desa Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa) 2010 2015 2020 2025 2030 1 Kel. Sukajadi 24.834 28.968 33.789 39.413 45.973 3 Kel. Sukamoro 13.007 15.172 17.698 20.643 24.079 4 Kel. Air Batu 9.467 11.043 12.881 15.025 17.526 5 Kel. Tanah Mas 13.683 15.960 18.617 21.716 25.330 6 Desa Talang Buluh 1.869 2.180 2.542 2.966 3.459 Jumlah 62.860 73.323 85.527 99.762 116.367 Sumber : Hasil Analisis, 2010 Distribusi per kelurahan selanjutnya dijabarkan per unit lingkungan dengan mempertimbangkan fungsi masing-masing unit lingkungan. 3-5

Tabel 3.3 Arahan Distribusi Penduduk Per-Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya No Blok Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas (Ha) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) Klasifikasi 1 A 3.601 1.688,14 2 Rendah 2 B 9.536 497,35 19 Rendah 3 C 7.177 385,49 19 Rendah 4 D 13.976 335,76 42 Rendah 5 E 17.678 425,44 42 Rendah 6 F 3.921 203,77 19 Rendah 7 G 10.862 307,63 35 Rendah 8 H 19.432 725,35 27 Rendah 9 I 15.717 718,94 22 Rendah 10 J 2.982 760,9 4 Rendah 11 K 11.487 1.388,16 8 Rendah Jumlah 116.369 7.436,93 16 Rendah Sumber : Hasil Rencana, 2010 3.1.3 RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN KEGIATAN Setiap kelurahan/desa yang ada di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya memiliki potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan dan kegiatan sosial ekonomi yang beragam. Dalam rangka mengurangi kesenjangan perkembangan tiap kelurahan/desa tersebut dan juga untuk mewujudkan pembangunan yang terintegrasi, sinergis dan berkelanjutan di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya dengan wilayah sekitarnya dan di dalam kawasannya sendiri serta juga untuk meningkatkan efesiensi pelayanan infrastruktur maka diperlukan adanya intervensi yang dapat memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap kelurahan/desa sesuai dengan potensi dan masalahnya dalam bentuk suatu rencana struktur yang mempunyai hirarki keruangan. Berdasarkan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007, struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Jika digambarkan secara keruangan kota, struktur ruang kota merupakan pola pengaturan dari blok, jalan, bangunan, ruang terbuka dan landscap kawasan yang akan menciptakan kualitas kawasan. Jaringan prasarana pembentuk struktur ruang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan penyediaan air minum, jaringan drainase, jaringan air limbah, dan persampahan. Rencana struktur yang 3-6

dikembangkan tersebut akan mengoptimalkan masing-masing kelurahan/desa sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan antara kelurahan/desa satu terhadap kelurahan/desa yang lainnya. Apabila sistem pemenuhan kebutuhan terjadi, dalam jangka panjang berarti dapat mewujudkan pembangunan yang terintegrasi, sinergis dan berkelanjutan di Kawasan Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, pengembangan pusat-pusat pelayanan di kawasan perencanaan dirumuskan berdasarkan konsep pengembangan sebagai berikut: Perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan Palembang melalui penetapan Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya (Kelurahan Sukajadi) sebagai bagian dari pusat kegiatan sekunder sebagai pusat permukiman perkotaan, pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian (Terminal Agro), pusat perdagangan dan jasa serta juga sebagai pusat fasilitas pelayanan sosial dan umum Perwujudan struktur ruang Kabupaten Banyuasin melalui penetapan Pusat Hirarki II (sekunder) Kabupaten Banyuasin yaitu sebagai pusat perdagangan, pusat permukiman perkotaan, pusat pelayanan pemerintahan dan pusat pelayanan jasa Penetapan pusat pelayanan perdesaan melalui pengembangan pusat pelayanan mikro dalam skala pelayanan unit-unit lingkungan yang dibutuhkan sebagai pelayanan bagi kegiatan permukiman yang dikembangkan di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya. 3-7

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA 3-8

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA Sistem pusat pelayanan kawasan di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya direncanakan terdiri atas 1 (satu) pusat sekunder dan 7 (tujuh) pusat kegiatan lingkungan. Satu pusat sekunder direncanakan di Kelurahan Sukajadi yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan internal kawasan (Kecamatan). Adapun pusat kegiatan lingkungan terdapat dua pusat di Kelurahan Sukajadi, dan dua pusat lagi terdapat di Kelurahan Sukamoro serta dua pusat lainnya terdapat di Kelurahan Air Batu dan satu pusat berada di Desa Talang Buluh. Dimana tujuan dari pusat pelayanan perdesaan ini adalah untuk meningkatkan pelayanan kawasan perdesaan (unit lingkungan) di dalam Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya. Tabel 3.4 Rencana dan Fungsi Pusat Pelayanan Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya No Pusat Pelayanan Lokasi Fungsi Pusat Pelayanan 1 Pusat Sekunder Kelurahan Sukajadi Permukiman perkotaan Koleksi dan distribusi hasil pertanian (Terminal Agro) Perdagangan dan jasa Fasilitas pelayanan sosial dan umum (Pelayanan pemerintahan dan jasa) 2 Pusat Pelayanan Pedesaan Sumber: Hasil Rencana, 2010 Pusat Kegiatan Lingkungan I (Sukajadi 1) Pendidikan dasar dan Pusat Kegiatan Lingkungan II (Sukajadi 2) Pusat Kegiatan Lingkungan III (Sukamara 1) Pusat Kegiatan Lingkungan IV (Sukamara 2) Pusat Kegiatan Lingkungan V (Air batu 1) Pusat Kegiatan Lingkungan VI (Air batu 2) Pusat Kegiatan Lingkungan (Talang Buluh) menengah. Kesehatan: Puskesmas pembantu. Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk Taman lingkungan / olahraga lingkungan. Fasilitas peribadatan skala lingkungan. Fasilitas perdagangan skala lingkungan. 3.1.4 RENCANA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI (PERGERAKAN) Sistem pergerakan di dalam kawasan didasari oleh konsep ruang yang humanis dan nyaman. Oleh karenanya setiap pergerakan direncanakan agar dapat dengan mudah mencapai dan berpindah dari unit-unit lingkungan dan unit fungsi, terutama bagi pejalan kaki. Kawasan 3-9

