PERANCANGAN ARSITEKTUR PEMARALELAN UNTUK MENCARI SHORTEST PATH DENGAN ALGORITMA DIJKSTRA

dokumen-dokumen yang mirip
Sirkuit Euler & Sirkuit Hamilton SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012/2013

Penerapan Algoritma Bucket Sort Untuk melakukan Pengurutan n buah Bilangan Mata Kuliah Pemrosesan Paralel

SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012/2013. Graf Berarah

PENGEMBANGAN SHORTEST PATH ALGORITHM (SPA) DALAM RANGKA PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK PADA GRAF BERSAMBUNG BERARAH BERUNTAI

Komponen Terhubung dan Jalur Terpendek Algoritma Graf Paralel

STUDI DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA DIJKSTRA, BELLMAN-FORD DAN FLOYD-WARSHALL DALAM MENANGANI MASALAH LINTASAN TERPENDEK DALAM GRAF

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH ALGORITMA PENGOLAHAN PARALEL (S1/ TEKNIK INFORMATIKA)

PENGENALAN KOMPUTER DAN SOFTWARE II. Semester: 2 Pengenalan Komputer dan Software II. Introduction to Computer and Software II

BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALGORITMA LINTASAN TERPENDEK DAN PENYELESAIAN KASUS RUTE PENERBANGAN DOMESTIK

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

ANALISA KINERJA CLUSTER LINUX DENGAN PUSTAKA MPICH TERHADAP PERKALIAN MATRIKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

NOTASI UNTUK ALGORITMA PARALEL

INTRODUCTION TO GRAPH THEORY LECTURE 2

KEBUTUHAN KOMPUTER PARALEL

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PENGOLAHAN PARALEL (S1/ TEKNIK KOMPUTER)

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf

PENERAPAN TEORI GRAF UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL

KONTRAK PEMBELAJARAN (KP) MATA KULIAH. Algoritma dan Pemrograman

KARAKTERISTIK KINERJA ALGORITMA RECURSIVE DECOUPLING PADA SISTEM MULTIPROSESOR BERBASIS PVM

PERANCANGAN DAN ANALISIS JUMLAH PROSESOR MENGGUNAKAN MODEL CUBE-CONNECTED DAN TREE-CONNECTED DALAM ALGORITMA PARALEL.

NOTASI UNTUK ALGORITMA PARALEL

PENDAHULUAN. -. Pengolahan data numerik dalam jumlah yang sangat besar. -. Kebutuhan akan ketersediaan data yang senantiasa up to date.

PENGOLAHAN PARALEL. Kebutuhan akan Komputer Paralel PENDAHULUAN. Dahulu:

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH GRAPH & ANALISIS ALGORITMA (SI / S1) KODE / SKS : KK / 3 SKS

Elvira Firdausi Nuzula, Purwanto, dan Lucky Tri Oktoviana Universitas Negeri Malang

Aplikasi Graf pada Persoalan Lintasan Terpendek dengan Algoritma Dijkstra

PERANCANGAN STRUKTUR DATA YANG EFISIEN UNTUK PEMROGRAMAN ANALISIS JARINGAN

Implementasi Hypergraph Partitioning pada Paralelisasi Perkalian Matriks-Vektor

ALGORITMA MENCARI LINTASAN TERPENDEK

ANALISIS ALGORITMA FLOYD UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK PADA SETIAP PASANGAN SIMPUL

GRAF. V3 e5. V = {v 1, v 2, v 3, v 4 } E = {e 1, e 2, e 3, e 4, e 5 } E = {(v 1,v 2 ), (v 1,v 2 ), (v 1,v 3 ), (v 2,v 3 ), (v 3,v 3 )}

PENDAHULUAN. Motivasi : -. Pengolahan data numerik dalam jumlah yang sangat besar. -. Kebutuhan akan ketersediaan data yang senantiasa up to date.

