ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA BEKASI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Restika Purnawardhani Sri Mangesti Rahayu Amirudin Jauhari

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimanfaatkan untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB II KAJIAN TEORITIS. Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber utama penerimaan pendapatan Negaraterbesar

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Self Assessment

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. dalam masyarakat yang berusaha untuk menghindarkan diri dari pengenaan pajak

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perpajakan. Menurut Soemitro (2010:1), pengertian pajak adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Devika Korua 1 Harijanto Subijono Robert Lambey. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi negara maju maupun di negara berkembang (Siti Kurnia,2010:140).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan disegala bidang yang

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara)

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut dilakukan karena tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA KANTOR PENERIMA PAJAK (KPP) KOTA JAYAPURA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaaan yang tidak sedikit dan salah satunya bersumber dari pajak.

Transkripsi:

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu Tahun 2010-2012) Mala Rizkika Velayati, Siti Ragil Handayani, Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya mala.rizq@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas dan kontribusi tindakan penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagai pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu Tahun 2010-2012. Fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: tindakan penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa berupa realisasi dan target penerbitan serta realisasi target pencairan tunggakan pajak Surat teguran dan Surat Paksa tahun 2010-2012; data total penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu tahun 2010-2012. Hasil penelitian dengan menggunakan rumus efektivitas menunjukkan bahwa efektivitas Surat Teguran tergolong tidak efektif. Efektivitas Surat Paksa pada tahun 2010 dan 2012 tergolong tidak efektif tetapi di tahun 2011 dikategorikan sangat efektif. Penilaian tingkat kontribusi dengan menggunakan Rasio Penerimaan Tunggakan Pajak (RPTP) menunjukkan Surat Teguran dan Surat Paksa masuk kategori sangat kurang. Kata kunci : Surat Teguran, Surat Paksa, pencairan tunggakan pajak, efektivitas, kontribusi 1. PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam negara hukum, setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan serta dijiwai dengan pembangunan hukum nasional. Pembangunan hukum nasional merupakan bagian dari pembangunan nasional yang perlu dilaksanakan secara berkesinambungan serta merata di seluruh tanah air yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan bangsa dan negara secara adil, makmur dan merata di seluruh lapisan rakyat Indonesia. Kendala dana yang tidak sedikit merupakan salah satu hambatan yang mengganggu tercapainya tujuan pembangunan nasional. Pajak merupakan alternatif yang sangat potensial dalam rangka peningkatan dana. Berdasarkan hal itu maka peningkatan kesadaran masyarakat 1

