Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
PADA BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

PENGEMPUKAN DAGING SAPI DAN AYAM KAMPUNG MENGGUNAKAN EKSTRAK JAHE (Zingiber Officinale Roscoe) DIBANDINGKAN DENGAN GETAH PEPAYA (Carica Papaya)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pengangkut dan alat penyimpanan (Heri Warsito, Rindiani 2015).

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI SARI BUAH MARKISA KUNING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK DENDENG GILING AYAM PETELUR AFKIR BAGIAN DADA SKRIPSI

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

PENGARUH PENGGUNAAN DAGING BUAH SEMU JAMBU METE DAN TELUR INFERTIL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ABON TELUR

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

SIFAT KIMIA KREKER YANG DIBERI PERLAKUAN SUBSTITUSI TEPUNG DAGING SAPI DAN PERUBAHAN BILANGAN TBA KREKER SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI WIEKE FAUZIAH

PENGARUH PENGGUNAAN ENZIM BROMELIN DARI EKSTRAK NANAS DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN CITA RASA DAGING ITIK LOKAL (Anas plathyrynchos)

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET JAMUR TIRAM

(The Effect of Using Various Concentration of Extract Red Galangal (Alpinia Purpurata k. schum) Againts the Sustainable of Broilers)

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ROSELA

PENGARUH FORTIFIKASI KALSIUM (KALSIUM LAKTAT GLUKONAT) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU KEDELAI JAGUNG SKRIPSI

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

PENGARUH PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK DENDENG GILING AYAM PETELUR AFKIR BAGIAN PAHA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food).

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS SAPI DENGAN PERENDAMAN DALAM SUBSTRAT ANTIMIKROBA

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGIS KEJU MOZZARELLA YANG DISIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

DENDENG SAPI SEBAGAI ALTERNATIF PENGAWETAN DAGING

PENGARUH KONSENTRASI ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN XANTHAN GUM TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET JAMUR TIRAM

Food Science and Culinary Education Journal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SIFAT FISIK DAGING DADA AYAM BROILER PADA BERBAGAI LAMA POSTMORTEM DI SUHU RUANG SKRIPSI

DENDENG PENGASAPAN Dendeng adalah irisan daging yang dikeringkan dan ditambah bumbu. Pembuatan dendeng untuk memperoleh cita rasa khas adalah mengguna

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI NaCl PADA TAHAP PENCUCIAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA SURIMI-BASED PRODUCT AYAM BROILER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

ABSTRACT ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PENGARUH JENIS DAGING DAN TINGKAT PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BAKSO

PENGARUH LAMA PENGGORENGAN TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN DAYA TERIMA KERIPIK PEPAYA YANG DIGORENG MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN VAKUM

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

OLEH: AYU ANGGRAENI HANDOKO

I. PENDAHULUAN. apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut

PENGARUH PERENDAMAN DAGING PRA KYURING DALAM JUS DAUN SIRIH TERHADAP KETENGIKAN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK DENDENG SAPI SELAMA PENYIMPANAN

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

PENGARUH KONSENTRASI BUBUK BAWANG PUTIH DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU TAHU SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan

Pemotongan Daging Ikan Toman (Channa micropeltes) dalam Pembuatan Ikan Kering

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Kualitas Fisik Daging Asap dari Daging yang Berbeda Pada Pengasapan Tradisional The Phisycal Quality of Some Meat traditionally Smoked

PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL. Oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

OPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

Karakteristik mutu daging

Transkripsi:

WATER HOLDING CAPACITY (WHC), KADAR PROTEIN, DAN KADAR AIR DENDENG SAPI PADA BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA Water Holding Capacity (WHC), Protein and Moisture Content on Different Concentration of Ginger (Zingiber Officinale Roscoe) Extract and Soaking Time Akhadiyah Afrila 1 dan Budi Santoso 2 1) Program Studi Peternakan Fakultas Ilmu Pertanian dan Sumber Daya Alam Universitas Tribhuwana Tunggadewi 2) Program Studi Teknologi Industri Pertanian Fakultas Ilmu Pertanian dan Sumber Daya Alam Universitas Tribhuwana Tunggadewi Diterima 26 Februari 2010; diterima pasca revisi 11 Juli 2011 Layak diterbitkan 1 Agustus 2011 ABSTRACT The aims of this research was to study the effect of different concentration of ginger extract and soaking time to produce beef meat on WHC, protein content, and moisture content. This study was carried out factorial type of Randomized Complete Design. Factor 1 was ginger extract (J) : (j1) 0%, (J2) 5%, (J3) 10%, and factor 2 was soaking time (P): 5, 10, and 20 minutes. All treatments was replicated in three times, and if three was significant different, it would be tested using BNT. The research result showed that the higher of ginger extract concentration and the longer soaking time, the higher of WHC, protein content, and moisture content. 10 % ginger extract and 20 minutes gave the best result on WHC, protein content, and moisture content. Key Words : Dendeng, Ginger, Soaking Time, WHC, Protein, Moisture Content PENDAHULUAN Daging segar mudah busuk atau rusak karena perubahan kimiawi dan kontaminasi mikroba. Oleh kerena itu berbagai cara pengawetan daging perlu dikembangkan. Tujuan dari pengolahan atau pengawetan daging adalah untuk memperpanjang daya simpan dan untuk meningkatkan cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen serta dapat mempertahankan nilai gizinya sehingga diharapkan dapat memperluas rantai pemasaran daging olahan tersebut (Munarnis, 1987). Salah satu cara pengolahan dan pengawetan daging sapi yang sudah di lakukan yaitu pengolahan dendeng sapi. Dendeng sapi adalah produk daging yang dibuat secara tradisional di Indonesia, dengan cara curing yaitu menabur gula, garam dan rempah-rempah pada irisan daging kemudian dijemur (Winarno, 1993). Dendeng adalah lembaran tipis daging sapi atau kerbau yang suda diberi bumbu. Pengawetan daging merupakan suatu cara 41

penyimpanan daging untuk jangka waktu yang cukup lama agar kualitas maupun kebersihannya tetap terjaga. Kandungan gizi dendeng yang terdapat dalam dendeng yaitu kandungan protein, selama penyimpanan perlu diperhatikan dan dijaga agar kadar air dendeng tetap stabil. Jahe memiliki zat aktif yang terdapat pada minyak volatile (volatile oil) yang mempunyai komposisi 1 3 % dari bobot. Zat aktif tersebut dapat berfungsi sebagai antioksidan alami (natural antioxidant) yang dapat menurunkan tingkat oksidasi dan mencegah bau (offflavor). Antioksidan ini dapat bekerja pada daging sebelum ataupun sesudah pengolahan (Cros and Winger, 1988) Jahe juga memiliki kemampuan sebagai agen pengempuk dan antimikroba pada dendeng sapi (Soputan, 2004) hal ini berarti bahwa penggunaan jahe dapat memperbaiki kualitas daging baik secara fisik, kimiawi WHC, kadar protein dan kadar air. Berdasarkan hal itu, maka dilakukan penelitian tentang WHC, kadar protein, dan kadar air dendeng sapi pada berbagai konsentrasi ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan lama perendaman yang berbeda. MATERI DAN METODE Penelitian ini mengunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4 x 3. Faktor yang pertama adalah lama perendaman yang terdiri atas 3 level (J) : 5 menit, 10 menit dan 20 menit. Faktor yang kedua adalah konsentrasi ekstrak jahe terdiri atas 4 level (P) : 0%, 5%, 10%, dan 15%. Sehingga akan diperoleh 12 kombinasi perlakuan. Masing masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali, adalah sebagai berikut: J1P1 : Perendaman selama 5 menit 0%. J1P2 : Perendaman selama 15 menit 0%. J1P3 : Perendaman selama 20 menit 0%. J2P1 : Perendaman selama 5 menit 5%. J2P2 : Perendaman selama 15 menit 5%. J2P3 : Perendaman selama 20 menit 5%. J3P1 : Perendaman selama 5 menit 10%. J3P2 : Perendaman selama 15 menit 10%. J3P3 : Perendaman selama 20 menit dengan konsentrasi ekstrak jahe10%. J3P1 : Perendaman selama 5 menit 15%. J3P2 : Perendaman selama 15 menit 15%. J3P3 : Perendaman selama 20 menit 15% Data yang diperoleh dianalisa mengunakan metode analisa ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut petunjuk (Yitnosumarto, 1991) dan bila diantara perlakuan terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk menunjukan perbedaan pengaruh masing-masing perlakuan. P < 0,01 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Water Holding Capacity (WHC) Dendeng bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman memberikan 42

