ANALISIS KESEIMBANGAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI TABANIO KABUPATEN TANAH LAUT

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP :

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK SIMULASI PERENCANAAN POLA TANAM

SIMULASI POTENSI DAN KAPASITAS EMBUNG SUNGAI PAKU TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAGI MASYARAKAT

BAB-4 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

NERACA AIR WADUK SUNGAI PAKU TERHADAP KEBUTUHAN AIR BAKU BAGI MASYARAKAT Water Balance of Paku River Reservoir to Standart Water Needs for the People

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dari data klimatologi yang diambil dari stasiun pengamatan Landasan Udara Abdul Rahman Saleh didapatkanlah rata-rata ETo nya adalah 3,77 mm/day.

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA DAERAH IRIGASI MEGANG TIKIP KABUPATEN MUSI RAWAS

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, dan perbaikan sarana irigasi. seluruhnya mencapai ± 3017 Ha di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan P. Sei.

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

Kata kunci : Kebutuhan Irigasi, Kebutuhan Non Irigasi, keandalan waduk

ANALISIS ALIRAN AIR MELALUI BANGUNAN TALANG PADA DAERAH IRIGASI WALAHIR KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

EVALUASI KESEIMBANGAN AIR DALAM PENGOPTIMALAN DAERAH IRIGASI (STUDI KASUS DAERAH IRIGASI PETAPAHAN KABUPATEN KAMPAR)

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BEGASING KECAMATAN SUKADANA

Studi Kasus Penggunaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK

MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMPUH ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Ketersediaan Air Bersih untuk Kebutuhan Penduduk di Kecamatan Pauh Kota Padang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT

KONDISI UMUM BANJARMASIN

PERENCANAAN DAERAH IRIGASI SUNGAI BANTIMURUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS)

EVALUASI KINERJA PENYALURAN AIR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi

BAB III LANDASAN TEORI

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

Transkripsi:

ANALISIS KESEIMBANGAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI TABANIO KABUPATEN TANAH LAUT Herliyani Farial Agoes (1), Fakhrurrazi (1), dan Adriani Muhlis (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Debit Sungai Tabanio pada saat ini dipergunakan untuk memenuhi berbagai macam sektor kebutuhan air disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Tabanio Kabupaten Tanah Laut. Untuk mengetahui apakah ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan air DAS Tabanio maka diperlukan Analisis Keseimbangan Air DAS Tabanio. Ketersediaan air dihitung dengan Metode Debit Andalan. Data yang diperlukan untuk analisis ketersediaan air adalah data debit sungai bulanan atau harian dengan periode waktu lebih besar dari 10 tahun, dimana data ini tidak ada sehingga debit bulanan disimulasikan berdasarkan data hujan dan data evapotranspirasi potensial pada daerah penelitian dengan bantuan model matematik hubungan hujan-limpasan. Model hubungan hujan-debit dengan interval bulanan yang digunakan adalah Nreca dan Mock. Dari masing-masing Metode Nreca dan Mock nantinya didapat Debit Andalan 80%, 85%, 90%, 95% dan 99%. Ketersediaan air adalah sebagai Input (I) dalam analisis Keseimbangan Air DAS Tabanio. Kebutuhan Air DAS Tabanio dibatasi pada kebutuhan air sawah (padi dan palawija) berdasarkan KP-01, air bersih, dan perkebunan kelapa sawit. Setelah dianalisis masing-masing kebutuhan tersebut dan dijumlahkan sehingga didapat Total Kebutuhan Air DAS Tabanio atau sebagai Output (O) dalam analisis Keseimbangan Air DAS Tabanio. Hasil studi di DAS Tabanio Tahun 2014 didapat bahwa Kebutuhan Air DAS Tabanio ratarata per tahun adalah 12,858 m 3 /detik (405,490 juta m 3 /tahun) dimana kebutuhan air untuk padi adalah 7,174 m 3 /detik (55,79%), kebutuhan air untuk palawija adalah 5,295 m 3 /detik (41,18%), kebutuhan air untuk air bersih adalah 0,185 m 3 /detik (1,44%), dan kebutuhan air untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0,204 m 3 /detik (1,59%). Dan Ketersediaan Air/Debit andalan 85% pada DAS Tabanio adalah rata-rata per bulan adalah 14,319 m 3 /detik (451,550 juta m 3 /tahun). Debit terbesar terjadi bulan April sebesar 27,440 m 3 /detik dan terkecil terdapat pada bulan Oktober senilai 1,297 m 3 /detik. Kata Kunci : Metode Nreca, Metode Mock, Keseimbanan Air 1. PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topo-grafi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke Laut. Kabupaten Tanah Laut terletak di Kalimantan Selatan dengan ibukota Kabupaten di Kota Pelaihari di batasi : sebelah Barat dan sebelah Selatan oleh Laut Jawa, sebelah Timur oleh Kabupaten Kotabaru dan sebelah Utara oleh Kabupaten Banjar. Di Kabupaten Tanah Laut terdapat Sungai Tabanio, Sungai Asam-Asam, Sungai Kintap. Daerah Aliran Sungai (DAS) Tabanio mencakupi kecamatan Bajuin, Pelaihari, Takisung, sebagian Kurau dan Tambang Ulang. Data yang diperlukan untuk debit andalan adalah data debit sungai yang mempunyai interval waktu lebih dari 10 tahun. Pada DAS Tabanio data debit sungai secara langsung (pengukuran penampang basah dan kecepatan aliran sungai) tidak ada, sehingga belum diketahui besarnya ketersediaan air di DAS Tabanio. Untuk itu diperlukan data debit bangkitan dari data hujan dan evapotranspirasi potensial dengan menggunakan model matematik hubungan hujan-limpasan. Besaran ketersediaan air dan kebutuhan air di DAS Tabanio belum diketahui sehingga keseimbangan air di DAS Tabanio juga belum bisa ditentukan. Untuk itu diperlukan Analisis Keseimbangan Air pada DAS Tabanio dimana

