KESIMPULAN RISIKO BENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR DAN PERSIAPAN UNTUK SUB PROYEK SISTEM PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DINI DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR DAN PERSIAPAN UNTUK SUB PROYEK SISTEM PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DINI DI KABUPATEN JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 10

KERENTANAN (VULNERABILITY)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

MANUAL EVAKUASI DARURAT BENCANA BANJIR BANDANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB IV METODE PENELITIAN

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana

INDIKATOR KINERJA UTAMA DAN TARGET PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

KESIAPSIAGAAN dan MITIGASI BENCANA dalam UU No. 24 Tahun 2007

Perencanaan Evakuasi

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tempat penyimpanan barang yang cukup rentan terhadap

KELAYAKAN SISTEM EVAKUASI KAWASAN RAWAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan ciri-ciri objek atau

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo termasuk salah satu kabupaten yang sering

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

Profil dan Data Base BPBD Sleman

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KORBAN BENCANA BANJIR DI DESA CEMANI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Siaran Pers BNPB: BNPB Menginisiasi Pencanangan Hari Kesiapsiagaan Bencana Selasa, 25 April 2017

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

Manajemen Bencana. Suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman.

Matrik Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif SKPD BPBD Provinsi Banten Tahun 2014

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

BAB III VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

penelitian Pengaruh Sumber Daya Organisasi Terhadap Kesiapsiagaan Petugas BPBD Kota Langsa Mengahadapi Bencana di Kota langsa.

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR DAN PERSIAPAN UNTUK SUB PROYEK SISTEM PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DINI DI KABUPATEN JEMBER

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR

2. Apa saja yang perlu dipersiapkan di dalam merancang kegiatan sosialisasi atau pelatihan penanggulangan banjir tersebut?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BUPATI SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2013

Development of Health Preparedness Indicator. Pusat Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan Litbangkes, Kemenkes RI

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

DAFTAR ISI. Abstrak... Kata Pengantar. Ucapan Terima Kasih... Daftar Isi... Daftar Gambar.. Daftar Tabel Latar Belakang..

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DISASTER MAP. 2.1 Pengertian bencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Merapi. Ada 8 Desa yang termasuk ke dalam KRB III. Penelitian ini bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

KESIMPULAN RISIKO BENCANA Bencana terjadi karena faktor alam dan faktor manusia. Secara umum bencana menimbulkan resiko. Tinggi rendahnya resiko bencana sangat tergantung pada ancaman, kerentanan dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana tersebut. Di Jember, wilayah yang rawan bencana banjir bandang adalah Kecamatan Silo, Panti dan Sukorambi. Oleh karenanya perlu diketahui tentang tingkat resiko bencana untuk masing-masing daerah tersebut. Penelitian ini lebih memfokuskan indikator risiko bencana dari kemampuan dan kerentanan masyarakat dalam menghadapi bencana. Berikut ini indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur kerentanan dan kemampuan dalam menghadapi bencana. Indikator ini mulai dari (1) kemampuan untuk melakukan monitoring dan pengamatan, (2) kemampuan untuk memberikan peringatan dini, (3) kemampuan untuk melakukan evakuasi, (4) kemampuan untuk mempertahankan diri, (5) kepemilikan tentang pengetahuan dasar dan (6) kesadarannya / kewaspadaan yang dimiliki. Indikator tersebut diambil dari pertanyaan dari kuisioner early warning system dan kesadaran yang selanjutnya disebut parameter. Parameter dinilai dari nilai terendah hingga tertinggi dari hasil persentase jawaban responden dengan pendekatan berikut. Persentase jawaban Skor arti 0 20% 1 Sangat rendah 21-40% 2 rendah 41 60% 3 Sedang 61 80% 4 Tinggi 81 100% 5 Sangat tinggi 1

Selanjutnya, dari hasil penskoran tersebut dibuat dalam skala interval dengan meratarata hasil penskoran masing-masing parameter. Berikut ini interval dan arti hasil penskoran. Interval Arti 1,00 1,5 Sangat rendah 1,51 2,50 Rendah 2,51 3,50 Sedang 3,51 4,50 Tinggi 4,51-5 Sangat tinggi 1. Kemampuan melakukan Monitoring dan pengamatan. Dalam penyusunan laporan ini, kemampuan melakukan monitoring dan pengamatan diperinci menurut masyarakat dan pemerintah. Untuk masyarakat, indicator kemampuan dan monitoring dilihat dari pengetahuan masyarakat tentang titik rawan, kepemilikan alat pendeteksi banjir bandang, kepemilikan cara antisipasi banjir bandang, penerapan alat antisipasi dan pengetahuan lokasi aman untuk evakuasi. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata kemampuan monitoring sebesar 3,33 atau dalam kategori sedang. Kecamatan Panti dan Silo memiliki rata-rata kemampuan monitoring sebesar 3,5, sedangkan Kecamatan Sukorambi memiliki nilai kemampuan di bawahnya yaitu sebesar 3. Berikut ini nilai masing-masing parameter kemampuan monitoring dan pengamatan masyarakat. 2