dalam hal perpajakan harus didukung dengan peningkatan peran aktif dalam melaksanakan peraturan perundangundangan perpajakan. Sistem pemungutan pajak di dunia ada 3 jenis, self assessment, official assessment, dan withholding tax. Indonesia menganut sistem self assessment berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan khususnya ayat 1 dan 2. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Wajib Pajak wajib untuk melakukan kegiatan menghitung, membayar dan melaporkan melalui Surat Pemberitahuan. Kepercayaan yang telah diberikan oleh pemerintah terhadap Wajib Pajak dalam sistem self assessment system ini seharusnya dapat berjalan sesuai rencana. Wajib Pajak mampu melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik tanpa adanya kelalaian, kesengajaan, maupun ketidaktahuan atas kewajibannya tersebut. Upaya untuk meminimalisasi adanya tindakan tersebut maka perlu adanya penegakan hukum (law enforcement) atas kepatuhan Wajib Pajak. Kepatuhan dalam hal ini contohnya adalah kewajibannya dalam membayar pajak yang terutang tetapi dibayar terlambat ataupun belum dibayar. Negara Indonesia memberikan tanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk bertindak sebagai law enforcement agent. Hal tersebut dilakukan Direktorat Jenderal Pajak untuk mengoptimalisasi penerimaan pajak yang masih terhalangi oleh oleh beberapa kendala. Law enforcement (penegakan hukum) dalam perpajakan harus dilaksanakan secara konsisten (Rusjdi, 2007:10). Produk hukum berupa peraturan perpajakan yang lebih baik diharapkan dapat memberikan penekanan yang lebih pada keseimbangan antara kepentingan masyarakat, Wajib Pajak dan kepentingan negara. Perkembangan keadaan yang terjadi di masyarakat dan didukung adanya reformasi, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 diperbarui menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, tetapi kenyataannya hutang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak masih menjadi hambatan yang besar. Hutang pajak yang belum dilunasi sering dihadapi karena peningkatan jumlah tunggakan pajak masih belum bisa diimbangi oleh kegiatan pencairan. Telah dilakukan berbagai tindakan penagihan pajak oleh fiskus terhadap Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak dengan penagihan pasif maupun aktif. Penagihan pasif dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo melalui himbauan, baik dengan surat maupun dengan telepon atau media lainnya. Penagihan aktif dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dengan diterbitkannya Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan hingga pelaksanaan penjualan barang yang disita melalui lelang barang milik Penanggung Pajak. Efektivitas yang berarti keberhasilan dalam mencapai tujuan atau target dari suatu aktivitas tertentu. Efektivitas merupakan pencapaian hasil yang sesuai dengan target yang telah ditentukan sebelumnya. Kontribusi adalah suatu tindakan untuk ikut serta bertindak aktif dengan mengoptimalkan kemampuan yang bertujuan memberikan manfaat bagi masyarakat. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Batu mempunyai perkembangan tunggakan pajak tahun 2010-2012 yang terjadi di KPP Pratama Batu memperlihatkan adanya fenomena 2

peningkatan jumlah tunggakan pajak yang terjadi pada tahun 2010 sampai 2012 pada KPP Pratama Batu. Pada tahun 2011 telah terjadi penurunan tunggakan pajak sebesar Rp5.529.500.016,00. Di tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah tunggakan pajak sebesar Rp171.524.782.573,00. Tunggakan pajak yang sulit tertagih tersebut seharusnya ditindaklanjuti dengan dilaksanakannya tindakan penagihan pajak yang mempunyai kekuatan hukum bersifat memaksa. Tindakan penagihan pajak aktif merupakan solusi terakhir dalam pemegang peranan penting dalam penegakan hukum di bidang perpajakan. Inilah yang mendasari ketertarikan peneliti untuk mengangkat ke dalam penelitian yang berjudul Analisis Efektivitas dan Kontribusi Tindakan Penagihan Pajak Aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagai Pencairan Tunggakan Pajak (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu Tahun 2010-2012). 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarya kemakmuran rakyat (Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)). 2.1.2 Pengertian Utang Pajak Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Kurniawan & Pamungkas, 2006:1) 2.1.3 Pengertian Penagihan Pajak Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Kurniawan & Pamungkas, 2006:1). 2.1.4 Dasar Penagihan Pajak Dasar yang digunakan dalam penagihan pajak sesuai Pasal 18 Undang-Undang KUP, penagihan pajak secara aktif akan dilakukan yaitu: a. Surat Tagihan Pajak (STP) b. Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) c. Surat Keputusan Pembetulan d. Surat Keputusan Keberatan e. Putusan Peninjauan Kembali (banding). (Waluyo, 2010:57-58). 2.1.5 Tahapan dan Jadwal Waktu Penagihan Pajak Aktif Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan tindakan penagihan pajak aktif adalah sebagai berikut: a. Surat Teguran Apabila utang pajak yang tercantum dalan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, tidak dilunasi sampai 3