terhadap WHC dendeng diperoleh rataan seperti tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan WHC Dendeng pada Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Jahe dan Lama Perendaman yang Berbeda Konsentrasi jahe** Lama Perendaman* Rataan P1 P2 P3 J1 52.72 55.60 57.80 18.45 a J2 56.23 60.28 63.100 20.04 b J3 60.34 64.70 67.30 21.36 c J4 62.02 64.80 66.81 21.511 c Jumlah 231.32 245.34 255.73 Rataan 19.2770 a 20.4456 b 21.311 c Keterangan : ** notasi yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap WHC, namun interaksi antara kedua faktor ini tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap WHC. bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe dan semakin lama perendaman menghasilkan WHC yang semakin tinggi. WHC adalah kemampuan protein daging untuk mengikat atau menahan kandungan air selama mengalami perlakuan dari luar seperti pemotongan, penggilingan, dan pengolahan. WHC yang paling tinggi dicapai pada perlakuan konsentrasi ekstrak jahe 10% (tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ekstrak jahe 15%) dan semakin lama perendaman menyebabkan WHC juga semakin tinggi yaitus (konsentrasi jahe 15 % dan lama perendaman 20 menit). WHC yang tinggi disebabkan oleh adanya enzim proteolitik jahe yaitu zingibain yang bekerja melonggarkan mikrostruktur daging. Dengan melonggarnya struktur daging ini maka daging akan menyerap air lebih banyak lagi yang mengakibatkan tingginya nilai WHC (Soeparno, 1994). Lama perendaman juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap daging yaitu memberikan waktu yang lebih lama bagi enzim proteolitik untuk bekerja. Hal ini sesuai dengan sistem kerja enzim yang dipengaruhi oleh waktu, konsentrasi enzim, cara kerja enzim, dan suhu (Muchtadi, 1987). Perbedaan WHC disebabkan adanya perubahan pada lemak dan protein dalam daging yang diakibatkan oleh enzim proteolitik yang bersumber dari jahe. Enzim proteolitik merusak membran otot sehingga terjadi difusi ion ke dalam protein daging. Jika terjadi difusi ion ke dalam protein daging maka akan terjadi pergantian ion divalensi (misalnya Mg 2+ dan Ca 2+ ) dengan ion monovalen pada rantai protein. Akibatnya pergantian kation divalent maka ion monovalen protein akan dapat mengikat air dan WHC dapat dipertahankan. Interaksi antara konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) pada WHC. Hal ini diduga perlakuan antara konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman adalah sama saja, ini menunjukkan bahwa tidak saling mempengaruhi antara konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman. Pengaruh dari perlakuan lebih banyak disebabkan oleh kerja dari masing-masing faktor. Rataan WHC yang tertinggi dihasilkan oleh konsentrasi ekstrak jahe 15%, namun hasil ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi ekstrak jahe 10%. Dengan alasan ekonomis maka diambil kesimpulan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak jahe 10% memberikan hasil WHC yang tertinggi. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Dendeng bahwa perlakuan interaksi konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman memberikan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01) terhadap kadar protein dendeng 43

diperoleh rataan seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Kadar Protein Dendeng pada Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Jahe dan Lama Perendaman yang Berbeda Konsentrasi Lama Perendaman* Rataan jahe** P1 P2 P3 J1 164.3495 b 158.568 a 156.1765 a 53.2327 a J2 163.7235 b 166.57 b 169.5685 c 55.5402 b J3 167.0105 b 171.087 c 173.1515 c 56.8054 c J4 169.825 c 173.0275 c 174.049 d 57.4335 c Jumlah 664.9085 669.2525 672.9455 Rata-rata 55.4090 a 55.7710 a 56.0788 b Keterangan : ** notasi yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak jahe dan interaksi konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0.01) terhadap kadar protein dendeng, sementara lama perendaman memberikan pengaruh yang nyata (p<0.05) terhadap kadar protein dendeng. Perlakuan masing-masing faktor yaitu lama perendaman yang makin lama menyebabkan kadar protein daging meningkat, sementara konsentrasi ekstrak jahe 15% menghasilkan kadar protein yang paling tinggi, namun hasilnya tidak berbeda nyata 10%. Hasil terbaik dari konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman diperoleh pada perlakuan J4P3 (konsentrasi ekstrak jahe 15% dan lama perendaman 20 menit). Hal ini disebabkan adanya enzim zingibain jahe yang membuat struktur daging menjadi longgar dan selanjutnya menghidrolisa protein daging sehingga menjadi struktur yang lebih sederhana. Aprianto et al (1989) menyatakan bahwa proses pengeringan akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar protein dari produk, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan konsentrasi ion nitrogen, dimana selama pengeringan berlangsung terjadi pelepasan molekul air oleh protein daging sehingga konsentrasi protein daging meningkat oleh adanya penurunan berat bahan. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Air Dendeng bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman memberikan terhadap kadar air dendeng diperoleh rataan seperti tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Kadar Air Dendeng pada Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Jahe dan Lama Perendaman yang Berbeda Konsentrasi Lama Perendaman* Rataan jahe** P1 P2 P3 J1 75.571 78.355 81.8695 26.1995 a J2 78.5316 81.8425 84.353 27.1919 b J3 80.7795 84.114 85.7705 27.8516 b J4 80.471 82.8075 84.066 27.4827 b Jumlah 315.3531 327.119 336.059 Rata-rata 26.2794 a 27.2599 b 28.0049 c Keterangan : ** notasi yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0.01) terhadap kadar air daging. Akan tetapi interaksi konsentrasi jahe dan lama perendaman tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga bahwa interaksi kedua faktor ini tidak memberikan dampak yang cukup berarti terhadap kadar air, namun pengaruh terhadap kadar air cukup terlihat oleh pemberian masing-masing faktor. Air yang diikat dalam daging dapat dibagi dalam tiga komponen, yaitu air yang terikat secara kimiawi oleh protein daging sebesar 4 5% yang merupakan lapisan monomolekuler pertama. Lapisan kedua adalah air yang terikat agak lemah dari molekul air terhadap kelompok hidrofilik yakni sebesar 4%. Lapisan ketiga 44