PERANCANGAN STRUKTUR DATA YANG EFISIEN UNTUK PEMROGRAMAN ANALISIS JARINGAN

PENGGUNAAN ALGORITMA FLOYD WARSHALL DALAM MASALAH JALUR TERPENDEK PADA PENENTUAN TATA LETAK PARKIR

IKI 20100: Struktur Data & Algoritma

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

PERANCANGAN STRUKTUR DATA YANG EFISIEN UNTUK PEMROGRAMAN ANALISIS JARINGAN

PENENTUAN RUTE TERPENDEK PADA OPTIMALISASI JALUR PENDISTRIBUSIAN BARANG DI PT. X DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL

Pensejajaran Rantai DNA Menggunakan Algoritma Dijkstra

PENGEMBANGAN LONGEST PATH ALGORITHM (LPA) DALAM RANGKA PENCARIAN LINTASAN TERPANJANG PADA GRAF BERSAMBUNG BERARAH BERUNTAI

ALGORITMA DOUBLE SCALING UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN MINIMUM COST FLOW DAN IMPLEMENTASINYA PADA PROGRAM KOMPUTER

Pencarian Jalur Terpendek dengan Algoritma Dijkstra

Aplikasi Teori Graf dalam Manajemen Sistem Basis Data Tersebar

APLIKASI PENCARIAN RUTE OPTIMAL MENGGUNAKAN METODE TRANSITIVE CLOSURE

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penentuan Jarak Terpendek dan Jarak Terpendek Alternatif Menggunakan Algoritma Dijkstra Serta Estimasi Waktu Tempuh

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia

Rancang Bangun Aplikasi Web Pencarian Rute Terpendek Antar Gedung di Kampus Menggunakan Algoritma Floyd-warshall

PERBANDINGAN ALGORITMA DIJKSTRA DAN ALGORITMA BELLMAN-FORD PADA JARINGAN GRID

VISUALISASI PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK ALGORITMA FLOYD- WARSHALL DAN DIJKSTRA MENGGUNAKAN TEX

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALGORITMA DALAM KAITANNYA DENGAN KOMPUTER

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan teknologi dalam menunjang kehidupan sehari - hari. berdasarkan data yang dihimpun oleh Gartner International Data

BAB I PENDAHULUAN. Merancang aplikasi Paralel Processing yang diimplementasikan dengan penggunaan Computer-Unified-Device-Architecture (CUDA).

Pengukuran Beban Komputasi Algoritma Dijkstra, A*, dan Floyd-Warshall pada Perangkat Android

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf

Perbandingan Arsitektur Multilayer Feedforward Network dengan memakai Topologi Multiprosesor Ring Array Dan Linear Array

VISUALISASI GRAFIS ALGORITMA DIJKSTRA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ALGORITMA GRAF

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

ALGORITMA ROUTING DI LINGKUNGAN JARINGAN GRID MENGGUNAKAN TEORI GRAF

OPERASI MATRIKS. a 11 a 12 a 13 a 14 A = a 21 a 22 a 23 a 24 a 31 a 32 a 33 a 34 a 41 a 42 a 43 a 44

Penerapan Teori Graf Pada Algoritma Routing

Algoritma Greedy (lanjutan)

Pengantar Matematika. Diskrit. Bahan Kuliah IF2091 Struktur Diksrit RINALDI MUNIR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Langkah Awal menuju Analisis Kompleksitas Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI

TESTING & IMPLEMENTASI SISTEM 4KA. Teknik Pengujian Perangkat Lunak. helen.staff.gunadarma.ac.id

Pengantar Matematika Diskrit

NASKAH UJIAN UTAMA. JENJANG/PROG. STUDI : DIPLOMA TIGA / MANAJEMEN INFORMATIKA HARI / TANGGAL : Kamis / 18 FEBRUARI 2016

Kompleksitas Algoritma Rank Sort dan Implementasi pada Parallel Programming Dengan Menggunakan OpenMP

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah masyarakat dengan aktivitas yang tinggi, mobilitas menjadi hal yang penting.

Implementasi Hypergraph Partitioning pada Paralelisasi Perkalian Matriks-Vektor

Konsep graph Struktur data graph Implementasi graph dengan matriks dan linked list dalam Bahasa C


Desain dan Analisis Algoritma Modifikasi Hungarian untuk Permasalahan Penugasan Dinamis Pada Studi Kasus Permasalahan SPOJ Klasik 12749

Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf

STRUKTUR DATA. Deskripsi Mata Kuliah

v 2 v 5 v 3 Gambar 3 Graf G 1 dengan 7 simpul dan 10 sisi.

