TEORI: SEBUAH PENGANTAR. Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang diambil oleh penulis adalah format eksplanasi

Pengertian Teori Komunikasi dan Model Komunikasi

Metode ilmiah dan Teori ilmiah

Teori Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Metode Penelitian Komunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hipotesis. Hubungan yg diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yg dapat diuji secara empiris

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

Mengembangkan Kajian Teoritik Ilmu Komunikasi dari Teori Public Relations Berperspektif Lokal

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian KULIAH I

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

METODE PENELITIAN. merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari

BAB 4 KERANGKA TEORITIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rachmat Kriyantono, Ph.D (pada pelatihan penulisan karya ilmiah, jurusan komunikasi UB Malang, Des 2013)

Suatu kumpulan statement yang mempunyai kaitan logis, merupakan cermin dari kenyataan yang ada, tentang sifat-sifat atau ciri-ciri suatu khas,

IV. TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Oleh Bambang Juanda

TEORI KOMUNIKASI. Pengertian Teori dan Model Komunikasi. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

HIPOTESIS PENELITIAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH. Tujuan Pembelajaran

METODE ILMIAH. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

OBJEK ILMU KOMUNIKASI. Rachmat K, Ph.D -Dosen Ilmu Komunikasi UB Malang, Peneliti & Penulis Buku Komunikasi

TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI : TINJAUAN UMUM. DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

Teori. Komunikasi. Pentingnya Komunikasi & Komunikasi sebagai Ilmu. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si. Ilmu Komunikasi. Modul ke: Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

P E N G ETA H U A N & I L M U P E N G ETA H U A N L I A A U L I A F A C H R I A L, M. S I

TEORI KOMUNIKASI. Pengertian, Sifat, Tujuan dan Fungsi Teori

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE, PROSES, SIKAP DAN IMPLIKASI ILMIAH. Topik ke-3

QUANTITATIVE RESEARCH Rachmat K, Ph.D Lecturer, Researcher & Book Author School of Communication, Brawijaya University, Malang- Indonesia

KONSEP TEORI MODEL KEPERAWATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Jalaludin

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan judul penelitian, yaitu Pengaruh Program Merajut Asa

Modul 2 Permasalahan dan Proposisi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi adalah ilmu tertua di dunia, karena komunikasi merupakan

BAB V HASIL DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Bab ini memaparkan hasil penelitian terutama berkaitan dengan rancangan

6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA

Pertemuan 9 HIPOTESIS

PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Strategi komunikasi pemasaran saat ini sudah menjadi bagian utama dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

Pengertian Metodologi Penelitian. Hubungan Ilmu dan Penelitian

ILMU ALAMIAH DASAR. Pendekatan Ilmiah Dini Rohmawati

RESUME KAJIAN TEORI DALAM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

Definisi. Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197)

PENDEKATAN- PENDEKATAN KEILMUAN. Modul ke: 1Ilmu Komunikasi MATAKULIAH KEWARGANEGARAAN. Fakultas. Muhamad Rosit, M.Si. Program Studi Penyiaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia pertelevisian sudah mulai mendominasi dunia

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. pertanyaan. Kriteria keputusannya adalah dengan membandingkan nilai

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian wacana politik videografis tentang reklamasi Teluk Benoa ini

TEORI Himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara va

HIPOTESIS. Pertemuan 9. Pengertian Hipotesis

METODE PENELITIAN FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME

Drs. Rudi Susilana, M.Si. -

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA

06/11/12. Satu bulan kemudian

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PERUMUSAN MASALAH DAN TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Oleh Satria Novari, M.Kom

METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN SD (GD 522)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

Desain Model Penelitian Kuantitatif Oleh : Ir. Agus Hasbi Noor, M.M.Pd.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

METODE PENELITIAN. Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran. Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26.

LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS DALAM METODE PENELITIAN *)

ILMU ALAMIAH DASAR 3 DINI ROHMAWATI IPA dan PERKEMBANGAN DAYA ABSTRAKSI MANUSIA

MOTIVASI. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Internal Kegiatan yang dapat diamati Kepuasan Eksternal. Motivasi. Hambatan pencapai Tujuan Mengurangi Tekanan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

TEORI: SEBUAH PENGANTAR Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D Pengertian Teori Anda mungkin masih ingat iklan sebuah produk shampo beberapa tahun yang lalu. Iklan tersebut mempunyai tagline khas Ah Teori. Iklan tersebut bercerita tentang seorang mahasiswa sedang mendengarkan penjelasan dosennya. Kemudian (mungkin karena tidak puas atau bingung?) dia berkata ah.. teori.iklan tersebut juga meyakinkan penonton bahwa shampo yang diiklankan bisa menjadikan rambut hitam kemilau dan bebas ketombe adalah kenyataan, bukan lagi teori. Contoh lainnya, Anda sering mendengar komentar seorang sarjana yang baru lulus: Teori-teori yang ada di bangku kuliah nggak bisa dipraktikkan di dunia kerja! Iklan dan komentar seorang sarjana di atas telah mengonstruksi teori sebagai lawan dari kenyataan. Dengan kata lain, teori terpisah dengan praktik. Teori berdiri sendiri dan tidak ada kaitan dengan dunia praktis. Benarkah demikian? Buku ini diawali dengan penjelasan tentang teori. Memang diakui, merumuskan definisi yang tepat untuk teori merupakan hal yang rumit (Flinders & Mills, 1993). Dari kajian terhadap beberapa literatur, saya sampaikan beberapa penjelasan tentang teori dari beberapa pakar. Kerlinger (1986:9) mendefinisikan teori sebagai Seperangkat inter-relasi antara konstruk, definisi, dan proposisi yang menjelaskan suatu fenomena secara sistematis dengan cara menjelaskan relasi antarvariabelvariabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut. Neuman (2006) menyebut teori sebagai pengetahuan tentang dunia nyata yang terorganisasi sehingga membantu orang untuk memvisualkan dan menjelaskan sesuatu. Kaplan seperti dikutip oleh Littlejohn dan Foss (2008, h. 15) mengatakan bahwa teori tidak hanya upaya menemukan sesuatu yang tersembunyi; tetapi juga cara memilih fakta-fakta, mengorganisasi, dan menjelaskannya. Deetz menjelaskan sebuah teori adalah cara melihat dan berpikir tentang dunia (Littlejohn & Foss, h. 15). Strauss (1995) dikutip oleh Anfara dan Mertz (2006) mengatakan bahwa Teori menyediakan sebuah model atau peta tentang dunia nyata. Meski merupakan simplifikasi dari dunia nyata, teori hanya mengklarifikasi dan menjelaskan beberapa aspek dari dunia tersebut (h. xiv). Flinders dan Mills (1993) menyatakan bahwa teori adalah seperangkat ide-ide yang umum yang mengarahkan suatu tindakan. Dari definisi-definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa teori berpijak dari fenomena empiris dan berusaha menjelaskan cara kerja fenomena tersebut dan meramalkan akibat yang ditimbulkannya. Jika ada yang menganggap teori tidak sesuai dengan dunia nyata, maka hal ini adalah keliru. Teori adalah simplifikasi dari dunia nyata meskipun sebuah teori hanya menjelaskan sebagaian aspek dari dunia nyata. Penjelasannya sebagai berikut:

Teori hanya menjelaskan beberapa aspek dari fenomena di dunia nyata. Ia tidak menjelaskan semua aspek yang ada di dunia nyata. Contoh: Jika Anda disodori sebuah pas foto 3x4, anda hanya dapat menjelaskan wajah, rambut, leher, pundak, dan sebagian dada seseorang yang ada di foto tersebut. Anda tidak dapat menjelaskan kondisi perut atau kakinya. Contoh lainnya: Teori Jarum Hipodermik (Teori Peluru) hanya menjelaskan satu aspek, yaitu sifat penonton yang pasif dan mudah dipengaruhi media massa. Aspek yang lain, yaitu sifat penonton yang aktif dan tidak mudah dipengaruhi media massa (keras kepala/stubborn) dijelaskan oleh Teori Uses & Gratifications. Suatu teori fokus pada satu sisi dan mengabaikan sisi yang lain. Littlejohn dan Foss (2008) mengatakan bahwa teori adalah abstraksi. Teori mengurangi pengalaman hidup manusia menjadi seperangkat kategori dan akibatnya ada bagian dari pengalaman tadi yang tidak dibahas. Satu teori tidak dapat digunakan untuk menggali seluruh kebenaran (h. 15). Contoh: coba anda jelaskan apa warna spidol? Jika tutup spidol dipegang, anda mungkin mengatakan putih, tapi jika spidol tadi tidak dipegang, anda akan mengatakan warna spidol adalah hitam dan putih (karena tutup spidolnya berwarna hitam). Dengan kata lain, teori adalah konstruksi (h. 15) seorang ilmuwan tentang apa yang ingin dia jelaskan dan bagaimana cara menjelaskannya. Teori dan fenomena berkembang terus. Fenomena dunia nyata, terutama sekali fenomena sosial bersifat dinamis dan berubah terus-menerus. Hal ini membuat teori juga berkembang dan disempurnakan sehingga dapat menjelaskan fenomena dunia nyata. Itulah sebabnya teori bersifat tentative dan terbuka untuk menerima pemikiranpemikiran baru. Bagaimana Teori Terbentuk? Secara umum, sumber teori berdasarkan dua prinsip mendapatkan pengetahuan, yaitu rasionalisme dan relativisme. Rasionalisme menyatakan bahwa seseorang mendapatkan pengetahuaan tentang fenomena dengan cara berpikir tentang fenomena tersebut. Dengan kata lain, sumber teori adalah rasio manusia. Sementara itu, relativisme mengatakan bahwa pengetahuan dihasilkan dari pengalaman manusia yang langsung terlibat dengan fenomena empiris (Willis, 2007, h.48). Karena itu, relativisme disebut juga dengan empirisisme. Rasionalisme menghasilkan cara berpikir deduktif, sedangkan relativisme menghasilkan cara berpikir induktif. Contoh: Dalam mendefinisikan kata cantik, rasiolisme akan menggunakan rasionya dipadu dengan literature-literatur tentang kata cantik tersebut, sedangkan relativisme akan langsung terlibat dalam interaksi dengan masyarakat untuk mengetahui secara langsung konstruksi masyarakat tentang cantik. Menurut Anfara dan Mertz (2006, h. xiv), teori dibangun oleh hubungan antara tiga komponen pokok, yaitu konsep, konstruk, dan proposisi. Kriyantono (2008, h. 17) mengutip Bungin (2001) menjelaskan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang ada.

Konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek. Misalnya, kata meja adalah sebuah konsep yang merepresentasikan sebuah objek yang terbuat dari kayu, mempunyai empat kaki sebagai penyanggah sebuah bidang datar yang terkadang terbuat dari kaca, yang semua bahannya bersifat konkret. Coklat, putih, merah, hijau, abu-abu digeneralisasikan sebagai konsep warna (Kriyantono, 2008, h. 17-18). Konsep membantu kita membedakan fenomena yang satu dengan yang lain serta menghubungkan fenomena di masa lalu dengan masa sekarang dan yang akan dating (Anfara & Mertz, 2006, h. xv), sehingga membantu kita berkomunikasi dengan orang lain (Kriyantono, 2008, h. 18). Jika sebuah konsep telah dibatasi atau didefinisikan, maka disebut konstruk. Misalnya, terpaan iklan di radio adalah konsep. Setelah dibatasi pengertiannya menjadi frekuensi mendengarkan tayangan iklan di radio setiap hari, maka disebut konstruk, opini dibatasi sebagai skor pernyataan verbal seseorang terhadap X. Preposisi adalah pengekspresian dari keterkaitan antara beberapa konstruk (Anfara & Mertz (2006, h. xv). Hubungan antara beberapa konstruk tersebut dapat dinilai benar atau salah melalui suatu pengamatan empiris (Kriyantono, 2008). Misalnya, Semakin sering seseorang menonton iklan produk X maka semakin sering dia membeli produk tersebut. Jika proposisi ini diuji secara empiris, maka disebut hipotesis. Jika sudah terbukti kebenarannya, maka ia menjadi teori. Relasi antarproposisi inilah yang menjadi teori (Anfara & Mertz, 2006, h.xv). Model membangun teori dapat dilihat pada gambar 1. Model ini dikembangkan dari model yang dibuat oleh Anfara dan Mestz (2006). Teori ------------------------------------------------------------ Abstraks Proposisi-proposisi Konstruk-konstruk Konsep-konsep Sensasi-sensasi/Pengalaman-pengalaman------------- Konkret Tanda panah yang mempunyai dua arah, menunjukkan bahwa proses membangun teori bersifat iterasi atau terus menerus. Gambar 1 di atas dapat dijelaskan dengan memberikan contoh Teori Iklim Komunikasi dari Goldhaberg (1990) dan Teori Motivasi dari Abraham Maslow (1954).