sebelumnya harus diketahui besaran Ketersediaan Air dan Kebutuhan Air di DAS Asam- Asam. 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan selama lebih kurang 5 (lima) bulan (Mei - September ) di DAS Tabanio, dengan Luas DAS 624,25 km 2. Penelitiaan ini berupa pengumpulan datadata sekunder yang akan digunakan dalam analisis. Data-data ini diperoleh dari instansi pemerintah maupun lembaga terkait lainnya (konsultan : PT. Indra Karya). Dalam analisis data debit, dilakukan kalibrasi sesuai dengan data current meter di sungai Tabanio. Dari analisis, akan ditentukan data debit Mock atau Nreca yang akan dipakai sebagai ketersediaan air di DAS Tabanio. Data sekunder yang diperlukan antara lain: 1 Data kondisi lokasi penelitian (peta mengenai tata guna lahan disekitar DAS Tabanio). Data ini diperoleh dari Dinas PU. 2 Peta Klimatologi dan Stasiun hujan di Kabupaten Tanah Laut. Data ini diperoleh dari Dinas PU. 3 Data Klimatologi dan curah hujan harian pada atau sekitar DAS Tabanio. Data ini diperoleh dari Dinas PU. 4 Luas lahan pertanian dan perkebunan di sekitar DAS Tabanio. Data ini didapat dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tanah Laut. 5 Jenis padi dan palawija yang ditanam di. sekitar DAS Tabanio. Data ini diperoleh dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tanah Laut. 6 Data kebutuhan air pada :PDAM (diperoleh dari PDAM Tanah Laut),Pro-duksi dan pengolahan kelapa sawit (dipe-roleh dari Badan Lingkungan Hidup Tanah Laut). Data klimatologi yang digunakan adalah berasal dari stasiun klimatologi Jorong. Sedangkan data curah hujan berasal dari 3 stasiun curah hujan yaitu SMPK Pleihari, PG Pleihari, dan Jorong. Data Klimatologi yang tercatat pada stasiun Jorong adalah temperatur udara, penyinaran matahari, kecepatan angin, penguapan dan kelembaban relatif. Untuk memperhitung kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam l/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut: = ^/(^ 1) (1) Dimana: IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/hari M P k T S = kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensari kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = E o + P, mm/hari E o = evaporasi air yang terbuka yang diambil 1.1 ET o selama penyiapan lahan, mm/hari = Perkolasi = MT/S = jangka waktu penyiapan lahan, hari = kebutuhaan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, mm yakni 200 + 50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan di atas. Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut: =.(2) Dimana: ET c = evapotranspirasi tanaman, mm/hari ET o = evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari K c = koefisien tanaman Evapotranspirasi tanaman acuan adalah eva-potranspirasi tanaman yang dijadikan acuan, yakni rerumputan pendek. ET o adalah kondisi evaporasi berdasarkan keadaan - keadaan meteorologi seperti: 1. Temperatur 2. Sinar matahari (atau radiasi) 3. Kelembaban 4. Angin Bila evapotranspirasi diukur di stasiun agro-meteorologi, maka biasanya digunakan pan Kelas A. Harga-harga pan evaporasi (E pan ) dikonversi ke dalam angka-angka ET o dengan mnerapkan faktor pan K p antara 0.65 dan 0.85 bergantung kepada kecepatan angin, kelembaban relatif serta elevasi. =...(3) Perhitungan evaporasi, menggunakan rumus Penman yang sudah dimodifikasi (Metode Nedeco/Prosida atau Metode FAO). Koefisien tanaman padi atau palawija dapat dilihat di KP-01. Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah-tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat

mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang kebih ringan, laju perkolasi biasa lebih tinggi. Penggantian Lapisan Air (WLR), penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3.3 mm/hari selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi. Untuk irigasi padi curah hujan efektif bulanan diambil 70 persen dari curah hujan tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun. =0,7 (!"h $%&" ). (4) Dimana: R e = curah hujan efektif, mm/hari R (setengah bulan) 5 = curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun/mm. Curah hujan efektif untuk palawija ditentukan dengan periode bulanan dan dihubungkan dengan curah hujan rata-rata bulanan (terpenuhi 50% = R 50 ) serta rata-rata bulanan evapotranspirasi tanaman. Curah Hujan Efektif Rata-Rata Bulanan Yang Dikaitkan Dengan ET Dan Hujan Rata-Rata Bulanan dapat dilihat pada KP-01. Angka-angka efisiensi irigasi dapat dilihat pada KP-01. NFR=IR-Re (5) NFR= Kebutuhan bersih air di sawah Selama Penyiapan lahan IR =Kebutuhan Air Irigasi Selama Penyiapan Lahan Re = Curah Hujan Efektif Setelah Penyiapan Lahan Kebutuhan bersih di sawah adalah : NFR=ETc+P-Re+WLR...(6) Kebutuhan air pada tanaman (DR) adalah : DR=NFR / (Ef x 8.64)...(7) Perkiraan kebutuhan untuk air bersih akan didasarkan pada perkembangan jumlah penduduk pada daerah layanan yang direncanakan. Dimana pertambahan jumlah penduduk diprediksi pada tahun 2014 yang dihitung dengan rumus bunga majemuk yaitu dengan menggunakan metode Geometrik sebagai berikut: Pn= Po (1+ r) n...(8) Dengan : Pn = Jumlah penduduk sampai tahun ke-n Po = Jumlah penduduk dasar awal r = Prosentase pertambahan penduduk n = Jangka waktu pertambahan penduduk Tingkat pemakaian air bersih diasumsikan tergantung pada katagori daerah dan jumlah penduduk. Untuk perhitungan PKS berdasarkan data kebutuhan air pada Laporan PT. Gawi Makmur Kalimantan, revisi dokumen analisis dampak langkungan (ANDAL), rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL) perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Kecamatan Jorong, Batu Ampar dan Kintap Kabupaten Tanah Laut, dimana memperhitungkan kebutuhan air pada pembibitan, pengolahan di pabrik dan domestik (kebutuhan air untuk karyawan). Kebutuhan air untuk perusahaan kelapa sawit lainnya diasumsikan/dibandingkan terhadap luas perkebunan milik PT. GMK. jumlah karyawan yaitu memperhitungkan perbandingan terhadap luas perkebunan, dimana kebutuhannya diasumsikan 100 liter/hari/orang. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Temperatur udara rata-rata di DAS Tabanio Kabupaten Tanah Laut adalah 27,40 C. Temperatur udara rata-rata tertinggi 28,44 C pada bulan Juli dan temperatur rata-rata terendah 26,87 C pada bulan Januari. Kelembaban rata-rata di DAS Tabanio Kabupaten Tanah Laut adalah 89,23%. Kelembaban rata-rata tertinggi 90,98% pada bulan November dan kelembaban rata-rata terendah 86,58% pada bulan Oktober. Penyinaran matahari rata-rata di Kabupaten Tanah Laut adalah 45,96%. Penyinaran mata-hari rata-rata tertinggi 64,95% pada bulan Agustus dan penyinaran matahari ratarata terendah 28,78% pada bulan Desember. Kecepatan angin rata-rata di Kabupaten Tanah Laut adalah 22.11 mile/hari atau 0,41 m/detik. Kecepatan angin rata-rata tertinggi 36,21 mile/hari atau 0,67 m/detik pada bulan September dan kecepatan angin rata-rata terendah 12,41 mile/hari atau 0,23 m/detik pada bulan Mei. Penguapan rata-rata di Kabupaten Tanah Laut adalah 4,61 mm. Penguapan rata-rata tertinggi 5,76 mm pada bulan September dan penguapan ratarata terendah 3,66 mm pada bulan Maret. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Tanah Laut adalah 116,0 mm. Curah hujan rata-rata tertinggi 211,3 mm pada bulan Desember dan Curah hujan rata-rata terendah 36.26 mm pada bulan September.

Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Tanah Laut, padi yang ditanam disawah yaitu : 1. Padi Lokal (Biasa) 2. Padi Gogo (Unggul) Evapotranspirasi (ETo) rata-rata adalah 4,65 mm/hari. Evapotranspirasi (ETo) tertinggi 5,57 mm/hari pada bulan September dan Evapo-transpirasi (ETo) terendah 4,12 mm/hari pada bulan Desember. Curah hujan efektif padi rata-rata adalah 2,36 mm/hari. Curah hujan efektif padi tertinggi 5,80 mm/hari pada bulan Januari dan curah hujan efektif padi terendah 0,00 mm/hari pada bulan September. Pola tanam yang disimulasikan untuk padi disawah adalah sebagai berikut : 1. Padi Biasa (MT 1) - Padi Unggul (MT 2), awal tanam : Nopember I, Desember I, Desember II, dan Januari I (ada 4 simulasi) 2. Padi Unggul (MT 1) - Padi Unggul (MT 2), awal tanam : Nopember I, Desember I, Desember II, dan Januari I (ada 4 simulasi). 3. Padi Biasa (MT 1) - Padi Biasa (MT 2), awal tanam : Nopember I, Desember I, Desember II, dan Januari I (ada 4 simulasi). Luas tanam 1 (MT 1) adalah 17834,4 Ha. Luas tanam 2 (MT 2) adalah 1459,5 Ha. Ini adalah luas tanam kondisi eksisting. Untuk Palawija kondisi eksiting, Luas Tanam 1 pada Masa Tanam 1 (MT 1) menggunakan luas total 9640,8 Ha, sedangkan untuk luas tanam MT 2 adalah 7679,2 Ha (total luas tanam jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau) karena waktu yang tersedia untuk MT 2 sisa 5 bulan (hanya cukup menanam jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau) dan untuk memperkecil nilai kebutuhan air palawija di musim kering. Simulasi yang digunakan Palawija I (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) - Palawija II (jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau). Kebutuhan air bersih (Domestik) di DAS Tabanio adalah sebesar 0,185 m 3 /detik dengan jumlah penduduk 159.526 jiwa. Sedangkan kebutuhan air Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) di DAS Tabanio adalah sebesar 0,204 m 3 /detik dengan total luas perkebunan 32.302 Ha. Debit Andalan (Nreca) 25.000 20.000 Debit (m3/detik ) 15.000 10.000 5.000 0.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Q 80% 12.24 21.68 8.738 12.05 7.035 3.905 1.974 0.958 0.853 0.554 1.060 11.00 Q 85% 8.788 15.87 7.488 10.37 5.867 3.031 1.467 0.733 0.652 0.350 0.564 4.490 Q 90% 7.414 8.903 6.383 9.352 5.092 2.631 1.273 0.636 0.371 0.185 0.087 1.287 Q 95% 6.040 1.933 5.277 8.327 4.317 2.231 1.079 0.540 0.089 0.020 0.000 0.000 Q 99% 4.941 0.000 4.393 7.508 3.697 1.910 0.924 0.462 0.000 0.000 0.000 0.000 Gambar 1. Grafik Debit Andalan Sungai Tabanio (Data Debit Nreca)

