PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER 2015

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017


BPS PROVINSI LAMPUNG

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 SEBANYAK 227,12 RIBU ORANG.

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014

Transkripsi:

BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 MENCAPAI 29,89 JUTA ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada September 2011 mencapai 29,89 juta orang (12,36 persen), turun 0,13 juta orang (0,13 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Selama periode Maret 2011 September 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,09 juta orang (dari 11,05 juta orang pada Maret 2011 menjadi 10,95 juta orang pada September 2011), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,04 juta orang (dari 18,97 juta orang pada Maret 2011 menjadi 18,94 juta orang pada September 2011). Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah selama periode ini. Penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2011 sebesar 9,23 persen, menurun sedikit menjadi 9,09 persen pada September 2011. Penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2011 sebesar 15,72 persen, juga menurun sedikit menjadi 15,59 persen pada September 2011. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2011, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,53 persen, tidak jauh berbeda dengan Maret 2011 yang sebesar 73,52 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, dan tahu. Untuk komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, angkutan, dan pendidikan. Pada periode Maret 2011 September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 1

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2011 September 2011 Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang berjumlah 30,02 juta (12,49 persen), jumlah penduduk miskin berkurang 0,13 juta orang selama enam bulan tersebut. Selama periode Maret 2011 September 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan masing-masing turun 0,14 persen dan 0,13 persen. Pada periode tersebut, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,09 juta orang, sementara di daerah perdesaan berkurang 0,04 juta orang (Tabel 1). Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah dari Maret 2011 ke September 2011. Pada Maret 2011, sebagian besar (15,72 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan. Begitu juga pada September 2011, yaitu sebesar 15,59 persen. Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2011 September 2011 Daerah/Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Persentase Penduduk Miskin (1) (2) (3) Perkotaan Maret 2011 11,05 9,23 September 2011 10,95 9,09 Perdesaan Maret 2011 18,97 15,72 September 2011 18,94 15,59 Kota+Desa Maret 2011 30,02 12,49 September 2011 29,89 12,36 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2011 dan September 2011 Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2011 September 2011 nampaknya berkaitan dengan faktor-faktor berikut: a. Selama periode Maret 2011 September 2011 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 2,25 persen. b. Selama periode Maret 2011 September 2011, beberapa komoditas bahan pokok seperti minyak goreng, gula pasir, cabai rawit, dan cabai merah mengalami penurunan harga ecerannya yaitu masing-masing turun sebesar 0,35 persen; 2,72 persen; 61,28 persen; dan 30,51 persen. c. Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar Petani) sebesar 1,79 persen dari 103,32 pada Maret 2011 menjadi 105,17 pada September 2011. d. Perekonomian Indonesia Triwulan III 2011 tumbuh sebesar 6,4 persen terhadap Triwulan I 2011, sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 3,6 persen pada periode yang sama. Demikian pula dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada Triwulan III naik sebesar 7,64 persen terhadap ITK Triwulan I. Selain itu, pertumbuhan produksi 2 Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012

industri manufaktur mikro dan kecil pada Triwulan I, II, dan III tahun 2011 masing-masing adalah sebesar 1,26 persen; 1,48 persen; dan 2,21 persen. e. Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami penurunan 0,24 persen dari Februari 2011 ke Agustus 2011. Sementara itu, pekerja tidak penuh mengalami kenaikan dari 34,19 menjadi 34,59, dimana kenaikan ini didominasi oleh pekerja paruh waktu yang naik dari 18,46 pada Februari 2011 menjadi 21,06 pada Agustus 2011. 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau Pada September 2011 Tabel 2 menunjukkan persentase penduduk miskin menurut pulau berdasarkan Susenas September 2011. Dari tabel tersebut tampak bahwa persentase penduduk miskin terbesar di Pulau Maluku dan Papua, yaitu sebesar 25,25 persen, sementara persentase penduduk miskin terkecil di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 6,88 persen. Tabel 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, September 2011 Pulau Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (%) Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sumatera 2.045,34 4.273,53 6.318,87 10,10 13,55 12,20 Jawa 7.527,73 9.216,68 16.744,41 9,28 16,08 12,09 Bali dan Nusa Tenggara 645,32 1.420,50 2.065,82 12,29 17,51 15,46 Kalimantan 266,03 705,86 971,88 4,45 8,65 6,88 Sulawesi 354,15 1.798,00 2.152,15 5,96 15,32 12,17 Maluku dan Papua 116,01 1.520,99 1.637,00 6,09 33,21 25,25 Indonesia 10.954,58 18.935,56 29.890,14 9,09 15,59 12,36 Sumber: Diolah dari data Susenas September 2011. Dilihat dari jumlah penduduk, sebagian besar penduduk miskin berada di Pulau Jawa (16,74 juta orang); sementara jumlah penduduk miskin terkecil berada di Pulau Kalimantan (0,97 juta orang). 3. Perkembangan Kemiskinan Tahun 2004 September 2011 Jumlah dan persentase penduduk miskin menurun dari tahun 2004 ke 2005. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin naik karena harga barang-barang kebutuhan pokok naik tinggi yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Namun mulai tahun 2007 sampai 2011 jumlah maupun persentase penduduk miskin kembali mengalami penurunan. Dilihat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2011, perkembangan tingkat kemiskinan ditunjukkan oleh gambar berikut: Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 3