Selanjutnya, kemampuan melakukan monitoring dan pengamatan untuk aparat pemerintah meliputi pengetahuan masyarakat tentang titik rawan, kepemilikan alat pendeteksi banjir bandang, kepemilikan cara antisipasi banjir bandang, penerapan alat oleh penduduk. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tingkat kemampuan melakukan monitoring dan pengamatan rata-rata sebesar 3,833 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa aparat pemerintah memiliki tingkat kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat. Kecamatan Panti memiliki tingkat kemampuan lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Silo dan Sukorambi dengan rata-rata berturut-turut adalah 4,5; 3,5; 3,5. Berikut ini nilai masing-masing parameter dalam indikator kemampuan melakukan monitoring dan pengamatan untuk aparat pemerintah. 3

2. Kemampuan untuk Melakukan Peringatan Dini Sama seperti kemampuan untuk monitoring dan pengamatan, indikator kemampuan untuk melakukan peringatan dini juga dirinci menurut masyarakat dan aparat pemerintah. Indikator kemampuan mengambil keputusan untuk melakukan peringatan dan pemberitahuan didekati dengan beberapa parameter sebagai berikut. Kejelasan bunyi tanda peringatan, petugas informasi peringatan bahaya banjir bandang, kondisi dan fungsi alat peringatan:baik, paham dengan arti peringatan alat, cara peringatan jika terjadi banjir badang. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kemampuan rata-rata masyarakat mengambil keputusan untuk melakukan peringatan dini sebesar 3,83 atau dalam kategori tinggi. Namun hanya dua daerah saja yang memiliki kategori di atas rata-rata tersebut yaitu Kecamatan Silo dan Kecamatan Panti dengan rata-rata 4,00; 4,00; sedangkan daerah Kecamatan Sukorambi sebesar 3,5. 4

Selanjutnya untuk aparat pemerintah, kemampuan memberikan peringatan dini meliputi beberapa parameter kejelasan bunyi tanda peringatan, petugas informasi peringatan bahaya banjir bandang, kondisi dan fungsi alat peringatan, paham dengan arti peringatan alat, cara peringatan jika terjadi banjir bandang. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata nilai kemampuan memberikan peringatan dini aparat sebesar 3,5 dengan nilai terbesar untuk Kecamatan Sukorambi, Silo dan Panti masingmasing sebesar 3,75; 3,5 dan 3,25. Berikut ini masing-masing kemampuan memberikan peringatan dini. 5

3. Kemampuan Melakukan Evakuasi Indikator kemampuan melakukan evakuasi dapat dilihat dari pengetahuan dari lokasi yang aman dijadikan evakuasi, terdapat peta atau rambu petunjuk evakuasi,mengetahui daya tampung lokasi evakuasi, terdapat pencatatan pengungsi di lokasi evakuasi, terdapat kegiatan pertolongan korban di lokasi evakuasi, sarana prasarana di lokasi evakuasi terpenuhi. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata kemampuan melakukan evakuasi di daerah penelitian sebesar 3,39 atau masuk dalam kategori sedang. Selanjutnya Kecamatan Panti memiliki kemampuan lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Silo dan Sukorambi dengan persentase masing-masing adalah 4,00; 3,67 dan 2,5. 6

Selanjutnya, kemampuan melakukan evakuasi untuk aparat terdiri dari beberapa parameter antara lain tahu lokasi yang aman dijadikan lokasi evakuasi, terdapat peta atau petunjuk evakuasi, mengetahui daya tampung lokasi evakuasi, terdapat pencatatan pengungsi di lokasi evakuasi, terdapat kegiatan pertolongan korban di lokasi evakuasi, sarana prasarana di lokasi evakuasi terpenuhi. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata kemampuan melakukan evakuasi pemerintah sebesar 3,39 termasuk dalam kategori sedang. Kecamatan Panti memiliki kemampuan paling besar dengan nilai sebesar 4,00 diikuti dengan Kecamatan Silo dan Sukorambi masing-masing sebesar 3,67 dan 2,5. 7

