Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

VEKTOR PRIORITAS DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN METODE NILAI EIGEN

BAB II LANDASAN TEORI

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab II Analytic Hierarchy Process

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

APLIKASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN SISWA TELADAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

UJI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI SISTEM PENGAMBIL KEPUTUSAN TEMPAT TINGGAL

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. AHP dan Promethee. Bahasa pemrograman yang digunakan Microsoft Visual

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Pengertian Metode AHP

Analytic Hierarchy Process

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

PENERAPAN MICOROSOFT EXCEL PADA METODE KUANTITATIF BISNIS DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (PROSES ANALITIS HIERARKIS) ABSTRAK ABSTRACT

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

DECISION SUPPORT SYSTEMS FOR THE SELECTION OF OUTSTANDING STUDENTS BY USING ANALYTIC HIERARCHY PROSES METHOD (CASE STUDY: LKP El-RAHMA SAMARINDA)

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Analytic Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

Analytical hierarchy Process

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS PEMILIHAN MODA KENDARAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS HIRAKI PROSES PADA MAHASISWA UNP KEDIRI

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

AHP (Analytical Hierarchy Process)

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Umroh (Studi Kasus: PT. Amanah Iman)

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

P11 AHP. A. Sidiq P.

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Profile Umum P.T. PJB Badan Pengelola Waduk Cirata

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

Transkripsi:

Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty di awal tahun 1970. Pada saat itu, AHP dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan pada beberapa perusahaan dan pemerintahan. Pengambilan keputusan dilakukan secara bertahap dari tingkat terendah hingga puncak. Pada proses pengambilan keputusan dengan AHP, ada permasalahan dengan beberapa level kriteria dan alternatif. 1

Pendahuluan (lanjutan) Masing-masing alternatif dalam satu kriteria memiliki skor. Skor diperoleh dari matriks eigen vektor yang diperoleh dari perbandingan berpasangan dengan alternatif yang lain. Skor yang dimaksud ini adalah bobot masing-masing alternatif terhadap satu kriteria. Masing-masing kriteriapun memiliki bobot tertentu (didapat dengan cara yang sama). Selanjutnya perkalian matriks alternatif dan kriteria dilakukan di tiap level hingga naik ke puncak level. Pendahuluan (lanjutan) Dalam menyelesaikan persoalan AHP, ada beberapa prinsip yang perlu dipahami, diantaranya adalah : decomposition, comparative judgment, synthesis of priority, dan logical consistency. Secara sederhana, AHP dapat diartikan sebagai pembobotan (penentuan prioritas) dari serangkaian persoalan yang dihadapi, baik terhadap kriteria maupun alternatifnya. AHP dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang kompleks. 2

Prinsip Decomposition Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut sehingga didapatkan beberapa tindakan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis dinamakan hirarki. Prinsip Comparative Judgment Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. 3

Prinsip Synthesis of Priority Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigen vector untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. Prinsip Logical Consistency Konsistensi logika memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansinya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antar objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Proses ini harus dilakukan berulang hingga didapatkan penilaian yang tepat. 4

Tahapan dalam AHP 1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki, yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. Tahapan dalam AHP (lanjutan) 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment seluruhnya sebanyak n x [(n- 1)/4] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5

Tahapan dalam AHP (lanjutan) 5. Menghitung nilai eigen dan mengkaji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vector eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. Tahapan dalam AHP (lanjutan) 8. Memeriksa konsistensi hirarki (jika nilainya lebih dari 10 %, maka penilaian data judgment harus diperbaiki). 6

Tahapan dalam AHP (lanjutan) Dengan membuat struktur keputusan yang sistematis dan serangkaian prosedur perhitungan, maka dapat dihasilkan rekomendasi prioritas. AHP memiliki keunggulan karena dapat menggabungkan unsur obyektif dan subyektif dari suatu persoalan. Tahapan dalam AHP dapat disederhanakan seperti berikut : 1. Rancangan/struktur keputusan dari persoalan yang ada. 2. Perhitungan berpasangan (pairwise comparison). 3. Sintesis prioritas (pembobotan). 4. Uji konsistensi. Tahapan dalam AHP (lanjutan) Setiap alternatif dipertimbangkan berdasarkan pemenuhannya terhadap kriteria yang telah ditetapkan. AHP membantu dalam menentukan prioritas tiap kriteria, prioritas tiap alternatif pada kriteria tertentu, dan akhirnya berupa sintesis prioritas masing-masing alternatif berdasarkan semua kriteria ditetapkan. 7