Gambar 1 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, 2004 2011 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 4. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2011 September 2011 Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 3 Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah, Maret 2011 September 2011 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) Perkotaan Maret 2011 177 342 75 674 253 016 September 2011 184 919 78 675 263 594 Perubahan Maret 11-Sep 11 (%) 4,27 3,97 4,18 Perdesaan Maret 2011 165 211 48 184 213 395 September 2011 172 723 50 458 223 181 Perubahan Maret 11-Sep 11 (%) 4,55 4,72 4,59 Kota+Desa Maret 2011 171 834 61 906 233 740 September 2011 179 204 64 525 243 729 Perubahan Maret 11-Sep 11 (%) 4,29 4,23 4,27 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2011 dan September 2011 Selama Maret 2011 September 2011, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,27 persen, yaitu dari Rp233.740,- per kapita per bulan pada Maret 2011 menjadi Rp243.729,- per kapita per bulan pada September 2011. Dengan memerhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis 4 Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012

Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2011 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 73,52 persen, dan sekitar 73,53 persen pada September 2011. Pada September 2011, komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan adalah beras yaitu sebesar 26,60 persen di perkotaan dan 33,71 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (8,31 persen di perkotaan dan 7,11 persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah telur ayam ras (3,35 persen di perkotaan dan 2,66 persen di perdesaan), gula pasir (2,78 persen di perkotaan dan 3,74 di perdesaan), mie instan (2,58 persen di perkotaan dan 2,28 persen di perdesaan), daging ayam ras (2,30 persen di perkotaan dan 1,27 persen di perdesaan), tempe (2,25 persen di perkotaan dan 1,84 persen di perdesaan), dan tahu (1,97 persen di perkotaan dan 1,50 persen di perdesaan). Komoditi bukan makanan yang memberi sumbangan besar untuk Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan (7,36 persen di perkotaan dan 5,72 persen di perdesaan), biaya listrik (2,75 persen di perkotaan dan 1,58 persen di perdesaan), biaya pendidikan (2,49 persen di perkotaan dan 1,21 persen di perdesaan), dan angkutan (2,10 persen di perkotaan dan 0,89 persen di perdesaan). Tabel 4 Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2011 Komoditi Kota Desa (1) (2) (3) Makanan Beras 26,60 33,71 Rokok kretek filter 8,31 7,11 Telur ayam ras 3,35 2,66 Gula pasir 2,78 3,74 Mie instan 2,58 2,28 Daging ayam ras 2,30 1,27 Tempe 2,25 1,84 Tahu 1,97 1,50 Bukan Makanan Perumahan 7,36 5,72 Listrik 2,75 1,58 Pendidikan 2,49 1,21 Angkutan 2,10 0,89 Pakaian jadi anak-anak 2,10 1,72 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2011 5. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 5

harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2011 September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 2,08 pada Maret 2011 menjadi 2,05 pada September 2011. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,55 menjadi 0,53 pada periode yang sama (Tabel 5). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Tabel 5 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di Indonesia Menurut Daerah, Maret 2011 September 2011 Tahun Kota Desa Kota+Desa (1) (2) (3) (4) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2011 1,52 2,63 2,08 September 2011 1,48 2,61 2,05 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2011 0,39 0,70 0,55 September 2011 0,39 0,68 0,53 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2011 dan September 2011. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di daerah perdesaan masih tetap lebih tinggi daripada perkotaan, sama seperti Maret 2011. Pada September 2011, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) untuk perkotaan hanya 1,48 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,61. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) untuk perkotaan hanya 0,39 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,68. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk dari daerah perkotaan. 6. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan- Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. 6 Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012

c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak, dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar bukan makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2011 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Bulan September 2011. Jumlah sampel sebesar ±75.000 rumah tangga dimaksudkan supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 7

