Gambar 1. Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

Ditulis oleh Administrator Minggu, 25 Desember :15 - Terakhir Diperbaharui Senin, 09 Januari :16

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

Katalog BPS :

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

Sulawesi Tenggara. Tugu Persatuan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

Daftar Tabel. Halaman

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PROFIL PEMBANGUNAN BANTEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PROFIL PEMBANGUNAN SULAWESI TENGGARA

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA RESMI STATISTIK

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

PROFIL PEMBANGUNAN BALI

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Transkripsi:

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2012 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografis dan Demografi A. Letak Geografis dan Batas Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Secara geografis terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan di antara 02 45'-06 15' Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur di antara 120 45'-124 45' Bujur Timur. Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi NTT di Laut Flores, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku di Laut Banda dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan di Teluk Bone. Gambar 1. Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 11

B. Luas Wilayah Sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara (75 persen atau 110.000 km²) merupakan perairan (laut). Sedangkan wilayah daratan, mencakup jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan beberapa pulau kecil, adalah seluas 38.140 km² (25 persen). Secara administrasi, Provinsi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2013 terdiri atas 11 (sebelas) wilayah Kabupaten dengan terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur yaitu (Kabupaten Buton, Muna, Konawe, Kolaka, Konawe Selatan, Wakatobi, Bombana, Kolaka Utara, Buton Utara, Konawe Utara dan Kolaka Timur) dan 2 (dua) wilayah kota, (Kota Kendari serta Kota Bau-Bau). Persentase dan luas masing-masing wilayah tersebut bisa dilihat pada Gambar 2 di bawah ini Gambar 2. Persentase Luas Wilayah Sulawesi Tenggara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013 C. Penggunaan Tanah Peta topografi menunjukkan bahwa Sulawesi Tenggara umumnya memiliki permukaan tanah yang bergunung, bergelombang berbukit- Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 12

bukit. Diantara gunung dan bukit-bukit, terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian. keadaan permukaan tanah wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Permukaan tanah pegunungan seluas 1.868.860 ha telah digunakan untuk usaha. Tanah ini sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut dan pada kemiringan tanah yang mencapai 40 derajat. Kondisi batuan di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara ditinjau dari sudut geologis, terdiri atas batuan sedimen, batuan metamorfosis, dan batuan beku. Dari ketiga jenis batuan tersebut, yang terluas adalah batuan sedimen seluas 2.579,79 ha (67,64 persen). Dari jenis tanah, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki sedikitnya enam jenis tanah, yaitu tanah podsolik seluas 2.299.729 ha atau 60,30 persen dari luas tanah Sulawesi Tenggara, tanah mediteran seluas 898.802 ha (23,57 persen), tanah latosol seluas 349.784 ha (9,17 persen), tanah organosol seluas 116.099 ha (3,04 persen), jenis tanah alluvial seluas 129.569 ha (3,40 persen) dan tanah grumosol seluas 20.017 ha (0,52 persen). D. Perairan (Sungai dan Laut) Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai yang melintasi hampir seluruh kabupaten/kota. Sungai-sungai tersebut pada umumnya potensial untuk dijadikan sebagai sumber energi, untuk kebutuhan industri, rumah tangga dan irigasi. Daerah aliran sungai, seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) Konaweha, melintasi Kabupaten Kolaka, dan Konawe. DAS tersebut seluas 7.150,68 km² dengan debit air rata-rata 200 m³/detik. Bendungan Wawotobi yang menampung aliran sungai tersebut, mampu mengairi persawahan di daerah Konawe seluas 18.000 ha. Selain itu, masih dapat dijumpai banyak aliran sungai di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan debit air yang besar sehingga berpotensi untuk pembangunan dan pengembangan irigasi seperti: Sungai Lasolo di Kabupaten Konawe, Sungai Roraya di Kabupaten Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 13

Bombana (Kecamatan Rumbia, dan Poleang), Sungai Wandasa dan Sungai Kabangka Balano di Kabupaten Muna, Sungai Laeya di Kabupaten Kolaka, dan Sungai Sampolawa di Kabupaten Buton. Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki perairan (laut) yang sangat luas. Luas perairan Sulawesi Tenggara diperkirakan mencapai 110.000 km². Perairan tersebut, sangat potensial untuk pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena disamping memiliki bermacam-macam jenis ikan dan berbagai varietas biota, juga memiliki panorama laut yang sangat indah. Berbagai spesies ikan yang banyak ditangkap nelayan dari perairan laut Sulawesi Tenggara adalah: Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang dan masih banyak lagi jenis ikan yang lain. Di samping ikan, juga terdapat hasil laut lainnya seperti: Teripang, Agar-agar, Japing-Japing (kerang mutiara), Kerang Lola (Trochusniloticus), Mutiara dan sebagainya. Sulawesi Tenggara merupakan daerah wisata bahari. Di sebelah Tenggara terdapat Taman Nasional Wakatobi yang memiliki potensi sumberdaya alam laut yang bernilai tinggi baik jenis dan keunikannya, dengan panorama bawah laut yang menakjubkan. Taman nasional ini memiliki 25 buah gugusan terumbu karang dengan keliling pantai dari pulaupulau karang sepanjang 600 km. Lebih dari 112 jenis karang dari 13 famili diantaranya Acropora formosa, A.hyacinthus, Psammocora profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia robusta,merulina ampliata, Platygyra versifora, Euphyllia glabrescens, Tubastraea frondes, Stylophora pistillata, Sarcophyton throchelliophorum, dan Sinularia spp. E. Tipe Iklim Sulawesi Tenggara memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Musim Kemarau terjadi antara Bulan Juni dan September, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 14

Sebaliknya Musim Hujan terjadi antara Bulan Desember dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah Tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April - Mei dan Oktober - November. Curah hujan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, orografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Hal ini menimbulkan adanya perbedaan curah hujan menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Di wilayah Sulawesi Tengara, curah hujan yang lebih dari 2.000 mm pertahun, meliputi wilayah sebelah Utara garis lurus Kendari-Kolaka dan bagian Utara Pulau Buton dan Pulau Wawonii. Sedangkan wilayah dengan curah hujan kurang dari 2.000 mm pertahun, meliputi wilayah sebelah Selatan garis lurus Kendari-Kolaka dan wilayah kepulauan di sebelah Selatan dan Tenggara jazirah Sulawesi Tenggara. Tinggi rendahnya suhu udara dipengaruhi oleh letak geografis wilayah dan ketinggian dari permukaan laut. Sulawesi Tenggara yang terletak di daerah khatulistiwa dengan ketinggian pada umumnya di bawah 1.000 meter, sehingga beriklim tropis. Pada Tahun 2009, suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 30ºC - 35ºC, dan suhu minimum rata-rata berkisar antara 22ºC -25ºC. F. Demografi Hasil Sensus Penduduk 2011, jumlah penduduk Sulawesi Tenggara adalah sebesar 2.227.775 Jiwa, yang terdiri dari 1.144.153 laki-laki dan 1.132.867 perempuan. Kolaka, Kendari dan Muna adalah 3 Kabupaten/Kota yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah 321.506 Jiwa, 295.737 Jiwa, dan 273.616 Jiwa. Distribusi penduduk Sulawesi Tenggara, untuk wilayah daratan paling banyak terkonsentrasi di Kabupaten Kolaka yaitu sebesar 14,11 persen dan terkecil di Kabupaten Konawe Utara yaitu sebesar 2,31 persen. Sedangkan di wilayah kepulauan paling banyak terkonsentrasi di Kabupaten Muna Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 15

yaitu sebesar 12,02 persen dan terkecil di Kabupaten Buton Utara yaitu sebesar 2,46 persen. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 1. Jumlah Penduduk Sulawesi Tenggara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007-2011 No Kabupaten Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 1 Buton 275,666 279,546 284,627 255,712 260,801 2 Muna 243,379 246,004 248,461 268,277 273,616 3 Konawe 224,345 228,706 233,080 241,982 246,798 4 Kolaka 278,829 281,450 287,246 315,232 321,506 5 Konawe Selatan 237,918 240,053 244,046 264,587 269,853 6 Bombana 108,231 109,883 111,481 139,235 142,006 7 Wakatobi 99,492 101,475 103,423 92,995 94,846 8 Kolaka Utara 94,497 111,418 118,386 121,340 123,755 9 Buton Utara 48,184 45,760 46,635 51,533 52,560 10 Konawe Utara 44,887 45,760 46,635 51,533 52,560 11 Kota Kendari 251,477 254,236 260,867 289,966 295,737 12 Kota BauBau 124,609 127,743 130,862 136,991 139,717 Jumlah 2,031,514 2,072,034 2,115,749 2,229,383 2,273,755 Sumber: BPS Prov. Sultra Tahun 2013 Dengan luas wilayah Sulawesi Tenggara sekitar 38.140 kilo meter persegi yang didiami oleh 2.230.569 Jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Sulawesi Tenggara adalah sebesar 58,48 Jiwa per kilometer persegi. Daerah yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Kendari sebesar 978,30 Jiwa per kilometer persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Konawe Utara yakni sebesar 10,55 Jiwa per kilometer persegi. Pertumbuhan Penduduk Sulawesi Tenggara selama sepuluh Tahun terakhir, Tahun 2000-2010 sebesar 2,07 persen per Tahun, Lebih besar jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan Penduduk Nasional sebesar 1,49 persen. Laju pertumbuhan Penduduk Kota Kendari merupakan yang tertinggi di Sulawesi Tenggara yakni sebesar 3,52 persen, diikuti Kabupaten Bombana sebesar 3,29 persen dan Kabupaten Kolaka Utara sebesar 2,88 persen. Sedangkan yang terendah di Kabupaten Wakatobi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 16

yakni sebesar 0,33 persen, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini: Gambar 3. Persentase Distribusi Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013 2.1.2. Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah A. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan dari Tahun ke Tahun di atas pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional. Tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara mencapai 7,27 persen, kemudian pada Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi meningkat mencapai 7,57 persen.. Selanjutnya pada Tahun 2010 mencapai 8,19 persen dan pada Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara mencapai 8,68 persen. Untuk Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi sudah mencapai 10,41 persen masih di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 17

mencapai posisi kedua dari 33 (tiga puluh tiga) provinsi di Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut ini : Tabel 2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 NO SEKTOR EKONOMI TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 36.44 35.02 33.16 31.71 30.52 2 Pertambangan dan Penggalian 4.60 4.28 5.09 6.08 7.76 3 Industri Pengolahan 7.62 6.43 7.13 6.93 6.36 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.87 0.93 0.93 0.93 0.98 5 Konstruksi/Bangunan 7.40 7.72 7.99 8.56 8.79 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 16.26 17.45 18.02 18.62 19.09 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8.46 9.26 9.34 9.21 8.98 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5.38 5.30 5.44 5.93 5.97 9 Jasa-Jasa 12.97 13.61 12.89 12.03 11.56 PDRB Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 b. Laju Inflasi 7.27 7.57 8.19 8.68 10.41 Inflasi yang tinggi merupakan salah satu fenomena dalam perekonomian yang dapat menekan daya beli masyarakat dan menurunkan pendapatan rill masyarakat. Inflasi dapat dilihat dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK). Dalam beberapa Tahun terakhir inflasi Sulawesi Tenggara cenderung berada diatas rata-rata inflasi nasional. Hal ini tentu saja berdampak negatif pada jalannya roda perekonomian. Laju inflasi dalam kurun waktu Tahun 2008-2012 cenderung mengalami ketidakstabilan yang ditunjukkan dengan fluktuasi laju inflasi pada tingkat satu hingga dua digit. Inflasi tertinggi terjadi pada Tahun 2008, yakni sebesar 15,88 persen (per November 2008) dan lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional yang mencapai 11,06 persen. Namun pada Tahun 2009 inflasi cukup terkendali hingga mencapai 4,60 persen dan mencapai 4,29 persen Tahun 2010 dan pada Tahun 2011 inflasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 18

mencapai 5,09 persen dan pada Tahun 2012 tingkat inflasi mencapai 4,03 persen. Tingkat inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini: Gambar 4. Laju Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 c. PDRB Per Kapita PDRB per kapita merupakan ukuran kemakmuran suatu wilayah. PDRB per kapita Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan atas Dasar Harga Berlaku maupun Harga Konstan (2000), terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2008 pendapatan per kapita Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 4,65 Juta, kemudian pada Tahun 2009 mencapai 4,91 Juta. Pada Tahun 2010 dan Tahun 2011 pendapatan perkapita masyarakat Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan mencapai 5,15 Juta dan 5,49 Juta dan pada Tahun 2012 meningkat mencapai 6,04 Juta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini pendapatan perkapita masyarakat Sulawesi Tenggara atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 19

