IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB II GAMBARAN UMUM

KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

Aria Alantoni D2B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FENOMENA PASAR KREMPYENG MALAM HARI PETERONGAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR TKP 481. Oleh: VERA P.D. BARINGBING L2D

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pembangunan merupakan upaya mengatur kegiatan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi

BAB III METODOLOGI. Kebijakan penataan lalu lintas. Penataan lalu lintas dan rambu, Pengaturan parkir dan angkutan umum, Sirkulasi lalu lintas,dll.

IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU LOKASI INDUSTRI DI KOTA SEMARANG DAN DAERAH YANG BERBATASAN TUGAS AKHIR. Oleh: FAHRIAL FARID L2D

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM YANG MELAYANI TRAYEK PINGGIRAN-PUSAT KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN SITU BABAKAN DAN SITU MANGGABOLONG SEBAGAI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI TUGAS AKHIR

: a. bahwa berdasarkan Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Semarang

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dinas Penerangan Jalan & Pengelolaan Reklame. Rumah Sakit Umum Daerah. Dinas Tata Kota & Perumahan. Uraian Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Kota

Pandecta. Tinjauan Regulasi Rencana Tata Ruang Kota Semarang Menggunakan Pendekatan Paradigma Pengurangan Resiko Bencana

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 16 TAHUN : 1991 SERI : B NO : 3 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB III HASIL PENGAMATAN RUANG TERBUKA HIJAU TAMAN SAMPANGAN DAN TAMAN TIRTOAGUNG DI KOTA SEMARANG

DAFTAR RINGKASAN APBD TAHUN ANGGARAN 2013

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

INDIKASI PROGRAM RTRW KOTA SEMARANG TAHUN WAKTU PELAKSANAAN PJM I PJM II PJM III PJM IV NO PROGRAM UTAMA LOKASI

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH PASAR JOHAR BERDASARKAN PERSEPSI PENGELOLA DAN PEDAGANG SERTA ARAHAN PENGELOLAANNYA TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB III TINJAUAN LOKASI

4.1.5 URUSAN WAJIB PENATAAN RUANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

PERSEN TASE (%) Kantor Perpustakaan dan Arsip ,04 JUMLAH ,04

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG

STUDI EVALUASI KINERJA PENGELOLAAN KAWASAAN MARGARAYA DAN MARGASATWA TINJOMYO - SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : LUTFI HANIFAH L2D

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

I. PENDAHULUAN. sumber material yang substansial tentang fungsi-fungsi yang berbeda, dengan

TEMPAT PERBELANJAAN KONTEMPORER PETERONGAN SEMARANG

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KEGIATAN PEDAGANG KAKI LIMA

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

TUGAS AKHIR. Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, potensi wisata, dan potensi oleh oleh khas baik bagi kota

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Penyajian data. Analisis dan evaluasi

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2

MANAJEMEN ARUS LALULINTAS PADA SISTEM JARINGAN JALAN KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMME2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEAKTIFAN KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG BERDASARKAN AKTIFITAS PENGGUNA

SEBARAN CEMARAN AIR PT. BATAMTEX BERDASARKAN PERPSEPSI MASYARAKAT DI WILAYAH INDUSTRI BABADAN, UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PENGARUH KEBERADAAN PELABUHAN TANJUNG EMAS TERHADAP LINGKUNGAN MASYARAKAT ( STUDI KASUS : KELURAHAN BANDARHARJO DAN TANJUNGMAS) TUGAS AKHIR

BAB III PUTUSAN PN SEMARANG NO.465/PID.B/2010/PN.SMG TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID. 1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Negeri Semarang

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REVITALISASI DAN KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH KAWASAN KOTA LAMA DI KOTA SEMARANG

KESIMPULAN DAN SARAN. bahan penyempurnaan. Substansi perbaikan meliputi pengendalian konversi RTH,

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

DEWAN RISET DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA KOMISI B

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

PASAR INDUK CENGKARENG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis

PENGEMBANGAN HUTAN WISATA TINJOMOYO

BAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. waga Belanda. Tepatnya pada tahun 1976, sebuah kolam sederhana dibangun diatas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

IDENTIFIKASI PENGARUH GENANGAN ROB TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MAS SEMARANG TUGAS AKHIR

REDESAIN PASAR KOTA KLATEN 3 LANTAI

TOWNHOUSE DI SEMARANG

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

Transkripsi:

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : MUHAMMAD NASIR L2D 097 462 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004