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi Maret 2011 September 2011 Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (%) Kode Propinsi Kota Desa K+D Kota Desa K+D Mar 11 Sep 11 Mar 11 Sep 11 Mar 11 Sep 11 Mar 11 Sep 11 Mar 11 Sep 11 Mar 11 Sept 11 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 11 Aceh 176,02 169,30 718,78 730,89 894,81 900,19 13,69 13,03 21,87 22,01 19,57 19,48 12 Sumatera Utara 691,13 652,09 790,18 769,35 1.481,31 1.421,44 10,75 10,10 11,89 11,53 11,33 10,83 13 Sumatera Barat 140,49 145,01 301,59 296,79 442,09 441,80 7,42 7,61 10,07 9,85 9,04 8,99 14 Riau 141,92 136,10 340,13 336,35 482,05 472,45 6,37 6,01 9,83 9,56 8,47 8,17 15 Jambi 108,17 97,26 164,51 154,53 272,67 251,79 11,19 9,95 7,53 6,99 8,65 7,90 16 Sumatera Selatan 409,15 407,42 665,66 654,45 1.074,81 1.061,87 15,15 14,94 13,73 13,39 14,24 13,95 17 Bengkulu 95,28 88,19 208,33 215,16 303,60 303,35 17,74 16,30 17,39 17,83 17,50 17,36 18 Lampung 241,94 224,23 1.056,77 1.053,70 1.298,71 1.277,93 12,27 11,32 18,54 18,39 16,93 16,58 19 Bangka Belitung 25,32 20,96 46,74 44,59 72,06 65,55 4,11 3,35 7,35 6,91 5,75 5,16 21 Kepulauan Riau 106,35 104,78 23,21 17,72 129,56 122,50 7,35 7,09 7,65 5,46 7,40 6,79 31 DKI Jakarta 363,42 355,20 0,00 0,00 363,42 355,20 3,75 3,64 0,00 0,00 3,75 3,64 32 Jawa Barat 2.654,69 2.628,35 1.993,93 2.022,45 4.648,63 4.650,81 9,26 9,09 13,32 13,39 10,65 10,57 33 Jawa Tengah 2.092,51 2.175,82 3.014,85 3.080,17 5.107,36 5.255,99 14,12 14,67 17,14 17,50 15,76 16,21 34 DI Yogyakarta 304,34 298,92 256,55 265,31 560,88 564,23 13,16 12,88 21,82 22,57 16,08 16,14 35 Jawa Timur 1.768,23 1.734,31 3.587,98 3.493,00 5.356,21 5.227,31 9,87 9,66 18,19 17,66 14,23 13,85 36 Banten 335,53 335,12 354,96 355,75 690,49 690,87 4,61 4,54 9,75 9,74 6,32 6,26 51 Bali 92,95 100,86 73,28 82,27 166,23 183,13 3,91 4,20 4,65 5,17 4,20 4,59 52 Nusa Tenggara Barat 448,14 445,23 446,63 450,96 894,77 896,19 23,67 23,42 16,90 16,99 19,73 19,67 53 Nusa Tenggara Timur 117,04 99,23 895,87 887,27 1.012,90 986,50 12,50 10,47 23,36 22,93 21,23 20,48 61 Kalimantan Barat 84,47 89,89 295,64 286,24 380,11 376,12 6,33 6,70 9,59 9,25 8,60 8,48 62 Kalimantan Tengah 29,36 28,29 117,54 121,73 146,91 150,02 3,91 3,74 7,89 8,10 6,56 6,64 63 Kalimantan Selatan 59,47 59,96 135,15 138,66 194,62 198,61 3,84 3,83 6,34 6,45 5,29 5,35 64 Kalimantan Timur 92,14 87,90 155,77 159,23 247,90 247,13 4,06 3,80 11,21 11,26 6,77 6,63 71 Sulawesi Utara 77,25 78,14 117,65 116,58 194,90 194,72 7,46 7,51 9,37 9,25 8,51 8,46 72 Sulawesi Tengah 61,90 65,90 361,74 366,17 423,63 432,07 9,46 10,05 17,89 17,96 15,83 16,04 73 Sulawesi Selatan 137,02 133,58 695,89 701,93 832,91 835,51 4,61 4,48 13,57 13,63 10,29 10,27 74 Sulawesi Tenggara 29,84 28,33 300,17 305,95 330,00 334,28 4,80 4,51 18,24 18,43 14,56 14,61 75 Gorontalo 19,29 14,76 178,98 177,64 198,27 192,40 5,37 4,06 25,65 25,21 18,75 18,02 76 Sulawesi Barat 29,68 33,44 135,19 129,74 164,86 163,18 10,77 12,21 14,83 14,06 13,89 13,64 81 Maluku 59,60 56,49 300,72 299,92 360,32 356,40 10,24 9,59 30,54 30,03 23,00 22,45 82 Maluku Utara 8,09 8,55 89,22 98,53 97,31 107,08 2,80 2,95 11,58 12,61 9,18 10,00 91 Papua Barat 10,78 13,62 239,06 213,49 249,84 227,12 6,05 5,71 39,56 38,30 31,92 28,53 94 Papua 35,27 37,35 909,53 909,05 944,79 946,39 4,60 4,75 41,58 40,53 31,98 31,24 Indonesia 11.046,75 10.954,58 18.972,18 18.935,56 30.018,93 29.890,14 9,23 9,09 15,72 15,59 12,49 12,36 8 Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012