Tabel 3. Pendapatan Perkapita Masyarakat Sulawesi Tenggara Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku Tahun 2008-2012 No Uraian Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 1 PRDB Perkapita ADH Berlaku 10,335,160 11,704,610 12,548,270 13,905,820 15,526,330 2 PRDB Perkapita ADH Konstan 4,659,810 4,912,780 5,153,420 5,498,630 6,046,900 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 d. Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara periode 2008-2012 cenderung mengalami penurunan. Pada Tahun 2008 jumlah penduduk miskin mencapai 435.930 orang, Tahun 2009 turun menjadi 434.340 orang (18,93%), kemudian pada Tahun 2010 turun menjadi 400.700 orang (17,05%). Selanjutnya jumlah penduduk miskin semakin berkurang pada Tahun 2012 sebesar 300.425 orang (13,06%) bila dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai 224.280 orang (14,61%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 4. Total dan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 No Uraian Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 1 Tingkat Penduduk Miskin (%) 19.53 18.93 17.05 14.61 13.06 2 Total Penduduk Miskin (Orang) 435,930 434,340 400,700 334,280 30,425 3 Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan (Orang) 27,200 26,190 22,180 28,330 29,560 4 Jumlah Penduduk Miskin Perdesaan (Orang) 408,730 408,150 378,520 305,950 27,470 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 20

2. Kesejahteraan Sosial a. Pendidikan a) Angka Melek Huruf (AMH) Prosentase Angka Melek Huruf (AMH) di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan sejak usia 45 Tahun. Provinsi Sulawesi Tenggara menempati fase tertinggi dibanding dengan provinsi lain di wilayah sulawesi dalam hal kesenjangan AMH antara laiki-laki dan perempuan. Pada kelompok usia 45 hingga 60 Tahun ke atas. Jumlah AMH di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan data berbasis profil pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2010, menunjukkan bahwa AMH 15 Tahun ke atas mengalami peningkatan dari Tahun ke Tahun. Pada Tahun 2004, AMH sebesar 90,70 persen, dan pada Tahun 2011 AMH sudah mencapai 92,50 persen. AMH penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2011 ditunjukan pada gambar 5 berikut. Gambar 5. Angka Melek Huruf Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2011 Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 21

b) Indeks Rata-Rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah di Sulawesi Tenggara relatif lebih baik dari angka nasional. Selain diatas rata-rata nasional, angka rata-rata lama sekolah Sulawesi Tenggara perkembangannya seiring dengan perkembangan tingkat nasional. Pada tahun 2010, rata-rata lama sekolah di Sulawesi Tenggara adalah 8,1 tahun atau berada pada peringkat ke-16 tertinggi, atau ke-2 tertinggi di Pulau Sulawesi setelah Sulawesi Utara. Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami kemajuan dari Tahun ke Tahun, dimana pada Tahun 2005 mencapai 7,6 Tahun dan meningkat pada Tahun 2008 mencapai 7,74 Tahun. Kemudian pada Tahun 2009 mencapai 7,90 Tahun dan Tahun 2010 mencapai 8,11 Tahun. Hal ini menunjukan penduduk hanya tamat sekolah dasar dan berpendidikan lanjutan tingkat pertama di kelas 1 (satu). Oleh karena itu kebijakan yang tepat perlu dilakukan untuk mengajak penduduk usia sekolah agar bersekolah. Strategi yang dapat dilakukan dapat melalui pembangunan sekolah-sekolah di darah terpencil, penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya sekolah dan melalui pembebasan biaya sekolah untuk masyarakat miskin. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 6. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Sulawesi Tenggara Tahun 2005-2010 Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 22

c) Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI mengalami peningkatan dari Tahun ke Tahun. Indikator penting keberhasilan pendidikan ditunjukkan oleh semakin membaiknya angka partisipasi murni (APM) dan angka partisipasi kasar (APK). Perkembangan APM dan APK mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah satu faktor keberhasilannya adalah kebijakan pembebasan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas, meliputi sekolah negeri, swasta dan keagamaan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 5. Capaian APM Sekolah Dasar hingga Menengah Atas di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 Indikator 2008 2009 2010 2011 2012 APM SD/MI (%) 93,07 93,81 95,52 96,24 97,20 APM SMP/MTs 69,40 71,13 76,78 81,02 85,72 APM SM/MA 44,26 47,66 50,96 51,00 53,81 Sumber : Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2013 Peningkatan APK dan APM ditunjang dengan pembangunan infrastruktur pendidikan seperti pembangunan gedung sekolah yang dilengkapi dengan laboratorium dan perpustakaan. Selama Tahun 2008 hingga Tahun 2011 telah terbangun 3.652 unit gedung sekolah mulai dari SD hingga SMA dan sederajat. d) Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka partisipasi kasar SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA mengalami peningkatan setiap Tahunnya, hal ini menandakan semakin membaiknya sektor pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam hal partisipasi dalam mengikuti pendidikan wajib belajar maupun pendidikan lanjutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini: Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 23

Gambar 7. Angka Partisipasi Kasar SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2012 b. Kesehatan Derajat kesehatan merupakan indikator utama pembangunan sumberdaya manusia. Selama kurun waktu lima tahun 2007-2012, pelayanan kesehatan adalah merupakan salah satu kegiatan unggulan yang termasuk dalam program pokok BAHTERAMAS. Pelaksanaan pembebasan biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap ting pertama di puskesmas sampai dengan rawat jalan dan rawat inap tingkat lanjut dengan fasilitas kelas III di RSUD Kabupaten/Kota, dengan rujukan tertinggi di RSUD provinsi. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 67,2 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,1 tahun pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian ibu dari 92 kasus pada tahun 2007 menjadi 69 kasus pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian bayi+neonatal dari 518 kasus pada tahun 2007 menjadi 429 kasus pada tahun 2011, dan menurunnya kasus gizi buruk dari 2.662 kasus pada tahun 2007 menjadi 508 kasus pada tahun 2011. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 24

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 67,2 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,1 tahun pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian ibu dari 92 kasus pada tahun 2007 menjadi 69 kasus pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian bayi+neonatal dari 518 kasus pada tahun 2007 menjadi 429 kasus pada tahun 2011, dan menurunnya kasus gizi buruk dari 2.662 kasus pada tahun 2007 menjadi 508 kasus pada tahun 2011. Adapun kecenderungan pencapaian indikator aspek kesejahteraan disajikan seperti pada Tabel berikut. Umur harapan hidup waktu lahir sangat berpengaruh pada penurunan kematian bayi. Oleh karena itu umur harapan hidup sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin kenaikan angka harapan hidup pada waktu lahir dan penurunan AKB. Meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Usia Harapan Hidup di proyeksikan meningkat dari 69,29 tahun 2007 menjadi 70,01 tahun 2011. Angka kelangsungan Hidup Bayi memberikan gambaran kemampuan seorang anak dalam periode usia dibawah 12 bulan. Angka kelansgungan hidup merupakan indikator yang memberikan gambaran tingkat kesejahteraan masyarakat. Angka ini selain memberikan gambaran kondisi ekonomi juga memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas khususnya pada ibu hamil. Hasil estimasi yang dilakukan berdasarkan SDKI tahun 2007 dan laporan kematian bayi menunjukan bahwa AKHB di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan yakni dari 959 per 1000 KH menjadi 965 per 1000 KH. Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan menunjukan penurunan drastis yakni dari 2662 kasus tahun 2007 turun menjadi 508 kasus tahun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 25

2011. Semua kasus yang ditemukan telah diintervensi dan beberapa diantaranya dirujuk ke Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan. Jumlah kasus kematian ibu dalam 5 tahun terakhir menunjukan penurunan yakni dari 92 kasus tahun 2007 menjadi 69 kasus tahun 2011. Kasus kematian bayi dan anak balita menunjukan penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun pada awal RPJMD ini (Tahun 2007). Kasus kematian Bayi turun dari 518 kasus menjadi 429 kasus. Begitu pula kasus kematian anak balita turun dari 151 kasus menjadi 126 kasus. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan untuk menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan anak diantaranya peningkatan kapasitas tenaga, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan balita penanganan komplikasi neonatal, deteksi dini tumbuh kembang bayi serta kegiatan yang sifatnya dukungan manajemen. Umur harapan hidup waktu lahir sangat berpengaruh pada penurunan kematian bayi. Oleh karena itu umur harapan hidup sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin kenaikan angka harapan hidup pada waktu lahir dan penurunan AKB. Meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Usia Harapan Hidup di proyeksikan meningkat dari 69,29 tahun 2007 menjadi 70,01 tahun 2011. Angka kelangsungan Hidup Bayi memberikan gambaran kemampuan seorang anak dalam periode usia dibawah 12 bulan. Angka kelansgungan hidup merupakan indikator yang memberikan gambaran tingkat kesejahteraan masyarakat. Angka ini selain memberikan gambaran kondisi ekonomi juga memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas khususnya pada ibu hamil. Hasil estimasi yang dilakukan berdasarkan SDKI tahun 2007 dan laporan kematian bayi menunjukan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 26

bahwa AKHB di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan yakni dari 959 per 1000 KH menjadi 965 per 1000 KH. Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan menunjukan penurunan drastis yakni dari 2662 kasus tahun 2007 turun menjadi 508 kasus tahun 2011. Semua kasus yang ditemukan telah diintervensi dan beberapa diantaranya dirujuk ke Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan. Jumlah kasus kematian ibu dalam 5 tahun terakhir menunjukan penurunan yakni dari 92 kasus tahun 2007 menjadi 69 kasus tahun 2011. Kasus kematian bayi dan anak balita menunjukan penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun pada awal RPJMD ini (Tahun 2007). Kasus kematian Bayi turun dari 518 kasus menjadi 429 kasus. Begitu pula kasus kematian anak balita turun dari 151 kasus menjadi 126 kasus. Lebih jelasnya capaian indikator bidang kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 6. Capaian Indikator Bidang Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 Angka Harapan Hidup (thn) Angka Kelangsungan Hidup Bayi Jumlah Kasus Kematian Ibu Jumlah Kasus Kematian Bayi 69,29 69,46 69,63 69,80 70,01 959 960,2 961,4 962,6 963,8 92 80 55 74 66 518 422 518 587 429 Jumlah kematian balita 151 141 212 250 126 Jumlah Kasus Gizi Buruk 2662 1137 1246 938 508 Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 27

c. Ketenagakerjaan Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2012 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk 15 Tahun ke atas yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Tahun 2012, jumlah penduduk yang bekerja mencapai 975.879 orang, mengalami penurunan bila dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai 1.026.548 orang. Struktur penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, di mana pada Tahun 2012 jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan sektor lainnya (bangunan, angkutan, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air minum dan lembaga keuangan) mengalami penurunan. Sedangkan sektor industri, perdagangan, RM dan sektor jasa mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam penyerapan tenaga kerja. Pekerja yang berstatus buruh/karyawan dan pekerja keluarga/tidak dibayar memiliki jumlah tertinggi dibandingkan dengan status pekerjaan yang lain yaitu sebesar 535.709 orang (52,19 %). Selama periode Februari 2012 sampai dengan Agustus 2012 terjadi pergeseran status pekerjaan dimana terjadi penurunan jumlah pekerja yang berstatus berusaha sendiri sebesar 6.954 orang (3,46%), berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 12.418 orang (5,41%) dan pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar 13.459 orang (5,31 %). Sementara status pekerjaan yang mengalami peningkatan yaitu berusaha dibantu buruh tetap sebesar 72 orang (0,23 %), buruh/karyawan sebesar 28.183 orang (10,53%), pekerja bebas pertanian sebesar 6.471 orang (59,29%), dan pekerja bebas non pertanian sebesar 6.519 orang (26,34%). Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 28

