KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA. Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Perspektif Sejarah

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA. Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Perspektif Sejarah

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

MASYARAKAT MARITIM DI INDONESIA; KENDALA, PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORUM JASA KONSTRUKSI NASIONAL 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BINTAN

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN KEGIATAN KONFERENSI FORUM ANAK JAWA TENGAH TAHUN 2015 I. PENDAHULUAN

PROGRAM STUDI MAGISTER SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN JAKARTA

MANUAL ACARA KONGRES NASIONAL MARITIM KONASMI KOMITMEN PEMERINTAH MENUJU INDONESIA POROS INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA)

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

SEMINAR NASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

No. 109, 2007(Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4759)

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

KOMISI INFORMASI PUSAT. Jadwal Kegiatan Diskusi Terbatas Optimalisasi Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung Sekretariat Komisi Informasi

SUSUNAN ACARA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA KE-3 Demokratisasi Partai Politik Bukitinggi, 5-8 SEPTEMBER 2016

SELAMAT SIANG DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN. SYALLOM, OM SWASTIASTU,

2016, No Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan A

Tentatif Kegitan Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Di Singkawang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

Modernisme Asia Perkembangan yang Beragam di Indonesia, Philipina, dan Thailand

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

Indonesia-Afghanistan Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Kamis, 06 April 2017

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Seminar dan Lokakarya Nasional Arsitektur 2011,

Menyongsong Perspektif Baru Perlindungan Saksi dan Korban dalam Revisi Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Adapun yang menjadi tujuan diselenggarakannya Seminar Nasional dan Call For Paper ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

LAPORAN PANITIA TEMU ILMIAH NASIONAL PENELITI TAHUN 2015 Oleh : Kapuslitbang Aptika dan IKP

SEMILOKA NASIONAL. Paradigma Baru Perpustakaan Umum di Era Otonomi Daerah. Jakarta, 27 s.d. 29 April 2011

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah.

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., Ph.D (Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

(c) bahwa sumber data cuaca yang utama di lautan hanya didapat dari kapal-kapal yang sedang berlayar, pulau-pulau terpencil dan bangunan di laut; (d)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASOSIASI PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM INDONESIA (APSEII)

KONFERENSI NASIONAL MINYAK ATSIRI 2008 Industri Minyak Atsiri yang Berkelanjutan : Peluang dan Tantangan

PANDUAN PELAKSANAAN FORUM PIMPINAN PROGRAM PASCASARJANA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (LPTK) SE-INDONESIA DAN SEMINAR NASIONAL

Pertama, hal yang terkait dengan identitas ilmu politik sebagai sebuah bidang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

Tugas Perkuliahan & bobot nilai. Model Perkuliahan. Sub Pokok Bahasan. Kompetensi Khusus. Pokok Bahasan. Pertemuan ke- No.

SEMINAR & PELATIHAN PERPUSTAKAAN STT-STT ANGGOTA PERSETIA WILAYAH SUMATERA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2 diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN SAIL BUNAKEN TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

KEPPRES 146/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SUDAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara

Semiloka Peningkatan Partisipasi Publik Dalam Mendorong Penegakan Hukum Yang Sistematis (KPSL-Sumbagut)

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

Transkripsi:

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Perspektif Sejarah KONFERENSI NASIONAL SEJARAH X JAKARTA, 7 10 NOVEMBER 2016

Konferensi Nasional Sejarah X Jakarta, Indonesia 7 10 November 2016 Konferensi Nasional Sejarah X pada tahun ini akan diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerjasama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI). Setiap lima tahun, Masyarakat Sejarawan Indonesia menyelenggarakan Konferensi Nasional Sejarah yang merupakan forum berkumpulnya sejarawan dan peminat sejarah untuk membahas berbagai aspek kesejarahan baik yang berkaitan dengan pembangunan karakter bangsa maupun perkembangan ilmu sejarah itu sendiri. Konferensi Nasional Sejarah adalah kelanjutan dari Seminar Sejarah Nasional I tahun 1957 yang diselenggarakan di Yogyakarta. Konferensi Nasional Sejarah juga menghasilkan penulisan sejarah nasional mutakhir dan memproyeksikan arah penulisan sejarah nasional, terutama tema-tema baru yang belum dikaji. Konferensi Nasional Sejarah X mengusung tema Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Perspektif Sejarah. Laut adalah wilayah terluas di muka bumi dibanding daratan. Secara geografis, wilayah negara Republik Indonesia terdiri atas 2/3 berupa lautan dan 1/3 berupa daratan. Namun, kehidupan di laut dalam arti sejarah yang direkonstruksi masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan penggambaran sejarah di daratan. Perspektif sejarah kebaharian masyarakat kepulauan dapat diidentifikasi dari kemampuan pelayaran ke berbagai bagian yang luas dan dalam masa yang jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa. Dalam konteks itu tradisi pelayaran suku-suku bangsa di Nusantara telah lama dikenal memiliki kemampuan berlayar ke pantai timur Afrika dan ke bagian timur sejauh kepulauan Pasifik. Sejarah sebagai lesson learned, membuktikan bahwa negara yang menguasai laut adalah bangsa yang maju dan sejahtera. Ke depan hampir semua orang sepakat bahwa kehidupan berada di laut. Oleh karena itu, adalah penting dan strategis untuk memberikan perhatian besar terhadap laut, karena tidak hanya masalah geopolitik, yang diperebutkan negara-negara adikuasa, melainkan juga karena persoalan keterabaian dalam memperoleh sentuhan pembangunan dan kajian akademik.