Pendekatan Matching Bobot Optimal untuk Menentukan Solusi Masalah Penugasan Multi-Objective

KOMPUTASI PARALEL PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON PADA REAKTOR CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN INTEL THREADING BUILDING BLOCKS

JARINGAN UNTUK MERGING

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

PEMODELAN ALGORITMA GAXPY PADA SISTEM MULTIPROSESOR

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Dasar-Dasar Pengujian Perangkat Lunak. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Univesitas Gunadarma

KOMPUTASI PARALEL UNTUK PENGOLAHAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA

PENDEKATAN ALGORITMA PEMROGRAMAN DINAMIK DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN KNAPSACK 0/1 SKRIPSI SRI RAHAYU

Multithreading untuk Algoritma Divide and Conquer

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

Preorder Tree Traversal

Pengantar Teknik Informatika

PENYELESAIAN MASALAH ALIRAN MAKSIMUM MENGGUNAKAN EDMONS KARP ALGORITHM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan Salah satu contoh perkembangan teknologi adalah teknologi dalam pencarian rute terpendek. Kehadiran teknologi pencarian rute dapat

Transkripsi:

PERANCANGAN ARSITEKTUR PEMARALELAN UNTUK MENCARI SHORTEST PATH DENGAN ALGORITMA DIJKSTRA Eko Adi Sarwoko Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Perancangan arsitektur pemaralelan merupakan salah satu tahap penting dalam komputasi paralel. Tahap ini bertujuan agar kompleksitas komputasi dan komunikasi dapat efisien. Tulisan ini merupakan kajian perancangan arsitektur pemaralelan mencari Shortest Path dengan Algoritma Dijkstra. Rancangan ini ditinjau berdasarkan aspek analisis algoritma baik kompleksitas komputasi maupun komunikasi. 1. PENDAHULUAN Solusi untuk mencari Shortest Path dengan Algoritma Dijkstra secara sekuensial telah banyak diteliti para pakar [McHugh, 1990]. Seperti diketahui aspek programming sekuensial mengalami kendala yang mencakup keterbatasan tranfer data, dan keterbatasan kecepatan perhitungan [Lewis, 1992]. Dengan perkembangan teknologi hardware dan software saat ini, alternatif yang saat ini dikembangkan adalah penyelesaian masalah dengan pendekatan proses secara paralel. Secara umum diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan efisiensi dalam menangani suatu masalah. Apalagi dipihak user juga menginginkan adanya sistem penyelesaian masalah yang cepat dan dapat mengatasi masalah yang jauh lebih besar dan komplikated [Lewis, 1992],[Kumar,1994]. Demikian pula untuk solusi masalah shortest path dengan Algoritma Dijkstra memerlukan penyelesaian masalah dengan pendekatan proses secara paralel, apabila pendekatan solusi secara sekuensial belum mampu memberikan solusi yang cepat serta dihadapkan dengan jumlah vertek yang jauh lebih besar dan komplikated. 137