Tabel 7. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Menurut Status Pekerjaan Prov. Sultra Tahun 2007-2012 No Uraian Tahun (Capaian) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan: a Pertanian 512,140 524,491 467,268 527,066 467,200 399,425 b Industri Pengolahan 54,233 58,067 56,482 51,163 51,782 63,469 c Konstruksi/Bangunan 33,675 30,741 42,103 32,385 d Perdagangan, Hotel & Restoran 127,469 134,752 141,035 153,502 169,917 180,974 e Pengangkutan & Komunikasi 48,663 47,686 55,252 48,921 f Jasa-Jasa 102,412 98,624 110,430 142,004 175,356 176,526 g Lain-Lain* 11,010 10,724 60,459 29,230 162,293 155,485 2 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan: a Sektor Formal (Agustus) 202,319 192,550 230,292 278,499 326,590 321,220 Berusaha dibantu buruh tetap 26,488 24,834 22,335 31,074 30,799 33,501 Buruh/karyawan 175,831 167,716 207,957 247,425 295,791 287,719 b Sektor Informal (Agustus) 692,282 730,568 720,584 719,179 699,958 654,659 Berusaha sendiri 172,505 154,674 171,118 163,476 194,145 176,429 Berusaha dibantu buruh tidak dibayar 255,624 260,831 239,841 244,732 217,239 203,647 Pekerja bebas dipertanian 10,854 22,344 12,402 12,845 17,385 55,903 Pekerja bebas di non pertanian 11,831 21,361 22,433 18,572 31,271 Pekerja tidak dibayar 241,468 271,358 274,790 279,554 239,918 218,680 Sumber: BPS Prov. Sultra Tahun 2013 Dari tujuh kategori status pekerjaan, dapat diidentifikasi 2 kelompok utama terkait kegiatan ekonomi formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, yang menunjukan perkembangan yang meningkat hal ini menunjukan semakin terbukanya lapangan kerja. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu, yang menunjukan penurunan setiap tahunnya. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 29

B. Aspek Pelayanan Umum 1. Fokus Layanan Urusan Wajib a. Pendidikan a) Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS jenjang usia pendidikan dasar di Sulawesi Tenggara tergolong cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lain kecuali Provinsi Sulawesi Utara, baik pada jenjang pendidikan SD/MI maupun SMP/MTs. Berdasarkan persentase APS tersebut belum dapat dikatakan bahwa upaya pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara dalam pencapaian target wajib belajar 9 tahun telah tercapai karena sebagian besar antar kabupaten masih mempunyai kesenjangan yang relatif tinggi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 8. APS SD/MI dan APS SMP/MTs di Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 Sumber : Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2013 Persentase angka melanjutkan berfluktuasi dan angka dropout pada tingkat pendidikan dasar cenderung menurun pada seluruh provinsi di Sulawesi dan umumnya kedua rasio tersebut berada di atas rata-rata nasional. Angka melanjutkan pada tingkat SD dan SMP Provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah mencapai 100 persen tetapi angka dropout paling Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 30

tinggi mencapai 4 persen pada jenjang pendidikan dasar. Secara umum Provinsi Sulawesi Tenggara tingkat dropout berada di bawah rata-rata nasional. b) Rasio Murid dan Guru Sama dengan Propinsi lainnya di Sulawesi, ratio siswa per kelas pada kisaran stabil kurang dari 30 siswa. Di Sulawesi Tenggara ratio tersebut belum mengarah pada perkembangan peningkatan atau penurunan tetapi cenderung berfluktuasi baik SD/MI, SMP/MTS maupun SMA/MA dan selaras dengan ratio secara nasional. Tabel 8. Ratio Murid dan Guru SD, SMP, MPS di Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 1 SD/MI a. Jumlah Guru 24.743 25.175 26.089 26.818 b. Jumlah Murid 335.526 336.737 345.678 348.734 c. Rasio 7.37 7.48 7.55 7.69 2 SMP/MTs a. Jumlah Guru 9.117 9.904 10.133 11,062 b. Jumlah Murid 116.992 112.549 114.724 118.408 c. Rasio 8.80 8.83 9.34 8.80 3 SMTA/SMK a. Jumlah Guru 7.363 8.015 8.498 8.467 b. Jumlah Murid 82.433 83.532 87.045 92.594 c. Rasio 8.93 9.60 9.76 9.14 Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2013 c) Angka Putus sekolah Angka putus sekolah (DO) di Sulawesi Tenggara masih tinggi pada tingkat SMA dan Angka Melanjutkan dari SMP ke SMA/SMK Masih paling rendah diantara provinsi di Sulawesi. Angka putus sekolah pada tingkat SMA di Sulawesi Tenggara masih diatas rata-rata nasional. Sementara pada jenjang pendidikan SD dan SMP, angka putus sekolah sudah dibawah 2 persen, dan masih dibawah rata-rata nasional. Sementara itu, untuk angka melanjutkan sekolah dari SD ke SMP, provinsi Sulawesi Tenggara adalah provinsi dengan angka melanjutkan paling Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 31

tinggi diantara provinsi di Sulawesi, namun angka melanjutkan sekolah dari SMP ke Sekolah Menengah (SMA/SMK) terhitung terendah di Sulawesi. Gambar 9. Angka Putus Sekolah Antar Provinsi di Sulawesi dan Nasional Tahun Anggaran 2009/2010 Sumber: Laporan PEA-World Bank, 2012 b. Kesehatan a) Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Pembangunan fasilitas kesehatan di Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu Tahun 2007 hingga Tahun 2011 meningkat pesat, terutama yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat seperti Puskesmas Keliling mencapa133 unit (184,7%) dari 72 Unit tahun 2007 menjadi 205 unit tahun 2011, Polindes/Poskesdes 450 unit dari 536 Unit tahun 2007 menjadi 986 Unit Tahun 2011 (84,0%) dan Posyandu 628 unit dari 2241 unit tahun 2007 menjadi 2.869 unit tahun 2011. Pembangunan sarana kesehatan tersebut signifikan dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat seperti dikemukakan terdahulu.secara rinci pembangunan fasilitas kesehatan di Sulawesi Tenggara disajikan pada Tabel berikut ini. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 32

Tabel 9. Perkembangan Pembangunan Fasilitas Kesehatan di Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Sarana Kesehatan 2007 2008 2009 2010 2011 RS Umum (Pemerintah+ swasta) 16 20 20 16 25 Rumah Sakit Jiwa 1 1 1 1 1 Rumah Bersalin 0 6 1 2 7 Puskesmas Perawatan 63 66 66 68 71 Puskesmas Non Perawatan 144 141 157 172 177 Puskesmas Keliling 72 129 437 107 205 Puskesmas Pembantu 518 589 586 491 499 Polindes dan poskesdes 536 414 755 902 986 Posyandu 2.241 2.701 2.822 2.876 2.869 Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 Indikator yang digunakan untuk menilai ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan meliputi ratio posyandu persatuan balita, ratio Puskesmas, poliklinik dan Pustu persatuan penduduk dan ratio Rumah Sakit Persatuan Penduduk. Hal ini dijelaskan pada tabel berikut Tabel 10. Ketersediaan sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan Per Satuan Penduduk Sarana Kesehatan 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Puskesmas 172 207 223 240 248 Rasio Puskesmas per 30.000 2,5 2,99 3,16 3,2 3,34 Penduduk Jumlah Puskesmas Pembantu 471 589 586 491 499 Raio Pustu per 10.000 penduduk 2,32 2,8 2,7 2,2 1,9 Jumlah Posyandu 2.406 2.701 2.822 2.886 2.902 Rasio Posyandu dalam 1000 balita 11,6 11,6 11,9 11,4 12,9 Jumlah RS 21 21 21 25 25 Rasio RS 150.000 penduduk 1,6 1,5 1,5 1,7 1,7 Jumlah TT 1.032 1.163 141 1.607 1.811 Rasio TT terhadap 1.500 0,8 0,9 1 1,1 1,2 penduduk Jumlah TT Kelas III 660 710 799 908 943 Rasio terhadap 1500 penduduk sasaran jamkesmas +Bahteramas 0,7 0,7 0,8 0,9 1 Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 33

Pada tabel dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan rasio dokter spesialis dari 2,31 padat tahun 2007 menjadi 3,07 tahun 2011 (4per 100.000), begitu pula dokter umum meningkat dari 9,94 menjadi 19,5 (standar 25 per 100.000 penduduk). Kondisi ini memberikan gambaran bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara masih memhutuhkan tenaga medis, dan bila hal ini tidak segera dipenuhi maka implikasinya adalah kualitas pelayanan kesehatan masyarakat tidak terjamin. Ketersediaan tenaga kesehatan di luar dokter juga menunjukan perbaikan, ratio bidan meningkat dari 32,6 per 100.000 penduduk menjadi 78,1 (standar 75 per 100.000 penduduk). Begitu pula tenaga kesehatan lainnya juga menunjukan peningkatan. Berdasarkan ratio tersebut, Provinsi Sulawesi Tenggara, perlu memberikan perhatian terhadap keberadaan tenaga-tenaga sanitasi, farmasi dan perawat yang belummemenuhi standar kebutuhan. Di Provinsi Sulawesi Tenggara rasio Posyandu terhadap Desa adalah 1,36, yang artinya terdapat Desa yang memiliki 2 Posyandu. Bila di bandingkan dengan jumlah Balita dapat dijelaskan bahwa rata-rata setiap Posyandu memiliki 86 89 balita atau dengan kata bahwa sampai dengan tahun 2012 Rasio Posyandu per 1000 balita 12. Pencapaian ini sudah cukup baik, karena dalam satu Posyandu idealnya 100 orang balita. Dengan demikian indeks rasio capaian kinerja sudah diatas >100. Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat Rasio Puskesmas per 30000 penduduk yang cenderung semakin baik yakni dari setiap 12.000 satu Puskesmas menjadi 7.500 orang setiap Puskesmas. Begitu pula bila dibandingkan dengan standar menurut Kementerian Kesehatan RI (1 : 30.000 penduduk) dapat dijelaskan bahwa ketersediaan Puskesmas bukan merupakan hambatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 34

Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat Rasio Puskesmas Pembantu per 10000 penduduk yang cenderung semakin baik yakni rata-rata setiap Pustu memiliki sasaran penduduk 3000 5000 orang. Begitu pula bila dibandingkan dengan standar menurut Kementerian Kesehatan RI (1 : 10.000 penduduk) dapat dijelaskan bahwa ketersediaan Puskesmas Pembantu bukan merupakan hambatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Ketersediaan Rumah Sakit diukur dengan Rasio terhadap penduduk atau per 150.000 penduduk. Berdasarkan hasil evaluasi, dari aspek kuantitatif ketersesediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan bukan masalah. Hal ini dijelaskan bahwa Rasio rumah sakit terhadap penduduk (per 150000 penduduk) memiliki nilai >1,0, yang artinya keberadaan rumah sakit sudah diatas ambang batas minimal menurut Kementerian Kesehatan. Namun demikian, permasalahan yang sedang dihadapi saat ini adalah kualitas pelayanan kesehatan. Begitu pula ketersedia TT Kelas III, menunjukan perbaikan yakni dari 0,8 per 1500 penduduk menjadi 1,2 per 1500 penduduk. Kondisi ini menunjukan bahwa permasalahan ketersediaan tempat tidur, secara kuantitif sudah dapat ditanggulangi. b) Cakupan Penyediaan Tenaga Kesehatan Jumlah tenaga yang bekerja di pelayanan kesehatan terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2007 jumlah tenaga kesehatan sebanyak 3.851 orang menjadi 6.980 tahun 2011, terjadi penambahan sebanyak 3129 orang (81,3%). Persentase Penambahan yang paling besar adalah tenaga farmasi sebesar 193,6%, Bidan sebesar 124,3% dan dokter umum sebesar 119,8%. Perkembangan jumlah Tenaga Kesehatan di Sulawesi Tenggara disajikan pada Tabel berikut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 35