direncanakan mengadopsi sistem TOD (Transit Oriented Development), dimana terwujud integrasi guna lahan dan transportasi. Titik transit transportasi publik dapat dicapai dalam jarak maksimal 10 menit berjalan kaki dalam guna lahan yang bersifat campuran (mix-used). Selain itu, dilakukan pemisahan jalur sirkulasi yang jelas antar berbagai moda: manusia dan sepeda jalur sepeda motor dan parkir sejajar jalur kendaraan roda empat. A. Rencana Jaringan Jalan Perencanaan jaringan jalan pada kawasan bertujuan untuk menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan serta antara pusat kegiatan di dalam kawasan dengan pusat kegiatan di luar kawasan, sehingga pengembangannya harus terintegrasi dengan hirarki sistem jaringan jalan kota dan metropolitan. Berdasarkan konsep pengembangan jaringan jalan sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, maka rencana pengembangan jaringan jalan pada kawasan meliputi rencana pengembangan jaringan jalan baru, rencana peningkatan fungsi jalan dan rencana pemeliharaan jalan. Rencana pengembangan jaringan jalan baru pada kawasan bertujuan untuk menciptakan keterkaitan antara satu pusat kegiatan dengan kegaitan lainnya, terlebih pada Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya akan dikembangkan pusat-pusat kegiatan baru mengingat masih luasnya lahan yang dapat dikembangkan. Rencana peningkatan fungsi jalan ditujukan pada jaringan jalan eksisting, yakni dengan meningkatkan kelas jalan, seperti peningkatan fungsi dari jalan lokal ke kolektor, maupun dari kolektor ke arteri, agar akses dari dan menuju pusat-pusat kegiatan baru dapat didukung oleh pengembangan jaringan jalan yang sesuai. Sedangkan rencana pemeliharaan ditujukan pada jaringan jalan yang kelas jalannya tidak ditingkatkan ataupun diturunkan, namun lebih bersifat pada revitalisasi fungsi jalan dan renovasi. Tabel 3.5 Rencana Sistem Jaringan Jalan di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya No Fungsi Jalan Ruas Jalan Kode Keterangaan Jalan Tol/Bebas 1 Hambatan 2 Arteri Primer 3 Kolektor Sekunder Merupakan bagian dari pengembangan jalan tol Betung Palembang - Indralaya TO Pengembangan Baru Jalan Lintas Timur Sumatera AP-1 Pemeliharaan Jalan Lingkar Barat (ring road) Kota Palembang AP-2 Pengembangan Baru Jalan yang menghubungkan Jalan lingkar Barat (ring road) Kota Palembang ke arah Air KS- 1 Pengembangan Baru Batu Jalan yang menghubungkan Kelurahan Air Batu dari KS-2 Peningkatan Jalan bagian utara ke bagian selatan Jalan yang menghubungkan Kelurahan Sukamara dengan KS-3 Peningkatan Jalan 3-10

No Fungsi Jalan Ruas Jalan Kode Keterangaan 4 Jalan Lokal Sumber: Hasil Rencana, 2010 Desa Talang Buluh Jalan yang menghubungkan Kelurahan Sukajadi dari bagian Utara dengan Desa Sukamara di bagian Selatan Jalan yang menghubungkan Jalan lingkar Barat (ring road) Kota Palembang ke arah Air Batu Pengembanganpengembangan jalan baru di kawasan perumahan Desa Talang Buluh Jalan di dalam kawasan Kelurahan Sukajadi Jalan di dalam kawasan Desa Air Batu KS-4 LO- 1 LO- 2 LO-3 LO-4 Peningkatan Jalan Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pemeliharaan dan Pengembangan Baru Pemeliharaan dan Pengembangan Baru 3-11

Gambar 3.2 Potongan Melintang Jalan Arteri Primer 3-12

Gambar 3.3 Potongan Melintang Jalan Kolektor Sekunder 3-13

Gambar 3.4 Potongan Melintang Jalan Lokal Primer 3-14

Gambar 3.5 Potongan Melintang Jalan Lokal Sekunder 1 3-15

Gambar 3.6 Potongan Melintang Jalan Lokal Sekunder 2 Gambar 3.7 Potongan Melintang Jalan Lokal Sekunder 2 3-16

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA 3-17

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA B. Penataan Jalur Pejalan Kaki Secara umum konsep penataan jalur pejalan kaki di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya adalah sebagai berikut: Jalur pejalan kaki terpisah secara jelas dengan jalur kendaraan bermotor. Di antara jalur pedestrian dan jalur kendaraan bermotor ditempatkan buffer berupa area hijau. Pepohonan di area hijau sekaligus berfungsi sebagai peneduh bagi pejalan kaki. Setiap bangunan langsung dapat diakses oleh pejalan kaki, dengan mendekatkan bangunan ke pedestrian di sekitarnya. Pedestrian sekaligus menjadi ruang dan ruang kontrol dalam lingkungannya. Untuk itu maka di sepanjang jalur pedestrian ditempatkan street furniture dengan tema-tema tertentu untuk memberikan ciri khas suatu kawasan dan memberikan suasana yang menyenangkan bagi pejalan kaki. Bangunan yang didekatkan ke pedestrian akan menciptakan ruang yang hidup oleh aktivitas, sehingga berfungsi sebagai pendukung untuk menciptakan rasa aman bagi pejalan kaki. Jarak tempuh pejalan kaki dari titik transit kendaraan bermotor maksimal 10 menit atau tidak lebih dari 300 meter. Sebagai orientasi bagi pejalan kaki, di beberapa titik atau ujung vista suatu jalur pejalan kaki ditempatkan plaza, sclupture, bangunan, fountain, signage dan elemen street furniture lainnya. Untuk kenyamanan pejalan kaki, pedestrian direncanakan secara kontinyu, dengan pola perkerasan yang menarik, cukup lebar (minimal 3 m), dengan landscaping yang memberikan suasana yang menyenangkan. Dengan mempertimbangkan karekteristik fisik kawasan serta jaringan jalan yang akan dikembangkan, maka penyediaan jalur perjalan kaki yang akan dikembangkan di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya dengan tipe meliputi sidewalk, CBD, dan promenade. 3-18

a) Penyediaan jalur pejalan kaki sisi jalan (sidewalk) pada pedestrian major dan minor Ruang pejalan kaki yang disediakan pada pedestrian major dan minor merupakan ruang pejalan kaki dengan tipe sidewalk, yang menjadi bagian dari sistem jalur pejalan kaki dari tepi jalan raya hingga tepi terluar persil bangunan. Pada Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya, utamanya penyediaan jalur pejalan dengan tipe ini dikembangkan pada koridor perdagangan dan jasa baik tunggal maupun deret pada koridor-koridor utama (arteri primer dan arteri sekunder). b) Penyediaan jalur pejalan kaki pada Kawasan Pusat Sukajadi (Ibukota Kecamatan Talang Kelapa) Kawasan Pusat Sukajadi merupakan pusat perdagangan dan jasa yang memiliki intensitas kegiatan yang cukup tinggi serta memiliki kedekatan lokasi dengan Terminal Alang-Alang Lebar. Hal ini dimanfaatkan untuk menyediakan jalur pejalan yang menghubungkan terminal dengan kegiatan-kegiatan di sekitarnya dalam radius 500 m, sehingga kegiatankegiatan di pusat kota memiliki akses mudah ke transportasi publik regional. Dengan demikian, penyediaan jalur pejalan kaki pada kawasan pusat kota diatur secara khusus. Kawasan pusat kota harus mengakomodir volume pejalan kaki yang lebih besar dibanding kawasan lainnya. Ruang pejalan kaki di area ini dapat berfungsi untuk berbagai tujuan yang beragam dan terdiri dari berbagai zona yang dapat dimanfaatkan antara lain zona bagian depan gedung, zona bagi pejalan kaki, zona bagi tanaman/perabotan jalan, dan zona untuk pinggiran jalan. Zona pejalan kaki ini setidaknya berukuran 1,8 m 3 m atau lebih luas untuk memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan dalam kawasan yang memiliki intensitas pejalan kaki yang tinggi. Kondisi ini dibuat untuk memberikan kesempatan bagi pejalan kaki yang berjalan berdampingan atau bagi pejalan kaki yang berjalan berlawanan arah. Dalam kaitannya dengan penyediaan halte, perlu diberikan ruang tambahan dengan luas minimum 1,5 m x 2,4 m. 3-19