Tahapan dalam AHP (lanjutan) Analisis berpasangan merupakan langkah awal untuk menentukan prioritas (bobot). Skor atau nilai yang digunakan dari 1 (untuk menunjukkan kedua aspek/faktor/item sama pentingnya), hingga 9 (salah satunya mutlak lebih penting/utama dari yang lain) dan skor/nilai kebalikannya. Tahapan dalam AHP (lanjutan) Untuk melakukan pembobotan dapat digunakan tabel penilaian berikut : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sama penting -nya Sedikit lebih penting Hampir mutlak lebih penting Misalnya : A terhadap B nilainya 5, maka B terhadap A skornya 1/5. B terhadap C nilainya 7, maka C terhadap B skornya 1/7. dan seterusnya. Mutlak lebih penting 8

Contoh AHP Keputusan untuk membeli mobil sedan 2.000 cc. Untuk persoalan ini, ditetapkan ada 4 kriteria utama (B = biaya operasional, M = model, K = kecepatan, dan N = kenyamanan). Dari kriteria tersebut yang diharapkan adalah mobil yang B-nya rendah, M-nya bagus, K-nya tinggi, dan N-nya prima. Jika ada 3 alternatif mobil yang sedang dipertimbangkan (sebut saja merk T, H, dan M), maka struktur keputusan dari persoalan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Persoalan Membeli mobil sedan 2.000 cc Kriteria B M K N Alternatif T H M Gambar 1. Struktur keputusan 9

Analisis berpasangan untuk dilakukan antar keempat kriteria dengan skor kompromi seperti ditunjukkan Tabel 1. Tabel 1. Analisis berpasangan antar kriteria Kriteria B M K N B 1 1/4 1/3 1/5 M 4 1 3 2 K 3 1/3 1 1/2 N 5 1/2 2 1 Jumlah Nilai Kolom 13 25/12 19/3 37/10 Sintesis prioritas dilakukan dengan cara berikut : 1. Hitung jumlah tiap kolom dari matriks nilai berpasangan. 2. Buat matriks baru dengan elemen berupa hasil bagi antara nilai lama dengan jumlah kolom tersebut (dilakukan per kolom). 3. Jumlahkan elemen baru tersebut pada tiap barisnya. 4. Hasil dari kolom baru ini dibagi dengan total kolomnya untuk mendapatkan prioritas (bobot) yang diharapkan. 10

Langkah 1, dapat dilihat pada Tabel 1, serta masih dapat dilihat pada Tabel 2 yang merupakan hasil Langkah 2 s/d 4. Tabel 2. Sintesis prioritas Jumlah Prioritas Kriteria B M K N Baris (Bobot) B 1/13 3/25 1/19 2/37 0,304 0,076 M 4/13 12/25 9/19 20/37 1,802 0,450 K 3/13 4/25 3/19 5/37 0,684 0,171 N 5/13 6/25 6/19 10/37 1,210 0,303 Jumlah Nilai Kolom 1 1 1 1 4 1 Uji Konsistensi Jika a ij mewakili derajat kepentingan faktor i terhadap faktor j dan a jk menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap faktor k, maka agar keputusan menjadi konsisten, kepentingan dari faktor i terhadap faktor k harus sama dengan a ij.a jk atau jika a ij.a jk = a ik untuk semua i, j, k maka matriks tersebut konsisten. 11

Saaty *) telah membuktikan bahwa indek konsistensi dari matrik berordo n dapat diperoleh dengan rumus berikut : max n C. I. n 1 dengan : C.I. = Indeks Konsistens = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n max *) Saaty, T.L., The Analytic Hierarchy Process, McGraw-Hill, New York.1980. Nilai eigen terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vektor utama. Sebagai contoh, menggunakan Tabel 1 dan Tabel 2, nilai eigen terbesar yang diperoleh : max = 13(0,076) + (25/12)(0,450) + (19/3)(0,171) + (37/10)(0,303) = 4,130 12