Debit Andalan (Mock) Debit (m3/detik) 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Q 80% 25.24 28.12 29.75 28.22 27.30 17.33 6.760 5.472 3.300 2.296 11.43 19.53 Q 85% 24.19 23.83 25.44 27.44 22.34 13.97 4.895 3.629 1.913 1.297 8.919 13.94 Q 90% 22.99 20.10 19.23 26.68 15.37 10.14 3.932 1.886 0.895 0.967 7.677 8.792 Q 95% 21.78 16.38 13.03 25.92 8.412 6.307 2.969 0.143 0.000 0.636 6.435 3.643 Q 99% 20.81 13.40 8.074 25.31 2.840 3.239 2.199 0.000 0.000 0.371 5.442 0.000 Gambar 2. Grafik Debit Andalan Sungai Tabanio(Data Debit Mock) Setelah dilakukan pengukuran debit dilapangan, ternyata data debit metode Mock sangat mendekati dengan data debit dilapangan (Sungai Tabanio). Sehingga dalam analisis keseimbangan air di DAS Tabanio, ketersediaan air/debit andalan yang akan digunakan adalah debit andalan menggunakan data debit metode Mock. Dari Simulasi Kebutuhan Air Kondisi Eksisting Pada DAS Tabanio di dapat bahwa kebutuhan padi, palawija, air bersih dan perkebunan kelapa sawit masing-masing adalah 55,79%, 41,18%, 1,44% dan 1,59% dari total kebutuhan air Di DAS Tabanio. Dari hasil simulasi Neraca Air di DAS Tabanio didapat : 1. Sisa air di DAS Tabanio dalam setahun bernilai positif (total ketersediaan air melebihi total kebutuhan air dalam setahun), artinya terdapat air berlebih dimusim penghujan dimana kelebihan air ini dapat di supplai ke sawah pada musim kemarau yang mengalami kekurangan air (lihat Lampiran 1.8, Perhitungan Neraca Air Di Lahan Eksisting). Sehingga di DAS Tabanio layak dibangun waduk. 2. Pola tanam padi biasa-padi unggul + Palawija I-II di sawah yang paling efesien yaitu dengan awal tanam November II karena sisa dari penggunaan ketersediaan air di DAS Tabanio adalah paling besar bila dibandingkan dengan awal tanam Desember I, Desember II maupun Januari I. 3. Pola tanam padi unggul-padi unggul + Palawija I-II di sawah yang paling efesien yaitu dengan awal tanam November II karena sisa dari penggunaan ketersediaan air di DAS Tabanio adalah paling besar bila dibandingkan dengan awal tanam Desember I, Desember II maupun Januari I. 4. Pola tanam padi biasa-padi biasa + Palawija I-II di sawah yang paling efesien yaitu dengan awal tanam November II karena sisa dari penggunaan ketersediaan air di DAS Tabanio adalah paling besar bila dibandingkan dengan awal tanam Desember I, Desember II maupun Januari I. 5. Sisa air dalam setahun yang paling kecil adalah 43,396 juta m 3. Angka ini dapat menjadi patokan yang paling kritis dalam penambahan lahan pertanian dimana dalam analisis ini penambahan lahan yang ditanam padi hanya dilakukan di masa tanam 1 (MT 1) atau dimusim penghujan. 4. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil analisis keseimbangan air di DAS Tabanio dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kebutuhan Air DAS Tabanio rata-rata per tahun adalah 12,858 m 3 /detik (405,490 juta m 3 /tahun) dimana kebutuhan air untuk padi adalah 7,174 m 3 /detik (55,79%), kebutuhan air untuk palawija adalah 5,295 m 3 /detik (41,18%), kebutuhan air untuk air bersih adalah 0,185 m 3 /detik (1,44%), dan kebutuhan air untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0,204 m 3 /detik (1,59%). 2. Ketersediaan Air/Debit andalan 85% pada DAS Tabanio adalah rata-rata per bulan adalah 14,319 m 3 /detik (451,550 juta m 3 /tahun). Debit terbesar terjadi bulan

