LAPORAN EKSEKUTIF EVALUASI DAMPAK BANTUAN BERMUTU KKG/MGMP TERHADAP KINERJA GURU (BASELINE STUDY)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data maka penelitian ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab

BETTER EDUCATION THROUGH REFORMED MANAGEMENT AND UNIVERSAL TEACHER UPGRADING B E R M U T U

RINGKASAN LAPORAN AKHIR STUDI TENTANG DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP PENINGKATAN ENROLLMENT LPTK, 2009

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi dan pembahasan data hasil penelitian tentang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian:

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

I. PENDAHULUAN. sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang. diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang. Sekolah Dasar, telah menjadi komitmen pemerintah yang harus

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB V PENUTUP. melaksanakan tugasnya yang tercermin dari sikap dan perbuatannya dalam

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

STUDI MODEL PENGEMBANGAN PROFESI GURU PENDIDIKAN DASAR DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN NASIONAL

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

KONTRIBUSI ETOS KERJA ISLAMI DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA (MTSS) SE-KOTA PADANG PANJANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB VI PENUTUP. prosentase sebesar 58,1%. Sisanya sebesar 41,9% dipengaruhi oleh. pengaruh antara kompetensi guru tersertifikasi melalui portofolio

Sertifikasi Guru di Indonesia: Peningkatan Pendapatan atau Cara untuk Meningkatkan Pembelajaran?

DAFTAR ISI... PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan nasional yang sekarang dilaksanakan bangsa Indonesia memiliki semangat untuk menciptakan pembangunan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. yang penulis lakukan terhadap responden dan informan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

EFEKTIVITAS KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA GURU DI SMP SE-KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM BETTER EDUCATION THROUGH MANAGEMENT UNIVERSAL AND TEACHER UPGRADING (BERMUTU) DI KOTA GORONTALO

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam. tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Indragiri Hulu. Kabupaten Kuantan Singingi terbentuk berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

KATA KUNCI: GURU PROFESIONAL, KOMPETENSI PEDAGOGIK, KOMPETENSI PROFESIONAL, KINERJA

Kata Kunci: Guru Profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kinerja

Suwarsi : Q

PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius pemerintah. Sejalan dengan upaya peningkatan

Pembelajaran tipe giving question and getting answer dengan group resume

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembinaan guru pascasertifikasi penting dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan mutu pendidikan dan oleh karena guru sendiri wajib memiliki

PEMBELAJARAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktor utama yang

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

Unnes Physics Education Journal

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama suatu perusahaan,

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia secara umum saat ini masih mengalami banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB III METODE PENELITIAN

CALON PENERIMA BLOCK GRANT TAHUN 2010 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pesat, ini dapat dilihat dari kemunculan berbagai aplikasi-aplikasi dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang jasa maupun industri pasti mempunyai tujuan yang

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN KEGIATAN

PENGARUH PELAKSANAAN MGMP IPA TERPADU DAN SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA SMP/MTS SE-KOTA MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sertifikasi guru merupakan salah satu terobosan dalam dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Malem Sendah Sembiring Staf Peneliti Puslitjaknov, Balitbang Kemdiknas. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. profesionalisme guru SD. Selanjutnya dirumuskan rekomendasi yang ditujukan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

Format 1: Evaluasi Diri Guru untuk Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi oleh Guru)

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan prestasi murid adalah guru. bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga terletak pada karakter yang dimilikinya. Seperti pada fungsi pendidikan. karakter, salah satunya adalah tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

Kajian tentang Efektivitas Pemberian Insentif bagi Guru Daerah Terpencil di Kabupaten Banjar

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

Transkripsi:

LAPORAN EKSEKUTIF EVALUASI DAMPAK BANTUAN BERMUTU KKG/MGMP TERHADAP KINERJA GURU (BASELINE STUDY) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatan mutu pendidikan, sangat diperlukan guru (pendidik) dalam jumlah yang memadai maupun standar mutu kompetensi dan profesionalisme yang terjamin. Namun demikian, pada kenyataan mutu guru kita masih sangat rendah. Pada tabel berikut disajikan hasil tes kompetensi guru yang dilakukan Puspendik dalam rangka baseline study dampak sertifikasi guru terhadap kinerja guru yang dilakukan Puslitjak pada tahun 2009. Lokasi sampel Jawa Luar Jawa Tabel 1. Hasil tes kompetensi guru tahun 2009 Statistik SKOR kompetensi Pedagogi Kepribadian Sosial Profesional Mean 1,9 40,9 39,5 25,9 Max 5,0 50,0 50,0 40,0 N 798 798 798 798 Mean 2,0 37,3 34,8 21,7 Max 6,0 50,0 50,0 39,0 N 846 846 846 846 Oleh karena masih rendahnya mutu guru, maka salah satu upaya pemerintah adalah memberdayakan KKG/MGMP melalui program Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU). Program ini memberikan Dana Bantuan Langsung (DBL) pada KKG/MGMP. Tujuan utama dari pengembangan program ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru yang diharapkan dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran siswa. B. Perumusan masalah Berkaitan dengan bantuan BERMUTU KKG/MGMP, maka efektivitasnya sangat perlu dievaluasi. Oleh karena itu rumusan masalah adalah sebagai berikut. 1. Seperti apakah dampak pemberian DBL (dan pola KKG/MGMP yang digunakan) terhadap profil, manajemen, kegiatan, dan pendanaan KKG/MGMP? 2. Seperti apakah dampak perubahan kegiatan KKG/MGMP terhadap kompetensi guru? 1

3. Seperti apakah dampak perubahan kompetensi guru terhadap kinerja guru (job performance) dan prestasi siswa? C. Tujuan Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui dampak program Bermutu terhadap kinerja guru yang diindikasikan oleh job performance guru dan prestasi siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dirumuskan tujuan operasional sebagai berikut. 1. Mengetahui dampak pemberian DBL (dan pola KKG/MGMP yg digunakan) terhadap profil, manajemen, kegiatan, dan pendanaan KKG/MGMP 2. Mengetahui dampak perubahan kegiatan KKG/MGMP terhadap kompetensi guru 3. Mengetahui dampak perubahan kompetensi guru terhadap kinerja guru (job performance) dan prestasi siswa KAJIAN LITERATUR A. Definisi Kinerja Menurut Janawi (2007:53) kinerja guru dapat dirumuskan: (i) menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendidik, (ii) menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu secara terus menerus, (iii) menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat atas dasar keikhlasan sebagai wujud pengamalan ilmu dan teknologi yang telah dikuasai, (iv) beradaptasi dan berkomunikasi dengan komunitas profesi untuk meningkatkan sinergi dalam pengembangan ilmu dan kinerja profesional, (v) bersikap inklusif, bertindak obyektif dan berkomunikasi secara empatik dan santun dengan masyarakat luas. B. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Faktor-faktor yang mempengaruhui kinerja guru dikelompokkan menjadi dua macam faktor (Mangkunegara, 2000; Sukadi, 2001; Usman, 2003). 1. Faktor dari dalam diri sendiri (internal), mencakup: (i) Kecerdasan, (ii) Keterampilan dan kecakapan, (iii) Bakat, (iv) Kemampuan dan minat, (v) Motif, (vi) Kesehatan, (vii) Kepribadian, (viii) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja 2. Faktor dari luar diri sendiri (eksternal): (i) Lingkungan keluarga, (ii) Lingkungan kerja, (ii) Komunikasi dengan kepala sekolah, (iii) Sarana dan prasarana, dan (iv) Kegiatan guru di kelas. 2

