HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

HUBUNGAN POLA ASUH GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKARAN KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

Julita Nainggolan, dr. Remi Zuraida, M.Si Fakultas Kedokteran Universitas Lampung No. Telpon:

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG ANAK BADUTA (12-24 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) yang di lakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

DAFTAR PUSTAKA. Agus.M K Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2002). mempengaruhi status gizi diantaranya adalah faktor langsung: konsumsi

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Dalam menciptakan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

DAFTAR PUSTAKA. Adisasmito W, Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

50 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN DI DESA TEGALARUM KECAMATAN BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat baik dari segi sosial,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB 1 PENDAHULUAN. makan dengan ciri makanannya. Pola makan ini dipengaruhi oleh beberapa hal,

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Data yang diperoleh dari Puskesmas Modayag Barat tahun 2011 didapatkan data mengenai pemantauan status gizi pada anak balita khususnya di Desa Bongkudai yaitu ada yang berstatus gizi kurang berjumlah 3 anak, dan gizi lebih ada 19 anak. Hal ini masih perlu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dan pola asuh dengan status gizi anak balita di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat. Penelitian ini adalah jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional / potong lintang. Seluruh anak balita yang berumur 12-59 bulan di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat dan yang dijadikan sampel adalah 117 balita. Hipotesis diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dan pola asuh dengan status gizi anak balita berdasarkan BB/U. Hasil penelitian dengan menggunakkan pengukuran BB/U sebagian besar status gizi anak balita baik (61,5%). Hasil analisis data menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi, begitu juga pada pola asuh sikap memberi makan dan merawat anak dengan status gizi tidak ada hubungan bermakna, sedangkan pada praktek memberi makan dan merawat anak dengan status gizi terdapat hubungan bermakna. Kata Kunci : Tingkat pendapatan keluarga, pola asuh, status gizi, anak balita PENDAHULUAN Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu proses yang panjang dan berkesinambungan, harus dimulai sejak dini, yaitu sejak manusia masih dalam kandungan. Dalam mempersiapkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil, produktif dan kreatif yang akan meneruskan pembangunan bangsa harus lebih memperhatikan aspek tumbuh kembang balita, sehingga dalam jangka panjang tercipta kesehatan bangsa Indonesia secara nyata (DepKes RI, 2010). Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi secara kompleks. Ditingkat rumah tangga, keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga menyediakan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup serta pola asuh yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, perilaku dan keadaan kesehatan rumah tangga. Salah satu penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah akibat pola asuh anak yang kurang memadai (Soekirman, 2005). Tingkat pendapatan keluarga sangat mempengaruhi tercukupi atau tidaknya kebutuhan primer, sekunder, serta perhatian dan kasih sayang yang akan diperoleh anak. Hal tersebut tentu berkaitan erat dengan jumlah saudara dan pendidikan orang tua. Pendapatan Keluarga mencakup data sosial seperti keadaan penduduk suatu masyarakat, keadaan keluarga, pendidikan, keadaan perumahan. Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan, kekayaan, pengetahuan dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim (Supariasa dkk, 2002). Pola asuh merupakan faktor yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Masa anak usia balita adalah masa di mana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup memadai. Kekurangan gizi 55

