ALIRAN PADA AMBANG LEBAR DAN AMBANG TAJAM

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA DIMENSI DAN KESERUPAAN

ALIRAN PADA AMBANG LEBAR DAN AMBANG TAJAM

Mekanika Fluida II. Alat-alat ukur pada Saluran Terbuka

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

PRINSIP DASAR HIDROLIKA

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

I Putu Gustave Suryantara Pariartha

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification)

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

Mekanika Fluida II. Tipe Saluran Terbuka Penampang Hidrolis Terbaik

(2) Dimana : = berat jenis ( N/m 3 ) g = percepatan gravitasi (m/dt 2 ) Rapat relatif (s) adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat ( ) dan

BAB III ANALISA ALIRAN TURBULENT TERHADAP ALIRAN FLUIDA CAIR PADA CONTROL VALVE ANSI 150 DAN ANSI. 300 PADA PT.POLICHEM INDONESIA Tbk

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

BAB III LANDASAN TEORI

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II LANDASAN TEORI

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

Hidrolika Saluran. Kuliah 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

Dimension and Units. Analisis dimensional dan similaritas. Dimensional analysis. Analisis dimensi. lunes, 19 de diciembre de 2016.

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Hidraulika dan Mekanika Fuida

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Bab III Metode Penelitian

Klasisifikasi Aliran:

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika

DAFTAR ISI. Percobaan 1 Karakteristik Aliran di Atas Ambang Tajam Berbentuk Segi Empat Tujuan Alat yang Dipergunakan...

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DIMENSI DAN MODEL MATEMATIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Elemen Meteorologi Untuk Irigasi. tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

PERHITUNGAN DAYA POMPA SUPLAI AIR BERSIH, PERENCANAAN SEPTIK TANK DAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM PENGUJIAN HEADLOSS ALIRAN FLUIDA TAK TERMAMPATKAN. Dwi Ermadi 1*,Darmanto 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut.

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

Aliran Fluida. Konsep Dasar

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

TUGAS AKHIR. Analisa Aliran Turbulen Terhadap Aliran Fluida Cair Pada Control Valve AGVB ANSI 150 Dan ANSI 300

BAB II LANDASAN TEORI

BAB FLUIDA A. 150 N.

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan

3.5 Teori kesebangunan Prinsip penskalaan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Studi awal (studi pustaka) Studi lapangan

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law

II. TINJAUAN PUSTAKA. fluida. Sifat-sifat fluida diasumsikan pada keadaan steady, ada gesekan aliran dan

Surjo W. Adji. ITS Surabaya

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

Pertemuan 1. PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika. OLEH : ENUNG, ST.,M.Eng TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2012

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

MENURUNKAN ENERGI AIR DARI SPILLWAY

ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH

KOEFISIEN GESEK PADA RANGKAIAN PIPA DENGAN VARIASI DIAMETER DAN KEKASARAN PIPA

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Aliran berubah lambat laun. surut di muara saluran atau. air atau pasang surut air laut. berpengaruh sampai ke hulu dan atau ke hilir.

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

FISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

ALIRAN PADA AMBANG LEBAR DAN AMBANG TAJAM

Pengukur kedalaman kritis 1. Broad-crested weir Es1

Aliran melalui ambang, tinjauan menggunakan energi spesifik Aliran di atas ambang dan grafik spesifik energi

Es1 Nilai H didekati dengan h: Dengan velocity correction factor dan discharge coefficient persamaan menjadi : h = tinggi muka air dari atas ambang, di hulu aliran (H = Es H1 = Es1, H2 = Es2)

2. Flume Aliran kritis diperoleh dengan menyempitkan saluran Seringkali ditambah peninggian dasar saluran untuk memperoleh aliran kritis pada bagian sempitnya venturi flue

Dari persamaan energi diperoleh : Substitusi ke persamaan energi maka diperoleh : Aliran kritis diperoleh pada bagian leher apabila disubstitusikan maka akan diperoleh Dengan velocity correction factor dan discharge coefficient persamaan menjadi :

Latihan ambang lebar Sebuah saluran segiempat dengan lebar 3 m memiliki slope 0,0009 mengalirkan air dengan kedalaman 1.5 m. Diasumsikan n Manning 0,015 dan mengalir menjadi aliran seragam. Hitunglah ketinggian ambang untuk menghasilkan kedalaman kritis.