Tabel 11. Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara, Tahun 2007 2011 Tenaga Kesehatan 2007 2008 2009 2010 2011 Dokter Spesialis 47 51 54 60 70 Dokter Umum 202 300 299 352 444 Dokter Gigi 58 78 77 85 110 Perawat 2.017 3.069 2.999 3.153 3.365 Bidan 662 1.144 1.244 1.500 1.485 Tenaga Farmasi dan Apoteker 157 124 155 199 461 Ahli Gizi 385 443 507 576 581 Tenaga Sanitasi 323 421 491 489 464 Total 3.851 5.630 5.826 6.414 6.980 Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 Sehubungan dengan ketersediaan tenaga kesehatan dapat dijelaksan melalui indikator seperti berikut pada Tabel Berikut Tabel 12. Rasio Keadaan Tenaga per 100.000 penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 No Tenaga Kesehatan 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Dokter Spesialis 47 51 54 60 70 1. Rasio Dokter Spesialis (4 Per-100.000 2,31 2,4 2,55 2,69 3,07 Pddk) 2. Jumlah Dokter Umum 202 300 299 352 444 Rasio Dokter (25 Per-100.000 Pddk) 9,94 14,4 14,12 15,77 19,5 Jumlah Dokter Gigi 58 78 77 85 131 3. Rasio Dokter Gigi (6 Per-100.000 2,31 3,75 3,63 3,81 5,75 Pddk) 4. Jumlah Perawat 2.017 3.069 2.999 3.153 3.349 Rasio Perawat (158 Per-100.000 99,3 147 141,6 141,2 147 5. Jumlah Bidan 662 1.144 1.244 1.500 1.779 Rasio Bidan (75 Per-100.000 Pddk) 32,6 55,4 58,7 67,2 78,1 6. Rasio Tenaga Farmasi dan Apoteker 157 124 155 199 477 Rasio Tenaga Kefarmasian (28 Per- 100.000 Pddk) 2,7 2,6 4,1 6,1 20,9 7. Jumlah Ahli Gizi 385 443 507 576 581 Rasio Ahli Gizi (25 Per-100.000 Pddk) 19 21,3 23,9 25,8 25,5 8. Jumlah Tenaga Sanitasi 323 421 491 489 464 Rasio Tenaga Sanitarian (30 Per- 100.000 Pddk) 15,9 29,3 23,2 21,9 20,4 Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 36

Pada tabel dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan rasio dokter spesialis dari 2,31 padat tahun 2007 menjadi 3,07 tahun 2011 (per 100.000), begitu pula dokter umum meningkat dari 9,94 menjadi 19,5 (standar 25 per 100.000 penduduk). Kondisi ini memberikan gambaran bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara masih memhutuhkan tenaga medis, dan bila hal ini tidak segera dipenuhi maka implikasinya adalah kualitas pelayanan kesehatan masyarakat tidak terjamin. Ketersediaan tenaga kesehatan di luar dokter juga menunjukan perbaikan, Rasio bidan meningkat dari 32,6 per 100.000 penduduk menjadi 78,1 (standar 75 per 100.000 penduduk). Begitu pula tenaga kesehatan lainnya juga menunjukan peningkatan. Berdasarkan Rasio tersebut, Provinsi Sulawesi Tenggara, perlu memberikan perhatian terhadap keberadaan tenaga-tenaga sanitasi, farmasi dan perawat yang belummemenuhi standar kebutuhan. c) Cakupan Pelayanan Kesehatan Dalam rangka mengurukur keberhasilan capaian pelayanan kesehatan ada beberapa indikator yang digunakan yang meliputi indikator pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pebaikan gizi, Pengendalian Penyakit, Pelayanan kesehatan masyarakat miskin, dan pemberdayaan masyarakat. Cakupan pelayanan ibu hamil berkualitas (K4) meningkat dari 70,75% tahun 2007 menjadi 82,09% tahun 2011. Begitu pula cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayananibu nifas, penanganan komplikasi dan peserta KB aktif juga menunjukan peningkatan. Kunjungan neonatal lengkap menunjukan peningkatan yakni 74,89% tahun 2007 menjadi 87,71% tahun 2012. Begitu pula cakupa penanganan komplikasi walaupun belum mencapai target, tetapi capaiannya cenderung meningkat. Sedangkan cakupan Balita gizi buruk yang dirawat, Rasio capaian kinerjanya sangat baik yaitu 100. Hal ini Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 37

menunjukan bahwa penderita gizi buruk yang ditemukan semuanya dirawat. Cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan dari 75 tahun 2007 menjadi 80,2% tahun 2012. Cakupan penemuan kasus TB BTA+ befluktuasi. Pada tahun 2009 terjadi penurunan dari 79% tahun 2007 menjadi 49%, kemudian menunjukan peningkatan menjadi 79% tahun 2012. Capaian program Rumah Tangga Ber-PHBS pada tahun 2008 sebesar 21,9 % dan pada tahun 2011 sebesar menjadi 38,72%, dengan sasaran target 70 % ditahun 2014. Sedangkan cakupan rumah tangga yang memiliki akses terhadap airminum berlualitas menunjukan peningkatan yakni dari 44,77 tahun 2007 menjadi 54,62% tahun 2011. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 13. Pencapaian Pelaksanaan pelayanan Kesehatan Tahun 2007-2011 Provinsi Sulawesi Tenggara No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 1 Cakupan Kunjungan neonatal lengkap 74,89 75,33 75,85 83,91 87,71 2 Penanganan kasus gizi buruk 100 100 100 100 100 3 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 70,75 75,76 84,32 85,87 82,09 4 Cakupan pertolongan persalinan tenaga kesehatan kompeten 71,45 80,38 84,32 85,87 89,03 5 Cakupan desa UCI 75 76 78 79,2 80,2 6 Cakupan masyarakat miskin yg mendapat yankes dasar 7 Cakupan masyarakat miskin yang mendapat yankes rujukan 8 Cakupan Ketersediaan Obat dan Vaksin 9 Cakup Penemuan dan Penanganan BTA Positif 10 Cakupan Rumah Tangga dengan PHBS 11 Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 50 51,07 100 100 100 50 100 100 100 100 80 83,3 86,7 90 93,3 79 70 49 67 77 19,73 21,9 26,4 38,54 38,72 44,77 65,56 62,6 62,6 54,62 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 38

c. Pekerjaan Umum Dalam rangka menunjang pembangunan ekonomi di Sulawesi Tenggara, maka ketersedian sarana infrastruktur sangat penting, sebab dengan ketersediaan infratsruktur jalan yang baik akan memberikan efek positif terhadap perkembangan investasi disuatu daerah. Ketersedian jalan yang baik akan memperlancar distribusi baik untuk kebutuhan konsumsi masyarakat maupun untuk kelancaran pergerakan supply input dari suatu daerah ke daerah lain. Di Sulawesi Tenggara penyedian perbaikan infrastrutur jalan juga menjadi perhatian pemerintah dalam pembangunannya terutama jalan jalan penghubung dengan provinsi lain dan jalan penghubungan antar kabupaten. Baiknya jalan yang menghubungkan antara provinsi Sulawesi Tenggara dengan provinsi Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Tengah, akan sangat membantu dalam pertukaran barang dan jasa di daerah ini. Sesuai dengan Kepmen PU No. 480/KPTS/1996, komponen jalan dalam jaringan primer di Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas : 1. Jalan Arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama yang merupakan tulang punggung transportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang utama, pelabuhan utama atau Bandar udara kelas utama. 2. Jalan Kolektor 1 yaitu jalan yang menghubungkan antar ibukota propinsi. 3. Jalan Kolektor 2 yaitu jalan yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota Kabupaten / Kota. 4. Jalan Kolektor 3 yaitu jalan yang menghubungkan antar ibukota Kabupaten / Kota Di bidang pembangunan infrastruktur jalan, panjang jalan yang telah terbangun di Provinsi Sulawesi Tenggara sampai tahun 2012 mencapai 1,398,243.18 Km, yang terdiri dari 1,397,051 Km jalan nasional, 906.09 Km jalan provinsi, dan 286.09 Km jalan strategis provinsi. Kondisi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 39

jalan provinsi terdiri dari 1,128.92 Km jalan beraspal, 969.35 Km jalan non aspal. Secara umum, walaupun aspek ketersediaan jalan sudah mencukupi, akan tetapi di sisi lain terdapat beberapa aspek yang masih harus terus ditingkatkan pencapaiannya. Beberapa aspek tersebut antara lain belum terintegrasinya secara menyeluruh antara pusat pusat kegiatan/produksi ke daerah pemasaran, di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini akan berdampak pada terhambatnya arus barang dan jasa anatar wilayah tersebut. Tingginya tingat kerusakan jalan, baik rusak ringan, sedang, maupun berat. Hal ini berdampak pada rendahnya tingkat keselamatan penggguna jalan yang ditandai dengan meningkatnya tingkat kecelakaan lalu lintas. Selain itu kerusakan jalan juga berdampak pada bertambahnya waktu tempuh yang diperlukan untuk mencapai suatu wilayah tertentu, sehingga biaya operasional kendaraan akan meningkat. Di bidang pembangunan infrastruktur jalan, panjang jalan berstatus yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara sampai tahun 2012 mencapai 7.515,85 Km, yang terdiri dari 1.397,05 Km jalan nasional, 906,09 Km jalan provinsi, dan 5.212,71 Km jalan Kabupaten/Kota dimana 286,09 Km diantaranya sebagai jalan strategis provinsi. Jalan dalam kondisi mantap yaitu jalan dengan kondisi baik dan sedang di provinsi provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari jalan nasional dan jalan provinsi mencapai 62,95%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 14. Status dan Kondisi Jalan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 No Status Panjang Konstruksi (Km) Kondisi (Km) (km) Aspal Non Baik Sedang Rusak Aspal 1 Nasional 1.397,05 1.217,41 179,64 570,29 387,30 439,46 2 Provinsi 906.09 552.46 353.63 297.78 186.14 421.07 3 Startegis Provinsi 286.09 24.00 262.09 15.65 32.45 237.99 Sumber : Dinas PU Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 40

Di bidang infrastruktur pengairan, pembangunan diarahkan kepada upaya pemenuhan ketersediaan air baku masyarakat untuk kebutuhan sehari hari, pemenuhan ketersediaan air irigasi untuk pertanian serta upaya penanggulangan bahaya banjir dan abrasi kawasan pantai. Beberapa program dan kegiatan yang telah dilaksanakan untuk tujuan tersebut di atas, diantaranya melalui pembangunan sarana pengelolaan air minum, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi, rehabilitasi/normalisasi sungai serta pembangunan/rehabilitasi bangunan penahan gelombang laut. Sampai dengan tahun 2012, di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat 7 Daerah Irigasi (DI) yang merupakan kewenangan pusat dengan luas area 31.786 Ha, dimana 63,167 % kondisi baik; 24,545 % rusak ringan; dan 12,288 rusak berat. Selain itu, terdapat 15 Daerah Irigasi (DI) yang merupakan kewenangan Provinsi dengan luas area 20.530 Ha, dimana 79,76 % kondisi baik; 8,53 % rusak ringan; 10,96 % rusak berat. d. Perumahan a) Presentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air bersih Ketersediaan air bersih yang akan digunakan untuk mandi cuci dan konsumsi sangat penting bagi masyarakat. Ketersediaan air bersih bagi penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006 2011 dapat terlihat pada Tabel berikut : Tabel 15. Presentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Bersih Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006-2011 Tahun Jumlah Pelanggan Jumlah Rumah Rasio air bersih Tangga (%) 2006 45.625 466.440 9,78 2007 46.604 452.528 10,29 2008 49.101 503.518 9,75 2009 55.696 529.972 10,50 2010 58.446 502.066 11,64 2011 44.393 512.120 8,66 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 41

Jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat setiap Tahunnya. Tahun 2006 jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih sebesar 9,78 persen, meningkat menjadi 10,29 persen pada Tahun 2007. Namun pada Tahun 2011 mengalami penurunan mencapai 8,66 persen. b) Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Saat ini listrik telah menjadi salah satu kebutuhan vital bagi masyarakat. Ketersediaan listrik bagi rumah tangga menjadi salah satu indikator penting pembangunan. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006-2011 dapat terlihat pada Tabel berikut : Tabel 16. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006-2011 Tahun Jumlah Jumlah Rumah Rasio Pelanggan Tangga (%) 2006 189.918 466.440 40,71 2007 193.901 452.528 42,84 2008 194.446 503.518 38,61 2009 195.842 529.972 36,95 2010 140.786 502.066 28,04 2011 197.483 512.120 38,56 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Berdasarkan tabel tersebut diatas, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006-2011 mengalami fluktuatif, dimana pada Tahun 2006 jumlah pelanggan sebanyak 189.918 dengan jumlah rumah tangga 466.440 atau sekitar 40,71 persen persen atau jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik. Namun pada Tahun 2011 jumlah pelanggan sebanyak 197.483 dengan jumlah rumah tangga 512.120 atau sekitar 38,56 persen atau jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 42

e. Perhubungan Jumlah arus penumpang dan barang baik yang datang maupun yang berangkat melalui transportasi darat, laut dan udara menunjukan frekwensi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, artinya bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 4 (empat) tahun tersebut menunjukan perkembangan yang semakin baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 17. Arus Penumpang dan Barang yang Datang dan Berangkat Melalui Transportasi Darat, Laut, Penyeberangan dan Udara No Arus Penumpang dan Barang 2008 2009 2010 2011 1. Jumlah Penumpang Angkutan Umum 195,202,209 239,589,837 249,424,263 250,356,316 2. Arus Kedatangan Dengan Penyeberangan Laut (org) 834,036 762,929 794,694 797,294 3. Arus Kedatangan Dengan Transportasi Darat (org) 21,320,410 21,654,520 23,996,472 25,321,430 4. Arus Keberangkatan Dengan Penyeberangan Laut (org) 725,643 751,237 794,694 812,542 5. Arus Keberangkatan Dengan Transportasi darat 172,322,120 216,421,151 223,838,403 223,425,050 6. Jumlah Barang Yang Terangkut Melalui Angkutan Umum 583,152 586,546 622,035 960,669 7. Jumlah Barang Masuk Melalui Penyeberangan Laut (ton) 121,250 124,321 126,210 128,562 8. Jumlah Barang Masuk Melalui Moda Transportasi Darat (ton) 163,351 143,645 126,210 456,045 9. Jumlah Barang Keluar Melalui Penyeberangan Laut 101,240 105,158 131,230 134,520 10 Jumlah Barang Keluar Melalui Moda Transportasi Daarat 197,311 213,422 238,385 241,542 11 Arus Angkutan Udara 7,932,184 8,453,046 8,021,731 8,061,355 12 Arus Kedatangan Dengan Transportasi Udara (Orang) 207,686 272,163 270,497 295,420 13 Arus Keberangkatan Dengan Transportasi Udara (orang) 210,661 279,645 237,209 304,017 14 Arus Barang Masuk Melalui Moda Transportasi Udara (kg) 4,314,135 4,279,936 3,972,181 4,349,449 15 Arus Barang Keluar Melalui Moda Transportasi Udara (kg) 3,199,702 3,621,302 3,541,844 3,112,469 Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Sultra, 2013 f. Ketenagakerjaan Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Februari 2013 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan adanya Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 43

peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Pada bulan Februari 2013, jumlah angkatan kerja mencapai 1.060.340 orang dan bertambah 43.383 orang (4,27 persen) dibanding keadaan Agustus 2012 yaitu sebesar 1.016.957 orang dan berkurang 33.801 orang (3,09 persen) dibanding keadaan Februari 2012 yaitu sebesar 1.094.141 orang. Penduduk yang bekerja pada Februari 2013 mencapai 1.023.549 orang dan bertambah 47.670 orang (4,88 persen) dibanding keadaan Agustus 2012 yaitu sebesar 975.879 orang, dan berkurang sebesar 36.686 orang (3,46 persen) dibanding keadaan Februari 2012 yaitu sebesar 1.060.235 orang. Jumlah pengangguran terbuka pada Februari 2013 sebesar 36.791 orang, mengalami penurunan sekitar 4.287 orang (10,44 persen) jika dibanding keadaan Agustus 2012 yaitu sebesar 41.078 orang, dan mengalami kenaikan 2.885 orang (8,51 persen) jika dibanding keadaan Februari 2012 yaitu sebesar 33.906 orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 3,52 poin selama periode satu tahun terakhir (Februari 2012-Februari 2013) dan mengalami peningkatan sebesar 2,23 poin dibanding TPAK bulan Agustus 2012. Lebih jelasnya dapat lihat pada tabel berikut ini menjelaskan jumlah penduduk yang bekerja dan tingkat pengangguran Tabel 18. Penduduk Menurut Kegiatan Utama di Sulawesi Tenggara Tahun 2011-2013 Tahun No Kegiatan Utama 2011 2012 2013 Februari Agustus Februari Agustus Agustus 1 2 3 4 5 6 7 1 Angkatan Kerja 1,064,366 1,058,999 1,094,141 998,957 1,060,340 a. Bekerja 1,018,134 1,026,548 1,060,235 957,879 1,023,549 b. Pengangguran Terbuka 46,232 32,451 33,906 41,078 36,791 2 Bukan Angkatan Kerja 405,260 423,881 402,533 493,026 463,484 3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 72,42 71,42 73,1 67,35 69,58 Tingkat Pengangguran Terbuka 4.34 3.06 3.10 4.11 3.47 Pekerja Tidak Penuh 394,920 407,542 423,497 427,625 395,520 Setengah Penganggur 213,515 270,253 217,309 272,722 284,711 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 44

2. Fokus Layanan Urusan Pilihan Analisis kinerja atas layanan urusan pilihan dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja penyelengaraan urusan pilihan pemerintahan daerah provinsi/kabupaten/kota, yaitu bidang urusan pertanian, kehutanan, energi dan sumberdaya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, industri dan ketransmigrasian. a. Bidang Pertanian Sektor Pertanian di Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan sektor strategis namun mengalami perlambatan pertumbuhan dalam dua tahun terakhir. Selain merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, sektor pertanian juga merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara. Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor pertanian, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara telah menetapkan 4 komoditi unggulan dalam RPJMD 2008-2013. Keempat komoditi tersebut adalah: tanaman kakao di sub-sektor perkebunan, padi di sub-sektor tanaman pangan, sapi di sub-sektor peternakan, dan rumput laut di sub-sektor perikanan dan kelautan. Keempat komoditi tersebut merupakan kontributor terbesar di sub-sektor masing-masing. Dari keempat komoditi unggulan, tanaman kakao merupakan komoditi yang berhasil menjadi komoditi ekspor. Tantangan sektor pertanian di Sulawesi Tenggara dalam dua tahun terakhir adalah semakin melambatnya pertumbuhan di sektor pertanian, dan semakin berkurangnya belanja langsung sektor pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. 1. Sub Sektor Tanaman Pangan Capain kinerja Aspek Sub Sektor Tanaman Pangan Sultra sejak tahun 2008-2011 rata-rata melebihi target capaian pemerintah daerah Provinsi Sultra walaupun masih berfluktuatif. Capain kinerja Aspek Sub Sektor Tanaman Pangan pada tahun 2008 sebesar 91,4%, sedangkan pada tahun 2009 meningkat sebesar 101,6%, pada tahun 2010 sebesar Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 45

meningkat 109,93%. Namun capain kinerja pada tahun 2011 menurun sebesar 87,3%. Untuk capaian kinerja Sub Sektor hortikultura secara umum berada diatas target pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, walaupun cenderung berfuktuasi dari tahun ketahun. Capain kinerja sub sektor hortikultura pada tahun 2008 sebesar 125,7%, dan pada tahun 2009 meningkat sebesar 134,9%. Capain kinerja pada tahun 2010 justru menurun menjadi 96,7%, dan pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 103,4%. Untuk capaian kinerja Sub Sektor perkebunan secara umum berada diatas target pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, walaupun masih berfuktuasi dari tahun ketahun. Capain kinerja Sub Sektor Perkebunan pada tahun 2008 sebesar 107,32%, namun pada tahun 2009 menurun menjadi 85,6 %. Pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 122,9 %, dan pada tahun 2011meningkat menjadi 127,1%. Capaian kinerja Sub Sektor Peternakan secara umum berada diatas target pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, walaupun masih berfuktuasi dari tahun ketahun. Capain kinerja Sub Sektor Peternakan pada tahun 2008 sebesar 92,6%, dan pada tahun 2009 meningkat sebesar 106,1%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 107,47 %, dan capain kinerja pada tahun 2011 justru menurun menjadi 87,0%. Capain kinerja Sub Sektor Perikanan secara umum berada diatas target pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, walaupun masih berfuktuasi dari tahun ketahun sejak tahun 2008-2011. kinerja Sub Sektor Perikanan pada tahun 2008 sebesar 123,9%, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 124,0%. Namun pada tahun 2010 kembali menurun menjadi 91,8%, dan kinerja pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 108,2%. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 46

Gambar 10. Tingkat Capain Kinerja Dinas Pertanian Setiap Sub Sektor Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 Sedangkan Trend capain kinerja NTP Sultra masih berfluktuatif. Trend capain kinerja NTP Sultra pada tahun 2008 meningkat sebesar 6,64%, namun pada tahun 2009 menurun sebesar -2,43%, dan pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar 0,14%. Untuk Trend capain kinerja Sub Sektor Tanaman Pangan menunjukkan trend negative walaupun meningkat pada tahun 2011. Trend capain kinerja Sub Sektor Tanaman Pangan pada tahun 2009 menurun sebesar -0,18%, pada tahun 2010 kembali menurun sebesar - 2,01%, namun pada tahun 2011 meningkat sebesar 1,67%. Trend capaian kinerja Sub Sektor Hortikultura masih berfluktuasi sejak tahun 2009-2011. Trend capain kinerja Sub Sektor Hortikultura pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,01%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -2,20 %, dan pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 0,77%. Untuk Trend capain kinerja Sub Sektor perkebunan menunjukkan trend negative walaupun meningkat pada tahun 2009. Trend capain kinerja Sub Sektor Perkebunan pada tahun 2009 meningkat sebesar Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 47

15,54%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -6,09 %, dan pada tahun 2011 terus menurun sebesar -2,54%. Untuk Trend capaian kinerja Sub Sektor peternakan menunjukkan trend negative walaupun meningkat pada tahun 2009. Trend capain kinerja Sub Sektor Peternakan pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,50%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -4,46%, dan pada tahun 2011 terus menurun sebesar -0,84%. Untuk Trend capain kinerja Sub Sektor perkebunan menunjukkan trend positif, sejak tahun 2009-2011. Trend capain kinerja Sub Sektor Perikanan pada tahun 2009 meningkat sebesar 1,76%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 2,50%, dan pada tahun 2011 terus meningkat sebesar 2,01%. 2. Produkstivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Produksitas Padi Per Hektar Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum meningkat dari tahun 2008-2011, walaupun menurun pada tahun 2011. Produksitas Padi Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 39,53(Ku/Ha), pada tahun 2009 meningkat menjadi 41,51(Ku/Ha), dan pada tahun 2010 terus meningkat menjadi 42,19 (Ku/Ha). Namun pada tahun 2011 menurun menjadi 41,34(Ku/Ha). Untuk Produktivitas Jagung Per Hektar sejak tahun 2008-2011 masih berfluktuatif dan menunjukkan penurunan pada dua tahun terakhir. Produktivitas Jagung Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 24,98 (Ku/Ha) dan tahun 2009 meningkat menjadi 26,33(Ku/Ha). Namun pada tahun 2010 menurun sebesar 25,28(Ku/Ha) dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 23,53(Ku/Ha). Produktivitas Kedelai Per Hektar masih berfluktuatif sejak tahun 2008-2011. Produktivitas Kedelai Per Hektar pada tahun 2008 sebesar 9,3(Ku/Ha) dan pada tahun 2009 menurun menjadi 8,36(Ku/Ha). Pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 12,04(Ku/Ha), dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 10,51(Ku/Ha). Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 48

Produksitas Kacang Tanah Per Hektar Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum menurun dari tahun 2008-2011, walaupun meningkat pada tahun 2011. Produktivitas Kacang Tanah Per Hektar (Ku/Ha), pada tahun 2008 sebesar 8,92(Ku/Ha), pada tahun 2009 menurun sebesar 8,48(Ku/Ha), pada tahun 2010 menurun sebesar 7,14(Ku/Ha), pada tahun 2011 meningkat sedikit menjadi sebesar 7,7 (Ku/Ha), dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 10,51(Ku/Ha). Produksitas Kacang hijau Per Hektar Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum menurun dari tahun 2008-2011. Produktivitas Kacang Hijau Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 8,37 (Ku/Ha), pada tahun 2009 menurun sebesar 8,35 (Ku/Ha), serta tahun 2010 menurun menjadi 8,04(Ku/Ha), dan pada tahun 2011 lebih statis yaitu 8,04(Ku/Ha). Begitupun Produktivitas Ubi jalar Per Hektar masih berfluktuatif sejak tahun 2008-2011. Produktivitas Ubi Jalar Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 86,12(Ku/Ha), pada tahun 2009 menurun sebesar 80,36(Ku/Ha),pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 83,57(Ku/Ha), pada tahun 2011 menurun sebesar 81,36(Ku/Ha). Untuk melihat Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya dapat ditunjukan pada gambar berikut. Gambar 11. Produktifitas Padi dan Tanaman Pangan di Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 Sumber : Data Sekunder diolah 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 49

