SEVERE ACUTE PANCREATITIS. DR. Ristaniah D.Soetikno, dr., Sp.Rad(K),M.Kes

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

SAKIT PERUT PADA ANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Laporan Kasus. Diajukan sebagai salah satu persyaratan PPDS 1 Radiologi PANKREATITIS. Oleh : Heny Damayanti. Pembimbing :

KOLELITIASIS A. PENGERTIAN

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

Gambaran Radiologi Tumor Kolon

IMAGING KEGANASAN PANKREATOBILIARIS RISTA D. SOETIKNO

ILEUS PARALITIK. Ali Djumhana

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 1 PENDAHULUAN. Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis

Dokter Pembimbing : dr. Evo Elidar Harahap, Sp.Rad dr. Yolanda Maria Sitompul, Sp.Rad

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

Stent Gastroduodenal Pada Gastric Outlet Obstruction (GOO) dan Stent Pankreas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

Tata Laksana Terkini Pankreatitis Akut

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (ERCP)

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di seluruh dunia. DM juga disebut dengan penyakit kencing manis dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

PYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

drh. Ahmad Fauzi M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

Gambaran Pasien Hirschprung Disease Pada Anak Usia 0-15 Bulan di RSUD Dr.Pirngadi Medan Pada Tahun

e) Faal hati f) Faal ginjal g) Biopsi endometrium/

dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

PENCERNAAN MAKANAN. Sistem Pencernaan Mamalia :

CT AND MRI WHICH IS THE BEST? dr. EDDY SUDIJANTO, Sp.Rad(K)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

Modul 19 Bedah Digestif GASTROENTEROSTOMI PINTAS (BY PASS) ( No. ICOPIM 5-442)

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

BAB 4 HASIL. 23 Universitas Indonesia. Gambar 4.1 Sel-sel radang akut di lapisan mukosa

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran empedu atau kedua-duanya. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

Kelenjar Prostat dan Permasalahan nya.

Kanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya?

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pemeriksaan Fisik

b. Badan pankreas Merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas Merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS

Hepatology. dr. Prasetio Kirmawanto, M. Kes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

PERTEMUAN KE 1 (50 MENIT)

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

Modul 9. (No. ICOPIM: 5-461)

Traktus Gastro Instestinal Traktus Urogenital dan organ reproduksi Traktus Respiratorius Sistem Syaraf Mamae dan organ-organ superfisial

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,

Tumor IntraAbdomen. Kelompok IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu. penyakit peradangan idiopatik pada traktus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

Transkripsi:

SEVERE ACUTE PANCREATITIS DR. Ristaniah D.Soetikno, dr., Sp.Rad(K),M.Kes BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT DR HASAN SADIKIN BANDUNG 2011

ABSTRAK Pankreatitis akut adalah suatu reaksi peradangan akut pada pankreas, yang menurut Scientific American Inc 1994, 60-80% pankreatitis akut berhubungan dengan pemakaian alkohol yang berlebihan dan batu saluran empedu. Berdasarkan The Second International Symposium in the Classification of Pancreatitis yang diadakan di Marseilles pada tahun 1984, pankreatitis dibagi atas pankreatitis akut dan pankreatitis kronik. Pankreatitis akut sendiri terbagi menjadi dua, yaitu mild acute pancreatitis dan severe acute pancreatitis. Keduanya dibedakan secara umum berdasarkan ada tidaknya nekrosis jaringan serta adanya disfungsi multiorgan. Peranan radiologi dalam diagnosis untuk membedakan mild acute pancreatitis dengan severe acute pancreatitis memegang peranan yang cukup penting. CT scan masih merupakan baku emas untuk membedakan keduanya. Gambaran foto polos abdomen yang dijumpai pada pankreatitis akut adalah adanya dilatasi dari usus kecil yang berdekatan ; sentinel loop,dan bila keadaan ini disertai spasme pada duodenum distal, maka akan tampak gambaran duodenal cut off sign.pada keadaan severe acute panreatitis gambaran yang ditunjukkan USG tidak terlalu spesifik, adanya peningkatan ekhogenitas yang heterogen pada pankreas yang membesar patut dicurigai sebagai suatu proses nekrosis, disamping adanya koleksi cairan intrapankreatik atau peripankreatik yang merupakan suatu komplikasi dari severe acute pancreatitis. Pada CT scan terdapat CT severity index ( CTSI ) yang dibuat berdasarkan gambaran pankreas pada CT disertai derajat nekrosisnya. Sementara itu, pemeriksaan MRI dikombinasikan dengan MrCP berguna untuk menilai adanya biliary pancreatitis. MRI memberikan keuntungan dari teknik cross sectional imaging nya, sementara MRCP memberikan keuntungan dalam kemampuannya menilai duktus bilaris dan duktus pankreatikus seperti pada ERCP. Kata kuci : Severe acute pancreatitis, ultrasonografi, CT severity index, MRCP