3. Ambang / Pelimpah Tajam = Weir Ambang umumnya digunakan memakai ambang dengan pelat. Biasa digunakan di saluran terbuka seperti aliran untuk menentukan debit (flowrate). Prinsip dasar adalah bahwa debit secara langsung terkait dengan kedalaman air (h). Ambang dapat bersifat hambatan (lebar) dasar sesuai dengan lebar saluran, menyempit sebagian ataupun menyempit. Untuk ambang yang benar-benar menyempit B-b (lebar saluran lebar ambang) harus lebih besar dari 4h max, dimana h max adalah maksimum ketinggian yang diperkirakan dari ambang (USBR, 1997). Ambang terkontraksi sebagian memiliki B-b antara 0 dan 4h max. Kontraksi menyebabkan alir mengalir dan mengumpul menuju ambang.

Weir / Pelimpah Tajam Q = 2/3 x (2g) 1/2 Cd x b x h 3/2 (bandingkan dengan rumus untuk ambang lebar, yang menghasilkan Q = 2/3 x (2/3g) 1/2 Cv.Cd x b x h 3/2

Pelimpah tajam h = tinggi muka air dari atas ambang, di hulu aliran

Latihan Sebuah weir dengan panjang 4,5 m memiliki head air sebesar 30 cm. Tentukan debit yang diairkan jika Cd = 0,6

Latihan Sebuah weir dengan panjang 8 m akan dibangun melintang saluran segi empat dengan aliran 9 m3/det. Jika kedalaman maksimum dari air di hulu aliran adalah 2 m, berapakah ketinggian weir. Abaikan kontraksi dan gunakan Cd = 0,62

Latihan Data curah hujan harian suatu DAS adalah 0,2 juta kubik meter per hari. Jika 80% dari air hujan mencapai reservoir penampung dan melalui weir segiempat. Berapakah panjang weir bila air diharapkan tidak melimpah lebih dari 1m di atas bendung?. Asumsikan koefisien discharge yang memadai.

Analisa Dimensi dan Keserupaan

Persoalan-persoalan dalam Mekanika Fluida Cara analisa Formula Matematis Cara experimental Dalam Experimental: butuh variabel yg mempengaruhi persoalan + hubungan satu sama lain menemui hambatan praktis + ekonomis proyotype model ANALISA DIMENSI & KESERUPAAN

Analisa Dimensi dipergunakan bila variabel2 yang mempengaruhi suatu gejala fisik diketahui tetapi hubungan antara satu dengan yang lainnya belum diketahui Dalam kasus demikian langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenal variabel2 atau parameter2 yang berpengaruh Dalam Mekanika Fluida, Variabel tsb dapat dikelompokkan menjadi atas: a. Variabel fisik yang ditinjau timbul akibat gerak benda dalam fluida. contoh : gaya, tegangan geser dll. b. Variabel geometri contoh : ukuran panjang, bentuk dll.

c. Variabel yang menyangkut gerak benda dalam fluida atau sebaliknya. contoh : kecepatan, percepatan dll. d. Variabel yang menyatakan sifat fluida: contoh : masa jenis, tekanan, viskositas, tengan permukaan dll. e. Variabel yang menyatakan sifat benda. contoh : masa jenis benda, modulus elastisitas.

F 1. diameter (D) 2. kecepatan (V) 3. densitas (r) 4. viskositas (m) Setiap parameter ini mempengaruhi besarnya F Jadi : F = f (D, V, r, m) Masing-masing variabel harus di-ubah2 secara bergantian (satu persatu) untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap F. Lama Mahal Sulit dipresentasikan pengaruhnya

Dengan analisa dimensi dapat ditunjukkan adanya hubungan antara kelompok bilangan tak berdimensi sbb. : Dalam hal ini; p 1 diukur untuk ber-macam2 p 2, sedangkan p 2 dapat diubah hanya dengan mengubah salah satu dari r, V, D atau m Kesimpulan: Eksperimen Sederhana, Cepat & Murah

Teori Buckingham Dasar Matematis: Bila dalam suatu persoalan fisik, sebuah parameter TIDAK BEBAS (Dependent Parameter) merupakan fungsi dari (n-1) parameter BEBAS (Independent parameter), maka akan didapat hubungan antara variabelvariabel tersebut dalam bentuk fungsional, sbb.: dimana: q 1 = parameter tidak bebas q 2, q 3, q (n-1) = parameter bebas atau dapat juga ditulis: dimana : g = sembarang fungsi yang bukan f q 1 = f(q 2, q 3,..q (n-1) ) g(q 1, q 2,..q n ) = 0