Sedangkan untuk Trend capain kinerja produktivitas Padi menunjukkan trend positif tahun 2009-2010, walaupun sempat negative pada tahun 2011. Trend capaian kinerja produktivitas Padi pada tahun 2009 meningkat sebesar 4,8%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 1,6%, pada tahun 2011 justru menurun sebesar -2,1%. Untuk Trend capaian kinerja produktivitas jagung menunjukkan trend negatif tahun 2009. Trend capain kinerja produktivitas Jagung pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,1%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -4,2%, dan pada tahun 2011 menurun sebesar -7,4%. Trend capaian kinerja produktivitas kedelai menunjukkan trend yang fluktuatif dari tahun 2009-2011. Trend capaian kinerja produktivitas Kedelai, pada tahun 2009 menurun sebesar -11,2%, tapi pada tahun 2010 meningkat sebesar 30,6%, dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar -14,6% Untuk Trend capain kinerja produktivitas Kacang Tanah menunjukkan trend negatif dari tahun 2009-2010 dan menjadi posisif pada tahun 2011. Pada tahun 2009 Trend capain kinerja menurun sebesar -5,2%, pada tahun 2010 menurun sebesar -18,8%, dan pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 7,4% Sedangkan untuk Trend capain kinerja produktivitas Kacang hijau menunjukkan trend negatif tahun 2009-2010. Trend capain kinerja produktivitas Kacang Hijau, pada tahun 2009 menurun sebesar -0,2%, pada tahun 2010 menurun sebesar -3,9 %, serta pada tahun 2011 tidak mengalami peningkatan atau sebesar 0,0% Trend capain kinerja produktivitas ubi kayu menunjukkan trend positif tahun 2009-2011, walaupun sempat negative pada tahun 2010. Trend capain kinerja produktivitas Ubi Kayu, meningkat pada tahun 2009 meningkat sebesar 2,8%, pada tahun 2010 menurun sebesar -7,5%, pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 5,3% Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 50

Trend capain kinerja produktivitas ubi jalar menunjukkan trend negative tahun 2009-2010, walaupun sempat meningkat pesentasenya pada tahun 2010. Trend capain kinerja produktivitas Ubi Jalar, pada tahun 2009 menurun sebesar -7,2%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 3,8%, pada tahun 2011 kembali menurun sebesar -2,7% Untuk melihat trend perkembangan kinerja Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal dapat ditunjukan pada gambar berikut. Gambar 12. Trend Capain Kinerja Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal di Sulawesi Tenggara Tahun 2009-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 3. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB sejak tahun 2008-2011 menunjukan angka presentase yang semakin menurun setiap tahunnya. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Tahun pada tahun 2008 sebesar 36,44%, pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar 35,02%, dan pada tahun 2010 menurun sebesar 33,2%, serta pada tahun 2011 konstribusi sektor pertanian menjadi 31,71%. Untuk melihat trend perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara dapat ditujukan pada gambar berikut. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 51

Gambar 13. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB di Sulawesi Tenggara Tahun 2009-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 4. Luas Lahan Produktif Pertanian Luas Lahan Produktif Pertanian setiap tahun sejak tahun 2008-2011 menunjukkan keluasan yang semakin bertambah. Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) semakin meningkat sejak tahun 2008-2011. Hal ini dapat dilihat dari Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) pada tahun 2008 sebesar 843.553 Ha, pada tahun 2009 menurun menjadi 545.669 Ha, pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 556.306 Ha, dan pada tahun 2009 kembali meningkat menjadi 602.270 Ha. Sedangkan Luas Lahan Sawah semakin meningkat sejak tahun 2008-2011walaupun terjadi penurunan luas pada tahun 2009. Pada tahun 2008 luas lahan sawah sebesar 115.825 Ha, pada tahun 2009 menurun menjadi 96.991 Ha, pada tahun 2010 luas lahan sawah kembali meningkat menjadi 106.021 Ha, pada tahun 2011 luas lahan sawah meningkat menjadi 108.655 Ha Untuk melihat perkembangan Luas Lahan Produktif Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara dapat ditujukan pada gambar berikut. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 52

Gambar 14. Luas Lahan Produktif Pertanian di Sulawesi Tenggara Tahun 2009-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 Untuk Trend perkembangan Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) meningkat sejak tahun 2009-2011, walaupun negative pada tahun 2009. Trend perkembangan Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) pada tahun 2009 menurun sebesar -54,59%, namun pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar 1,91% pada tahun 2011 meningkat sebesar 7,63%. Sedangkan Trend perkembangan Luas Lahan Sawah meningkat sejak tahun 2009-2011, walaupun negative pada tahun 2009. Trend perkembangan Luas Lahan Sawah pada tahun 2009 menurun sebesar - 19,42 % pada tahun 2010 meningkat sebesar 8,52% pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 2,42%. 5. Pertumbuhan Hasil Produksi Tanaman Pangan Pertumbuhan hasil produksi Tanaman Pangan Provinsi sulawesi Tenggara sejak tahun 2008-2011 masih berfluktuasi setiap tahunnya. Persentase Pertumbuhan Hasil Produksi Padi menunjukkan peningkatan walaupun menurun pada tahun 2008. Persentase Pertumbuhan Hasil Produksi Padi pada tahun 2008 menurun sebesar -4,3%, namun pada tahun 2009 meningkat sebesar 0,5%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 11,6%, serta pada tahun 2011 meningkat sebesar 8,1%. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 53

Untuk persentase pertumbuhan hasil Produksi jagung menunjukkan penurunan walaupun meningkat pada tahun 2010. Persentase Pertumbuhan Hasil Produksi Jagung pada tahun 2008 sebesar menurun -4,1%, dan pada tahun 2009 menurun sebesar, -23,0%. Tetapi pada tahun 2010 meningkat sebesar 4,4%, dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar -9,1%. Persentase pertumbuhan hasil produksi kedelai menunjukkan peningkatan sejak tahun 2008-2011, walaupun terjadi kontraktif pada tahun 2010. Persentase pertumbuhan hasil Produksi Kedelai pada tahun 2008 meningkat sebesar 13,0%, dan pada tahun 2009 terus meningkat sebesar 47,3%. Namun pada tahun 2010 justru menurun sebesar -42,9%, dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 90,8%. Persentase pertumbuhan hasil produksi kacang tanah menunjukkan menunjukkan sejak tahun 2008-2011. Persentase pertumbuhan hasil Produksi Kacang Tanah pada tahun 2008 menurun sebesar -9,0%, pada tahun 2009 kembali menurun sebesar -26,7%, pada tahun 2010 sebesar menurun -2,9%, pada tahun 2011 menurun sebesar -8,1%. Persentase pertumbuhan hasil Produksi kacang hijau menunjukkan penurunan sejak tahun 2008-2011, walaupun terjadi peningkatan pada tahun 2011. Persentase pertumbuhan hasil Produksi Kacang Hijau pada tahun 2008 menurun sebesar -10,5%, pada tahun 2009 kembali menurun sebesar -31,0%, pada tahun 2010 menurun sebesar -20,4%, tetapi pada tahun 2011 meningkat sebesar 69,7% Persentase pertumbuhan hasil Produksi ubi kayu menunjukkan presentase yag fluktuatif sejak tahun 2008-2011. Persentase pertumbuhan hasil Produksi Ubi Kayu, pada tahun 2008 menurun sebesar -9,0%, tetapi pada tahun 2009 meningkat sebesar 4,2%. Sedangkan pada tahun 2010 kembali menurun sebesar -28,0%, dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,9%. Sedangkan pertumbuhan hasil Produksi ubi jalar berfluktuatif sejak tahun 2008-2011. Persentase pertumbuhan hasil Produksi Ubi Jalar, pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 54

tahun 2008 meningkat sebesar 12,0%, namun pada tahun 2009 menurun sebesar -17,2%, pada tahun 2010 menurun sebesar -1,1%, dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 4,6%. Perkembangan presentase hasil produksi Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Tenggara dapat ditujukan pada gambar berikut. Gambar 15. Presentase Hasil Produksi Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 2. Bidang Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah Sulawesi Tenggara dan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 140 Tanggal 15 April 2001 disebutkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang kelautan dan perikanan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekretaris dan uraian tugas jabatan struktural dan non struktural di lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 50 Tahun 2009. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 55

1. Produksi Perikanan Tangkap Target Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Sulawesi tenggara 215.000 ton setiap tahunnya sebagaiman yang tercantum dalam RPJMD. Pada umumnya produksi perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan sampai tahun 2011, namun capain produksi pada tahun 2007 dan 2008 masih dibawah target produksi perikanan. Produksi Perikanan Tangkap Prov Sultra pada tahun 2007 sebesar 209.036 Ton atau dengan tingkat capaian target sebesar 97,23 %. Pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 213.310 Ton atau dengan tingkat capaian target sebesar 99,21 %. pada tahun 2009 meningkat sebesar 223.297 Ton, atau dengan tingkat capaian berada diatas target pemerintah yaitu sebesar 103,86 %. pada tahun 2010 sebesar 227.238 Ton, atau dengan tingkat capaian berada diatas target pemerintah sebesar 105,69 %. pada tahun 2011 sebesar 227.272 Ton, atau dengan tingkat capaian berada diatas target pemerintah yaitu sebesar 105,71 % Jumlah target produksi, capain kinerja dan presentase capaian produksi perikanan tangkap Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008-2011 dapat ditunjukan pada gambar berikut. Gambar 16. Jumlah Target Produksi, Capain Kinerja dan Presentase Capaian Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 56

2. Produksi Perikanan Budidaya Untuk target produksi perikanan budidaya pemerintah Provinsi Sultra dalam RPJMD sebesar 119.019,30 ton setiap tahunnya. Dengan merujuk pada target tersebut, maka capain produksi perikanan budidaya pada umumnya berada diatas rata-rata target dan sasaran pemerintah sejak tahun 2008-2011. Begitu pula trend perkembangan produksi dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Produksi perikanan budidaya provinsi Sultra pada tahun 2007 sebesar 419.637,20 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 352,6%. Pada tahun 2008 produksi perikanan budidaya meningkat menjadi 519179,20 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 436,2%. Pada tahun 2009 produksi perikanan budidaya meningkat sebesar 517.801,00 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 435,1%. Pada tahun 2010 meningkat sebesar 570567,35 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 479,4%. Dan pada tahun 2011 terus meningkat sebesar 647836 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 544,3 %. Jumlah target produksi, capain kinerja dan presentase capaian produksi perikanan budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 17. Jumlah Target Produksi, Capain Kinerja dan Presentase Capaian Produksi Perikanan Budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 57

Sedangkan Proporsi rasio perikanan tangkap dan budidaya semakin didominasi oleh perikanan budidaya sejak tahun 2007-2011. Proporsi rasio perikanan tangkap setiap tahunnya semakin menurun. Pada tahun 2007 Perikanan Tangkap 33,3%, Pada tahun 2008 Perikanan Tangkap menurun 29,1%. Pada tahun 2009 proposri Perikanan Tangkap semakin menurun menjadi 30,1%. Pada tahun 2010 proporsi Perikanan Tangkap menurun menjadi 28,5%. Pada tahun 2011 Perikanan Tangkap menjadi 26,0%. Padan sisi lain Proporsi rasio perikanan budidaya setiap tahunnya semakin meningkat. Pada tahun 2007 Proporasi produksi Perikanan Budidaya sebesar 66,7%. Pada tahun 2008 Proporasi produksi Perikanan Budidaya menurun menjadi 70,9%. Pada tahun 2009 Proporasi produksi Perikanan Budidaya terus menurun 69,9%. Pada tahun 2010 Proporasi produksi Perikanan Budidaya menurun menjadi 71,5%. Pada tahun 2011 Proporasi produksi Perikanan Budidaya menjadi 74,0%. Jumlah Proporsi rasio perikanan tangkap dan budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 18. Jumlah Proporsi Rasio Perikanan Tangkap dan Budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 58