Perancangan Arsitektur Pemaralelan untuk Mencari Shortest Path dengan Algoritma Dijkstra ( Eko Adi Sarwoko ) Dalam pemrograman paralel yang melibatkan banyak prosesor, selanjutnya beban masalah didistribusikan ke berbagai prosesor. Dengan melibatkan banyak prosesor hal ini akan berdampak pada aspek komunikasi. Isue penting yang harus diperhatikan adalah proses komunikasi tetap low-overhead. Isue tersebut akan berdampak pada berbagai hal, antara lain mencakup pengaturan dan sinkronisasi arsitektur komputernya, proses komunikasi dan transfer data, dan metode keparalelan [Lewis, 1992],[Kumar,1994]. Tulisan ini mengkaji desain arsitektur keparalelan untuk masalah shortest path dengan Algoritma Dijkstra, agar diperoleh efisiensi dan peningkatan speedup dibandingkan dengan cara sekuensial. 2. KOMPUTASI PARALEL UNTUK SHORTEST PATH DENGAN ALGORITMA DIJKSTRA Pandang graph berarah dengan bobot non negatip G=(V,E), masalah path terpendek dengan single-source adalah untuk mencari path terpendek dari suatu vertek v V ke semua vertek yang lain di dalam V. Suatu shortest path dari u ke v adalah path dengan bobot minimal. Selain mencari shortest path dari vertek tunggal v ke setiap vertek yang lain, dapat juga untuk mencari shortest path diantara semua pasangan titik. Secara formal, masalah shortest path setiap pasang adalah untuk mencari shortest path diantara semua pasang vertek v I,v j V sedemikian sehingga i j. Untuk suatu graph dengan n vertek, outputnya adalah matriks berukuran nxn dari D=d(I,j) sedemikian sehingga d I,j adalah biaya shortest path dari vertek v I ke vertek v j. Bobot garis dapat merepresentasikan waktu, biaya, pinalti, kerugian, atau beberapa kuantitas lain secara akumulatif. Algoritma Dijkstra untuk mencari single-source shortest path dari suatu vertek tunggal s, dilakukan secara increment mencari shortest path dari s ke vertek yang lain di G dan selalu memilih suatu edge ke suatu vertek tertutup yang terdekat, dengan kompleksitas θ(n 2 ). Sedang Algoritma pencarian all-pairs shortest path dari suatu vertek ke semua vertek yang lain, untuk semua pasangan 138

dengan mengeksekusi algoritma single-source pada setiap prosesor, untuk semua vertek v. Algoritma ini memerlukan kompleksitas θ(n 3 ). Segmen program berikut menunjukkan Algoritma Dijkstra Sekuensial Untuk Shortest Paths Single Source [Brassard,1996]. Pada prosedur ini untuk setiap vertek u (V-V T ), meletakkan l[u], sebagai biaya minimal untuk menjangkau vertek u dari vertek s dimana vertek-vertek berada di V T. 1. Procedure DIJKSTRA-SINGLE-SOURCE-SP(V,E,w,s) 2. Begin 3. V T ={s}; 4. For all v (V-V T ) do 5. If(s,v) exists set l[v]=w(s,v); 6. Else set l[v]= ; 7. While V T V do 8. Begin 9. Find a vertex u such that l[v] = min { l[v] v (V-V T ) }; 10. V T =V T {u}; 11. For all v (V-V T ) do 12. L[v] = min { l[v], l[u] + w(u,v) }; 13. Endwhile 14. End DIJKSTRA-SINGLE-SOURCE-SP 3. ARSITEKTUR KOMPUTASI PARALEL UNTUK SHORTEST PATH DENGAN ALGORITMA DIJKSTRA Menurut [Kumar,1994], model arsitektur yang dipilih untuk implementasi paralelism harus disesuaikan dengan prosesor dan hardware, agar tercipta efisiensi proses. Hal ini harus diperhitungkan, karena bukan tidak mungkin masalah komunikasi ini, akan jauh lebih kompleks daripada masalah arsitektur, dan ini sering terabaikan pada perhitungan kinerja. Kemudian dari aspek software (sistem operasi, kompilator) dapat dilakukan secara dinamis (sistem mendeteksi sendiri) atau statis (pemrogram yang mesti menentukan letak keparalelannya) [Chaudhuri, 1992]. Selanjutnya untuk memperoleh hasil yang optimal selain desain algoritma paralel yang tepat, juga harus memperhatikan biaya komunikasi, karena terkadang kompleksitas komunikasi lebih tinggi dibandingkan kompleksitas komputasi, atau waktu yang dipakai untuk mengatur data antar prosesor lebih tinggi dibandingkan waktu untuk proses manipulasi data [Quinn, 1987]. Selain itu juga perlu 139