Contoh: gaya drag pada bola atau: F D = f(d, V, r, m) g(f D, D, V r, m) = 0 Pernyataan Teori BUCKINGHAM Pi Bila ada fungsi yang terdiri dari n parameter g(q 1, q 2,..q n ) = 0, maka parameter-parameter tersebut dapat dikelompokkan menjadi (n-m) kelompok independent dimensionless ratios atau yang dinotasikan sebagai parameter p dan dapat diexpresikan sebagai: G(p 1, p 2,..p n-m ) = 0 atau : p 1 = G1(p 2,..p n-m )

dimana: m = adalah repeating parameter yang umumnya diambil sama dengan r (tetapi tidak selalu) r = adalah jumlah minimum dimensi bebas yang dibutuhkan untuk menspesifikasikan dimensi-dimensi dari seluruh parameter yang ada Contoh: g ( F D, D, V, r, m ) = 0 [MLt -2 ] [L] [Lt -1 ] [ML -3 ] [ML -1 t -1 ] Dalam hal ini jumlah dimensi bebas minimum yang dibutuhkan adalah M, L, t Jadi r = 3 maka m = r = 3 Note: sejumlah (n-m) parameter p yang diperoleh dari prosedur diatas adalah independent. 23

Note: Parameter p tidak independent (tidak bebas) bila dapat dibentuk dari hasil pembagian atau perkalian dari parameter-parameter yang lain Contoh: p 5 2 p1p 4 p p 2 3 atau p 6 p 3/ 4 1 2 3 p dalam hal ini: p 5 : adalah parameter tidak independent karena dibentuk dari p 1, p 2, p 3 dan p 4. p 6 : adalah parameter tidak independent karena dibentuk dari p 1 dan p 3. 24

Pemilihan Parameter Masukkan semua parameter yang diduga berpengaruh dalam suatu persoalan jangan ragu-ragu Apabila ternyata parameter yang diduga berpengaruh tsb. salah akan gugur dengan sendirinya Apabila ternyata benar berpengaruh hasilnya utuh Ada 6(enam) langkah: 1. Tulislah seluruh parameter yang kita duga berpengaruh jangan ragu2 misalkan : ada n buah parameter Prosedur Menentukan Kelompok p

Prosedur Menentukan Kelompok p 2. Pilihlah satu set Dimensi Primer misalkan : M, L, t, T atau F, L, t, T 3. Tulislah seluruh parameter yang terlibat dalam bentuk Dimensi Primer yang telah dipilih (catatlah r adalah jumlah dari dimensi primer minimum yang dibutuhkan) misalkan: F, D, V, m, F D V m r [MLt -2 ] [L] [Lt -1 ] [ML -1 t -1 ] [ML -3 ] sehingga : r = 3 (M, L, t)

Prosedur Menentukan Kelompok p 4. Pilihlah Parameter yang diulang m (repeating parameter) yang jumlahnya sama dengan jumlah minimum dimensi primer yang digunakan (r) misalkan: m = r = 3 r, V, D NOTE: Jangan memilih repeating parameter yang mempunyai dimensi dasar yang sama dengan repeating parameter lainnya, walaupun hanya dibedakan dengan suatu exponent (pangkat) saja misalkan: panjang (L) = [L] dengan luas (A) = [L 2 ] tidak boleh dipilih bersama-sama sebagai repeating parameter.

Prosedur Menentukan Kelompok p NOTE: Jangan memilih parameter tidak bebas sebagai repeating parameter 5. Dari parameter-parameter dipilih (n) dan repeating parameter (m), untuk m = r dapatkan grup-grup tanpa dimensi, dalam hal ini akan ada (n-m) grup tanpa dimensi. 6. Untuk meyakinkan hasilnya, periksalah grup-grup tanpa dimensi dengan Dimensi Primer yang lain. M, L, t, T F, L, t, T

CONTOH SOAL 1 Gaya tahanan (Drag Force) F pada suatu bola yang halus dalam suatu aliran tergantung pada kecepatan relatif V, diamter bola D, densitas fluida r dan viskositas fluida m. 29

CONTOH SOAL 2 Perubahan tekanan Dp untuk aliran steady, incompressible, viscous melalui pipa horisontal yang lurus tergantung pada panjang L, kecepatan rata-rata V, viskositas fluida m, diameter pipa D, densitas fluida r, dan kekasaran rata-rata bagian dalam pipa e. 30

Selalukah m = r?? Dalam banyak kasus memang bisa diselesaikan dengan m = r tetapi tidak selalu. Karena untuk suatu kasus yang sama bila diselesaikan dengan menggunakan Dimensi Primer (MLtT dan FLtT) yang berbeda akan Karena untuk suatu memberikan kasus yangharga samar yang berbeda. Untuk Kasus seperti ini maka harga m ditentukan berdasarkan harga RANK Matrix Dimensi-nya NOTE: RANK suatu matrix adalah ORDER terbesar dari Matrix tsb yang Diterminant-nya tidak sama dengan Nol

CONTOH SOAL 3 Sebuah pipa kecil dicelupkan ke dalam cairan. Karena proses kapiler maka cairan akan naik setinggi Dh yan merupakan fungsi dari: diameter D, berat jenis cairan g dan tegangan permukaan s.