c) Penyediaan jalur pejalan kaki pada jalur inspeksi sungai Pada jalan lokal inspeksi sungai dikembangkan jalur pejalan kaki dengan tipe promenade, dimana salah satu sisi ruang pejalan kaki langsung berbatasan dengan badan air. Hal ini selain bertujuan untuk melindungi air itu sendiri (fungsi sempadan), penyediaan jalur pejalan kaki dengan tipe ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas visual (estetika) kawasan, serta mampu berfungsi sebagai ruang publik. Rencana penyediaan fasilitas pejalan kaki di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya juga dapat dilihat pada potongan melintang rencana setiap hirarki jalan pada Gambar 3.2 s.d Gambar 3.9. C. Halte dan Parkir 1) Halte Panduan penyediaan halte di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya adalah sebagai berikut: Halte disediakan pada jalur-jalur angkutan umum yang memiliki intensitas pergerakan pejalan kaki dan kendaraan cukup tinggi, yaitu di sekitar bangunan perdagangan dan jasa serta sarana fasilitas umum dan sosial. Letak antar-halte diatur berdasarkan jarak jangkauan pejalan kaki, yaitu kurang lebih 1.000 s.d 1.500 meter. Pelataran (paving block) Atap semi transparan Bangku tempat duduk Kios koran, minuman kecil dan telepon umum, pot bunga Halte harus terintegrasi dengan trotoar dan fasilitas penyeberangan. Dalam hal ini, letak halte harus di luar daerah trotoar sehingga tidak menyita ruang pedestrian dan posisi bangunan halte tidak mengganggu arus pejalan kaki. Letak halte dianjurkan cukup jauh dari persimpangan atau tikungan jalan. Bangunan halte harus kokoh, permanen, beratap serta memiliki pandangan yang luas ke dan dari arah datangnya angkutan umum. Fasilitas minimal yang harus ada pada tiap halte adalah bangku tunggu penumpang, tempat sampah, lampu penerangan, serta papan informasi yang berisi jadwal dan rute angkutan umum. 3-20

Menyediakan sebagian dari ruang halte untuk kios rokok/permen/koran /majalah dengan perletakan yang tidak mengganggu kenyamanan pengguna halte. 2) Parkir Parkir pada kawasan perencanaan terbagi menjadi dua tipe yaitu: Parkir sejajar pada jalur lambat kendaraan bermotor (on street parking). Parkir di pelataran yang diletakkan di bagian belakang blok bangunan, serta parkir pada gedung parkir (off street parking). Parkir sejajar pada jalur lambat kendaraan bermotor dikembangkan pada jalur-jalur yang memiliki alternatif jalur lambat dan jalur cepat namun hanya diperkenankan pada: (1) jalan lokal dan jalan kolektor sekunder; (2) kawasan dengan penggunaan lahan sekitarnya adalah perdagangan, jasa dan perkantoran dengan ketentuan telah menyediakan parkir bersama (baik berupa gedung parkir maupun taman parkir). Pada sistem parkir badan jalan ini tidak dianjurkan untuk parkir dengan membentuk sudut >0, untuk menghindari konflik antara pergerakan dengan kendaraan yang parkir, sehingga pada sistem on street ini sudut parkir yang direkomendasikan adalah nol derajat. Penempatan bangunan magnet di belakang bangunan pertokoan sebagai penarik perkembangan ke belakang untuk membentuk Blok. Dengan demikian dapat mengurangi pertumbuhan linier sepanjang jalan Mengembangkan pertokoan baru ke arah belakang dengan merencanakan jalan akses baru yang terintegrasi dengan pengembangan bangunan magnet utama Mengembangkan ruang parkir di belakang bangunan dan merencanakan bangunan toko yang menghadap ke belakang berhimpit dengan toko eksisting (double frontage) Bangunan eksisting dengan ruang pakir yang kurang memadai sehingga menyebabkan kemacetan Mengembangkan ruang di depan bangunan pertokoan sebagai ruang untuk pejalan kaki (membentuk window shopping) milik jalan, serta melokalisasi parkir melalui gerbang blok bangunan. Off street parking pada pelataran di bagian belakang blok bangunan dilakukan dengan meminimalisasi jumlah akses langsung dari jalan utama, atau dikembangkan akses bersama untuk beberapa perpetakan sehingga mampu mengurangi jumlah keluarmasuk kendaraan. Hal ini juga dilakukan agar terdapat barrier yang jelas antara areal parkir dengan daerah Off street parking selain dikembangkan dalam bentuk pelataran parkir di belakang blok bangunan juga dikembangkan dalam bentuk parkir bawah tanah, yaitu khusus untuk pengembangan perpetakan-perpetakan besar seperti kegiatan perdagangan dan jasa besar, rumah sakit, dll. Parkir di dalam bangunan ini bertujuan agar terdapat kedekatan antara titik perhentian dengan kegiatan. Dalam kaitannya dengan standar ruang parkir, setiap bangunan kegiatan diwajibkan menyediakan tempat parkir kendaraan sesuai dengan standar kebutuhan parkir, kecuali: Pada bangunan pemugaran dengan luas kurang dari 500 m2 3-21

Kawasan perdagangan, jasa dan perkantoran yang memiliki arkade dengan pola penataan pedestrian dan tidak wajib menyediakan parkir kecuali pada bangunan dengan luas lantai lebih dari 500 m2; Panduan penyediaan ruang parkir pada bangunan perdagangan dan jasa komersial serta fasilitas umum dan sosial adalah sebagai berikut. No Tabel 3.6 Ketentuan Penyediaan Ruang Parkir Kegiatan Kebutuhan Parkir Standar Kebutuhan 1 Perkantoran 1 parkir mobil Per 100 m² lantai bruto 2 Perdagangan dan jasa 1 parkir mobil Per 60 m² lantai bruto 3 Bioskop 1 parkir mobil Per 10 kursi 4 Hotel Kelas 1 & 2 1 parkir mobil Per 1 unit kamar 5 Hotel Kelas 3 1 parkir mobil Per + 10 unit kamar 6 Restoran 1 parkir mobil Per 20 m² lantai bruto 7 Pasar tingkat Wilayah 1 parkir mobil Per 200 m² lantai bruto 8 Pasar tingkat Lingkungan 1 parkir mobil Per 300 m² lantai bruto 9 Gedung Pertemuan Padat 1 parkir mobil Per 4 m² lantai bruto 10 Gedung Pertemuan Sedang 1 parkir mobil Per 10 m² lantai bruto 11 Bangunan Olah Raga 1 parkir mobil Per 15 kursi penonton 12 Rumah Sakit VIP 1 parkir mobil Per 1 tempat tidur 13 Rumah Sakit Kelas I 1 parkir mobil Per 5 tempat tidur 14 Rumah Sakit Kelas II 1 parkir mobil Per 10 tempat tidur Beberapa ketentuan teknis tentang penataan parkir di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya diatur sebagai berikut : Pada penataan parkir di pelataran yang terdiri dari tempat parkir dan sirkulasi kendaraan harus ditanam pohonpohon pelindung/peneduh minimal satu pohon setiap 75 m2 atau 4 mobil. Setiap jumlah ruang parkir minimal 30 unit harus disediakan ruang tunggu/duduk untuk supir dengan ukuran 2 x 3 m2. Penataan parkir di dalam bangunan dan di pelataran parkir harus mempertimbangkan dimensi, kemiringan dan pola sirkulasi keluar-masuk kendaraan sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik antara pejalan kaki dengan lalu-lintas kendaraan. 3-22