April sebesar 27,440 m 3 /detik dan terkecil terdapat pada bulan Oktober senilai 1,297 m 3 /detik. 3. Dari hasil analisis neraca air didapat Pola tanam padi biasa-padi unggul + Palawija I-II di sawah yang paling efesien yaitu dengan awal tanam November II karena sisa dari penggunaan ketersediaan air di DAS Tabanio adalah paling besar bila dibandingkan dengan awal tanam Desember I, Desember II maupun Januari I. Begitu juga Pola tanam padi unggul-padi unggul + Palawija I-II dan padi biasa-padi biasa + Palawija I-II. Sisa air dalam setahun yang paling kecil adalah 43,396 juta m 3 sehingga luas sawah untuk padi pada masa tanam 1 (MT 1) dapat ditambah dari luas eksistingnya menjadi maksimum 21981,7 Ha atau mengalami pertambahan luas maksimum sebesar 4147,3 Ha, dimana dengan ketentuan luas sawah padi MT 2 dan palawija adalah tetap, begitu juga pada sektor kebutuhan air bersih dan perkebunan kelapa sawit tidak mengalami perubahan. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim (2010), Revisi DokumenAnalisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan(RPL), Perkebunan Dan Pengolahan Kelapa Sawit Di Kecamatan Jorong, Batu Ampar Dan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, PT. Gawi Makmur Kalimantan 2. Anonim (2009), Kabupaten Tanah Laut Dalam Angka 2008, Badan Pusat Statistik Kabupaten tanah Laut 3. Anonim(2009), Analisis Dampak Lingkungan (Andal),2009,Kegiatan Peningkatan Pembangunan Dan Operasional PLTU Asam-Asam Kapasitas 4x65 MW Di Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut, PT. Indra Karya, Banjarmasin 4. Anonim (1986), Standar Perencanaan Irigasi Kriteria, Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi Kp-01, Dirjen Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 5. Anonim (1986), Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, Bagian Penunjang Untuk Standar Perencanaan Irigasi, Dirjen Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 6. Anonim (1999), Panduan Perencanaan Bendungan Urugan,Volume II (Analisis Hidrologi), Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Bina Teknik, Irrigation Engineering Service Center Bersama Japan International Cooperation Agency, Dirjen Pengairan, Jakarta 7. Asdak C (2007) Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta 8. Chow, V, T (1992), Hidraulika Saluran Terbuka, Erlangga. Jakarta Chow, V.T., Maidment, D.R and Mays, L.W, 1988, Applied Hydrologi, McGraw-Hill International Editions, Singapore INT 2014