Subtema: A. Jaringan Pelayaran Nusantara Para pemakalah diharapkan membahas jaringan pelayaran nusantara kawasan barat, tengah, dan timur. Dengan pendekatan sistem laut (sea system) yang menggambarkan terbentuknya jaringan pelayaran Nusantara dengan kawasan laut, yang mengelilinginya dan implikasi isu yang timbul dalam perspektif sejarah, akan merangkai benang merah makalah dalam panel ini. Makalah dengan pendekatan sistem laut dan studi komparatif ini akan menganalisis kota-kota pelabuhan dalam jaringan pelayaran Nusantara dalam talian jalur antarpulau (jarak pendek/short distance sea route) dan antarbenua (jarak panjang/long distance sea route). Convenor : 1. Susanto Zuhdi (Universitas Indonesia) 2. Didik Pradjoko (Universitas Indonesia) B. Sistem Pengetahuan dan Tradisi Bahari Para pemakalah diharapkan menguraikan dinamika sistem pelayaran di Nusantara. Bagaimanakah petunjuk bintang-bintang digunakan sebagai penunjuk arah. Perkembangan teknologi rancang bangun perahu, jenisjenis kapal, tradisi pembuatan kapal, upacara-upacara yang dilakukan sebelum dilaksanakannya pembuatan kapal, organisasi pelabuhan yang berhubungan dengan sistem kepengurusan pelabuhan mulai dari pemilik modal, syahbandar sampai anak buah kapal, sistem pemungutan bea cukai. Dalam tradisi bahari yang perlu dibahas adalah sistem budaya dan kepercayaan, kelembagaan, teknologi, sistem penyebaran masyarakat pelaut, kearifan lokal mayarakat pesisir/laut, hubungan sosial antara masyarakat di kawasaan pesisir/orang laut. 1. Mukhlis PaEni (Masyarakat Sejarawan Indonesia) 2. Agus Santoso (Arsip Nasional Republik Indonesia) C. Laut dalam Dinamika Kekuasaan Raja Laut, Orang Laut dan Bajak Laut, adalah karya A.B, Lapian sejarawan terkemuka. Dengan judul ini kelihatan ada perbenturan tiga sistem kekuasaan dalam dinamika kelautan Nusantara. Ketiganya hadir dalam peran masing-masing yang terkait dengan dinamika kehidupan dan kekuasaan di laut. Di samping kesepakatan, dan konvensi, mereka juga menerapkan aturan main (hukum) untuk mengatur mereka yang terlibat dalam kehidupan di laut. Begitu juga konflik dan dominasi ikut mewarnai hubungan antara komunitas-komunitas laut. Para pembicara

diharapkan mengulas berbagai isu terkait dengan dinamika ketiga peran itu. Convenor : 1. Anhar Gonggong (Lemhannas) 2. Mohammad Iskandar (Universitas Indonesia) D. Laut dalam Historiografi Tradisional, Sastra, dan Seni Di samping bidang ekonomi dan sosial-politik, peran penting perdagangan laut juga bisa dilihat dampaknya pada corak dan dinamika pemikiran yang tertuang dalam karya-karya sastra dan intelektual baik yang bersifat tradisional maupun modern. Syair-syair Hamzah Fansuri, seorang ulama sufi, memperlihatkan keakraban dengan laut menghasilkan keindahan yang bermakna. Di samping itu berbagai naskah berisikan undang-undang yang secara khusus dirancang untuk mengatur perdagangan laut. Dalam kehidupan modern pun, dinamika kelautan dapat menghasilkan karya sastra yang inspiratif. Demikian juga berbagai corak kesenian tradisional dan modern memperlihatkan betapa laut telah menjadi sumber inspirasi. Convenor : 1. Jajat Burhanudin (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2. Oman Fathurahman (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) E. Berita Asing tentang Alam Nusantara dalam Peralihan Zaman Wilayah kepulauan Nusantara telah menjadi perlintasan para pelaut sejak dahulu kala. Sambil merekam pengalaman dan membuat peta perjalanan, mereka juga mencatat nama-nama daerah dan tradisi masyarakat setempat. Sejalan dengan perannya sebagai penghasil komoditas utama dalam perdagangan laut internasional, alam Nusantara menjadi pusat perhatian banyak kalangan. Para pelawat dari berbagai belahan dunia Tiongkok, India, Arab, Persia dan dunia Barat melawat ke pusat-pusat perdagangan dan kekuasaan (kerajaan). Ibnu Battutta (Maroko), Marco Polo (Italia), dan Tome Pires (Portugis) adalah beberapa nama terkemuka yang meninggalkan catatan perjalanan tentang alam Nusantara. Sejak abad ke-16 Nusantara telah menjadi pusat persaingan perdagangan, penyebaran agama dan kekuasaan. Catatan tentang aktifitas mereka sampai kini menjadi sumber penting dalam rekonstruksi sejarah. Dalam sub tema ini para pembicara diminta membahas berbagai sumber dan catatan dari para pelawat dari berbagai kawasan di dunia tentang kepulauan Nusantara 1. Abdullah Dahana (Universitas Indonesia) 2. Restu Gunawan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

