BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deshinta Nugraheni, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Burton (1952) siswa yang dalam batas waktu tertentu tidak mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pemberian kuesioner dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu setiap setelah

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan pembelajaran peran guru tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endro Widodo, 2014 Efektivitas pembelajaran berbasis praktikum pada uji zat makanan di kelas XI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (Tim BSNP, 2006: 1). Menurut Rustaman et al., (2005: 12) biologi merupakan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 HUBUNGAN KEMAMPUAN MENCATAT DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari sains yang menekankan pembelajaran yang

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nisa Novita Qamayani 2014

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

2015 ANALISIS TEKNIK MENCATAT DALAM JURNAL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI ANIMALIA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan. dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikat pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan sebuah interaksi antara komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar dari teori kognitif (Efi, 2007). Pendidikan Biologi diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia. hubungannya dengan makanan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

dari proses maupun hasil pendidikan (Trianto, 2010:7-8).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem pencernaan termasuk ke dalam mata pelajaran Biologi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Belajar memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fatia Indrianti,2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

meningkatkan prestasi belajar siswa disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia menekankan pada pembelajaran pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar (BSNP, 2006: 451). Biologi sebagai salah satu bidang IPA merupakan ilmu yang sebagian besar berasal dari keingintahuan manusia tentang dirinya, lingkungannya dan kelangsungan jenisnya. Dalam ilmu biologi, banyak dikaji tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh manusia. Segenap alat-alat tubuh manusia bekerja masing-masing, tetapi satu sama lain saling membantu (Rustaman et al., 2005: 12). Pada tingkat SMA/MA terdapat salah satu ruang lingkup mata pelajaran Biologi yang terkait dengan alat-alat tubuh manusia yaitu struktur dan fungsi organ manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (BSNP, 2006: 452). Salah satu materi terkait struktur dan fungsi organ manusia yaitu materi sistem pertahanan tubuh yang dipelajari di kelas XI Semester ke-2. Pada mata pelajaran Biologi sering dan banyak digunakan istilah-istilah yang pada umumnya berupa istilah latin atau kata yang dilatinkan (Rustaman et al., 2005: 12). Selain itu materi yang terdapat dalam mata pelajaran Biologi banyak yang bersifat abstrak, salah satu di antaranya adalah materi sistem pertahanan tubuh tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2012) bahwa materi sistem pertahanan tubuh banyak mengandung proses-proses tubuh yang bersifat abstrak untuk siswa SMA. Khasanah (2011)

2 dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa sistem pertahanan tubuh merupakan materi yang bersifat abstrak dan sulit untuk diamati. Materi tersebut tidak dapat diamati oleh mata secara langsung karena terjadi di dalam tubuh manusia, sehingga siswa tidak dapat memahami materi secara utuh apabila proses pembelajaran hanya menggunakan satu macam metode misalnya ceramah (Sihole, 2013). Berdasarkan tinjauan standar kompetensi pada kurikulum KTSP, diketahui bahwa materi terkait sistem-sistem organ sudah mulai dipelajari oleh siswa di tingkat Sekolah Dasar (SD), diantaranya siswa dituntut untuk mampu memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya serta penerapannya, dan siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan. Pada tingkat selanjutnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP), materi terkait sistem organ dipelajari oleh siswa dengan standar kompetensi memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), tuntutan standar kompetensi lebih kompleks lagi yaitu siswa dituntut untuk mampu menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas. Ditinjau dari berbagai kompetensi dasar yang tercakup dalam standar kompetensi tersebut, terlihat bahwa terdapat beberapa materi terkait sistem organ yang dipelajari secara berkesinambungan dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Materi tersebut diantaranya sistem gerak, sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem peredaran darah, sistem reproduksi, dan alat indera. Tidak seperti materi-materi tersebut, materi sistem pertahanan tubuh merupakan materi yang baru bagi siswa SMA. Artinya, pada tingkat SD dan SMP materi sistem pertahanan tubuh belum pernah dipelajari oleh siswa. Tahap operasi formal (sekitar 12 tahun ke atas) merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif. Dengan demikian siswa SMA seharusnya sudah mencapai tahapan operasional formal. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa 25-75% siswa sekolah lanjutan dan mahasiswa belum mencapai tingkat operasional formal (Susiwi, 2009). Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan

3 bahwa banyak siswa SMA yang belum memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak. Oleh karena itu, siswa dapat mengalami berbagai hambatan maupun kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi sistem pertahanan tubuh yang bersifat abstrak serta baru dipelajari pada tingkat SMA. Setiap siswa pada dasarnya memiliki karakteristik yang khas terkait kebiasaan belajar mereka, yang dikenal dengan gaya belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh DePorter dan Hernacki (2004: 110) bahwa di beberapa sekolah dasar dan sekolah lanjutan di Amerika, para guru menyadari bahwa setiap orang mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru. Mereka memahami bahwa beberapa siswa perlu diajarkan cara-cara yang lain dari metode standar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana siswa menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Sadler-Smith (Fleming dan Baume, 2006) mengemukakan bahwa gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses, dan mengolah suatu informasi. Kolb (Robertson et al., 2011) memandang gaya belajar sebagai suatu cara siswa dalam mengolah informasi baru dan strategi mereka dalam belajar. Setiap siswa memiliki gaya belajar tertentu yang mungkin berbeda dengan siswa lain. Menurut Fleming (Yosep, Setiawan, dan Waslaluddin, 2010) gaya belajar VARK merupakan akronim dari gaya belajar Visual, Aural, Read/write dan Kinestethic. Gaya belajar visual lebih menitikberatkan kepada aspek visual seperti gambar, peta pikiran, memberi warna yang berbeda pada teks. Gaya belajar aural lebih menitikberatkan pada aspek pendengaran, seperti rekaman pembelajaran, mendengarkan penjelasan dari orang lain. Gaya belajar read/write lebih menitikberatkan pada aspek baca tulis seperti membuat rangkuman, handout, daftar istilah. Gaya belajar kinestethic lebih menitikberatkan pada aspek sentuhan fisik seperti praktikum dan studi lapangan. Apabila keragaman gaya belajar siswa tidak terfasilitasi oleh kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, siswa akan mengalami kesulitan dalam menyerap dan mengolah materi yang dipelajari. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Neranjani (2011) bahwa jika cara mengajar

4 guru tidak sesuai dengan gaya belajar siswa, maka proses untuk menyerap dan mengolah materi pelajaran akan memakan waktu yang lebih lama. Mengingat materi sistem pertahanan tubuh merupakan materi yang abstrak dan baru dipelajari di tingkat SMA, maka siswa dapat mengalami kesulitan belajar yang lebih besar jika gaya belajar siswa tidak terfasilitasi oleh kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kecendrungan gaya belajar mereka. Sebaliknya, jika cara guru mengajar disesuaikan dengan gaya belajar siswa, maka proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif. Pemahaman terhadap tipe gaya belajar dapat memberikan manfaat bagi guru ataupun siswa. Pemahaman siswa mengenai gaya belajar dapat membantu siswa untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki sebagai upaya meningkatkan hasil belajar mereka. Jika siswa memahami gaya belajarnya sendiri, mereka dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu diri agar dapat belajar lebih cepat dan mudah (DePorter dan Hernacki, 2004). Bagi guru, mengetahui gaya belajar siswa dapat membantu memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kecendrungan setiap siswa, mengatasi kecendrungan untuk memperlakukan semua siswa dengan cara yang sama, dan memotivasi guru untuk berpindah dari cara mengajar yang monoton. Pengetahuan tentang gaya belajar siswa juga berguna untuk mengupayakan strategi pembelajaran terbaik yang dapat membantu siswa belajar sesuai gaya dan kecendrungan belajar mereka (Lujan dan DiCarlo, 2006). Pada umumnya, proses belajar mengajar di kelas hanya berupa pembelajaran verbal, misalnya dengan metode ceramah. Dalam metode ceramah tersebut, siswa yang gaya belajarnya paling terfasilitasi adalah siswa aural. Padahal, tidak sedikit dari siswa yang gaya belajarnya berupa visual, read/write, atau kinestetik. Oleh sebab itu diperlukan suatu pendekatan yang dapat memfasilitasi keragaman gaya belajar siswa tersebut. Diantara berbagai pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran, terdapat sebuah pendekatan yang dapat mengintegrasikan berbagai unsur gaya belajar siswa yaitu pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual). Pendekatan SAVI yang dikemukakan oleh Meier (2000) adalah pendekatan