melewati tujuh hari dari batas waktu jatuh tempo. b. Surat Paksa Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 hari dari tanggal Surat Teguran maka akan diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh Juru Sita Pajak Negara dengan dibebani biaya penagihan paksa sebesar Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah), utang pajak harus dilunasi dalam waktu 2x24 jam. c. Surat Sita Apabila utang pajak belum juga dilunasi 2x24 jam dapat dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang Wajib Pajak dengan dibebani biaya pelaksanaan sita Rp75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah). d. Lelang Dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum dilunasi maka dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara. Dalam hal ini biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang pada saat pelelangan (Suandy, 2006:45). Jadwal waktu pelaksanaan penagihan aktif yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak ditentukan sebagai berikut: a. Penerbitan Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan segera setelah tujuh hari sejak jatuh tempo pembayaran. b. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, maka pejabat segera menerbitkan Surat Paksa (SP). c. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu dua kali 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepadanya, maka pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP). d. Jika utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, maka pejabat segera melakukan pengumuman lelang. e. Pejabat segera melakukan penjualan barang sitaan Penanggung Pajak melalui kantor lelang apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal pengumuman lelang. f. Terhadap Penanggung Pajak dapat dilakukan penagihan seketika dan kepada Penanggung Pajak yang bersangkutan dapat diterbitkan Surat Paksa tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21 hari sejak Surat Teguran diterbitkan. 2.2 Efektivitas Efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai, do the right things, dan efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan tertentu (Molan, 2003:169). Formula untuk mengukur efektivitas yang terkait dengan perpajakan adalah perbandingan antara realisasi pajak dengan target pajak (Halim, 2001). Berikut adalah indikator untuk mengetahui seberapa tingkat efektivitas 4

dari hasil menghitung formula efektivitas. Tabel 1 Klasifikasi Pengukuran Efektivitas Persentase Kriteria >100% Sangat efektif 90-100% Efektif 80-90% Cukup efektif 60-80% Kurang efektif <60% Tidak efektif Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 Th. 1996 2.3 Kontribusi Kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama (Guritno, 1992:76). Menghitung kontribusi penerimaan pajak yang berasal dari pencairan tunggakan dengan rumus Rasio Penerimaan Pajak Tunggakan Pajak (RPTP): Untuk menginterpretasikan rasio pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak digunakan kriteria sebagai berikut. Tabel 2 Klasifikasi Kriteria Kontribusi Persentase Kriteria 0,00-10% Sangat kurang 10,10-20% Kurang 20,10-30% Sedang 30,10-40% Cukup baik 40,10-50% Baik >50% Sangat baik Sumber: Depdagri, Kemendagri No 690.900.327 Tahun 1996 2.4 Tunggakan Pajak Tunggakan pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau srat sejenisnya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan (Kurniawan &Pamungkas, 2006:1). 3. METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode penelitian deskriptif. Melalui metode deskriptif maka akan dideskripsikan, digambarkan, atau pun dilukiskan fenomena-fenomena yang terjadi. Fenomena tersebut adalah penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dalam pencairan tunggakan pajak. Hal ini akan dibandingkan keefektifannya dan nilai kontribusinya terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak yang dimulai pada tahun 2010 hingga 2012. Penggunaan metode deskriptif maka akan didapatkan gambaran perbandingan mengenai tingkat efektivitas dan kontribusi penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dalam pencairan tunggakan pajak. 3.1 Fokus Penelitian a. Tindakan penagihan pajak aktif yang berupa Surat Teguran dan Surat Paksa berupa realisasi dan target penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa pada tahun 2010-2012 serta realisasi dan target pencairan tunggakan pajak Surat Teguran dan Surat Paksa. b. Data total penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu tahun 2010-2012. 3.2 Teknik Analisis a. Mengklasifikasikan laporan kegiatan penagihan pajak aktif tahun 2010-2012 berdasarkan penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa serta 5