Perancangan Arsitektur Pemaralelan untuk Mencari Shortest Path dengan Algoritma Dijkstra ( Eko Adi Sarwoko ) diperhatikan arsitektur komputer, ini penting untuk proses sinkronisasi antar prosesor dan pemrosesan. 3.1. Arsitektur Paralel untuk Single-Source Shortest Paths dengan Algoritma Dijkstra Formulasi paralel untuk masalah ini prinsipnya adalah iterasi. Masingmasing iterasi mencari suatu vertek dengan pencapaian minimal dari suatu vertek asal, diantara vertek-vertek yang belum dikunjungi yang terhubung secara langsung dengan suatu vertek yang sudah dukunjungi. Pencapaian ini memungkinkan untuk memilih lebih dari satu vertek, jika terdapat lebih dari dua pilihan yang sudah dikunjungi berhungan langsung dengan vertek yang belum dikunjungi maka dipilih yang jaraknya paling dekat. Matriks adjacency berbobot dipartisi dengan menggunakan block-striped mapping. Sehingga arsitektur masing-masing p prosesor ditugaskan secara berurut n/p kolom dari matriks matriks adjacent berbobot, dan menghitung nilai n/p pada array l. 3.2. Arsitektur Paralel All-pairs Shortest Path dengan Algoritma Dijkstra Perancangan arsitektur untuk masalah all-pairs shortest path Dijkstra dapat diparalelisasikan dengan dua cara yang berbeda. a. Source-Partitoned Formulation Formulasi paralel source partitioned dari algoritma Dijkstra menggunakan n prosesor. Masing-masing p I mencari shortest shortest path dari vertek v I ke semua vertek yang lain dengan mengeksekusi Algoritma Dijkstra yang sekuensial dari single-source shortest path. Dengan demikian tidak ada proses komunikasi antar prosesor. Sehingga, eksekusi paralel untuk formulasi ini adalah T p = θ(n 2 ). Komunikasi prosesor seperti tidak ada, ini merupakan formulasi paralel yang ekselen. Namun, ini tidaklah benar, karena algoritma menggunakan sebanyak n prosesor. Selanjutnya, fungsi isoefisiensi untuk proses konkurensinya adalah 140

θ(p 3 ), dimana ini merupakan rata-rata fungsi isoefisiensi algoritma ini. Jika jumlah prosesor yang tersedia untuk menyelesaikan masalah ini adalah kecil (bahwa n=θ(p)), maka algoritma ini mempunyai kinerja yang baik. Namun, jika jumlah prosesor lebih besar dari n, algoritma lain biasanya mengadopsi algoritma ini sebab skalabilitasnya sangatlah kecil. b. Source-Parallel Formulation Masalah utama dengan formulasi source-partitioned formulation adalah bahwa jika hanya menggunakan n prosesor akan terjadi busy saat bekerja. Source parallel formulation adalah sama dengan source partitioned formulation, bedanya bahwa algoritma single-source berjalan pada subset prosesor yang terpisah. Secara khusus, p(=16) prosesor dibagi menjadi n(=4) partisi, masingmasing dengan p/n prosesor (formulasi ini ditekankan hanya jika p>n). Masingmasing n problem single-source shortest path diselesaikan dengan satu dari n partisi. Dengan kata lain, pertama pemarelan problem all-pairs shortest path dengan menugaskan setiap vertek ke sebagian dari kumpulan prosesor, dan pemaralelan algoritma single-source dengan menggunakan p/n prosesor untuk menyelsaikannya. Jumlah total prosesor yang digunakan efisien dengan formulasi ini yaitu θ(n 2 ). 3.3. Evaluasi Overhead Komputasi dan Komunikasi Asumsikan bahwa arsitektur yang dibangun memiliki p prosesor dengan struktur mesh, sedemikian sehingga p adalah perkalian pada n. struktur mesh px p dipartisi menjadi n submesh yang masing-masing berukuran (p/n)x (p/n). Selanjutnya algoritma single source ini dieksekusi pada setiap submesh, maka waktu eksekusi paralel adalah T p =θ(n 3 /p)+ θ( (np)), dimana waktu komputasinya θ(n 3 /p) dan waktu komunikasinya θ( (np)). Sedang waktu eksekusi sekuensial adalah W=θ(n 3 ), maka Speedup dan Efisiensinya adalah θ(n 3 ) / { θ(n 3 /p)+ θ( (np) ) }, dan 1 / { 1 + θ(p 1.5 /n 2.5 ) }. 141