pada masa ini dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan dibawa terus sampai dewasa. Masa anak usia 12-59 bulan (balita) adalah masa anak-anak yang masih tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya. Oleh karena itu pengasuh kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangat penting untuk perkembangan anak (Santoso, 2005). Status gizi sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan balita. Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan balita, balita dengan gizi kurang atau buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, nantinya mereka tidak mampu bersaing (Anonim, 2007). Data yang diperoleh dari Puskesmas Modayag Barat tahun 2011 didapatkan data mengenai pemantauan status gizi pada anak balita khususnya di Desa Bongkudai yaitu ada yang berstatus gizi kurang berjumlah 3 anak, dan gizi lebih ada 19 anak. Berdasarkan uraian masalah-masalah yang telah dikemukakan, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui tentang hubungan tingkat pendapatan keluarga dan pola asuh dengan status gizi balita. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian ini bersifat observasional analitik, dengan menggunakan rancangan cross-sectional (studi potong lintang). Penelitian ini dilakukan di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat pada bulan Mei Agustus 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak balita yang berumur (12-59 bulan), subjek dari penelitian ini adalah anak balita dan yang menjadi responden adalah ibu balita di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat yang berjumlah 165 balita. Dengan menggunakan rumus (Yamane dalam Notoatmodjo, 1993) telah didapat besar sampel adalah 117 anak balita. Responden adalah ibu balita. PEMBAHASAN 1. Karateristik Subjek Penelitian Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 117 anak balita. Berdasarkan hasil yang ada paling banyak berumur 24-35 bulan. Dalam menentukan status gizi faktor umur sangat penting, baik untuk melihat kondisi status gizi seorang anak (Supariasa dkk, 2002). Anak anak biasanya menderita bermacam-macam infeksi penyakit serta berada dalam status gizi rendah (Suhardjo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 109 orang (94%). Pekerjaan orang tua terutama ibu sangat penting, karena pola asuh dari seorang ibu sangat mempengaruhi status gizi seorang anak. Ibu yang bekerja dirumah alokasi waktunya lebih baik dari pada ibu yang bekerja di luar rumah, karena semakin pendek waktu asuh kepada anak, maka semakin sedikit waktu ibu mengasuh dan memberikan hal terbaik kepada anak. Tingkat pendidikan dari orang tua juga sangat mempengaruhi status gizi, dimana makin tinggi tingkat pendidikan orang tua, makin baik pula status gizi anaknya, karena orang tua terutama ibu berperan juga dalam pola asuh (Soekirman, 2000) dan berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan ibu lebih banyak SLTA 2. Tingkat Pendapatan Keluarga Tingkat pendapatan keluarga menunjukkan sebanyak 88 keluarga (75,2%) dengan tingkat pendapatan tinggi Rp.1.250.000, dan sebanyak 29 keluarga (24,8%) dengan tingkat pendapatan rendah. Rata-rata pekerjaan kepala keluarga adalah wiraswasta. Menurut Suhardjo (1986) dalam Sarah (2006), keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu merupakan faktor yang kurang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan kaluarga. 3. Status Gizi Status gizi yang baik penting bagi kesehatan dan kesejahteraan setiap orang. Seseorang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat penting yang diperlukan tubuh. Proses pertumbuhan seorang anak terdiri atas dua proses yang tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi salah satunya yaitu proses pertumbuhan yang ditandai oleh semakin besarnya ukuran tubuh yaitu berat badan dan tinggi badan (Santoso 56

dan Rianti, 2004). Klasifikasi status gizi digunakan Z-skor BB/U sebagai batas ambang kategori. Standar Deviasi Unit (Z-score) digunakan untuk meneliti dan memantau pertumbuhan serta klasifikasi status gizi. Kecepatan pertumbuhan anak merupakan kecepatan genetic masing-masing anak, yang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian BB/U terdapat sebesar 7,7% memiliki status gizi buruk, 23,1% memiliki status gizi kurang dan 66,2% yang memiliki status gizi baik. Dampak dari status gizi yang kurang baik akan mengganggu perkembangan dan pertumbuhan fisik balita, seperti balita yang menderita KEP. Pada umumnya penderita KEP terjadi marasmus dan kwashiorkor. Apabila keadaan ini tidak segera mendapat perhatian maka menyebabkan kematian pada penderita KEP. 4.Hubungan Antara Tingkat Pendapatan dengan Status Gizi Berdasarkan hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi dengan indeks BB/U didapat bahwa pada keluarga dengan pendapatan rendah Rp.1.250.000 berstatus gizi baik sebanyak 53 orang. Sedangkan pada keluarga dengan pendapatan tinggi >Rp.1.250.000 yang berstatus gizi baik ada 19 orang. Jika dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Spearman, ternyata tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi anak balita. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novalin (2007), bahwa pendapatan keluarga bukan merupakan faktor yang berhubungan status gizi anak balita, namun ada faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap status gizi anak balita. Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarah (2008), menunjukkan bahwa ada pengaruh pendapatan keluarga terhadap status gizi anak balita. Artinya, dengan pendapatan keluarga yang besar maka balita pasti akan mendapatkan gizi yang baik pula. Menurut Sajogyo,dkk (1994) dalam Sarah (2006), hal ini dapat disebabkan pada keluargakeluarga dengan pendapatan tinggi kurang baik dalam mengatur belanja keluarga. Ada juga 57 keluarga-keluarga yang membeli pangan dalam jumlah sedikit memilih jenis pangan yang dibeli berakibat kurangnya mutu dan keragaman pangan yang diperoleh, sehingga dapat mempengaruhi keadaan gizi anak. 5. Hubungan Sikap Merawat Anak Dengan Status Gizi Berdasarkan hasil analisis statistik yang digunakan, sikap dalam merawat anak balita diperoleh hasil sikap merawat yang baik sebanyak 91,5% dan 8,5% sikap yang cukup. Hasil Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap merawat anak dengan status anak balita. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2006), bahwa orang tua yang memiliki sikap merawat anak yang baik akan mendapatkan status anak yang baik pula. Didalam keluarga pengetahuan dan sikap ibu yang tanggap serta peduli terhadap pertumbuhan dan perkembangan balitanya sangat diperlukan terutama dalam memilih dan menetukan jenis serta jumlah makanan yang akan dikonsumsi agar balita dini sudah mengenal dan terbiasa untuk mengkonsumsi makanan yang baik dan bergizi. Menurut walgito (2003) dalam Mardiana, sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Jadi, jika seorang ibu mempunyai sikap yang baik terhadap gizi akan melahirkan perilaku yang baik pula dalam meningkatkan status gizinya, namun pada kenyataannya seringkali sikap tidak sejalan dengan tindakan. Seperti dalam hal menyediakan kebutuhan pangan bagi keluarga, ibu yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik, sikap yang baik belum tentu dapat menyediakan kebutuhan gizi keluarga dengan optimal, kadang-kadang faktor ekonomi, kondisi sosial budaya di masyarakat menjadi penghambat dalam memenuhi kebutuhan gizi tubuh. 6.Hubungan Sikap Memberi Makan Anak dengan Status Gizi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap memberi makan anak dengan status gizi. Sikap memberi makan yang baik ada sebanyak 102 orang (87,2%) dan