ABSTRAK Kegiatan implementasi adalah cara agar kebijakan dapat mencapai tujuannya (Nugroho, 2003). Tanpa adanya kegiatan implementasi, maka seluruh strategi pemanfaatan dan pengelolaan ruang kota hanya akan menjadi dokumen perencanaan yang tersimpan sebagai arsip penghias lemari kepala daerah atau kepala bappeda (Wahab, 1991; Nurmandi, 1999). Di Kota Semarang, dalam periode berlakunya Rencana Induk Kota (RIK) Kota Semarang tahun 1975 2000, baru sebagian kebijakan pemanfaatan ruang kota yang yang diterapkan dalam kegiatan pengelolaan kota (Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang, 1996; Brotosunaryo, 2003). Fenomena tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses implementasi rencana tata ruang kota di Kota Semarang? Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan rencana tata ruang kota di Kota Semarang serta menyusun rekomendasi kebijakan terhadap proses penataan ruang di Kota Semarang Analisis yang dilakukan dalam studi ini meliputi analisis pengidentifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi rencana tata ruang kota di Kota Semarang berdasarkan kasus-kasus pemanfaatan ruang kota menggunakan teknik kualitatif deskriptif serta pengidentifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi rencana tata ruang kota di Kota Semarang menggunakan teknik Delphi Hasil yang diperoleh dari studi ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi rencana tata ruang kota di Kota Semarang yang secara umum terdiri atas empat kelompok faktor, yaitu kelompok perencanaan dan substansi rencana, implementasi, monitoring dan evaluasi serta lingkungan eksternal. Keteridentifikasian faktor-faktor yang berpengaruh tersebut diharapkan akan membentu proses peningkatan kualitas implementasi rencana tata ruang kota di Kota Semarang pada masa yang akan datang. Kata Kunci : faktor berpengaruh, implementasi rencana tata ruang kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan implementasi tata ruang merupakan tahap penting untuk mencapai tujuan kegiatan penataan ruang kota, karena implementasi pada prinsipnya adalah cara agar kebijakan dapat mencapai tujuannya (Nugroho, 2003). Tanpa adanya kegiatan implementasi, maka seluruh strategi pemanfaatan dan pengelolaan ruang kota hanya akan menjadi dokumen perencanaan yang tersimpan sebagai arsip penghias lemari kepala daerah atau kepala bappeda (Wahab, 1991; Nurmandi, 1999) yang belum teruji kualitasnya dan tidak berfungsi sebagai instrumen regulasi dalam kegiatan penataan ruang kota (Healey, 1997). Disamping itu, tanpa adanya kegiatan implementasi, maka nilai guna kebijakan tidak akan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran yang dituju oleh kebijakan tersebut (Danim, 2000). Signifikansi kegiatan implementasi bahkan lebih dominan dibandingkan dengan kegiatan penyusunan rencana itu sendiri (Conyers, 1991; Wahab, 1991), karena produk perencanaan yang berkualitas bagus tidak akan mampu mencapai tujuan yang diharapkan bila proses implementasinya buruk, sementara rencana dengan kualitas rata-rata atau bahkan di bawah rata-rata akan relatif lebih mampu mencapai tujuan yang diharapkan bila proses implementasinya bagus (Pal, 1997). Keharusan untuk mengimplementasikan rencana tata ruang kota kemudian menjadi lebih tegas ketika produk kegiatan perencanaan ruang kota tersebut ditetapkan sebagai peraturan daerah (perda) oleh pemerintah kota selaku pengelola kegiatan pembangunan kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD selaku wakil formal masyarakat kota dalam lembaga legislatif (UU No. 24 tahun 1992), karena telah menjadi dokumen hukum yang mempunyai kekuatan hukum dan bersifat mengikat (UU No. 5 Tahun 1974) sehingga harus ditaati oleh setiap pihak yang terkait dengan kegiatan pemanfaatan ruang pada lingkup wilayah administrasi kota yang bersangkutan (Syahrul Ibrahim dalam Darmawan, 2003; Brotosunaryo, 2003). Meskipun kegiatan implementasi mempunyai peran yang signifikan terhadap keberhasilan kegiatan penataan ruang kota, namun kegiatan implementasi bukan merupakan kegiatan yang mudah untuk dilaksanakan. Proses implementasi bahkan lebih 1