SEVERE ACUTE PANCREATITIS 1. Pendahuluan Pankreatitis akut adalah suatu reaksi peradangan akut pada pankreas, yang menurut Scientific American Inc 1994, 60-80% pankreatitis akut berhubungan dengan pemakaian alkohol yang berlebihan dan batu saluran empedu. 1 Frekuensi penyakit pankreatitis akut di negara Barat adalah 0,14-1% atau antara 10-15 pasien per 100.000 penduduk pertahun. Di Indonesia, pada penelitian yang dilakukan oleh Nurman pada tahun 1990 mengatakan bahwa hampir 1 dari 3 pasien dengan sakit perut bagian atas yang hebat adalah pasien pankreatitis akut. 2 Berdasarkan The Second International Symposium in the Classification of Pancreatitis yang diadakan di Marseilles pada tahun 1984, pankreatitis dibagi atas pankreatitis akut dan pankreatitis kronik. Pankreatitis akut sendiri terbagi menjadi dua, yaitu mild acute pancreatitis dan severe acute pancreatitis. Keduanya dibedakan secara umum berdasarkan ada tidaknya nekrosis jaringan serta adanya disfungsi multiorgan. 2 Peranan radiologi dalam diagnosis untuk membedakan mild acute pancreatitis dengan severe acute pancreatitis memegang peranan yang cukup penting. CT scan masih merupakan baku emas untuk membedakan keduanya. Pemeriksaan ultrasonografi masih belum bisa membedakan daerah yang mengalami nekrotik, disamping itu pemeriksaan ini lebih berguna pada fase awal pankreatitis akut. Pemeriksaan MRI biasanya dilakukan bersama dengan MRCP yang biasanya berguna untuk mendeteksi adanya biliary pancreatitis.

2. Etiologi dan Epidemiologi Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pankreatitis akut cukup banyak. Tapi sampai saat ini faktor-faktor tersebut bisa dikategorikan dalam beberapa kelompok. Penyakit pada traktus biliaris dan alkohol menempati 80 % penyebab terjadinya pankreatitis akut, sementara sisanya disebabkan antara lain : infeksi, trauma pada perut bagian atas, hiperlipidemia, hiperparatiroid, iatrogenik pasca bedah, ERCP, dan herediter. 2-4 Gbr 1. Etiologi dari pankreatitis akut 12 3. Patofisiologi Dalam keadaan normal, pankreas terlindung dari efek enzimatik dari enzimnya sendiri. Semua enzim pankreas terdapat dalam bentuk inaktif. Aktifitas normal terjadi oleh enterokinase di duodenum yang mengaktivasi tripsin dan selanjutnya mengaktivasi enzim pankreas lainnya. Pada pankreatitis akut terjadi aktivasi prematur enzim pankreas tidak di dalam duodenum melainkan di dalam pankreas, selanjutnya terjadi autodigesti pankreas. 1,2,6