METODOLOGI Studi ini merupakan studi longitudinal sehingga pada tahun pertama dilakukan base line study. Studi ini dilakukan secara bersama-sama antara Puslitjaknov, dan Puspendik, Perusahaan Konsultan (PT Sascon dari Bandung), dengan koordinatornya Puslitjaknov. Sampel studi ini adalah 40 kabupaten/kota terdiri atas 20 kabupaten/kota BERMUTU yang dipilih di antara 75 kabupaten/kota BERMUTU dan 20 kabupaten/kota non-bermutu. Di kabupaten/kota BERMUTU dikunjungi 77 KKG, 138 MGMP, 154 SD dan 149 SMP, sedangkan di kabupaten/kota non BERMUTU dikunjungi 20 KKG, 20 MGMP, 40 SD dan 40 SMP. Responden studi ini adalah ketua KKG/MGMP, kepala sekolah, guru kelas di SD, guru mata pelajaran UN di SMP, siswa kelas II - VI SD, dan siswa kelas VII - IX SMP. Instrumen yang dikembangkan untuk mengumpulkan data adalah tes, pedoman wawancara, pedoman observasi kelas, dan pedoman diskusi kelompok. Pengumpulan data dengan cara wawancara dilakukan dengan responden ketua KKG/MGMP, Kepala Sekolah, dan Guru. Pengumpulan data dengan wawancara di 12 dari 20 kabupaten/kota BERMUTU dilakukan oleh PT Sascon. Sisanya di 8 kabupaten/kota dan di 20 kabupaten/kota non BERMUTU dilakukan oleh Puslitjaknov. Puslitjaknov juga melakukan observasi kelas dan diskusi kelompok. Tes dilakukan Puspendik di 20 kabupaten/kota BERMUTU. Data tes dientry dan dianalisis secara deskriptif oleh Puspendik. Data survey non tes dientry dan dianalisis oleh Puslitjaknov untuk kabupaten/kota yang menjadi tanggung jawabnya dan PT Sascon untuk kabupaten/kota yang menjadi tanggung jawabnya. Data yang sudah dientry dan sudah dibersihkan dikumpulkan oleh Puslitjaknov untuk dianalisis secara deskriptif untuk penyusunan laporan studi. Lebih lanjut dibandingkan pula kinerja guru di kabupaten/kota Bermutu dan kabupaten/kota non Bermutu. HASIL DAN BAHASAN A. Pengaruh Pemberian DBL terhadap KKG/MGMP 3

Pengaruh sentuhan Program BERMUTU diukur pada lima indikator manajemen yaitu terkait kepemilikan: (i) AD/ART, (ii) rencana kerja tahun 2009/2010, (iii) laporan pelaksanaan kegiatan tahun 2009/2010, (iv) banyaknya pertemuan yang dilaksanakan, dan (v) keaktifan anggota dalam kegiatan KKG/MGMP. Tabel 2. Karakteristik KKG/MGMP menurut Keterlibatan dalam Program Bermutu Bermutu non-dbl Bermutu DBL Persentase KKG/MGMP memiliki AD/ART 89 94 Persentase KKG/MGMP memiliki rencana 69 96 kerja 2009/ 2010 Persentase KKG/MGMP mempunyai laporan 48 88 kegiatan 2009/2010 Median jumlah pertemuan 2009/2010 16 16 Rerata proporsi anggota yang aktif 89 78 KKG/MGMP yang sudah menerima DBL pada tahun 2009 secara meyakinkan administrasinya jauh lebih baik dibanding dengan KKG/MGMP yang belum menerimanya. Kelebihbaikan administrasi itu ditunjukkan oleh jauh lebih besarnya proporsi KKG/MGMP yang memiliki AD/ART, menyusun rencana kerja 2009/2010, dan menyusun laporan kegiatan 2009/2010. Namun demikian kelebihbaikan administrasi KKG/MGMP tersebut belum terlihat dampaknya pada jumlah pertemuan. Hal ini diindikasikan oleh median jumlah pertemuan yang sama. Lebih lanjut dampak dari kelebihbaikan administrasi tersebut justru berbanding terbalik dengan proporsi anggota KKG/MGMP yang aktif. Setelah mendapat sentuhan Bermutu melalui pemberian DBL yang disertai dengan acuan pelaksanaan KKG/MGMP dan acuan pengunaan DBL ternyata persentase anggota yang aktif dalam KKG/MGMP justru menjadi lebih rendah. Terdapat dua kemungkinan tentang hal-hal yang dapat dikaitkan dengan menjadi lebih rendahnya proporsi guru yang aktif dalam KKG/MGMP. Kemungkinan pertama adalah adanya tugas-tugas (atau dikenal dengan tagihan-tagihan) yang harus dilaksanakan atau diserahkan oleh setiap anggota KKG/MGMP. Bertambahnya tugas-tugas itu, bagi anggota KKG/MGMP yang belum menyadari bahwa itu semua demi kebaikan proses pembelajaran mereka sendiri, maka mereka menganggap bahwa tagihan-tagihan tersebut sebagai beban semata. Kemungkinan ke dua, adalah tidak dialokasikannya dana perjalanan (transport lokal) bagi guru-guru untuk mengikuti kegiatan KKG/MGMP. Sebelum menerima DBL, para guru menerima dana perjalanan setiap kali mengikuti KKG/MGMP. 4