yang cukup ada sebanyak 15 orang (12,8%). Hal ini disebabkan oleh peran orang tua dalam sikap memberi makan anak balita, ini juga dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pangan dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air bersih didalam rumah. Secara teori menurut Husaini (2007) menjelaskan bahwa budaya juga mempengaruhi bagaimana cara memberi makan kepada anak. Ada budaya yang mengharuskan orangtua mengontrol makanan anak sering memaksa anak makan. Cara ini kurang baik, karena dapat membuat anak takut makan atau sebaliknya makan banyak sehingga kegemukan. Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Agar orang tua mampu melakukan fungsinya dengan baik, maka perlu memahami tingkatan perkembangan anak, menilai pertumbuhan atau perkembangan anaknya dan mempunyai motivasi yang kuat untuk memajukan tumbuh kembang anak, mempunyai pengetahuan cukup mengenai tumbuh kembang anak. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2007) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna pada sikap memberi makan dengan status gizi. 7.Hubungan Praktek Merawat Anak dengan Status Gizi Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan hubungan praktek merawat anak dengan status gizi balita didapatkan yang memiliki praktek merawat anak yang baik sebanyak 33 orang (47%), cukup sebanyak 29 (24,8%) dan kurang sebanyak 55 orang (28,2%). Jika dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Spearman, ternyata terdapat hubungan yang signifikan antara praktek merawat anak dengan status gizi anak balita. Ada banyak faktor yang mempengaruhi status gizi dan faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan dan penyakit seperti telah dijelaskan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini sesuai dengan hail penelitian yang dilakukan oleh Wuisan (2005) yaitu terdapat hubungan yang signifikan atau 58 bermakna antara sikap merawat anak dengan status gizi walaupun tingkat keeratan hubungannya tergolong sangat rendah. 8.Hubungan Praktek Memberi Makan dengan Status Gizi Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktek memberi makan dengan status gizi. Berdasarkan tabel 4.12 yang memiliki praktek memberi makan yang baik terdapat 45 orang (38,5%), cukup terdapat 35 orang (29,9%) dan yang kurang terdapat 37 orang (31,6%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Suryani (2007) yaitu ada hubungan antara praktek memberi makan dengan status gizi anak balita, dimana semakin baik praktek memberi makan anak semakin besar pula peluang anak balitanya. Situasi makan dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makan, ada anak yang diberi makan secara teratur setiap hari, makan pada tempat yang nyaman, dan anak makan dengan tertib. Sebaliknya ada pula anak yang diberi makan semaunya, sambil jalan-jalan, sambil bermainmain, dan tergantung kepada pengawasan ibu atau pengasuh. Akibatnya anak akan terbiasa sulit untuk makan, berhamburan, atau akan banyak makanan yang tidak dihabiskan. Program peningkatan pengasilan harus pula disertai dengan perubahan pola asuh di dalam keluarga berencana membuat ibu-ibu lebih jarang melahirkan anak sehingga lebih banyak waktu tersedia untuk kegiatan-kegiatan lain. Mendidik ibu-ibu terhadap perkembangan anaknya akan meningkatkan konsumsi sehingga dapat meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa (Anwar, 2009). KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat disimpulkan bahwa: 1. Anak balita di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat yang berstatus gizi baik sebanyak 69,2%, kurang sebanyak 23,1% dan buruk sebanyak 7,7%.