Teori Iklim Komunikasi adalah teori yang menjelaskan kondisi komunikasi dalam organisasi sehingga anggota organisasi merasa nyaman bekerja dan berinteraksi. Setiap organisasi memerlukan suatu iklim komunikasi (konsep). Iklim komunikasi yang kondusif memerlukan lima faktor penting (konstruk), yaitu kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, dukungan, keterbukaan, dan perhatian atas tujuan kinerja yang tinggi. Salah satu proposisi yang yang dibuat adalah jika karyawan menganggap organisasi mempercayai dan memberikan dukungan maka semakin tinggi kinerja mereka. Contoh kedua adalah Teori Motivasi dari Abraham Maslow. Teori ini menjelaskan factor-faktor yang mendorong perilaku seseorang. Menurut Maslow, perilaku seseorang didorong untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup (konsep). Kebutuhan tersebut dibagi ke dalam lima kategori (konstruk), yaitu kebutuhan fisiologis dasar (seperti makan-minum, seks, air, udara), keamanan dan rasa aman (seperti asuransi, pension, keamanan fisik), afiliasi sosial (seperti mencintai dan dicintai, diterima oleh kelompok sosial), penghargaan diri (seperti mendapat hadiah, ulang tahun), dan aktualisasi diri (peluang mengekspresikan diri, ikut lomba menyanyi, dipercaya melakukan pekerjaan penting. Kemudian, kebutuhankebutuhan tersebut disusun secara hirarki dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Kebutuhan yang paling rendah mesti dipenuhi dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (proposisi). Bagaimana teori yang baik? Seperti disampaikan di atas, sebuah teori tidak secara otomatis dapat digunakan untuk menjelaskan semua fenomena. Lalu, bagaimana menilai sebuah teori cocok untuk menjelaskan sebuah fenomena? Buku ini akan mendeskripsikan pendapat beberapa pakar tentang kriteria teori yang baik. Littlejohn dan Foss (2008, h.27-28) menyebut kriteria teori yang baik adalah valid, parsimoni, keterbukaan, kontribusi bagi literatur. Validitas artinya sebuah teori harus mempunyai kegunaan bagi kehidupan manusia dan konsep-konsep yang ada dalam teori harus dapat diobservasi di dunia empiris. Sebuah teori disebut parsimoni, jika ia menjelaskan fenomena secara logis dan sederhana. Teori mesti terbuka, artinya bahwa teori tersebut selalu terbuka untuk didebat (tentative), dan bersifat kontekstual, karena teori adalah cara memandang realitas bukan mereproduksi realitas. Terakhir, teori dianggap baik apabila ia banyak digunakan dalam literatur-literatur. Kriteria teori yang baik menurut McMillan dan Schumacher (2001) adalah dapat menjelaskan fenomena yang diobservasi dengan sederhana, konsisten dengan yang diteliti, bersifat tentatif sehingga bisa diverifikasi dan direvisi, dan dapat mendorong penelitian lebih lanjut pada wialayh yang memerlukan investigasi lebih dalam. Sedangkan Agnew dan Pyke (1969) seperti dikutip oleh Anfara & Mertz (2006, h. xvii) memberikan kriteria teori yang baik sebagai berikut: mengandung penjelasan sederhana, dapat diuji, baru atau original, mendukung teori yang lain, konsisten dalam menjelaskan fenomena, dan dapat memprediksi fenomena yang dijelaskan. Pertanyaan: a. Mengapa sebuah teori tdk dpt digunakan untuk menjelaskan semua fenomena sosial?

b. Berilah contoh tentang sifat teori yang dapat memprediksi fenomena komunikasi? c. Bagaimana implikasi dari sifat teori yang parsimoni bagi mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan akademisnya? Ketik jawaban anda pada bagian comment di bagian lain di blog ini. Tulis identitas anda dan print semua komen yg masuk. Pemberian komen paling lambat dua hari sebelum pertemuan ke-2. Trims. Rachmat K, Ph.D