3. Produksi Hasil Laut Produksi hasil laut Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun ketahun sejak tahun 2007-2011 mengalami peningkatan. Jumlah Produksi hasil laut pada tahun 2007 sebesar 207.195 Ton, untuk Produksi hasil laut pada tahun 2008 meningkat sebesar 208.303 Ton atau trend pertumbuhan produksi positif sebesar 0,53%. Pada tahun 2009 sebesar 217.513 Ton atau trend pertumbuhan produksi positif sebesar 4,42 %. Jumlah Produksi Hasil Laut pada tahun 2010 sebesar 221.412 Ton atau trend pertumbuhan produksi positif meningkat sebesar 1,79%. Jumlah produksi hasil laut pada tahun 2011 sebesar 221.434 Ton atau trend pertumbuhan produksi positif meningkat sebesar 0,01% Jumlah dan ternd pertumbuhan produksi hasil laut Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 19. Jumlah dan Trend Pertumbuhan Produksi Hasil Laut Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 4. Industri Kecil Perikanan a) Industri Kecil Perikanan Kolam Jumlah Industri Kecil perikanan kolam Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun sejak tahun 2007-2011. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 59

Jumlah Unit usaha Kolam pada tahun 2007 sebesar 1741 unit, Jumlah Unit usaha Kolam meningkat pada tahun 2008 sebesar 2329 Unit Usaha atau meningkat sebesar 33,77%. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 2724 Unit usaha atau meningkat sebesar 16,96 %. Pada tahun 2010 terus mengalami peningkatan menjadi 2824 Unit usaha atau meningkat sebesar 3,67%. dan pada tahun 2011menjadi 2854 Unit usaha atau meningkat sebesar 1,06%. b) Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau Sedangkan Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun. unit usaha Tambak/ Air Payau pada tahun 2007 berjumlah 6444 unit. Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau pada tahun 2008 sebesar 6692 unit, atau meningkat sebesar 3,85%. Pada tahun 2009 Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau sebesar 6574 unit, atau menurun sebesar -1,76 %. pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar 11060 unit, atau meningkat sebesar 68,24%. Sedangkan pada tahun 2007 Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau sebesar 11492 unit, atau meningkat sebesar 3,91%. Jumlah dan trend pertumbuhan Industri Kecil perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 20. Jumlah dan Trend Industri Kecil Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 60

c) Unit Pengolahan Ikan Jumlah Unit Pengolahan Ikan Provinsi Sulawesi Tenggara meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah Unit Pengolahan Ikan pada tahun 2007 sebesar 297 unit, pada tahun 2008 mengkat menjadi 323 unit, atau meningkat sebesar 8,75% dari athun sebelumnnya. Pada tahun 2009 jumlah pegelolaan ikan meningkat menjadi 358 unit atau meningkat sebesar 10, 84%. Pada tahun 2010 jumlah pegelolaan ikan meningkat menjadi 566 unit atau meningkat sebesar 58,10%. Jumlah dan trend Unit Pengolahan Ikan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 21. Jumlah dan Trend Unit Pengolahan Ikan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 5. Konsumsi Ikan penduduk Konsumsi ikan setiap penduduk Provinsi sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun. Konsumsi ikan setiap penduduk tahun 2007 sebesar 36,5 Kg/kapita. Pada tahun 2008 Konsumsi ikan setiap penduduk meningkat sebesar 38,9 Kg/kapita, atau meningkat sebesar 6,58%. Konsumsi ikan setiap penduduk tahun 2009 sebesar 39,1 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 61

Kg, atau meningkat sebesar 0,51 %. Dan pada tahun 2011 konsumsi ikan setiap penduduk sebesar 45,8 Kg, atau meningkat sebesar 17,14 %. Jumlah dan trend perkembangan konsumsi ikan setiap penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 22. Presentase dan Trend Perkembangan Konsumsi Ikan Setiap Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 6. Nilai Tukar Nelayan Nilai Tukar Nelayan Provinsi Sulawesi Tenggara meningkat dari tahun ke tahun sejak tahun 2007-2011. Nilai Tukar Nelayan pada tahun 2007 sebesar 102,74 %, pada tahun 2008 meningkat menjadi 103,24 %, atau meningkat sebesar 0,49 %, dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 jumlah pengelolaan ikan meningkat menjadi 106,2 % atau meningkat sebesar 2,87 %. Pada tahun 2010 jumlah pegelolaan ikan meningkat menjadi 5107,19 % atau meningkat sebesar 0,93 %. Jumlah dan trend Nilai Tukar Nelayan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 62

Gambar 23. Presentase dan Trend Nilai Tukar Nelayan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 3. Bidang Urusan Energi Dan Sumberdaya Mineral Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral mempunyai kontribusi cukup besar dalam mendukung perekonomian Sulawesi Tenggara. Aktivitas pertambangan merupakan sektor yang paling besar dalam menyumbangkan pendapatan daerah dan mendongkrak perekonomian daerah. Selain itu, komitmen pemerintah daerah pada bidang energi dan sumber daya mineral dengan berupaya untuk mengatasi defisit daya listrik di Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2009 diwujudkan dengan cara merelokasi genset melalui dukungan APBD, tahun 2011 PT. PLN (Persero) telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kapasitas terpasang 2x10 MW, PLTM Rongi 2x0,4 MW, PLTM Sabilambo kapasitas 2x1 MW. Dalam mengatasi krisis listrik skala kecil pada daerahdaerah terpencil telah dikembangkan Listrik Tenaga Surya dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pada tahun 2008 s.d 2012 telah dikembangkan PLTS sebanyak 6.920 unit dan pada tahun 2009 pemerintah daerah telah membangun Pembakit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) kapasitas 40 kw di Desa Tekonea Kab. Konawe. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 63

Tabel 19. Capaian Kinerja Pelayanan Umum Bidang Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 No. 1. Uraian Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Penerimaan daerah dari sektor pertambangan 110,123,538,948 41,485,060,034 60,855,129,327 103,115,397,967 91,383,706,647 - Royalti 6,661,181,653 5,022,253,169 14,518,085,420 17,033,581,830 31,051,523,134 - Iuran Tetap 462,357,295 299,986,837 892,267,287 1,023,969,736 1,543,551,661 - Sumbangan Pihak Ketiga 103,000,000,000 36,162,820,028 45,444,776,620 85,057,846,401 58,788,631,852 2. Rasio Elektrifikasi (%) 37.16 41.00 50.95 57.59 61.95 3. Rasio Desa Berlistrik (%) 65.25 66.86 69.28 72.32 74.34 4. Daya Terpasang (MW) 93,076 103,356 130,300 151,300 174,300 Sumber: Dinas Pertambangan dan ESDM Prov. Sultra, 2013 4. Bidang Perdagangan dan Industri a. Perkembangan Sektor Industri Kecil Perkembangan sektor industri kecil baik jumlah perusahaan, tenaga kerja yang digunakan maupun nilai investasi menunjukan peningkatan yang cukup signifikan pada Tahun 2012, baik industri kimia, logam dan mesin, hasil pertanian dan kehutanan maupun industri kecil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 20. Banyaknya Industri, Nilai Produksi dan Tenaga Kerja MenurutJenis Industri Tahun 2012 Kelompok / Jenis Industri Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja Investasi (Rp.000) Nilai (Rp.000) Industri Kimia 6 417 32.695.803 65.527.001 Industri Logam dan Mesin 3 690 29.551.883 2.500.011.218 Industri Aneka - - - - Industri Hasil Pertanian 46 1.506 364.784.577 110.435.564 dan Kehutanan Industri Kecil : - IK Hasil Pertanian dan Kehutanan - IK Kimia - IK Logam dan Mesin - IK Aneka 12.398 7.497 1.744 1.237 1.920 69.840 36.682 9.768 8.746 14.644 1.413.670.317 913.479.121 222.206.875 122.326.912 155.657.409 3.279.675.746 1.926.811.786 753.530.327 244.772.788 354.560.845 Jumlah 12.453 72.453 1.840.702.580 5.955.649.529 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 64

b. Perkembangan Sektor Perdagangan Luar Negeri Perkembangan sektor perdagangan luar negeri menunjukan kinerja yang signifikan baik volume maupun nilai perdagangan, pada Tahun 2008 volume perdagangan mencapai 2,3 juta ton meningkat menjadi 14,05 juta ton pada Tahun 2012 dengan nilai perdagangan mencapai 463,19 juta USD pada Tahun 2008 meningkat menjadi 703,33 juta USD. Hal ini menunjukan bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara menunjukan perkembangan yang semakin baik dari tahun ke tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 21. Ekspor Berdasarkan Volume dan Nilai Sulawewi Tenggara Tahun 2008-2012 Uraian TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 Volume (Ton) 2.337.816 2.034.241 3.069.386 5.783.205 14.053.328 Nilai (USD) 463.197.880 199.898.650 334.550.042 440.772.202 703.334.264 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013 Demikian pula jumlah eksportir semakin meningkat setiap tahunnya dan jenis komoditi yang diperdagangan mencakup hasil tambang, hasil laut dan hasil perkebunan. Namun pada Tahun 2010 semakin bertambah jumlah komoditi yang diperdagangkan yaitu hasil hutan (kayu jati). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dengan jumlah volume dan nilai yang dperdagangkan. Tahun 2008 terdapat 7 perusahaan berupa hasil tambang (bijih nikel, fero nikel), hasil laut (bambu laut), hasil perkebunan (kakao), tahun Pada Tahun 2010 sebanyak 22 perusahaan beruapa hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, batu cromid), hasil laut (gurita beku, cakalang, ikan, udang, campuran), hasil hutan (kayu jati), hasil perkebunan (kakao) kemudia tahun 2012 sebanyak 38 perusahaan berupa hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, aspal), hasil laut (gurita beku, cakalang, rumput laut). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 65

Tabel 22. Ekspor Berdasarkan Jumlah Eksportir Sulawewi Tenggara Tahun Tahun 2008-2012 Jumlah Eksportir 2008 7 perusahaan 2009 8 perusahaan 2010 22 perusahaan 2011 26 perusahaan 2012 38 perusahaan Jenis Komoditi hasil tambang (bijih nikel, fero nikel) hasil laut (bambu laut hasil perkebunan (kakao) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel) hasil perkebunan (kakao) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, batu cromid) hasil laut (gurita beku, cakalang, ikan, udang, campuran) hasil hutan (kayu jati) hasil perkebunan (kakao) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel,aspal) hasil laut (gurita beku, cakalang, ikan, udang, campuran, rumput laut) hasil hutan (kayu jati) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, aspal) hasil laut (gurita beku, cakalang, rumput laut) hasil hutan (kayu jati) Nilai (USD) Volume (Ton) 463.197.880,00 2.337.816,43 199.898.650,00 2.034.241,81 334.550.042,00 3.069.386,60 440.772.202,74 5.783.205,56 703.334.264,44 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013 14.053.328,9 7 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 66

Komoditi hasil tambang, hasil laut, hasil perkebunan dan hasil hutan tersebut dipasarkan pada beberapa Negara tujuan antara epang, Taiwan, Cina, USA, Hongkong, Belanda, Korea Selatan, Itali, Yunani, Malaysia, Meksiko dan Swis, baik dalam bentuk gelondongan maupun barang setengah jadi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 23. Ekspor Berdasarkan Jumlah Eksportir Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 Tahun Negara Tujuan Nilai (USD) Jepang, Cina, 2008 Malaysia, India, Korea Selatan, Swis, Belgia Jepang, Cina, USA, Malaysia, 2009 Belanda,Korea Selatan, Swis Jepang, Cina, USA, Hongkong, 2010 Malaysia, Belanda, Korea Selatan, Swis, Australia, Italia Jepang, Taiwan, Cina, USA, 2011 Hongkong, Belanda, Korea Selatan, Itali, dan Yunani Jepang, Taiwan, Cina, USA, 2012 Hongkong, Belanda, Korea Selatan, Tailand, Meksiko, Ukraina Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013 Volume (Ton) 463.197.880,00 2.337.816,43 199.898.650,00 2.034.241,81 334.550.042,00 3.069.386,60 440.772.202,74 5.783.205,56 703.334.264,44 14.053.328,97 5. Bidang Ketransmigrasian Perkembangan jumlah transmigrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu Tahun 2007-2011 menunjukan perkembangan yang berfluktuatif baik transmigrasi umum maupun transmigrasi swakarsa mandiri, dimana Tahun 2007 jumlah KK mencapai 480 dan 1.868 jiwa, kemudian mengalami penurunan pada Tahun 2009 menjadi 228 KK dan 919 jiwa dan naik kembali pada Tahun 2011 menjadi 828 KK dan 3.315 jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 67