Adapun mekanisme yang memulai aktivasi enzim antara lain adalah refluks cairan empedu, aktivasi sistem komplemen, dan stimulasi yang berlebihan sekresi enzim. Isi duodenum merupakan campuran dari enzim pankreas yang aktif, asam empedu, lisolesitin, dan asam lemak yang talah mengalami emulsifikasi, dan semuanya ini dapat menginduksi terjadinya pankreatitis akut. Pelepasan enzim aktif intraseluler ini menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan sel asiner ini akan menyebabkan aktivasi tripsin dan menyebabkan pelepasan lipase. Lipase akan menyebabkan nekrosis lemak lokal maupun sistemik. 2,3,15 Gbr 2. Patofisiologi terjadinya pankreatitis akut. 12 4. Gambaran klinis a. Keluhan penderita Gejala pankreatitis akut yang khas adalah keluhan nyeri yang hebat di epigastrium. Sifat nyeri timbulnya mndadak dan terus menerus. Perasaan

nyeri biasanya berkurang bila penderita mengambil posisi menekukkan lutut ke dada atau membungkukkan badan. b. Pemeriksaan fisik Terdapat kenaikan suhu sampai 39-40 0 C, nadi cepat diatas 100x permenit, volume nadi menurun, tekanan darah menurun, kulit dingin dan lembab. Bising usus biasanya normal,, tetapi pada 20% penderita dapat menurun sampai menghilang. Pada kasus yang sangat berat terdapat perubahan warna kulit yang menjadi pucat, kebiruan, atau kuning kecoklatan. Hal ini mungkin dapat ditemui di daerah umbilicus Cullen s sign, atau di daerah pinggang Turner s sign. Dapat juga terjadi ikterus yang mungkin disebabkan penekanan duktus koledokus oleh jaringan pankreas yang edematous. 3,7 5. Pemeriksaan Radiologi a. Foto Polos Abdomen Gambaran foto polos abdomen yang dijumpai pada pankreatitis akut adalah adanya dilatasi dari usus kecil yang berdekatan ; sentinel loop, gambaran ini merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada pankreatitis akut, meskipun tidak spesifik, dilaporkan dijumpai pada 50% penderita pankreatitis akut. Dilatasi tersebut biasanya berlokasi pada kuadran kiri atas, tetapi dapat pula terlihat pada tempat terdapatnya iritasi usus oleh eksudat. Dinding usus atau lipatan pada

sentinel loop dapat menebal karena adanya edema intramural yang disebabkan oleh rangsangan proses inflamasi di dekatnya. Usus kecil ditempat lain berisi sedikit atau tidak sama sekali berisi gas, tetapi kadang-kadang terjadi ileus paralitik umum. 7 Distensi duodenum karena iritasi proses inflamasi merupakan suatu variasi dari sentinel loop. Bila keadaan ini disertai spasme pada duodenum distal, maka akan tampak gambaran duodenal cut off sign. Kadang-kadang tampak gaster terpisah dari fleksura dodenoyeyunal dan kolon, hal ini karena adanya edema hebat pada korpus dan kaput pankreas, atau oleh karena terjadinya pengumpulan eksudat inflamasi. Dilatasi kolon ascendens dan transversum yang berisi gas disertai dengan menghilangnya udara dalam kolon descenden; colon cut off sign yang disebabkan karena penyebaran enzim-enzim pankreas dan eksudat purulen sepanjang bidang aksial disekitar arteri mesenterika superior dan mesokolin transversum. Gambar 3. Gambaran colon cutt of sign pada pankreatitis akut. 8

Gambar 4. Gambaran sentinel loop sign pada pankreatitis akut. 8 b. Pemeriksaan dengan Kontras Barium Pada pemeriksaan barium penderita pankreatitis akut akan terlihat pergeseran lambung dan duodenum akibat pankreas yang membesar karena edema, akbat koleksi cairan atau karena pseudokista. Bila proses peradangan bertambah berat maka akan tampak spikulasi dan penebalan lipatan mukosa lambung atau dinding medial dari duodenum. Kadang-kadang pada duodenum terjadi obstruksi oleh karena proses peradangan periduodenal. Eksudat inflamasi yang dihasilkan pankreatitis akut dapat menyebar ke bawah sepanjang dasar usus kecil menimbulkan edema dan penebalan lipatan mukosa atau dapat menyebar ke kolon melalui ligamentum gastrokolika dan menimbulkan pendataran haustra bagian inferior kolon transversum dan terutama pada haustra sepanjang tepi superior. 5