Untuk Bilanganmengkarakteristikkan REYNOLDS (Re) rejim aliran; apakah laminar ataukah turbulent, dalam bentuk umum ditulis: dimana L : panjang karakteristik yang diukur dalam medan aliran (aliran dalam pipa L = D) Atau dapat juga ditulis: Re r V m L V rv L rv L V L 1 V L2 Re r m V L L / L V L2 m L 2 r V x L2 tekanan dinamisxluasan gaya inertia V m L2 tengangan geserxluasan gaya geser L Re L gaya inertia gaya geser 2

Bilangan MACH (M) Untuk mengkarakteristikkan efek kompresibilitas suatu aliran, dalam bentuk umum ditulis: V M C dimana V : kecepatan aliran rata-rata C : kecepatan suara lokal C dp d r E v r Atau dapat juga ditulis: V M C 2 V dp d r V E v r M rv x L2 gaya inertia Ev x L gaya 2 akibat efek kompresibilitas 2 r V E v 2 L L2 2 M gaya gaya inertia akibat efek kompresibilitas

Bilangan EULER (Eu) Merupakan koefisien tekanan (Cp), sering kali digunakan dalam lingkup aerodinamika atau pengujian model yang lain. D EuC p p 1 r V 2 2 dimana : Dp : tekanan lokal dikurangi tekanan freestream p L p E u C p gaya tekan gaya inertia

Bilangan Kavitasi (Ca) Merupakan koefisien tekanan (Cp), sering kali digunakan dalam lingkup aerodinamika atau pengujian model yang lain. Dp p p C a 1 1 rv 2 rv 2 2 2 dimana : p v : tekanan uap air pada temperatur pengujian p : tekanan aliran utama liquid C a gaya tekan gaya inertia

Bilangan FROUDE (Fr) Untuk mendapatkan karakteristik aliran yang dipengaruhi oleh permukaan bebas. V F r g L Atau dalam bentuk lain dapat ditulis: 2 F r V 2 g L x r r L L 2 2 r r V 2 L g L2 2 gaya inertia gaya berat F r gaya inertia gaya berat Note: Fr < 1 aliran subcritical Fr > 1 aliran supercritical

Bilangan WEBER (W e ) Dimana : s = tegangan permukaan [gaya/panjang] r V 2 W e s L Atau dalam bentuk lain dapat ditulis: W e r 2 V 2L s x L L rv 2 L s L gaya inertia gaya akibat tegangan permukaan W e gaya inertia gaya akibat tegangan permukaan

PROTOTYPE Aliran Sesunggunya: MODEL Aliran Tiruan

Tujuan: - mempermudah pelaksanaan praktis - Memperkecil biaya Persyaratan Keserupaan: 1. Keserupaan Geometris (Geometric Similarity): MODEL sebangun dengan PROTOTYPE artinya: setiap bagian dari Model harus mempunyai perbandingan yang tetap dengan setiap bagian dari Prototype

2. Keserupaan Kinematis (Kinematic Similarity): Arah kecepatan aliran antara Model dan Prototype secara kinematic sama dan pada setiap bagiannya harus memiliki perbandingan skala yang tetap, begitu juga dengan bentuk streamlinenyasehingga sebelumnya harus telah memenuhi persyaratan keserupaan geometris. 3. Keserupaan Dinamis (Dynamic Similarity): Perbandingan gaya karena medan aliran antara Model dan Prototype pada setiap bagiannya harus menurut skala perbandingan yang tetap sehingga terlebih dulu harus terpenuhi: - keserupaan geometris - keserupaan kinematis

Note: Disamping itu, agar keserupaan dinamis terpenuhi secara komplit, harus pula dipertimbangkan seluruh gaya yang bekerja (gaya tekan, gaya viskos, dll). Semua gaya tsb pada Prototype dan model harus mempunyai perbandingan skala yang tetap. Bila keserupaan dinamis telah terpenuhi, maka setiap data yang diukur pada aliran model dapat dihubungkan secara kualitatif dengan setia bagian dari prototype. Untuk contoh soal 1 misalnya: Teori Buckingham Pi, memberikan hubungan fungsional:

Maka bila aliran memenuhi keserupaan dinamis, haruslah dipenuhi: atau dan juga: r ρvd μ F V model ρvd μ F 2D2 2 model rv D 2 prototype Re model Re prototype prototype 43

CONTOH SOAL 4 Gaya drag yang terjadi pada sonar transducer akan diprediksi berdasarkan data hasil eksperimen pada terowongan angin dari modelnya. Prototype yang berbentuk bola berdiameter 1 ft akan ditarik dalam laut dengan kecepatan 5 knots (nautical miles per hour). Diameter model 6-in, gaya drag pada pengetesan tsb. = 5,58 lbf. Tentukan: a). Kecepatan terowongan angin b). Gaya drag pada prototype