Th pencairan yang disebabkan Surat Teguran dan Surat Paksa b. Menghitung efektivitas penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa periode 2010-2012 dengan menggunakan rumus: c. Menghitung kontribusi penerimaan pajak yang berasal dari pencairan tunggakan dengan Surat Teguran dan Surat Paksa periode 2010-2012 dengan rumus Rasio Penerimaan Pajak Tunggakan Pajak (RPTP): 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efektivitas dalam Pencairan Tunggakan Pajak a. Dengan Surat Teguran Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan pembayaran Surat Teguran dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran. Tabel 3 Pembayaran Surat Teguran di KPP Pratama Batu Tahun 2010-2012 ST Terbit (Rp) ST Cair (Rp) Tingk. Efektivit as 2010 3.959.947.514 44.697.025 1,13% 2011 498.109.828 44.691.181 8,97% 2012 22.050.774.335 242.612.315 1,10% Sumber: data sekunder Berdasarkan Tabel 3, ditinjau dari segi nilai nominalnya, pembayaran dengan Surat Teguran pada tahun 2010, penerbitan Surat Teguran di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu tercatat Rp 3.959.947.514,00 dengan pencairan sebesar Rp 44.697.025,00 atau sekitar 1,13%. Tingkat keefektifan di tahun ini masuk dalam golongan tidak efektif. Pada tahun 2011, tingkat efektivitasnya sebesar 8,97% dengan nilai nominal Surat Teguran yang diterbitkan Rp 498.109.828,00 dan yang cair adalah Rp 44.691.181,00. Nilai tingkat efektivitas tahun ini tergolong kategori tidak efektif. Pada tahun 2012, nilai nominal yang berasal dari penerbitan Surat Teguran adalah Rp 22.050.774.335,00 dengan pencairan Rp 242.612.315,00 atau sekitar 1,10%. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penerbitan Surat Teguran selama tahun 2013 tergolong tidak efektif. Terdapat beberapa alasan tingkat efektivitas pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran adalah sebagai berikut: 1) Wajib Pajak lalai dalam melaksanakan kewajibannya untuk melunasi utang pajaknya 2) Wajib Pajak tidak mampu untuk melunasi utang pajaknya 3) Wajib Pajak tidak dapat diakses kembali tempat tinggalnya b. Dengan Surat Paksa Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitan Surat Paksa, pembayaran Surat Paksa, serta tingkat efektivitas penagihan pajak aktif dengan Surat Paksa. Tabel 4 Pembayaran Surat Paksa di KPP Pratama Batu Tahun 2010-2012 Th SP Terbit SP Cair Tingk. (Rp) (Rp) Efektivitas 2010 2.144.515.573 1.021.015.110 47,61% 2011 1.409.504.194 1.428.206.518 101,33% 2012 57.130.565 33.587.728 58,79% Sumber: data sekunder diolah 6