Perancangan Arsitektur Pemaralelan untuk Mencari Shortest Path dengan Algoritma Dijkstra ( Eko Adi Sarwoko ) Dari hasil tersebut terlihat bahwa formulasi biaya minimal adalah p 1.5 /n 2.5 =θ(1). Selanjutnya, formulasi ini dapat digunakan untuk menjadi θ(n 1.66 ) prosesor yang efisien. Hal ini menunjukkan terjadi isoefisiensi untuk komunikasi adalah θ(p 1.8 ). Sedangkan untuk arsitektur formulasi paralel Dijkstra untuk semua pasangan, terlihat bahwa dalam formulasi source partitioned tidak ada komunikasi, dengan menggunakan prosesor yang jumlahnya tidak lebih dari n prosesor, dan menyelesaikan masalah dalam waktu θ(n 2 ). Sangat bertentangan, pada formulasi source parallel menggunakan sampai n 1,66 prosesor, memiliki waktu (overhead) komunikasi, dan menyelesaikan problem dalam waktu θ(n 1.33 ) bila digunakan prosesor sebanyak n 1,66. Sehingga, source parallel formulation lebih mengeksploitasi keparalelan dibandingkan source-partitioned. 4. KESIMPULAN Arsitektur untuk Algoritma Dijkstra Single-Source Shortest Paths ini memerlukan masing-masing p prosesor ditugaskan secara berurut n/p kolom dari matriks matriks adjacent berbobot, dan menghitung nilai n/p pada array l. Pada algoritma single Source-Parallel Formulation dieksekusi pada arsitektur dimana setiap submesh, maka waktu eksekusi paralel adalah jumlahan waktu komputasinya θ(n 3 /p) dengan waktu komunikasinya θ( (np)), yaitu T p =θ(n 3 /p)+ θ( (np)). Ini juga menunjukkan fungsi isoefisiensi untuk komunikasi adalah θ(p 1.8 ), dengan isoefisiensi untuk proses yang konkuren adalah θ(p 1.5 ). Speedup untuk arsitektur model Source-Partitoned Formulation adalah θ(n 3 )/θ(n 2 ) dan efisiensinya adalah θ(1), dimana tidak ada overhead komunikasi. Hal ini bukan merupakan formulasi paralel yang ekselen, karena bila menggunakan n prosesor, diperoleh fungsi isoefisiensi untuk proses konkurensi sebesar θ(p 3 ). Pada dua model arsitektur paralel untuk semua pasangan, untuk formulasi source partitioned tidak ada komunikasi, bila menggunakan prosesor yang jumlahnya tidak lebih dari n prosesor, dan menyelesaikan masalah dalam waktu 142

θ(n 2 ). Sedangkan pada formulasi source parallel menggunakan sampai n 1,66 prosesor, memiliki waktu (overhead) komunikasi, dan menyelesaikan problem dalam waktu θ(n 1.33 ) bila digunakan prosesor sebanyak n 1,66. DAFTAR PUSTAKA 1. Akl, Selim G., The Design and Analysis of Parallel Algorithm, Prentice-Hall International, Inc.,London, 1989 2. Brassard, G., dan Bratley, P., Fundamentals of Algorithmics, Prentice Hall International, Inc., Singapore, 1996 3. Chaudhuri, P., Parallel Algorithms : Design and Analysis, Prentice Hall Advances in Computer Science Series, 1992 4. Kumar, V., Grama, A., Gupta, A., dan Karypis, G., Introduction to Parallel Computing : Design and Analysis of Algorithms, The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc., California, 1994 5. Lewis, Ted G., dan El-Rewini, H., Introduction to Parallel Computing, Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, NJ, 1992 6. McHugh, JA., Algorithmic Graph Theory, Prentice Hall International, Inc., Englewood Cliffs, NJ., 1990 7. Quinn, NJ., Designing Efficient Algorithms for Parallel Computers, Mc Graw Hill, International Editions, Singapore, 1987 143