2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi anak balita di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat. 3. Tidak terdapat hubungan antara sikap merawat anak dengan status gizi anak balita di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat. 4. Tidak terdapat hubungan antara sikap memberi makan dengan status gizi anak balita di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat 5. Terdapat hubungan antara praktek merawat anak dengan status gizi anak balita di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat, dimana semakin baik praktek merawat anak dengan status gizi semakin baik pula gizi anak balitanya. 6. Terdapat hubungan antara praktek memberi makan anak balita dengan status gizi anak balita di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat, dimana semakin baik praktek memberi makan pada anak semakin besar pula peluang anak balitanya untuk menjadi gizi baik. SARAN 1. Bagaimanapun pendapatan keluarga, hendaknya orang tua khususnya ibu tetap berusaha memperhatikan asupan makanan bagi anaknya baik kualitas maupun kuantitas. 2. Disarankan kepada ibu untuk tetap memperhatikan asupan gizi anak, baik asupan energi maupun protein, selain itu perlu juga peningkatan kesadaran ibu dengan diberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan agar dapat memperbaiki status gizi anak yang buruk. Dalam hal ini menyangkut tentang sikap merawat anak dan sikap memberi makan anak balita. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita. DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Pengenalan Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Anonim. 2010. Tingkat pendapatan keluarga. Jakarta Arisman, MB. 2004. Gizi Dalam daur Kehidupan. EGC: Jakarta Azwar A. 2006. Kecenderungan Masalah gizi dan tantangan di Masa Datang. (online), (http:www.gizi.net/makalah/makalah %202.pdf) Departemen Kesehatan RI. 2010. Program Kelangsungan hidup dan perkembangan Anak Ditinjau Dari Peningkatan Penggunaan ASI dan Pembinaan Tumbuh Kembang AnakI. Jakarta: DepKes RI. Husaini M. A. 2007. Peranan Gizi dan Pola Asuh Dalam Meningkatkan Kualitas Tumbuh Kembanga Anak Iriyanto dan Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup sehat. Yrama Widya. bandung Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Grafindo Persada. Jakarta Mardiana. 2005. Hubungan Perilaku Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. FKM USU. Medan Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk 2. Jakarta: PT. Bhtara Niaga Media. Nadesul H.. 1995. Cara Sehat Mengasuh Anak. Puspa Swara. Jakarta Notoatmodjo S. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta Novalina S. Nadapdap. 2007. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Anak Balita di Kelurahan Ketang Baru Kecamatan Singkil. FK UNSRAT. Skripsi Profil Desa. 2012. Profil Desa Bongkudai. Bongkudai: Kantor Desa Bongkudai Purba R.B. 2005. Buku Ajar Program Implementasi dan Evaluasi Program Gizi Jilid I. Program Perbaikan Gizi Makro Departemen Kesehatan R.I. Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat 59

Santoso, S. dan Ranti L.A. 2004. Kesehatan dan Gizi. PT.Rineka Cipta: Jakarta Santoso, S. dan Ranti L.A. 2005. Kesehatan dan Gizi. PT.Rineka Cipta: Jakarta Sarah. M. 2008. Skripsi. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. FKM USU. Medan Sediaoetama. 2004. Ilmu Gizi Jilid I. PT.Dian Rakyat: Jakarta Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Soekirman. 2005. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Soetjiningsih, Ranuh, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara: Jakarta Suhardjo. 2006. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara: Jakarta Suhardjo. 2008. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara: Jakarta Supariasa, Bakri dan Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta Sulistijani A.D. 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Puspa Swara. Jakarta Suryani. 2007. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi Balita. FK UNSRAT. Skripsi Soetjaningsih dan Ranuh Gde. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta Wuisan F.E. 2005. Hubungan Pola asuh Dengan Status Gizi Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tatelu. FK UNSRAT. Skripsi 60