Bangunan/gedung parkir atau pelataran parkir yang merupakan bagian dari suatu bangunan atau penggunaan utama, maka bangunan atau pelataran parkir tersebut berfungsi sebagai penggunaan pelengkap di dalam persil maupun lingkungan. Penempatan fasilitas parkir di dalam bangunan, baik pada sebagian bangunan utama, pada besmen, maupun pada bangunan khusus parkir, ditetapkan sebagai berikut: Tinggi minimum ruang bebas struktur (head room) untuk ruang parkir adalah 2,25m. Setiap lantai parkir harus memiliki sarana untuk sirkulasi harisontal dan atau sirkulasi vertikal untuk orang dengan ketentuan bahwa tangga spiral dilarang digunakan. Lantai untuk ruang parkir yang luasnya mencapai 500 m2 atau lebih harus dilengkapi ramp naik dan turun masing-masing dua unit. Fasilitas yang harus disediakan pada parkir besmen adalah ruang tunggu supir, Toilet, Mushola, Kantin dan ruang lainnya sesuai kebutuhan. Standar kebutuhan ruang untuk parkir satu mobil ditentukan sebagai berikut: Pada posisi tegak lurus Standar parkir untuk satu mobil (sedan/van/pick up) minimum lebar 2,25 m dan panjang 4,50 m Pada posisi sejajar, Standar parkir untuk satu mobil (sedan/van/pick up) minimum lebar 2,25 m dan panjang 6,00 m, Pada posisi parkir tegak lurus satu truk minimum lebar 3,50 m dan panjang 10,00 m. 3.1.5 RENCANA SISTEM JARINGAN UTILITAS Jaringan utilitas merupakan komponen perencanaan yang bertujuan mendistribusikan jenis pelayanan jaringan dan sarana utilitas ke suluruh kawasan dan sub kawasan secara berjenjang, sehingga tercipta kualitas hunian dan kehidupan yang baik dan produktif. Pengembangan jaringan utilitas pada Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya dilakukan secara terpadu dalam satu kesatuan jaringan yaitu melalui pengembangan bawah tanah. Jaringan utilitas terpadu yang dikembangkan dalam dengan menggunakan sistem bawah tanah diantaranya jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik dan telekomunikasi. 3-23

A. Rencana Sistem Jaringan Air Bersih Jaringan air bersih dalam melayani kebutuhan masyarakat di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya terdiri dari air yang bersumber dari PDAM (ledeng), sumur gali, dan lain-lain. Tidak semua daerah di kawasan perencanaan mendapat pelayanan PDAM, yakni misalnya pada bagian utara dan selatan Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya masih menggunakan sumur gali sebagai sumber air bersih. Berdasarkan kondisi dan persoalan tersebut, maka pengembangan jaringan air bersih di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya kedepannya dilakukan sebagai berikut: Menambah jumlah sambungan langsung untuk mencapai target pelayanan penduduk 60%. Penambahan jumlah sambungan langsung dilakukan dengan cara memperluas jaringan pipa air bersih hingga ke seluruh kawasan permukiman di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya. Target pemenuhan kebutuhan pelayanan air bersih penduduk hingga 60 % pelayanan dilakukan berdasarkan perhitungan kebutuhan air bersih penduduk pada akhir tahun rencana yaitu sebagai berikut. Terkait kebutuhan air penduduk pada akhir tahun rencana, dalam skala pelayanan Kabupaten dibutuhkan penambahan kapasitas produksi total 300 liter/detik untuk melayani kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Banyuasin. Hal ini perlu dilakukan mengingat pengembangan jaringan air bersih kawasan sangat terkait dengan jaringan makro dan tidak dapat berdiri sendiri. Untuk memperluas cakupan pelayanan diperlukan perluasan jaringan pipa distribusi, dengan jalur pemasangan mengikuti ruas jalan yang ada dengan kedalaman mengikuti standar teknis pemasangan pipa. Untuk menjaga keseimbangan aliran, jaringan distribusi ini dipasang dengan sistem loop dan untuk memudahkan saat pemeliharaan/perbaikan pipa, maka pada setiap percabangan dilengkapi dengan katup/valve. Sumber air yang digunakan sebagai intake adalah sumber air yang berasal dari air sungai dengan instalasi pengolahannya, serta sumber air dari sumur dalam unit produksi tandem. Air bersih hasil olahan disalurkan melalui pipa distribusi yang dikembangkan dengan menggunakan jaringan bawah tanah, disalurkan dengan jalur pemasangan mengikuti ruas jaringan jalan yang dikembangkan pada kawasan. Pipa distribusi terbagi secara hirarkis sesuai dengan jaringan jalan pendukung. 3-24

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA 3-25

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA Tabel 3.7 Kebutuhan Air Bersih Per Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya No Blok Jumlah Penduduk (Jiwa) Kebutuhan Air Domestik +Non Domestik (Liter/dtk) 1 A 3.601 8,80 2 B 9.536 23,29 3 C 7.177 17,53 4 D 13.976 34,14 5 E 17.678 43,18 6 F 3.921 9,58 7 G 10.862 26,53 8 H 19.432 47,46 9 I 15.717 38,39 10 J 2.982 7,28 11 K 11.487 28,06 Jumlah 116.369 284,24 Sumber : Hasil Rencana, 2010 B. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan air limbah domestik di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya umumnya menggunakan sistem sanitasi setempat (on site sanitation) dengan menggunakan jamban, baik yang dikelola secara individu maupun secara komunal, yang dilengkapi dengan tangki septik (septic tank) atau cubluk. Limbah domestik yang dikelola saat ini baru yang berasal dari buangan WC, sedangkan buangan dari kamar mandi dan dapur belum dikelola sehingga ini bisa mengakibatkan pencemaran terhadap air tanah. Dimana sebagian besar penduduk di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya masih menggunakan sumber air bersihnya dari sumur gali. Berdasarkan kondisi dan persoalan tersebut, maka penanganan pembuangan air limbah untuk masa yang akan datang di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya diarahkan menjadi sistem terpusat (off site). Karena kedepannya kawasan ini merupakan kawasan pengembangan baru dan diprediksikan kawasan ini kedepannya relatif akan padat akibat dari perkembangan penduduk di kawasan internal sendiri serta juga pengaruh dari perkembangan Kota Palembang. Perkiraan timbulan limbah yang harus dikelola pada Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya adalah sebagai berikut. 3-26

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA Tabel 3.8 Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah Per Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya No Blok Jumlah Penduduk (Jiwa) Timbulan Air Limbah (m³/hari) Timbulan Lumpur Tinja (m³/hari) 1 A 3.601 315 0,29 2 B 9.536 833 0,76 3 C 7.177 627 0,57 4 D 13.976 1.221 1,12 5 E 17.678 1.545 1,41 6 F 3.921 343 0,31 7 G 10.862 949 0,87 8 H 19.432 1.698 1,55 9 I 15.717 1.373 1,26 10 J 2.982 261 0,24 11 K 11.487 1.004 0,92 Jumlah 116.369 10.169 9,31 Sumber: Hasil Rencana, 2010 C. Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan Pengelolaan sampah di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya hingga sekarang masih menggunakan TPA Karya Jaya yang terletak di Kota Palembang sebagai tempat pembuangannya. Pada umumnya penduduk di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya masih mengelola sampah secara tradisional, yakni dengan cara menimbun atau membakar. Berdasarkan kondisi dan persoalan tersebut, maka pengelolaan 3-27