Gambar 5. Gambaran gastric outlet obstruction sebagai akibat dari penyempitan dari antrum dan proksimal duodenum. 10 Gambar 6.Tampak gambaran penyempitan lumen disertai mukosa yang irreguler di daerah duodenum pars 3 pada pankreatitis akut. 10 c. Pemeriksaan Ultrasonografi Pemeriksaan ultrasonografi ( USG ) merupakan cara pemeriksaan yang aman, tidak invasif yang dapat dilakukan setiap saat. Pada keadaan darurat pemeriksaan USG dapat dilakukan, bahkan banyak membantu menegakkan diagnosis. 12

Gambaran yang didapatkan bervariasi tergantung berat dan stadium penyakit dan dapat berubah secara signifikan dalam periode beberapa jam. Pankreas yang terkena dapat berupa edema, nekrotik, atau hemoragik. 11 Edema akan menyebabkan segmen yang terkena membesar dan terjadi pengurangan ekogenitas karena peningkatan air di dalam parenkim. Pada keadaan severe acute panreatitis gambaran yang ditunjukkan USG tidak terlalu spesifik, karena USG cukup sulit untuk menilai daerah yang mengalami nekrotik. Meskipun demikian adanya peningkatan ekhogenitas yang heterogen pada pankreas yang membesar patut dicurigai sebagai suatu proses nekrosis, disamping adanya koleksi cairan intrapankreatik atau peripankreatik yang merupakan suatu komplikasi dari severe acute pancreatitis. Gbr 7. Tampak pembesaran pankreas dengan ekhogenitas yang heterogen tanpa disertai cairan peripankreatik. 9

Gbr 8. Tampak cairan peripankreatik dengan ekhogenitas pankreas yang heterogen. 13 d. Pemeriksaan CT Scan Pemeriksaan CT scan sampai saat ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk diagnosis pankreatitis akut. CT scan lebih mampu menunjukkan gambaran nekrosis yang nantinya bisa bisa menentukan derajat keparahan dari pankreatitis melalui CT severity index ( CTSI ). Gambaran pankreatitis akut dengan CT scan akan terlihat pembesaran pankreas yang difus atau lokal dan didaerah tersebut terjadi penurunan densitas. Inflamasi lemat peripankreatik menyebabkan densitas jaringan lemak berbatas kabur, tetapi lemak disektar arteri mesenterika superior tidak terkena. 12 Perdarahan, nekrotik ataupun infeksi sekunder bisa terlihat dari adanya peningkatan densitas yang heterogen disertai koleksi cairan di sekitar pankreas. 12 Pada severe acute pancreatitis, gambaran daerah/zona batas tegas yang tidak enhance pada pemberian kontras menunjukkan adanya daerah

nekrosis. Ketika sampai pada keadaaan dimana hampir 90% daerah pankreas mengalami nekrosis maka disebut bahwa pankreas tersebut disebut sebagai complete necrosis atau central cavitary necrosis. 11-12 Beberapa sistem pengelompokkan telah dibuat untuk menentukan derajat keparahan berdasarkan CT. Salah satunya yang sampai saat ini sering dipakai adalah CT severity index ( CTSI ). CTSI ini dibuat berdasarkan gambaran pankreas pada CT disertai derajat nekrosisnya. Tabel 1. CT severity index ( CTSI ) 9 Pasien dengan index dari 0 sampai 1 tidak mempunyai persentase kesakitan dan kematian, indeks 2 sampai 4 mempunyai kesakitan sebesar 4 % dan tidak ada kematian, indeks 7 sampai 10 mempunyai kesakitan 92 % dan kematian 17 %. Adanya nekrosis pada pankreas sangat berhubungan dengan angka kesakitan dan kematian selanjutnya. Pasien tanpa nekrosis mempunyai angka kematian 4% dan kesakitan 12%, pasien dengan 50% nekrosis mempunyai angka kematian 25% dan kesakitan 75%, pasien dengan lebih dari 50% nekrosis mempunyai angka kematian 40% dan kesakitan 100%. 9