F. Dinamika Antardaerah dan Negara Salah satu ciri penting dari dinamika pelayaran laut ialah cairnya wilayah kekuasaan. Karena itu bisa dipahami dinamika kelautan ditentukan oleh klaim wilayah kekuasaan. Hal ini mengalami perubahan dan pergeseran ketika kolonialisme modern, telah menancapkan kekuasaannya di bumi Nusantara. Sejak masa itu bukan saja wilayah kekuasaan bahkan wilayah hukum adat laut pun dipersoalkan. Proses tersebut terus berlangsung, bahkan hingga kini menjadi motif pemekaran wilayah dan otonomi daerah. Satu hal yang penting untuk dikaji adalah bahwa dinamika antardaerah dan Negara sangat menentukan corak hubungan dan komunikasi antarmasyarakat, termasuk di dalamnya persepsi tentang pihak lain, baik secara sosial-politik maupun budaya. Sehubungan dengan itu, dalam tema ini pembicara diminta membahas berbagai hal yang berkaitan dengan dinamika hubungan antardaerah dan hubungan daerah dengan pusat. 1. Azyumardi Azra (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2. Achmad Syahid (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) G. Pemikiran Pendidikan dan Pengajaran Sejarah Budaya bahari dan negara maritim hanya bisa dipahami oleh seluruh masyarakat dengan melibatkan institusi pendidikan. Baik itu melalui pendidikan formal maupun non formal. Untuk itu dinamika pemikiran dan model-model pembelajaran sejarah mempunyai peran sangat penting dalam rangka mewujudkan bangsa yang kuat di bidang maritim. Selain itu keterlibatan publik dalam memberikan pemahaman tentang laut sebagai masa depan saat ini terus tumbuh di masyarakat. Dalam tema ini pembicara akan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan pemikiran dan pengajaran sejarah yang berkaitan dengan penguatan karakter bangsa dan pemahaman visi kelautan dari berbagai tingkatan. 1. Saleh As ad Djamhari (Universitas Indonesia) 2. S. Hamid Hassan (Universitas Pendidikan Indonesia)

TEMPAT DAN JADWAL (TENTATIF) Tempat : Hotel Sahid, Jakarta Jl. Jenderal Sudirman, No. 86, Jakarta Pusat 10220 Waktu : 7 10 November 2016 RINCIAN KEGIATAN : Senin, 7 November 2016 : Kedatangan Peserta dan Registrasi Pembukaan Laporan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sambutan Presiden Republik Indonesia sekaligus membuka konferensi Pembacaan Doa Ramah Tamah dengan Presiden Selasa, 8 November 2016 : Sarapan Pagi Sambutan Direktur Jenderal Kebudayaan Presidential Speech oleh Ketua Umum MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia) Pleno I Keynote Speaker : 1. Prof. Dr. Taufik Abdullah 2. Prof. Dr. Leonard Y. Andaya 3. Pror. Dr. Anthony Reid Pleno II Istirahat Makan Siang Kongres MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia) Business Meeting Gala Dinner Rabu, 9 November 2016 : Makan Pagi Subtema I: JARINGAN PELAYARAN NUSANTARA Subtema II: SISTEM PENGETAHUAN DAN TRADISI BAHARI Subtema III: LAUT DALAM DINAMIKA KEKUASAAN Subtema IV: LAUT DALAM HISTORIOGRAFI TRADISIONAL, SASTRA, DAN SENI Subtema V : BERITA ASING

TENTANG ALAM NUSANTARA DALAM PERALIHAN ZAMAN Subtema VI: DINAMIKA ANTARDAERAH DAN NEGARA Subtema VII: PEMIKIRAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN SEJARAH Lanjutan pembahasan Subtema I VII Perumusan Konferensi Kamis, 10 November 2016 Sarapan Pagi Penutupan 1. Pembacaan Rumusan 2. Sambutan Direktur Jenderal Kebudayaan sekaligus menutup kegiatan Pembacaan Doa