persampahan di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya kedepannya dilakukan sebagai berikut: Pengembangan TPA Talang Buluh sebagai TPA regional sesuai dengan arahan dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Perkotaan Palembang. Dalam pengembangannya, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan keberadaan TPA tersebut, yaitu sebagai berikut: Perlindungan TPA melalui penyediaan kawasan penyangga TPA berupa Kawasan Ruang Terbuka Hijau di sekitar TPA. Hal ini dilakukan agar TPA tidak langsung bersinggungan dengan kegiatan permukiman penduduk. Pengembangan sistem operasionalisasi TPA dengan menggunakan sistem sanitary landfill, untuk menjaga keberlangsungan TPA serta agar TPA memiliki nilai sebagai ruang terbuka hijau kota. Pengaturan penggunaan lahan di sekitar TPA. Pola pengelolaan sampah kedepannya mulai dari pengumpulan dan pewadahan hingga pemindahan ke TPS Terpadu (TPST) untuk direduksi timbulan sampah yang ada, kemudian diangkut oleh truk sampah ke TPA Talang Buluh (lihat gambar disamping). Pengembangan pengelolaan persampahan dalam skala mikro yaitu kegiatan Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (composting) dengan pola 3R. Dengan kegiatan ini akan mengurangi sampah sebanyak 50%. Pengelolaan sampah dalam skala kawasan dikembangkan dalam bentuk pengembangan TPS Terpadu. Kegiatan pengelolaan sampah di TPS Terpadu ini antara lain meliputi pemilahan sampah, pembuatan kompos dan pengepakan bahan daur ulang. Beberapa kriteria teknis yang harus dipenuhi (sumber: Buku Pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan permukiman, oleh Direktorat Pengembangan PLP,DJCK, DPU) adalah: Untuk cakupan pelayanan mendekati 1.000 KK, dibutuhkan ukuran lahan 750-1.000 m². Permukaan air tanah di TPST > 10 m. Berada di dalam area yang memang direncanakan untuk lokasi TPS Sampah. Bebas banjir. Berada di lahan datar. 3-28

Jalan keluar/masuk ke TPST datar dan dalam kondisi baik, serta mempunyai lebat yang cukup untuk mobilisasi motor/gerobak sampah. Jarak lokasi ke permukiman lebih dari 200 m. Terletak 500 m dari jalan raya. Berdampak minimal terhadap tata guna lahan. Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat dari luar. 3-29

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA Tabel 3.9 Kebutuhan Penanganan Persampahan Per Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya No Blok Jumlah Penduduk (Jiwa) Timbulan Sampah (m³/hari) Kebutuhan TPST (Unit) 1 A 3.601 6,30 0 2 B 9.536 16,69 2 3 C 7.177 12,56 1 4 D 13.976 24,46 2 5 E 17.678 30,94 2 6 F 3.921 6,86 0 7 G 10.862 19,01 2 8 H 19.432 34,01 2 9 I 15.717 27,50 2 10 J 2.982 5,22 0 11 K 11.487 20,10 2 Jumlah 116.369 203,64 15 Sumber : Hasil Rencana, 2010 D. Rencana Sistem Jaringan Drainase Pada umumnya drainase di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya terutama di sekitar pusat kegiatan, berupa saluran terbuka dengan kontruksi pasangan batu/beton pada saluran di sisi jalan utama dan jalan lingkungan permukiman, namun drainase tersebut tidak menerus dan terputus-putus. Sedangkan daerah yang terletak dipinggiran wilayah perencanaan sebagian masih berupa saluran tanah, sehingga bila tidak terawat dengan baik akan banyak ditumbuhi rumput. Kondisi pengaliran drainase di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya umumnya lancar dan baik, kecuali di beberapa bagian saluran yang tersumbat oleh sampah dan sedimentasi. Berkaitan dengan pengembangan sejajar jaringan jalan, maka pengembangan jaringan drainase kedepannya di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya dilakukan dengan sistem saluran tertutup dengan pertimbangan akomodasi fasilitas pejalan kaki, sehingga saluran tertutup yang dikembangkan dapat dimanfaatkan sebagai sarana bagi pejalan kaki. Selain itu pengembangan jaringan drainase juga dilakukan terpadu dengan pengembangan sistem jaringan utilitas kota lainnya yang dilengkapi oleh man hole untuk mempermudah perawatan. Pengembangan jaringan drainase pada kawasan adalah sebagai berikut: Pengembangan sistem jaringan drainase sekunder selebar 1,5-2 meter pada setiap sisi jalan yang dialirinya dan disesuaikan dengan topografinya, sehingga tidak terjadi genangan di badan jalan pada saat musim hujan, yang selanjutnya dialirkan ke saluran primer atau disalurkan ke pembuangan akhir. Saluran ini merupakan saluran lanjutan dari saluran tersier, yang kuantitasnya merupakan jumlah kuantitas dari saluransaluran yang kecil. Jaringan drainase sekunder dikembangkan sejajar dengan jaringan jalan arteri primer dan arteri sekunder; 3-30

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA 3-31

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA Pembuatan sistem saluran drainase tersier selebar 0,5-1 meter yang pengembangannya saling terintegrasi dan terpadu dengan sistem jaringan drainase wilayahnya, terutama di wilayah permukiman yang belum ada jaringan drainasenya dan di wilayah permukiman baru. Saluran ini terdapat pada jalan-jalan kecil, yang menyalurkan air hujan menuju saluran yang lebih besar. jaringan drainase tersier dikembangkan sejajar dengan jaringan jalan kolektor primer dan kolektor sekunder; Pengembangan sistem saluran drainase lokal yang pengembangan jaringan ini dikembangkan sejajar dengan jaringan jalan lokal primer dan lokal sekunder. E. Rencana Sistem Jaringan Listrik Sistem jaringan listrik di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya telah hampir menjangkau seluruh wilayah. Di setiap sisi kiri dan kanan jalan dapat ditemui tiang listrik yang tersambung ke rumah-rumah. Wilayah yang masih belum terlayani oleh listrik hanya sebagian kecil, yaitu sebagian wilayah di Desa Talang Buluh. Gardu listrik untuk kawasan perencanaan berada di Kecamatan Sukamoro. Akan tetapi, dari segi pelayanan masih banyak kekurangan terlihat dari seringnya terjadi pemadaman listrik pada jam tertentu oleh PLN. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pasokan energi listrik. Oleh karena itu antisipasi yang harus dilakukan masyarakat adalah menggunakan genset untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terutama pada fasilitas-fasilitas pelayanan seperti fasilitas pendidikan, kesehatan serta perdagangan dan jasa. Dalam hal ini, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ke depan adalah penyediaan jaringan listrik pada pengembangan-pengembangan kawasan baru, yaitu: 1. Dengan adanya pembangunan ruas-ruas jalan baru, maka jaringan listrik diarahkan untuk mengikuti sejajar jaringan jalan tersebut. 2. Pengembangan kawasan-kawasan perumahan baru pada bagian utara kawasann, serta bagian selatan kawasan yang akan menjadi pusat perumahan termasuk pusat-pusat kegiatan baru (pusat komersial, pusat pemerintahan, serta pusat pelayanan fasilitas umum dan sosial). 3-32