5 pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera. Pendekatan ini dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran, karena selain dengan mengintegrasikan keempat unsur tersebut, pendekatan SAVI juga dapat mengakomodir gaya belajar siswa yang beragam di kelas. Beberapa penelitian terkait pendekatan SAVI menunjukkan bahwa pendekatan SAVI memiliki pengaruh yang positif pada pembelajaran. Milawati (2011) dalam tesisnya mengemukakan bahwa bahwa pembelajaran SAVI memiliki kelebihan yaitu dapat menumbuhkan rasa keberanian anak dan pembelajaran terlihat lebih menyenangkan sehingga anak antusias dalam mengikuti pembelajaran. Putra (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan analogi dan generalisasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan SAVI berbantuan Wingeom lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Dalam skripsi yang ditulis oleh Fujianti (2010) diketahui bahwa peningkatan hasil belajar TIK siswa yang memperoleh model pembelajaran NHT dengan pendekatan SAVI lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Novia (2011) dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang menggunakan pembelajaran model SAVI dengan pembelajaran konvensional. Ia menemukan bahwa terdapat peningkatan kemampuan spatial sense siswa yang menggunakan multimedia interaktif pada model pembelajaran SAVI dalam pembelajaran matematika pada materi geometri. Atas dasar pemikiran diatas, maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi keragaman gaya belajar siswa, sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari materi sistem pertahanan tubuh yang bersifat abstrak dan mengandung banyak istilah yang cukup sulit dimengerti. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi keragaman gaya belajar siswa tersebut adalah pendekatan SAVI. Untuk itu, dilakukan penelitian terkait penerapan pendekatan SAVI untuk memfasilitasi gaya belajar siswa dalam upaya meningkatkan hasil

6 belajar siswa pada materi sistem pertahanan tubuh. Melalui pendekatan SAVI, diharapkan gaya belajar siswa yang beragam dapat difasilitasi sehingga siswa mampu menyerap dan mengolah materi pelajaran dengan lebih mudah. Dengan demikian, hasil belajar siswa dalam materi sistem pertahanan tubuh pun diharapkan dapat meningkat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa yang gaya belajarnya terfasilitasi dengan pendekatan SAVI pada pembelajaran sistem pertahanan tubuh? C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diuraikan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana keragaman gaya belajar siswa pada kelas penelitian? 2. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi sistem pertahanan tubuh sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan SAVI? 3. Apakah pembelajaran dengan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa? 4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran berbasis pendekatan SAVI? D. Batasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah dan tidak terlalu meluas, maka diperlukan adanya batasan masalah sebagai berikut. 1. Keragaman gaya belajar siswa yang diteliti adalah gaya belajar VARK, yaitu akronim dari gaya belajar Visual, Aural, Read/write dan Kinestethic. Kecendrungan gaya belajar siswa diidentifikasi dengan menggunakan The VARK Questionnnaire The Younger Version yang dikembangkan oleh Fleming (2007).

7 2. Peningkatan hasil belajar siswa diukur melalui tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda dan esai. Indikator hasil belajar siswa didasarkan pada taksonomi kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkat C1 (menghafal), C2 (memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis). 3. Materi pada penelitian ini adalah sistem pertahanan tubuh manusia, yang meliputi konsep antigen dan antibodi, pertahanan tubuh non spesifik, pertahanan tubuh spesifik, jenis-jenis kekebalan tubuh, dan kelainan pada sistem kekebalan tubuh. E. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa yang gaya belajarnya terfasilitasi dengan pendekatan SAVI pada pembelajaran sistem pertahanan tubuh. Berdasarkan tujuan umum tersebut, dapat dijabarkan beberapa tujuan khusus sebagai berikut. 1. Memperoleh gambaran mengenai keragaman gaya belajar siswa pada kelas penelitian. 2. Membandingkan hasil belajar siswa pada materi sistem pertahanan tubuh sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan SAVI. 3. Menganalisis peningkatan hasil belajar siswa sesudah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan SAVI. 4. Memperoleh gambaran mengenai respon siswa terhadap pembelajaran berbasis pendekatan SAVI. F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Bagi para pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta motivasi untuk mengembangkan pembelajaran yang dapat memfasilitasi keragaman gaya belajar siswa. Manfaat lainnya yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pendidik dan siswa tentang pentingnya memahami gaya belajar yang dimiliki siswa. Bagi pembaca atau peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

8 serta menjadi rujukan terkait penerapan pendekatan SAVI dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. G. Asumsi 1. Pengetahuan tentang gaya belajar siswa berguna bagi guru untuk mengupayakan strategi pembelajaran terbaik yang dapat membantu siswa belajar sesuai gaya dan kecendrungan belajar siswa, mengatasi kecendrungan untuk memperlakukan semua siswa dengan cara yang sama, serta memotivasi guru untuk berpindah dari cara mengajar yang monoton (Lujan dan DiCarlo, 2006). 2. Pendekatan SAVI merupakan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera. Pendekatan ini dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran, karena selain dengan mengintegrasikan keempat unsur tersebut, pendekatan SAVI juga dapat mengatasi cara dan gaya belajar siswa yang beragam dalam suatu kelas (Meier, 2000: 42) 3. Prinsip pendekatan SAVI yaitu menggunakan gerak aktif secara fisik ketika belajar. Kegiatan belajar yang melibatkan penggunaan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam belajar lebih efektif daripada belajar dengan ceramah, menulis, dan dikte (Takari, 2008: 11).