merupakan air bebas yang terdapat di antara molekul-molekul protein yang memiliki jumlah terbanyak (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Air bebas terletak di bagian luar sehingga mudah lepas, sedangkan air terikat adalah kebalikkannya dimana air sulit dilepaskan karena terikat kuat pada rantai protein, dan air dalam bentuk tidak tetap merupakan air labil sehingga mudah lepas bila terjadi perubahan. Winarno et al (1980) menyatakan kadar air dalam daging berkisar antara 60 70% dan apabila bahan (daging) mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah yaitu antara kisaran 15 50% maka bahan (daging) tersebut dapat tahan lama selama penyimpanan. Hal ini diperkuat oleh Purnomo (1996), bahwa bahan pangan setengah lembab (contohnya dendeng) berkadar air 20-40% tidak memerlukan penyimpanan dingin, stabil dalam suhu kamar, dan perkembangbiakan mikroorganisme terhambat. Gula kelapa dan garam yang ditambahkan dalam pembuatan dendeng berperan sebagai humektan yang dapat menurunkan kadar air dan aktifitas air produk (Purnomo, 1996). Dari hasil penelitian semakin banyak konsentrasi ekstrak jahe dan semakin lama perendaman meningkatkan kadar air dendeng. Hal ini sejalan dengan WHC yang juga semakin tinggi yang diakibatkan kerja dari protease jahe terhadap melonggarnya mikrostruktur daging sehingga menyerap air lebih banyak (Soeparno, 1994). Selain itu dengan adanya lama perendaman juga memberikan waktu bagi air bebas untuk terikat ke dalam struktur daging. KESIMPULAN Semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe dan semakin lama perendaman maka akan memberikan hasil Water Holding Capacity (WHC), kadar protein, dan kadar air dendeng sayat yang makin tinggi. Dengan konsentrasi ekstrak jahe 10% dan lama perndaman 20 menit memberikan hasil terbaik terhadap WHC, kadar protein, dan kadar air. DAFTAR PUSTAKA Aprianto, A. D., Frardiaz., N. L. Puspitasari, Sedarnawati, dan Budiyanto. 1989. Analisa Pangan (Petunjuk Laboratorium Depdikbud. PAU. IPB, Bogor. Cross, H.R dan R. J. Winger.1988. Factors Affecting Sensory Properties Of Meat. Dalam: H. R. Cross Dan A. J. Overby (Eds). Meat Science, Milk Science And Technology. Elsevier Science Publishers, Amsterdam. Muchtadi D. 1987. Studies on Dendeng, an Indonesia Traditional Meat Product II. Nutritomal Value and Mutagenic Effect by Biosasay. Forum pasca sarjana 2 (10): 1-10. Fakultas Pasca Sarjana IPB, Bogor. Munarnis E. 1982. Pengolahan Daging CV. Yasaguna, Jakarta. Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Petunjuk Laboratorium. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Dikrektorat Jenderal Tinggi. Pusat Antar Pangan Dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Purnomo, H. 1996. Dasar-Dasar Pengolahan dan Pengawetan Daging. P. T. Gramedia Widiasarana indonesia, Jakarta. Soeparno. 1994. Ilmu Dan Teknologi Daging. UGM Press, Yogyakarta. Soputan, J. E. M., 2004. Dendeng Sapi Sebagai Alternatif Pengawetan Daging. Sekolah Pascasarjana/ S3. Institut Pertanian Bogor. Winarno, F.G. dan Fardiaz. 1993. Pangan Gizi teknologi Dan Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Winarno F G, S Fardiaz, dan D Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta. 45

Yitnosumarto, S. 1991. Percobaan, Perancangan, Analisa dan Interprestasinya. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 46