Berdasarkan Tabel 4, ditinjau dari segi nominal, pembayaran Surat Paksa pada tahun 2010, penerbitan Surat Paksa di KPP Pratama Batu tercatat sebesar Rp 2.144.515.573,00 dan berhasil dicairkan Rp 1.021.015.110 sehingga telah didapatkan tingkat efektivitas sebesar 47,61%. Nilai di tahun ini masuk dalam kategori tidak efektif karena <60%. Tahun 2011, penerbitan Surat Paksa mempunyai jumlah nominal sebesar Rp 1.409.504.194,00 dan pencairannya adalah sebesar Rp 1.428.206.518,00 atau sekitar 101,33%. Dengan nilai ini, tahun 2011 dapat dikategorikan sangat efektif karena >100%. Penerbitan Surat Paksa pada tahun 2012 masing-masing adalah sebesar Rp 57.130.565,00 dan Rp 33.587.728,00 atau sekitar 58,79%. Nilai di tahun 2012 ini masuk dalam kategori tidak efektif karena kurang dari 60%. Beberapa hal yang menyebabkan tidak bisa seluruhnya pencairan tunggakan pajak dengan Surat Paksa antara lain: 1. Wajib Pajak tidak mengakui bahwa memiliki utang pajak 2. Wajib Pajak tidak lagi mampu melunasi utang pajak 3. Kelalaian Wajib Pajak 4. Wajib Pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran atau mengajukan keberatan 4.2 Kontribusi Penagihan Pajak a. Dengan Surat Teguran Perbandingan antara pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Batu disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Perbandingan Pencairan Tunggakan Pajak Surat Teguran terhadap Penerimaan Pajak KPP Pratama Batu Tahun 2010-2012 Th Pencairan Tunggakan Pajak (Rp) Penerimaan Pajak (Rp dalam ribuan) Tingk. Kontrib usi 2010 44.697.025 75.125.020 0,06% 2011 44.691.181 76.618.550 0,06% 2012 242.612.315 69.838.520 0,35% Sumber: data sekunder diolah Berdasarkan Tabel 5, pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Batu di tahun 2010 mempunyai tingkat kontribusi sebesar 0,06%. Nilai tersebut didapat berdasarkan perhitungan pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran sebesar Rp 44.697.025,00 dengan penerimaan pajak yang sebesar Rp 75.125.020.000,00. Nilai kontribusi di tahun ini tergolong kriteria sangat kurang dalam penerimaan pajak di KPP Pratama Batu. Pada tahun 2011, nilai kontribusinya sama dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,06%. Nominal pencairan tunggakan pajak sebesar Rp 44.691.181,00 dengan penerimaan pajak Rp 76.618.550.000,00. Nilai kontribusi yang hanya 0,06% masuk dalam kategori sangat kurang. Kenaikan nilai kontribusi di tahun 2012 meningkat yaitu sebesar 0,35%. Nilai nominal pencairan tunggakan pajak Rp 242.612.315,00 dengan penerimaan pajak Rp 69.838.520.000,00. Berdasarkan klasifikasi kriteria kontribusi, nilai kontribusi di tahun ini masih tergolong sangat kurang. Hal-hal yang menyebabkan Surat Teguran tidak dapat dilunasi antara lain: 7

1. Surat Teguran tidak dapat disampaikan ke Wajib Pajak 2. Kesadaran Wajib Pajak masih kurang dalam pelunasan tunggakan pajak dengan Surat Teguran b. Dengan Surat Paksa Perbandingan antara pencairan tunggakan pajak dengan Surat Paksa terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Batu disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Perbandingan Pencairan Tunggakan Pajak Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak KPP Pratama Batu Tahun 2010-2012 Th Pencairan Tunggakan Pajak (Rp) Penerimaa n Pajak (Rp dalam ribuan) Tingk. Kontri busi 2010 1.021.015.110 75.125.020 1,36% 2011 1.428.206.518 76.618.550 1,86% 2012 33.587.728 69.838.520 0,05% Sumber: data sekunder diolah Berdasarkan Tabel 6, pencairan tunggakan pajak dengan Surat Paksa terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Batu di tahun 2010 mempunyai tingkat kontribusi sebesar 1,36%. Nilai tersebut didapat berdasarkan perhitungan pencairan tunggakan pajak dengan Surat Paksa sebesar Rp 1.021.015.110,00 dengan penerimaan pajak yang sebesar Rp 75.125.020.000,00. Nilai kontribusi di tahun ini tergolong kriteria sangat kurang dalam penerimaan pajak di KPP Pratama Batu. Pada tahun 2011, nilai kontribusinya sebesar 1.86%. Nominal pencairan tunggakan pajak sebesar Rp 1.428.206.518,00 dengan penerimaan pajak Rp 76.618.550.000,00. Nilai kontribusi yang hanya 1,86% masuk dalam kategori sangat kurang. Penurunan nilai kontribusi di tahun 2012 yaitu sebesar 0,05%. Nilai nominal pencairan tunggakan pajak Rp 33.587.728,00 dengan penerimaan pajak Rp 69.838.520.000,00. Berdasarkan klasifikasi kriteria kontribusi, nilai kontribusi di tahun ini masih tergolong sangat kurang. Hal-hal yang menyebabkan Surat Paksa tidak dapat dilunasi antara lain: 1. Surat Paksa tidak dapat disampaikan ke Wajib Pajak karena pindah alamat atau tidak melapor ke kantor pajak 2. Kesadaran Wajib Pajak masih kurang dalam pelunasan tunggakan pajak dengan Surat Paksa. 7. KESIMPULAN 1. Penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu dari tahun 2010-2012 tergolong tidak efektif baik dilihat dari jumlah lembar maupun nilai nominal yang tertera dalam Surat Teguran. Penyebabnya antara lain Wajib Pajak lalai dalam melaksanakan kewajibannya untuk melunasi utang pajak, tidak mampu untuk melunasi utang pajak, dan tempat tinggal Wajib Pajak tidak dapat ditemui. 2. Penagihan pajak aktif dengan Surat Paksa di tahun 2010 dan 2012 termasuk kategori efektivitas yang tidak efektif dan kemudian pada tahun 2011 tingkat efektivitasnya tergolong dalam kategori sangat efektif dalam hal nilai nominal maupun nilai yang tertera dalam Surat Paksa. Pencairan tunggakan pajak dengan Surat Paksa belum bisa tercapai sepenuhnya dikarenakan adakalanya Wajib Pajak mengajukan keberatan ataupun angsuran pembayaran atas utang pajak tersebut. 8