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA 3-33

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA Pelayanan jaringan listrik di Kecamatan Talang Kelapa diperoleh dari interkoneksi jaringan listrik regional Sumatera Selatan. Alur jaringan listrik direncanakan sama dengan alur yang ada saat ini, yaitu berasal dari Pembangkit Tenaga Listrik, dialirkan melalui saluran transmisi ke Gardu Induk. Selanjutnya dialirkan kembali melalui saluran distribusi primer ke gardu distribusi untuk diteruskan ke persil-persil kegiatan melalui saluran distribusi sekunder. Pemenuhan kebutuhan listrik Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya mengikuti perkiraan kebutuhan daya listrik sebagai berikut. Tabel 3.10 Perkiraan Kebutuhan Listrik Per Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya No Blok Jumlah Penduduk Tahun 2030 Rumah Tangga Komersial Total Kebutuhan Listrik Tahun 2030 (KVA) Fasos & Fasum Penerang an Jalan Kawasan Industri Kehilang an Listrik Total Kebutuhan 1 A 3.601 810,23 81,02 40,51 121,53 1,00 52,71 1.107,01 2 B 9.536 2.145,60 214,56 107,28 321,84 7.351,00 507,01 10.647,29 3 C 7.177 1.614,83 161,48 80,74 242,22 0,00 104,96 2.204,24 4 D 13.976 3.144,60 314,46 157,23 471,69 0,00 204,40 4.292,38 5 E 17.678 3.977,55 397,76 198,88 596,63 0,00 258,54 5.429,36 6 F 3.921 882,23 88,22 44,11 132,33 0,00 57,34 1.204,24 7 G 10.862 2.443,95 244,40 122,20 366,59 0,00 158,86 3.335,99 8 H 19.432 4.372,20 437,22 218,61 655,83 0,00 284,19 5.968,05 9 I 15.717 3.536,33 353,63 176,82 530,45 0,00 229,86 4.827,08 10 J 2.982 670,95 67,10 33,55 100,64 11.734,40 630,33 13.236,97 11 K 11.487 2.584,58 258,46 129,23 387,69 1,80 168,09 3.529,83 Total 116.369 26.183,03 2.618,30 1.309,15 3.927,45 19.088,20 2.656,31 55.782,44 Sumber : Hasil Rencana 2010 F. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Penyediaan jaringan telekomunikasi terdiri atas telekomunikasi kabel dan nirkabel. Penyediaan jaringan telekomunikasi kabel diarahkan untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi pada persil-persil kegiatan, seperti pada kawasan permukiman, komersial, pemerintahan, dan fasilitas sosial dan umum. Penyediaan jaringan telekomunikasi kabel di masa mendatang direncanakan sesuai dengan kebutuhan jaringan telekomunikasi sebagai berikut. Penyediaan jaringan telekomunikasi di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya selain dalam bentuk jaringan kabel juga dalam bentuk jaringan telekomunikasi nirkabel. Penyediaan jaringan telekomunikasi nirkabel ini adalah sistem jaringan udara. Dalam hal penyediaan jaringan itu sendiri, menyesuaikan dengan perkembangan 3-34

teknologi informasi. Sedangkan dalam kaitannya dengan perencanaan tata ruang, penyediaan jaringan telekomunikasi udara ini akan berkaitan dengan penyediaan menara telekomunikasi. Dengan dikembangkannya sistem jaringan di udara, maka kebutuhan akan menara telekomunikasi terus meningkat. Penempatan menara telekomunikasi perlu memperhatikan aktifitas dan guna lahan yang ada di sekelilingnya. Selain harus memperhatikan keamanan dan keselamatan, juga harus memperhatikan unsur keindahan. Selain itu, penempatan menara telekomunikasi juga didasarkan pada jarak penerimaan sinyal telekomunikasi dan ketinggian lahan, serta diarahkan pada lokasi-lokasi yang terpisah dari kegiatan permukiman dengan jarak dan ketinggian yang dianggap aman. Tabel 3.11 Kebutuhan Sambungan Telekomunikasi Per Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya No Blok Jumlah Penduduk Tahun 2030 Total Kebutuhan Listrik Tahun 2030 (KVA) Rumah Tangga Fasos & Fasum Telepon Umum Kawasan Industri Jumlah Total 1 A 3.601 144 4 1 0 150 2 B 9.536 381 11 4 7 404 3 C 7.177 287 9 3 0 299 4 D 13.976 559 17 6 0 581 5 E 17.678 707 21 7 0 735 6 F 3.921 157 5 2 0 163 7 G 10.862 434 13 4 0 452 8 H 19.432 777 23 8 0 808 9 I 15.717 629 19 6 0 654 10 J 2.982 119 4 1 12 136 11 K 11.487 459 14 5 0 478 Total 116.369 4.655 140 47 19 4.860 Sumber : Hasil Rencana, 2010 3-35

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA 3-36

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA 3.2 RENCANA POLA RUANG 3.2.1 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG Kawasan lindung di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya yang ditetapkan adalah kawasan perlindungan setempat (meliputi kawasan sempadan sungai, sempadan rel kereta api, serta ruang terbuka hijau perkotaan), dan kawasan hutan produksi. 1) Kawasan Perlindungan Setempat Ruang yang akan difungsikan sebagai kawasan perlindungan setempat di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya yaitu ruang-ruang: Sempadan sungai yang melintasi Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya, ditetapakan 10 meter dari sisi kiri dan kanan sungai-sungai kecil yang melintasi kawasan terutama pada Kelurahan Air Batu, Sukajadi dan Tanah Mas. Dengan demikian pada ruang ini tidak dapat dikembangkan kegiatan budidaya terbangun. Sempadan rel kereta api yang melintasi di Kelurahan Air Batu, ditetapkan minimal 20 meter dari sisi kiri dan kanan rel. Dengan demikian pada ruang ini tidak dapat dikembangkan kegiatan budidaya terbangun. Hal ini juga bertujuan untuk membatasi aktivitas penduduk setempat dengan pergerakan kereta api. Ruang lainnya yang akan difungsikan sebagai kawasan lindung adalah ruang-ruang terbuka hijau kota yang bersifat publik, seperti hutan kota, taman kota (luas minimal 2.500 m²), pemakaman, jalur hijau jalan dan jalur hijau ruang pejalan kaki. Masih luasnya lahan yang dapat dikembangkan dimanfaatkan untuk menyediakan hutan kota dan taman-taman kota yang ideal dan sesuai dengan standar kebutuhan baik dari segi luasan maupun sebaran. Taman kota disediakan tergabung dengan kawasan pusat pemerintahan untuk mengakomodasi kebutuhan iklim mikro yang sejuk pada pusat pemerintahan yang diperkirakan memiliki intensitas kegiatan yang cukup tinggi. Hutan kota disediakan sebagai buffer atau penyangga bagi kawasan TPA yang berlokasi di Desa Talang Buluh. Merevitalisasi fungsi pemakaman umum sebagai ruang terbuka hijau yang dapat diakses oleh publik sebagai tempat beraktifitas di ruang terbuka. Revitalisasi fungsi pemakaman umum dilakukan dengan memperkuat unsur estetika dan visualisasi sehingga pemakaman umum menjadi tempat yang menarik untuk dimanfaatkan sebagai tempat beraktifitas di ruang terbuka. Jalur hijau di sepanjang jalur jalan-jalan utama dipertahankan dan ditingkatkan. Masih besarnya lahan pengembangan dimanfaatkan untuk mengembangkan jaringan jalan yang dilengkapi dengan jalur-jalur hijau dan jalur hijau pejalan kaki. 3-37

2) Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi ini pengembangannya didasarkan pada ketentuan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Namun demikian kawasan hutan produksi tersebut saat ini dalam kondisi tidak produktif karena potensi kayu yang rendah pasca penebangan. Rencana pengembangan kawasan hutan produksi di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya bagian utara adalah pengembangan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (RTRW Kabupaten Banyuasin 2011-2031). 3.2.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA 1. Kawasan Permukiman Secara umum tipe kawasan perumahan di Kawasaan Sukajadi dan Sekitarnya yang akan dikembangkan merupakan tipe kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi hingga rendah. Hal ini disebabkan karena kepadatan eksisting kawasan yang merupakan kawasan berkepadatan rendah, sehingga pengembangan dimasa mendatang diharapkan tetap dapat menjaga kepadatan kawasan. Selanjutnya karakteristik kepadatan ini diterjemahkan ke dalam bentuk bangunan yang akan dikembangkan di dalam blok-blok kawasan. Tipologi bentuk bangunan perumahan yang dikembangkan untuk menjaga kepadatan kawasan adalah tipologi kawasan perumahan tunggal serta juga rumah toko (ruko). Berdasarkan hal tersebut maka kawasan perumahan tunggal dikembangkan hampir di seluruh unit lingkungan. Sedangkan untuk rumah toko (ruko) dikembangkan di sepanjang koridor jalan utama pada kegiatan perdagangan dan jasa. 2. Kawasan Perdagangan dan Jasa (Komersial) Kawasan yang direncanakan menjadi kawasan perdagangan dan jasa terkonsentrasi di Kawasaan Sukajadi dan Sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan pertimbangan kondisi eksisting dimana kawasan tersebut telah tumbuh menjadi kawasan perdagangan dan jasa. Untuk ke depannya, berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kebutuhan penduduk akan berkembang seiring berjalannya waktu. Pertumbuhan penduduk dalam 20 tahun ke depan tentu menuntut adanya peningkatan ketersediaan fasilitas perdagangan P e r m u k i m a n P e r m u k i m a n R u k o R u a n g T e r b u k a R u k o P E D A G A N G I N F O R R u k o R u k o P e r m u k i m a n R u a n g T e r b u k a P e r m u k i m a n AREA PEDAGANG INFORMAL PADA RUANG ANTARA BLOK AREA KOMERSIL dan jasa. Oleh karena itu, direncanakanlah kawasan perdagangan dan jasa yang memiliki akses yang tinggi dari tempat tinggal penduduk. Kawasan yang direncanakan menjadi kawasan perdagangan dan jasa berada di sekitar pusat-pusat kegiatan sekunder dan di sepanjang koridor ruas jalan utama. D i a k o pada r t e r b u k u n i t l i n 3-38

3. Kawasan Fasilitas Pelayanan Umum dan Sosial Kawasan fasilitas sosial dan umum merupakan zona yang ditetapkan untuk melayani permukiman penduduk, yang penetapannya dalam RDTRK dijabarkan kembali ke dalam kawasan-kawasan dengan fungsi pelayanan yang berbeda, yaiu kawasan pendidikan, kawasan pelayanan kesehatan, peribadatan, sosial budaya (termasuk olahraga dan rekreasi), serta Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Penetapan kawasan fasilitas sosial dan umum pada kawasan perencanaan adalah sebagai berikut: a) Pendidikan Kawasan fasilitas pendidikan (dasar dan menengah) dikembangkan dalam penetapan zona tertentu namun dikembangkan terintegrasi dengan blok-blok kawasan perumahan berdasarkan kebutuhan jumlah penduduk pendukung sebagai berikut. Tabel 3.12 Kebutuhan Ruang Pendidikan Per Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya No Blok Jumlah Penduduk Tahun 2030 Kebutuhan Ruang Fasilitas Pendidikan (Ha) TK SD SLTP- Sederajat SMU- Sederajat Jumlah Total 1 A 3.601 0,24 0,72 0,27 0,27 1,50 2 B 9.536 0,72 2,16 0,54 0,54 3,96 3 C 7.177 0,48 1,44 0,27 0,27 2,46 4 D 13.976 1,08 3,24 0,81 0,81 5,94 5 E 17.678 1,32 3,96 1,08 1,08 7,44 6 F 3.921 0,24 0,72 0,27 0,27 1,50 7 G 10.862 0,84 2,52 0,54 0,54 4,44 8 H 19.432 1,44 4,32 1,08 1,08 7,92 9 I 15.717 1,20 3,60 0,81 0,81 6,42 10 J 2.982 0,24 0,72 0,27 0,27 1,50 11 K 11.487 0,84 2,52 0,54 0,54 4,44 Total 116.369 8,64 25,92 6,48 6,48 47,52 Sumber : Hasil Rencana, 2010 b) Kesehatan Kawasan pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah fasilitas kesehatan dalam skala melayanai kecamatan, pengembangan puskesmas kecamatan ditetapkan pada kawasan pusat pemerintahan kota agar membentuk satu pusat pelayanan yang terpadu. Sementara pengembangan fasilitas kesehatan dalam skala yang lebih kecil lagi dikembangkan secara terpadu sebagai fasilitas pendukung kawasan perumahan, yaitu berdasarkan kebutuhan penduduk pendukung sebagai berikut. Tabel 3.13 Kebutuhan Ruang Kesehatan Per Blok 3-39

No Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya Jumlah Penduduk Tahun 2030 Rumah Sakit Kebutuhan Ruang Fasilitas Kesehatan (Ha) Pusekes Puskes mas RS mas Pemban Bersalin P/BP Du Total tu 1 A 3.601 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 B 9.536 0,00 0,00 0,00 0,16 0,24 0,04 0,44 3 C 7.177 0,00 0,00 0,00 0,16 0,24 0,04 0,44 4 D 13.976 0,00 0,00 0,00 0,16 0,24 0,04 0,44 5 E 17.678 0,00 0,00 0,04 0,32 0,48 0,07 0,91 6 F 3.921 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 G 10.862 0,00 0,00 0,00 0,16 0,24 0,04 0,44 8 H 19.432 0,00 0,00 0,04 0,32 0,48 0,07 0,91 9 I 15.717 0,00 0,00 0,04 0,32 0,48 0,07 0,91 10 J 2.982 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 K 11.487 0,00 0,00 0,00 0,16 0,24 0,04 0,44 Total 116.369 0,00 0,00 0,11 1,76 2,64 0,39 4,89 Sumber : Hasil Rencana, 2010 c) Peribadatan Kawasan pelayanan peribadatan yang dimaksud adalah fasilitas peribadatan dalam skala pelayanan kecamatan. Sementara pengembangan fasilitas peribadatan masjid raya kecamatan dikembangkan di dalam kawasan pusat pemerintahan agar menjadi satu pusat fasilitas pelayanan. Sedangkan pengembangan fasilitas peribadatan dalam skala yang lebih kecil dilakukan terintegrasi dengan pengembangan kawasan perumahan, berdasarkan kebutuhan jumlah penduduk pendukung berikut. d) Sosial Budaya Kawasan atau zona sosial budaya yang dimaksud adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan sosial budaya dengan pengembangan membentuk sebuah kawasan atau zona tertentu, yang melayani dalam skala kawasan. Fasilitas sosial budaya yang akan dikembangkan di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya adalah fasilitas olahraga / rekreasi berskala kawasan di bagian selatan kawasan. Pada kawasan sosial budaya ini akan ditampung kegiatan-kegiatan gedung olahraga, kolam renang, dan lain-lain yang berada di selatan kawasan yang dihubungkan oleh koridor komersial deret (dengan pengembangan berorientasi pedestrian) sehingga kawasan fasilitas sosial budaya ini diharapkan menjadi satu kesatuan pusat pelayanan dalam suatu kawasan. e) Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Pemenuhan kebutuhan terhadap ATM merupakan suatu tuntutan masyarakat modern, dimana ATM ini sangat perlu disiapkan di setiap pusat kawasan, maupun di tempat tempat tertentu yang kiranya mempunyai nilai strategis terhadap pelayanan masyarakat. Anjungan Tunai Mandiri di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya ini akan dikembangkan di sekitar koridor kawasan perdagangan dan jasa yaitu di sepanjang jalan Lintas Timur Sumatera. Dengan lokasi tersebut, diharpakan masyarakat dapat menjangkaunya dengan mudah, baik oleh masyarakat yang hanya 3-40