sulit untuk dilaksanakan dibandingkan dengan proses perumusan/penyusunan kebijakan itu sendiri (Jones, 1991). Kesulitan untuk mengimplementasikan kebijakan kemudian menyebabkan potensi kegagalan proses implementasi menjadi sangat besar (Hogwood, 1988), terutama di negara-negara dunia ketiga (Conyers, 1984). Kondisi tersebut kemudian membentuk kesenjangan antara substansi rencana tata ruang yang dirumuskan dengan pelaksanaannya dilapangan (Budihardjo. tanpa tahun). Akibatnya, harapan untuk mencapai tujuan perencanaan juga menjadi minimal. Di Kota Semarang, yang merupakan lokasi kegiatan penelitian, diketahui bahwa secara umum baru sebagian kebijakan pemanfaatan ruang kota yang yang diterapkan dalam kegiatan pengelolaan kota. Data evaluasi pelaksanaan Rencana Induk Kota/RIK Kota Semarang tahun 1975 2000 mengungkapkan bahwa tingkat penerapan RIK mencapai 64,57 %, dengan demikian besaran kebijakan RIK yang tidak diimplementasikan mencapai 35,43 % (Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang, 1996). Merujuk kepada rencana peruntukan ruang yang termuat dalam RIK Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang tahun 1975 2000, diketahui bahwa kebijakan tata ruang kota yang diimplementasikan antara lain meliputi pembangunan fasilitas rumah sakit kota di Kecamatan Semarang Timur, pengembangan fasilitas pendidikan tinggi di Gunungpati dan Tembalang, pengembangan pusat pemerintahan/perkantoran di sepanjang Jl. Pahlawan serta di sekitar Tugu Muda hingga perlimaan Jl. Thamrin, Tanjung, Pemuda dan Tandean; pengembangan pusat perdagangan di sekitar Pasar Johar, Rejomulyo, sepanjang Jl. Pemuda dan Gajah Mada, sepanjang Jl. Pandanaran Jl. A. Yani (Tugu Muda Simpang Lima Bangkong), sepanjang Jl. MT. Haryono Peterongan, Pasar Bulu Kalibanteng, sepanjang Jl. Majapahit, sepanjang Jl. Dr. Cipto serta di Jl. Imam Bonjol (perempatan Indrapasta Oewa Asia); pengembangan pusat kebudayaan di Tegalwareng; pengembangan kawasan industri di Kecamatan Tugu/Semarang Barat, Genuk serta Plamongan Sari dan Plamongan Kidul; serta pengembangan kegiatan wisata di Gombel, wilayah konservasi Gunungpati dan Mijen, Taman Lele, Tinjomoyo, Pantai PRPP/Tawang Mas serta Pasar Johar. Sementara kebijakan yang tidak diimplementasikan antara lain adalah rencana pengembangan pusat kebudayaan di sekeliling Simpang Lima yang ternyata justru berkembang menjadi kawasan pusat perdagangan/jasa, belum dikembangkannya kawasan wisata Pulau Tirang yang direncanakan akan dilengkapi 2

dengan arena pacuan kuda, pemanfaatan lahan konservasi untuk fungsi non-konservasi serta perubahan fungsi sebagian trotoar menjadi lokasi kegiatan perdagangan informal/pedagang kaki lima. Studi lain yang dilakukan di Kecamatan Semarang Utara dan Kecamatan Semarang Timur juga mengungkapkan bahwa di kedua kecamatan tersebut terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang pada 29.606 persil lahan, dengan perincian 1.100 kapling (3,75 %) merupakan tanah kosong yang tidak ada bangunan fisiknya, 1.753 kapling (5,92 %) merupakan lahan yang bangunan di atasnya menyalahi ketentuan Koefisien Dasar Bangunan, 312 kapling (1,05 %) merupakan lahan yang pemanfaatannya menyalahi ketentuan Koefisian Lantai Bangunan, 652 kapling (2,20 %) merupakan lahan yang pemanfaatannya tidak sesuai dengan rencana guna lahan yang telah ditetapkan dan 2.005 kapling (6,77%) merupakan lahan yang bangunan diatasnya tidak sesuai dengan rencana Garis Sempadan Bangunan (Brotosunaryo, 2003). Berdasarkan fakta di atas, diketahui bahwa secara umum, rencana tata ruang kota belum diimplementasikan secara konsisten dalam kegiatan pembangunan kota di Kota Semarang. Terdapat bagian tertentu dari rencana tata ruang kota yang diimplementasikan dan terdapat bagian lain dari substansi rencana tata ruang kota yang diabaikan keberadaannya. Ketidakoptimalan kegiatan implementasi rencana tata ruang kota akan dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam kegiatan pembangunan kota, antara lain adalah bahwa (i) secara yuridis telah terjadi pelanggaran terhadap aturan hukum yang secara sah berlaku dalam wilayah administrasi Kota Semarang karena kedudukan rencana tata ruang kota telah dikuatkan sebagai perda; (ii) dalam kaitannya dengan proses perkembangan kota, kegagalan untuk mengimplementasikan rencana tata ruang kota antara lain akan menyebabkan terjadinya proses perkembangan kota secara acak yang dapat menimbulkan kesemrawutan, upaya penyediaan infrastruktur menjadi mahal dan tidak efisien, pelipatgandaan biaya pembangunan akibat aktivitas spekulasi lahan dan terancamnya kelestarian lingkungan oleh kegiatan pemanfaatan lahan (Nurmandi, 1999); serta (iii) berkurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap profesi perencana kota, terhadap arti penting rencana tata ruang kota dalam kegiatan pembangunan kota dan terhadap ilmu perencanaan wilayah dan kota (DPU, 1980; Surbakti, 1994). 3