Karena matriks berordo 4 (yakni terdiri dari 4 kriteria), nilai indek konsistensi (C.I.) yang diperoleh : 4,130 4 C. I. 0,043 4 1 Nilai C.I. = 4,32 % (memenuhi perrsyaratan 10 %), artinya matriks dapat dikatakan konsisten atau ketidakkonsistenan pendapat atas penilaian (judgment) yang ada masih dianggap dapat diterima. Peringkat dari hasil prioritas (bobot) pada Tabel 2, dari keempat kriteria adalah : - Model, M memiliki bobot tertinggi 0,450 atau 45,0 %. - Kenyamanan, N memiliki bobot 0,303 atau 30,3 %. - Kecepatan, K memiliki bobot 0,171 atau 17,1 %. - Biaya operasional, B memiliki bobot terendah 0,076 atau 7,6 %. 13

Catatan : Bila hasil kompromi (matriks asal) pada Tabel 1 berubah nilainya, maka nilai bobot (prioritas) juga akan berbeda. Begitu pula jika jumlah kriteria ataupun alternatifnya juga berubah. Tabel 3. Analisis berpasangan tiap kriteria pada tiap alternatif 14

Langkah berikutnya adalah Sintesis Prioritas untuk masing-masing kriteria : Kriteria B (Biaya Operasional) diperoleh bobot tertinggi pada M = 51,3 %, T = 32,9 %, dan terendah pada H = 15,8 % seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Sintesis prioritas untuk kriteria biaya operasional Biaya Operasional T H M Jumlah Baris Prioritas (Bobot) T 4/17 4/7 2/11 0,987 0,329 H 1/17 1/7 3/11 0,475 0,158 M 12/17 2/7 6/11 1,538 0,513 Jumlah Kolom 1 1 1 3 1 Kriteria M (Model) diperoleh bobot tertinggi pada H = 62,3 %, T = 24,0 %, dan terendah pada M = 13,7 % seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Sintesis prioritas untuk kriteria model Model T H M Jumlah Baris Prioritas (Bobot) T 2/9 4/19 2/7 0,718 0,240 H 6/9 12/19 4/7 1,870 0,623 M 1/9 3/19 1/7 0,412 0,137 Jumlah Kolom 1 1 1 3 1 15

Kriteria K (Kecepatan) diperoleh bobot tertinggi pada H = 36,9 %, M = 36,4 %, dan terendah pada T = 26,7 % seperti ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Sintesis prioritas untuk kriteria kecepatan Kecepatan T H M Jumlah Baris Prioritas (Bobot) T 2/13 1/21 6/10 0,802 0,267 H 10/13 5/21 1/10 1,107 0,369 M 1/13 15/21 3/10 1,091 0,364 Jumlah Kolom 1 1 1 3 1 Kriteria N (Kenyamanan) diperoleh bobot tertinggi pada H = 65,5 %, M = 21,2 %, dan terendah pada T = 13,3 % seperti ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Sintesis prioritas untuk kriteria biaya operasional Kenyamanan T H M Jumlah Baris Prioritas (Bobot) T 1/7 1/6 1/11 0,401 0,133 H 4/7 4/6 8/11 1,965 0,655 M 2/7 1/6 2/11 0,634 0,212 Jumlah Kolom 1 1 1 3 1 16

Sintesis akhir adalah berupa rekapitulasi seluruh hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Sintesis akhir B M K N Prioritas Alternatif (0,076) (0,450) (0,171) (0,303) (Bobot) T 0,329 0,240 0,267 0,133 0,219 H 0,168 0,623 0,369 0,655 0,554 M 0,513 0,137 0,364 0,212 0,227 Keputusan akhir ditentukan dengan perhitungan nilai ekspektasi : E v = x i G P i dengan : E v = nilai ekspetasi x i = nilai bobot masing-masing alternatif P i = nilai bobot masing-masing kriteria 17

T = 0,329(0,076) + 0,240(0,450) + 0,267(0,171) + 0,133(0,303) = 0,219 H = 0,158(0,076) + 0,623(0,450) + 0,369(0,171) + 0,655(0,303) = 0,554 H = 0,513(0,076) + 0,137(0,450) + 0,364(0,171) + 0,212(0,303) = 0,227 Kesimpulan akhir pembobotan : Prioritas I pada H sebesar 55,4 %. Prioritas II pada M sebesar 22,7 %. Prioritas III pada T sebesar 21,9 %. Rekomendasi keputusan : Beli H yang bobotnya paling tinggi untuk keempat kriteria yang dimaksud, kemudian M, dan yang terakhir adalah T. 18

Terima Kasih atas Perhatiannya. 19