melintas maupun yang melakukan transaksi, sehingga waktu yang dibutuhkan oleh masayarakat dapat lebih efesien. 4. Kawasan Ruang Terbuka Hijau Budidaya Kawasan RTH budidaya yang disediakan antara lain berupa taman-taman lingkungan yang melayani dalam skala RT/RW, ruang-ruang rekreasi, serta ruang-ruang terbuka hijau privat yang berada di dalam perpetakan. Rencana penyediaan ruang terbuka hijau budidaya adalah sebagai berikut: Kawasan budidaya perkebunan yang dikembangkan merupakan kawasan yang saat ini terletak pada Kelurahan Air Batu. Selain dari perkebunan, kawasan ini juga merupakan kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan perikanan dan peternakan. Kawasan ini direncanakan akan dikembangkan secara terpadu dengan kegiatan lainnya yang dilengkapi dengan laboratorium, rumah kaca, kebun bibit ikan dan ternak. Kawasan perkebunan ini juga dapat dijadikan sebagai fasilitas wisata agro. Pada area periferi ini ditata ruang terbuka pubik berupa jalur pedestrian yang cukup lebar yang antara lain diisi oleh pedagang informal dengan kedai-kedai sederhana tetapi didesain menarik. Dengan pengembangan kawasan perkebunan ini, diharapkan dapat : Menjaga kualitas lingkungan agar tetap dapat menjadi kawasan yang berkelanjutan. Menciptakan pertumbuhan perekonomian kawasan yang berbasiskan perekonomian lokal serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya. Mengembangkan kualitas dan kuantitas produksi perkebunan, perikanan dan peternakan agar dapat mencapai optimal. Menyediakan ruang-ruang terbuka hijau dalam skala lingkungan kecil (RT/RW), berupa taman lingkungan publik yang dapat digunakan oleh penduduk untuk beraktifitas di ruang terbuka. Penyediaan ruang terbuka hijau taman lingkungan ini disesuaikan dengan kebutuhan penduduk pendukung sebagai berikut. 3-41

No Blok Tabel 3.14 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Per Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya Jumlah Penduduk Tahun 2030 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Tahun 2030 (Ha) Taman RT Taman RW Taman Kelurahan Taman Kecamatan Total 1 A 3.601 0,36 0,18 0,11 0,07 0,72 2 B 9.536 0,95 0,48 0,29 0,19 1,91 3 C 7.177 0,72 0,36 0,22 0,14 1,44 4 D 13.976 1,40 0,70 0,42 0,28 2,80 5 E 17.678 1,77 0,88 0,53 0,35 3,54 6 F 3.921 0,39 0,20 0,12 0,08 0,78 7 G 10.862 1,09 0,54 0,33 0,22 2,17 8 H 19.432 1,94 0,97 0,58 0,39 3,89 9 I 15.717 1,57 0,79 0,47 0,31 3,14 10 J 2.982 0,30 0,15 0,09 0,06 0,60 11 K 11.487 1,15 0,57 0,34 0,23 2,30 Total 116.369 11,64 5,82 3,49 2,33 23,27 Sumber : Hasil Rencana, 2010 5. Kegiatan Industri Kegiatan-kegiatan industri yang saat ini berkembang di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya adalah industri batu bata yang merupakan industri penunjang pembangunan perumahan, industri teh botol dan industri mie hun. Seiring dengan perkembangan penduduk Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya dan perkembangan penduduk di luar kawasan (Kota Palembang), maka kebutuhan perumahan di kawasan perencanaan akan terus berkembang. Diharapkan dengan perkembangan tersebut, industri batu bata yang ada juga akan terus berkembang. 6. Kawasan Khusus Pertahanan (Militer) Kawasan khusus militer dikembangkan dengan memanfaatkan penggunaan lahan yang telah ada saat ini. Kawasan khusus militer yang berada di koridor Jalan Lintas Timur Sumatera yang terletak pada Kelurahan Sukamoro dipertahankan hingga akhir tahun rencana. 7. Kawasan TPA Talang Buluh Pengembangan kawasan TPA Talang Buluh yang terdapat di Desa Talang Buluh sesuai dengan arahan kebijakan dari Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Perkotaan Palembang sebagai TPA dalam melayani lingkup regional. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kawasan TPA Talang Buluh ini, adalah sebagai berikut : Melindungi TPA Talang Buluh melalui penyediaan kawasan penyangga TPA (buffer TPA) berupa Kawasan Ruang Terbuka Hijau di sekitar TPA. Hal ini dilakukan agar TPA tidak langsung bersinggungan dengan kegiatan permukiman penduduk serta kegiatan pertanian dan perkebunan serta kegiatan lainya. 3-42

Pengembangan sistem operasionalisasi TPA Talang Buluh dengan menggunakan sistem sanitary landfill, untuk menjaga keberlangsungan TPA serta agar TPA memiliki nilai sebagai ruang terbuka hijau kota. Pengaturan penggunaan lahan di sekitar TPA Talang Buluh, yakni tidak mengembangkan pusat-pusat kegiatan sekurang-kurangnya pada radius 500 m pada lokasi TPA. Tabel 3.15 Rencana Luas Pola Ruang Per Blok di Ibukota Kecamatan Talang Kelapa dan Sekitarnya Tahun 2030 No Blok Penggunaan Lahan Luas Area (Ha) Persentase (%) Industri 0,050 0,001 1 A Perdagangan dan Jasa 38,250 0,514 Perkebunan 1.382,440 18,592 Perumahan Kepadatan Rendah 267,340 3,595 Industri 367,550 4,943 B 2 Perdagangan dan Jasa 101,240 1,362 Perkebunan 28,430 0,382 3 C Perumahan Kepadatan Sedang 296,780 3,991 Perdagangan dan Jasa 88,610 1,192 Perumahan Kepadatan Sedang 19,910 0,268 4 D Perumahan Kepadatan Tinggi 171,350 2,304 Perdagangan dan Jasa 134,640 1,811 Kawasan Militer 9,750 0,131 5 E Perumahan Kepadatan Tinggi 290,400 3,905 Perdagangan dan Jasa 134,940 1,815 6 F Perumahan Kepadatan Sedang 148,350 1,995 Perdagangan dan Jasa 55,310 0,744 Perumahan Kepadatan Sedang 25,260 0,340 G 7 Perumahan Kepadatan Tinggi 142,170 1,912 Perdagangan dan Jasa 140,080 1,884 8 H Perumahan Kepadatan Sedang 588,440 7,914 Perdagangan dan Jasa 136,800 1,840 9 I Perumahan Kepadatan Tinggi 555,260 7,467 Perdagangan dan Jasa 163,590 2,200 Buffer TPA 57,090 0,768 Perumahan Kepadatan Sedang 17,600 0,237 J 10 Industri 586,720 7,890 Perdagangan dan Jasa 1,800 0,024 TPA 97,600 1,313 Perumahan Kepadatan Sedang 1.223,850 16,459 K 11 Industri 0,090 0,001 Perdagangan dan Jasa 164,120 2,207 Jumlah 7.436,940 100,000 Sumber : Hasil Rencana, 2010 3-43

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN SUKAJADI DAN SEKITARNYA 3-44