4. Kemampuan Mempertahankan Diri Parameter yang digunakan untuk mengukur kemampuan mempertahankan diri antara lain cara mengantisipasi banjir bandang, penerapan antisipasi banjri bandang, penerapan pemecahan permasalahan, adanya kegiatan pertolongan dalam evakuasi, pengetahuan prosedur penyelamatan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ratarata kemampuan mempertahankan diri sebesar 2,33 termasuk dalam kategori rendah. Rata-rata kemampuan mempertahankan diri di Kecamatan Panti sebesar 4 masuk dalam kategori tinggi paling tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Silo dan Sukorambi masing-masing 2,00 dan 1,00. Berikut ini nilai parameter masing-masing kemampuan mempertahankan diri. 8

5. Pengetahuan Dasar tentang Bencana Banjir Bandang Pengetahuan dasar banjir bandang dirinci menurut parameter beberapa parameter antara lain pengetahuan tentang tanda-tanda banjir bandang, pengetahuan penyebab banjir bandang, pengetahuan jarak rumah ke lokasi banjir bandang. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata pengetahuan dasar tentang banjir bandang dan kesadaran sebesar 4,77, termasuk dalam kategori sangat tinggi. Selanjutnya, kecamatan Panti dan Silo memiliki pengetahuan dasar 5 sedangkan Kecamatan Sukorambi memiliki memiliki nilai sebesar 4,7. Secara lengkap nilai masingmasing parameter dapat dilihat dalam grafik berikut. 9

Aparat pemerintah memiliki nilai pengetahuan yang sama dengan masyarakat sebesar 4,77 dengan nilai Kecamatan Panti dan Silo sebesar 5 sedangkan Kecamatan Sukorambi sebesar 4,33. Berikut ini nilai masing-masing parameter pengetahuan dasar aparat pemerintah. 10

6. Kesadaran Menghadapi Bencana Banjir Bandang Indikator Kesadaran menghadapi banjir bandang diukur dengan tiga parameter antara lain Kesiapan jika terjadi banjir bandang lagi, adanya kegiatan pada kondisi normal dan adanya keikutsertaan dalam simulasi. Pembahasan kesadaran diperinci menurut masyarakat dan aparat pemerintah. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ratarata kesadaran di wilayah penelitian sebesar 3,22 masuk dalam kategori sedang. Nilai kesadaran tertinggi terdapat di Kecamatan Panti sebesar 4, diikuti Kecamatan Silo sebesar 3,33 dan Kecamatan Sukorambi sebesar 2,33. Berikut ini tingkat kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana. 11

Selanjutnya, untuk aparat pemerintah tingkat kesadaran memiliki rata-rata sebesar 4,13 dengan tingkat kesadaran tertinggi di Kecamatan Panti 4,57 termasuk dalam kategori tertinggi diikuti Kecamatan Silo dengan nilai 4,35 dan Kecamatan Sukorambi sebesar 3,48. 12

Kemampuan Masyarakat dan Aparat dalam Menghadapi Bencana Kemampuan menghadapi bencana merupakan rata-rata dari masing-masing indicator. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata kemampuan masyarakat menghadapi bencana sebesar 3,47 termasuk dalam kategori sedang. Kecamatan Panti memiliki rata-rata sebesar 4,08 atau masuk dalam kategori tinggi sedangkan kecamatan Silo sebesar 3,47 masuk dalam kategori sedang dan Kecamatan Sukorambi sebesar 2,86 dalam kategori sedang juga. Oleh karenanya, untuk kecamatan Silo dan Sukorambi perlu peningkatan kemampuan menghadapi bencana. 13

Sukorambi Di lain pihak, rata-rata kemampuan aparat dalam menghadapi bencana banjir bandang di tiga wilayah penelitian sebesar 3,93 termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai tertinggi pada Kecamatan Panti sebesar 4,26, diiukti dengan Kecamatan Silo dan Sukorambi masing-masing sebesar 4,00 dan 3,51. Dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan aparatnya relatif sama antar tiga wilayah tersebut. Berikut nilai kemampuan masing-masing wilayah penelitian. 14

Secara garis besar disimpulkan bahwa kemampuan masyarakat Panti paling tinggi dalam menghadapi bencana banjir bandang, diikuti dengan Kecamatan Silo dan Sukorambi. Sedangkan kemampuan aparat pemerintah di tiga wilayah penelitian relatif sama. 15