3. Kontribusi penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu di tahun 2010-2012 tergolong dalam kriteria sangat kurang terhadap penerimaan pajak. Penagihan pajak aktif mempunyai tingkat kontribusi dengan persentase kurang dari 10%. 4. Tingkat efektivitas maksimal dengan Surat Teguran terjadi pada tahun 2011 dan tingkat kontribusi maksimal dengan Surat Teguran terjadi pada tahun 2012. Tingkat efektivitas maksimal dengan Surat Paksa ada pada tahun 2011 dan tingkat kontribusi maksimal dengan Surat Paksa terjadi pada tahun 2011. Jadi, belum tentu jika tingkat efektivitas maksimal suatu tahapan di tahun tertentu maka akan mempunyai tingkat kontribusi yang maksimal dengan tahapan dan tahun yang sama. 8. SARAN Adapun saran-saran yang penulis berikan untuk KPP Pratama Batu di tahun-tahun berikutnya, antara lain: 1. KPP Pratama Batu sebaiknya terlebih dahulu melakukan penelitian lapangan, yaitu pada saat wajib pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar alamat wajib pajak yang sebenarnya dapat diketahui dengan lebih mudah. 2. KPP Pratama Batu sebaiknya melaksanakan kegiatan penyuluhan perpajakan yang lebih efektif dan efisien untuk mensosialisasikan perundang-undangan perpajakan kepada masyarakat KPP Batu dapat pula bekerjasama dengan pihak lain untuk menyelenggarakan acara yang menarik dan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. 3. KPP Pratama Batu dapat bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang lebih kompeten untuk terus menindaklanjuti proses penagihan aktif yang terhambat tanpa melihat perbedaan status sosial. Hal ini dilakukan sebagai bagian penegakan hukum secara sungguh-sungguh (law enforcement). 4. KPP Pratama Batu juga harus melakukan sosialisasi undang-undang pajak kepada pihak ketiga yang akan diajak bekerja sama. Dengan cara ini diharapkan pihak ketiga akan lebih memahami hak dan kewajibannya serta dapat memberikan bantuannya secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Kurniawan, Panca dan Bagus Pamungkas. 2006. Penagihan Pajak di Indonesia, Edisi Pertama, Bayumedia Publishing, Malang. Rusjdi, Muhammad. 2007. PPSP Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Jakarta:Macanan Jaya Cemerlang. Suandy, Erly. 2006. Perpajakan. Edisi 2. Jakarta:Salemba Empat. Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta:Salemba Empat. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta:Salemba Empat. Zuraida, Ida dan L. Y. Hari Sih Advianto. 2011. Penagihan Pajak: Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia. 9