Dampak tidak diberikannya dana perjalanan ini cukup terasa bagi para guru karena sebelumnya mereka menerimanya. Manfaat umum KKG/MGMP yang paling dirasakan oleh guru adalah terkait dengan penyusunan pembelajaran dan metode pengajaran inovatif. Temuan survai konsisten dengan hasil FGD. Hal ini menunjukkan bahwa KKG/MGMP merupakan media yang tepat dan realistis bagi peningkatan kompetensi guru. Untuk itu maka rencana pemberian sertifikat kepada guru yang ikut kegiatan KKG/MGMP merupakan solusi yang tepat, karena memberikan manfaat peningkatan karier guru. B. Pengaruh DBL terhadap kompetensi guru 1. Keragaman kompetensi guru-guru SD anggota KKG penerima dan bukan penerima DBL Pada tiga kompetensi (yaitu profesional, kepribadian, dan sosial) ditemukan adanya perbedaan antara guru-guru SD yang KKG-nya sudah mendapat DBL dan yang belum, walaupun hanya sekitar 1,43 sampai 2,67 persen saja, sementara itu untuk kompetensi pedagogik tidak terdapat perbedaan sama sekali. Penafsiran sederhana dari temuan ini adalah bahwa, guru-guru anggota KKG penerima DBL mempunyai kompetensi kemampuan, kepribadian, dan sosial yang sedikit lebih tinggi dibanding dengan guru-guru yang KKG-nya belum menerima DBL, sementara kompetensi pedagogiknya sama saja. 2. Keragaman kompetensi guru-guru SMP anggota MGMP penerima dan bukan penerima DBL Perbedaan kompetensi antara guru-guru anggota MGMP yang mendapat DBL terhadap kompetensi guru-guru anggota MGMP yang belum mendapat DBL beragam antar-jenis kompetensinya. Untuk Guru Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika: perbedaan hanya terjadi pada kompetensi profesional dimana guru anggota MGMP yang mendapat DBL sedikit lebih baik daripada yang belum mendapat DBL, sedangkan untuk guru Biologi dan Fisika (Guru IPA): Kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional guru-guru anggota MGMP yang sudah mendapat DBL secara meyakinkan lebih tinggi dibanding dengan guru-guru anggota MGMP yang belum mendapat DBL. C. Pengaruh Perubahan Kompetensi Guru Terhadap Kinerja Guru 5

Karena studi tahun pertama ini merupakan baseline, maka analisis tahun ini belum dapat dilakukan untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan yang signifikan antara kompetensi dan kinerja guru. Namun demikian dicoba untuk dideskripsikan bagaimana kinerja guru antara KKG/MGMP yang mendapat DBL dan yang belum mendapat DBL. Kinerja guru diukur lewat observasi kelas (job performance) dan prestasi siswa. Via observasi kelas ditemukan bahwa sekor kinerja guru dalam pelaksanaan KBM pada SMP-SMP MGMP DBL sedikit lebih baik dibanding non-dbl, namun demikian terjadi sebaliknya untuk SD. Selanjutnya dari prestasi siswa: (i) untuk SD: hasil tes Bahasa Indonesia dan IPA tidak menunjukkan adanya perbedaan prestasi antara siswa yang gurunya ikut KKG yang mendapatkan DBL dengan non DBL, sebaliknya hasil tes Matematika menunjukkan adanya perbedaan yaitu prestasi siswa yang gurunya ikut KKG yang mendapatkan DBL sedikit lebih baik dibandingkan dengan siswa yang gurunya ikut KKG non DBL, (ii) untuk SMP: Hasil tes IPA tidak menunjukan adanya perbedaan prestasi antara siswa yang gurunya ikut MGMP yang mendapatkan DBL dengan siswa yang gurunya ikut MGMP non DBL, sebaliknya hasil tes Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris memperlihatkan adanya perbedaan prestasi yaitu prestasi siswa yang gurunya ikut MGMP yang mendapatkan DBL sedikit lebih baik dibandingkan dengan siswa yang gurunya ikut MGMP non DBL SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Sentuhan BERMUTU mempunyai beberapa dampak positif. Dampak tersebut adalah membuat KKG/MGMP : (i) lebih partisipatif, sebagaimana diindikasikan oleh keterlibatan lebih banyak anggota dan lebih seringnya terjadi penggiliran tempat pertemuan yang tidak hanya pada sekolah induk, (ii) terkelola dengan lebih baik, sebagaimana diindikasikan dengan lebih besarnya proprosi KKG/MGMP BERMUTU yang memiliki AD/ART, menyusun rencana kerja, dan menyusun laporan tahunan. KKG/MGMP pun dirasakan oleh guru merupakan media yang tepat dan realistis bagi peningkatan kompetensi guru karena melalui media ini mereka dapat belajar menyusun pembelajaran dan metode pengajaran inovatif. 6