Tabel 24. Jumlah Transmigrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Tahun Umum Transmigrasi Swakarsa Mandiri Total KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa 2007 430 1.718 50 150 480 1.868 2008 250 938 100 493 350 1.431 2009 98 389 130 530 228 919 2010 442 1.755 158 638 600 2.393 2011 750 3.030 78 285 828 3.315 Jumlah 6.815 27.938 4.998 14.102 11.813 42.040 Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Sultra, 2013 C. Aspek Daya Saing Daerah 1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Faktor utama yang berperan dalam menciptakan kemajuan ekonomi daerah adalah adanya kejelasan sasaran dan kebijakan pembangunan daerah yang berorientasi pada hasil, manfaat dan dampaknya bagi peningkatan produktivitas daerah. Hal ini ditandai dengan semakin mantapnya stabilitas makro ekonomi daerah sebagaimana disajikan pada tabel berikut. Tabel 25. Kondisi Makro Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 Indikator Ekonomi 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan Ekonomi (%) (Harga Konstan) 7,27 7,57 8,19 8,68 10,41 Inflasi (%) 15,88 4,60 4,29 5,09 4,03 Penduduk miskin 19,53 18,93 17,05 14,61 13,71 Pengangguran Terbuka 6,05 5,38 4,77 3,06 3,10 Rasio Investasi Terhadap PDRB 24,15 30,54 29,54 32,77 30,47 PDRB/Kapita (ADHK) (Juta) 4,65 4,91 5,21 5,56 5,90 PDRB/Kapita (ADHB) (Juta) 10,33 11,70 12,70 14,06 15,56 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 68

a. PDRB Perkapita Salah satu tolok ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah dapat dilihat dari besarnya PDRB per kapita. Berdasarkan harga berlaku, PDRB per kapita penduduk Sulawesi Tenggara tahun 2012 adalah 15.526,33 ribu rupiah. Nilai tersebut telah meningkat 11,65 persen dari keadaan tahun 2011. Pertumbuhan PDRB per kapita itu sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga produksi. Hal itu dapat ditunjukkan dengan peningkatan indeks implicit yang bergerak dari 256,61 tahun 2011 menjadi 263,80 pada tahun 2012. Tabel 26. PDRB Per Kapita Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2012 Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000 (1) (2) (3) 2007 8.527,57 4.432,49 2008 10.335,16 4.659,81 2009 11.704,61 4.912,78 2010 12.548,27 5.153,42 2011* 13.905,82 5.498,63 2012** 15.526,33 6.046,90 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 ** Angka sangat sementara, * Angka Sementara b. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup berbagai pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga atas barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan individu ataupun kelompok secara langsung. Pengeluaran rumah tangga di sini mencakup pembelian untuk makanan dan bukan makanan (barang dan jasa) di dalam negeri maupun di luar negeri. Termasuk pula di sini pengeluaran lembaga nirlaba yang tujuan usahanya adalah untuk melayani keperluan rumah tangga. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 dapat terlihat pada Tabel berikut : Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 69

Tabel 27. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2012 (Juta Rupiah) Tahun Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga* 2007 8.527,57 2008 10.335,16 2009 11.704,61 2010 12.548,27 2011 13.905,82 2012 15.526,33 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2012 Ket : *) Berdasarkan PDRB atas harga berlaku Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga di Provinsi Sulawesi Tenggara setiap Tahunnya mengalami peningkatan, di mana pada Tahun 2007 mencapai Rp. 8,57 juta dan pada Tahun 2012 meningkat hingga mencapai Rp. 15,52 juta. Hal ini menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat yang signifikan. Secara agregat, pengeluaran konsumsi untuk rumah tangga mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari Tahun 2007-2012 tingginya pengeluaran konsumsi merupakan salah satu indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat mulai meningkat sehingga berdampak pada semakin banyaknya pengeluaran untuk konsumsi. c. Nilai Tukar Petani Pada Desember 2012, NTP masing-masing subsektor di Sulawesi Tenggara tercatat sebagai berikut: Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) 85,51; Subsektor Hortikultura (NTP-H) 118,65; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R) 123,40; Subsektor Peternakan (NTP-Pt) 89,89 dan Subsektor Perikanan (NTP-Pi) 108,74. Dimana NTP Sulawesi Tenggara tercatat 106,23 atau mengalami penurunan 0,04 persen dibanding bulan sebelumnya, atau berada pada urutan ke delapan belas penurunan NTP secara nasional. Sedangkan NTP Nasional sebesar 105,87 atau naik sebesar 0,14 persen. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 70

Pada Desember 2012, perubahan indeks harga konsumen perdesaan di Sulawesi Tenggara naik sebesar 0,70 persen. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan perubahan indeks harga pada semua kelompok konsumsi yaitu kelompok bahan makanan 1,05 persen; makanan jadi 0,31 persen; perumahan 0,38 persen; sandang 0,12 persen; kesehatan 0,53 persen; pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,10 persen; dan transportasi dan komunikasi 0,01 persen. Jika dilihat dari Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Desember 2012. Tiga subsector mengalami kenaikan, satu subsektor tidak menagalami perubahan dan satu subsektor lainnya mengalami penuruan. Subsektor yang mengalami kenaikan terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,03 persen; subsektor peternakan sebesar 0,22 persen; dan subsektor perikanan 0,82 persen. Sub sektor yang tidak mengalami kenaikan adalah subsektor tanaman pangan ( 0,00 persen); Sedangkan subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor hortikultura turun sebesar 0,08 persen. Pada Desember 2012, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Sulawesi Tenggara dilaporkan mengalami kenaikan bila dibandingkan November 2012, yaitu sebesar 0,57 persen dari 133,64 menjadi 134,41. Jika dilihat untuk masing-masing subsektor, terjadi kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) pada semua subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,43 persen; subsector hortikultura 0,60 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,69 persen; subsektor peternakan 0,49 persen; dan subsektor perikanan 0,60 persen. Naiknya semua subsektor tersebut menyebabkan terjadinya Ib gabungan mengalami kenaikan. d. Produktivitas Total Daerah Tingkat produktivitas daerah menunjukan kinerja perekonomian berdasarkan peranan sektor ekonomi terhadap PDRB atas dasar harga Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 71

berlaku maupun atas dasar harga konstan, sebagaimana yang ditunjukan pada tabel berikut ini: Tabel 28. Peranan Sektor Ekonomi terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Prov. Sultra Tahun 2005-2009 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2010 Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa sektor pertanian masih memberikan konstribusi yang besar terhadap PDRB dari total nilai PDRB, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor Listrik, Gas dan Air memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB dari total nilai PDRB 2. Fokus Fasilitas Wilayah dan Infrastruktur a. Aksesibilitas Daerah Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005-2010 dapat terlihat pada Tabel 18 berikut : Tabel 29. Rasio Panjang Jalan Perjumlah Kendaraan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005-2011 Tahun Panjang Jalan (KM) Jumlah Rasio Kendaraan* (%) 2005 7.264.98 147.488 4,93 2006 7.785.62 173.468 4,49 2007 8.422.77 206.447 4,08 2008 10.133.95 256.233 3,95 2009 9.704,61 312.091 3,11 2010 10.155,07 324.703 3,13 2011 9.822,05 439.589 2,23 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 72

Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005 sebesar 0,049. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006 sebesar 0,045. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 sebesar 0,041. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008 sebesar 0,040. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009 sebesar 0,031 dan rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan Tahun 2010 sebesar 0,031. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan cenderung menurun selama 5 Tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena penambahan panjang jalan tidak sebanding dengan pertambahan jumlah kendaraan baik motor maupun mobil. Namun hal ini masih belum menjadi permasalahan yang mendesak karena belum terlihat kemacetan baik dipedesaan maupun di perkotaan. Tabel 30. Jumlah Orang Melalui Bandara Haluoleo Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Tahun Penumpang Datang Penumpang Berangkat 2007 187.252 190.647 2008 207.686 210.601 2009 272.163 279.645 2010 270.497 237.209 2011 295.420 304.017 Sumber : Dinas Perhubungan Prov. Sultra, 2012 Jumlah penumpang datang dan berangkat dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011 cenderung mengalamim peningkatan dari Tahun ke Tahun. Jika pada Tahun 2007 jumlah penumpang datang sebesar 187.252 orang dan jumlah penumpang berangkat sebesar 190.647 orang. Kondisi ini meningkat pada Tahun 2011 dimana jumlah penumpang datang sebesar 295.420 orang dan penumpang berangkat sebesar 304.017 orang, pertambahan jumlah penumpang datang dan pergi disebabkan geliat Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 73

ekonomi diwilayah ini serta adanya penambahan frekuensi penerbangan di Bandara Haluoleo. b. Fasilitas Bank dan Non Bank Sektor perbankan diharapkan dapat mendukung perkembangan perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya pada sektor rill. Bank milik pemerintah yang membuka cabang di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Bank BRI, BNI 46, Bank Mandiri, Bank BTN dan BPD. Sedangkan Bank swasta nasional yang membuka cabang di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Bank BII, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Panin, Bank Mega, Bank NISP, Bank Artha Graha, Bank Sinar Mas dan beberapa Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan jenis dan jumlah bank beserta cabang-cabangnya dapat terlihat pada Tabel 20 berikut : Tabel 31. Jenis dan Jumlah Bank beserta Cabangnya di Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2011 Tahun Bank Bank Bank Indonesia Pemerintah Swasta BPR Total 2004 1 28 9 6 44 2005 1 29 10 6 46 2006 1 60 16 6 83 2007 1 64 16 5 90 2008 1 72 22 1 105 2009 1 72 26 11 110 2010 1 84 37 12 129 2011 1 100 68 12 181 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Perkembangan lembaga keuangan cukup meningkat dari Tahun ke Tahun terutama Bank Pemerintah mencapai 100 unit dan Bank Swasta mencapai 68 dan BPR mencapai 12 unit pada Tahun 2011, meningkat bila dibandingkan dengan Tahun 2010. Pertambahan jumlah bank, baik milik pemerintah dan swasta serta bank skala kecil seperti BPR Bahteramas menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di wilayah ini sehingga menarik sektor perbankan untuk melakukan ekspansi. Sektor perbankan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 74

diharapkan melakukan pernannya untuk mendorong sektor rill melalui fungsi intermediasi perbankannya sehingga dapat mendorong produksi dan produktifitas masyarakat. Namun untuk melayani masyarakat kecil dan UMKM dikembangakan BPR Bahteramas yang diharapkan membuka akses masyarakat dipedesaan utnuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan. 3. Iklim Berinvestasi a. Angka kriminalitas Angka kriminalitas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009-20011 relative berfluktuatif. Angka kriminalitas pada tahun 2009 sebanyak 7.652 kasus. Pada tahun 2010 meningkat sebanyak 7.662 kasus kiriminaliats atau meningkat sebesar 0,13%. Pada tahun 2011 Angka kriminalitas sebanyak 4.140 atau menurun sebesar -45,97%. Angka kriminalitas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 24. Jumlah dan Trend Angka kriminalitas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 b. Kegiatan Pembinaan Politik Jumlah peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah provinsi Sultra tahu 2008-20011 relative menurun. Jumlah peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah pada tahun 2008 sebanyak 200 0rang. Pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 75

tahun 2010 sebanyak 200 orang atau tidak meningkat (0,0%). Pada tahun 2010 peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah sebanyak 159 orang atau menurun sebanyak -25% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah sebanyak 100 orang atau meningkat sebanyak -33,3%. Jumlah peserta dalam kegiatan pembinaan politik Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 25. Jumlah dan Trend Jumlah Peserta dalam Kegiatan Pembinaan Politik Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2012 c. Linmas Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahu 2009-20011 relative meningkat sejak tahun 2008-2011. Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk pada tahun 2008 sebanyak 107 petugas, pada tahun 2009 bertambah menjadi 109 petugas atau meningkat sebesar 1,87%. pada tahun 2010 bertambah menjadi 118 petugas atau meningkat sebesar 8,26 %. pada tahun 2011 bertambah menjadi 120 petugas atau meningkat sebesar 1,69%. Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 76

Gambar 26. Trend dan Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2013 Penambahan Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Provinsi Sulawesi Tenggara tahu 2009-20011 relative meningkat. Penambahan Petugas Perlindungan Masyarakat ( Linmas ) di Sultra pada tahun 2008 sebanyak 1.076.967 petugas. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.092.176 petugas atau meningkat sebesar 1,41%. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.179.120 petugas atau meningkat sebesar 7,96%. Pada tahun 2011 tidak terjadi penambahan atau peningkatan Gambar 27. Trend dan Penambahan Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Sumber : Data sekunder diolah 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 77