Gambar 9. Gambar diatas menunjukkan pasien dengan central gland necrosis. Terdapat koleksi cairan pada bursa omentalis, disekitar gaster. Tampak penyangatan yang normal pada kaput pankreas, namun tidak terlihat penyangatan pada mayoritas korpus pankreas. 11 e. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) Seperti pada pemeriksaan radiologi yang lain, maka MRI pun dapat membantu diagnosis pankreatitis akut. Tapi pemeriksaan MRI ini jarang dilakukan, karena pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan dan lebih sukar diperoleh secara tepat, disamping hasil yang diperoleh hampir sama dengan CT scan. Pemeriksaan MRI ini hanya dilakukan apabila pasien dalam keadaan hamil atau alergi terhadap kontras. 9-12

Gambar 10. A. Gambaran MRI T1WI fat-supressed potongan axial, menunjukkan edema dari kelenjar pankreas dan adanya inflamasi peripankreas, terlihat juga perdarahan kecil di dalam pankreas. B. Gambaran MRI T1WI fat-supressed potongan axial setelah pemberian kontras, menunjukkan kurangnya penyangatan didaerah korpus, konsisten dengan suatu nekrosis pada pankreas. 11-12 Gambar 11. A. MRI T2WI potongan coronal menunjukkan adanya pembengkakkan dan meningkatnya intensitas signal dari kelenjar pankreas. B. Terlihat adanya intensitas signal yang tinggi dari koleksi cairan peripankreas disertai debris. 11-12 Berbeda halnya bila pemeriksaan dikombinasikan dengan MRCP. Pemeriksaan ini menjadi penting untuk menilai adanya biliary pancreatitis. MRI memberikan keuntungan dari teknik cross sectional imaging nya, sementara MRCP memberikan keuntungan dalam kemampuannya menilai duktus bilaris dan duktus pankreatikus seperti pada ERCP. 9-12

Gambar 9. Gambran MRCP pada pasien severe acute pancreatitis menunjukkan adanya nekrosis pada pancreatic bed Gambar 10. Gambaran MRCP pada pasien pankreatitis akut menunjukkan adanya cholelithiasis dan choledocholitihasis.

DAFTAR PUSTAKA 1. Bradley EL. The necessity for a clinical classification of acute pancreatitis the Atlanta system. Dalam : Acute pancreatitis diagnosis and therapy. New York; Raven Press Ltd, 1994; 27-32 2. Nurman A. Pankreatitis akut dalam gastroenterologi hepatologi, penerbit Buku Kedokteran CV Infomedika, Jakarta; 1990; 441-55 3. Greenberger NJ. Disease of internal medicine, edisi ke 11. Mc Graw-Hill Book, 1987; 1962-80 4. Hadi S. Gastroenterologi, edisi ke-6. Alumni Bandung,; 1995; 807-89 5. Ranson JHC. Acute pancreatitis. Dalam ; Maingot s abdominal operation, edisi ke -10, 1997 ; 1899-915 6. Meschan I. Stomach, duodenum and pancreas. Dalam Rontgen Sign in diagnostic imaging, edisi ke-2. Philadelphia. WB Saunders, 1995; 561-716 7. Kollin SA. Surgery of the pancreas a text and atlas. Dalam Diagnostic proocedures conventional rontgenographic diagnosis. CV Mosby, 1978;11-33 8. Price CWR, The colon cut off sign in acute pancreatitis. Med J. Aust 1957; 313. 9. Eisenberg RL. Disease of the pancreas. Dalam : Eisenberg RL, penyunting: Diagnostic in internal medicine edisi ke-1. New York; Mc Graw-Hill Book, 1985; 747-60 10. Sutton D. Textbook of Radiology and Imaging vol ke-2, edisi ke-6. Churchill Livingstone, 1998 ; 1029 60. 11. Gobal H, Singer MV. Acute pancreatitis. Dalam : Berger HG, Buchler H, penyunting : Standard of conservative treatment acute pancreatitis. 1987;260-65. 12. Steer ML. Pathophysiology and pathogenesis of acute pancreatitis. Dalam Edward L, Bradley III, penyunting. New York : raven Press Ltd, 1994 ; 3-13. 13. Fuckar Z. Sonography of the pancreas. Dalam : Kurjak A, Fuckar Z, Gharbi HA, penyunting : Atlas of Abdominal and small part sonography edisi ke-1. Zagreb; Naprijed, 1990; 169-80.