Guru yang berasal dari KKG/MGMP yang mendapatkan DBL memiliki kemampuan profesional yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan guru yang berasal dari KKG/MGMP yang tidak mendapatkan DBL. Hal itu merupakan indikasi bahwa DBL berdampak positif terhadap kemampuan profesional guru, tetapi belum terlihat dampaknya terhadap aspek pedagogik, kepribadian dan sosial. Kuat dugaan bahwa dampak tersebut dipicu oleh KKG/MGMP yang menjadi lebih aktif dan terorganisir setelah mendapatkan DBL. Meskipun perbedaannya tidak besar, dan tidak berlaku di semua mata pelajaran, namun demikian prestasi siswa yang gurunya ikut KKG/MGMP yang mendapatkan DBL sedikit lebih baik dibandingkan dengan siswa yang gurunya ikut KKG/MGMP non DBL. Diduga, hal itu merupakan dampak kemampuan guru yang ikut KKG/MGMP dengan DBL yang lebih baik dibandingkan non DBL. Hasil observasi kelas (job performance) tidak sejalan dengan dugaan ini, karena memang di SMP hasil observasi menunjukkan bahwa sekor kinerja pembelajaran guru di SMP untuk guru yang ikut MGMP DBL sedikit lebih baik daripada non DBL, namun demikian di SD justru yang terjadi adalah sebaliknya. B. Saran 1. Perlu memperkuat pemahaman bahwa KKG/MGMP merupakan alat (untuk meningkatkan kualitas/kompetensi guru), bukan tujuan, sehingga berbagai program untuk membantu KKG/MGMP harus berdampak pada kompetensi dan kinerja guru 2. Kegiatan KKG/MGMP sebaiknya dianggap sebagai kegiatan peningkatan kompetensi sebagaimana pelatihan, sehingga pesertanya dapat diberi sertifikat keikutsertaan. Sertifikat yang bernilai pada sertifikasi dan angka kredit guru inilah imbalan yang tampak bagi kehadiran di KKG/MGMP. 3. Perlu ditemukan solusi agar kehadiran guru pada kegiatan KKG/MGMP tidak mengganggu KBM di kelas manapun. Alternatif yg mungkin: (i) menetapkan hari KKG/MGMP sehingga kehadiran guru pada jam mengajar tidak mengganggu KBM, atau (ii) melaksanakan kegiatan KKG/MGMP setelah jam mengajar dengan bantuan biaya transportasi dari sekolah ke lokasi kegiatan KKG/MGMP menggunakan dana BOS. 7

PUSTAKA ACUAN 1. Janawi, 2007. Kompetensi Guru Citra Guru Professional, Shiddiq Press. 2. Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: PT Refika Aditema, Cet. Ke-10, 2006. 3. Puslitjaknov, Studi Dampak Sertifikasi Guru terhadap kinerja Guru, Jakarta, 2009. (Belum diterbitkan). 4. Sukadi, Guru Powerfull Guru Masa Depan, Bandung: Kholbu, 2001. 5. Usman, Uzer, Menjadi Guru Professional, Bandung: PT Rosdakarya, 2002. 8