BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. pajak, dengan menjaring wajib pajak baru (

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengoptimalkan sumber dana dalam negri. Dalam perkembangannya pajak. merupakan komponen utama penerimaan dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempuyai umur tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, pembangunan maupun untuk biaya rutin negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

ABSTRAK. Kata Kunci: kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak, dan sosialisasi perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Masing-masing akan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan perbaikan, pembangunan, dan kemajuan negara ini salah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki fungsi budgetair, yaitu sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan menjadi suatu permasalahan yang pokok. Pembiayaan ini

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjadi Negara yang lebih maju, Indonesia sebagai negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan serta pembiayaan pengeluaran pemerintah (Pratiwi dan. Putu, 2014). Dengan besarnya penerimaan pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

Ines Dwiana B

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Pendapatan Negara. PERKEMBANGAN PENDAPATAN NEGARA Tahun (dalam milyaran rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekstern tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. langsung dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran negara yang

BAB I PENDAHULUAN. asing dan meningkatkan penerimaan dari dalam negeri khususnya dari sektor

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan dana yang relatif besar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Pemerintah dapat membiayai pengeluaran tersebut dengan dana yang berasal dari dalam negeri (sumber internal) maupun melalui pinjaman luar negeri (sumber eksternal). Pembiayaan belanja negara yang semakin lama semakin bertambah besar memerlukan penerimaan negara yang berasal dari dalam negeri tanpa harus bergantung dengan bantuan atau pinjaman dari luar negeri. Dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap sumber eksternal, pemerintah Indonesia secara terus menerus berusaha meningkatkan sumber pembiayaan pembangunan internal. Sebagaimana diketahui dalam Angaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) yang dibuat oleh pemerintah terdapat tiga sumber penerimaan yang menjadi pokok andalan, yaitu: penerimaan dari sektor pajak, penerimaan dari sektor migas, dan penerimaan dari sektor bukan pajak, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dalam struktur penerimaan negara, penerimaan pajak memiliki peranan yang strategis dan merupakan sumber utama penerimaan dalam negeri untuk menopang pembiayaan penyelenggaraan 1

pemerintahan dan pembangunan nasional. Jumlah penerimaan dalam negeri Indonesia tahun anggaran 2001-2008 yang berasal dari pajak dan bukan pajak ditunjukkan dalam Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri Tahun Anggaran 2001-2008 (dalam triliun rupiah) Tahun Perpajakan Bukan Pajak Jumlah Anggaran Nilai (%) Nilai (%) Nilai (%) 2001 185,5 61,7 115,1 38,3 300,6 100,0 2002 210,1 70,4 88,4 29,6 298,5 100,0 2003 242,1 71,0 98,9 29,0 341,0 100,0 2004 280,6 69,6 122,5 30,4 403,1 100,0 2005 347,0 70,3 146,9 29,7 493,9 100,0 2006 409,2 64,3 227,0 35,7 636,2 100,0 2007 491,0 69,5 215,1 30,5 706,1 100,0 2008 658,7 67,3 320,6 32,7 979,3 100,0 Sumber: Departemen Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBN 2010 Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa sebagian besar penerimaan negara berasal dari pajak. Pada tahun anggaran 2008 sumber penerimaan negara terdiri dari penerimaan pajak Rp. 658,7 triliun dan penerimaan bukan pajak Rp. 320,6 triliun. Hal ini berarti sekitar 67,3 persen dari total penerimaan negara bersumber dari penerimaan pajak, dan sisanya 32,7 persen bersumber dari penerimaan bukan pajak. Penerimaan negara dari sektor pajak ini menjadi sektor yang sangat penting karena akan selalu meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan ekonomi dan perkembangan masyarakat. Salah satu hal penting dalam sejarah perpajakan di Indonesia adalah langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983. Dalam reformasi perpajakan dilakukan perubahan sistem penetapan pajak dari official 2

assessment system menjadi self assessment system. Bila dengan official assessment system, maka yang menghitung dan menetapkan besarnya pajak terutang yang harus dibayar oleh masyarakat adalah fiskus yakni berdasarkan data dan informasi yang dimiliki. Sedangkan dengan self assessment system, maka diberikan kepercayaan kepada masyarakat (Wajib Pajak) untuk memenuhi kewajiban perpajakannya seperti menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melapor sendiri jumlah pajak terutangnya kepada Direktorat Jenderal Pajak. Dianutnya self assesment system membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance) (Harahap, 2004:43). Meskipun jumlah Wajib Pajak dari tahun ke tahun semakin bertambah namun kenyataan yang ada di Indonesia menunjukkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) masih rendah, dimana bisa dilihat dari belum optimalnya penerimaan pajak yang tercermin dari tax gap dan tax ratio. Tax ratio Indonesia paling rendah di kawasan ASEAN yaitu hanya rata-rata sebesar 12,2-13,5 % untuk tahun 2001-2006 (Berita Pajak, 1 September 2005 dalam Elia Mustikasari (2007)). Sementara itu, tax ratio negara-negara ASEAN sebesar: Malaysia (20,17%), Singapura (21,4%), Brunai (18,8%), dan Thailand (17,28%). Angka tax gap yang signifikan dan tax ratio yang masih rendah ini menunjukkan usaha memungut pajak (tax effort) Indonesia rendah (Gunadi dalam Elia Mustikasari (2007)). Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali 3

Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara (Agustini 2008:4). Oleh karena itu, kepatuhan Wajib Pajak perlu ditumbuhkan terus menerus dalam memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar target pajak tercapai. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah tanggung jawab langsung Kepala Kantor Wilayah DJP Bali. Reformasi dan modernisasi pun telah ditetapkan oleh KPP Pratama Badung Utara dengan harapan dapat meningkatkan kepatuhan. Kepatuhan Wajib Pajak dapat tercermin dari pelaksanaan kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat dilihat melalui ketaatan penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Badung Utara pada Tabel 1.2 di bawah ini: Tabel 1.2 Laporan Penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Badung Utara Tahun Pajak 2006-2009 Tahun Pajak Jumlah WP Efektif Jumlah SPT Tahunan yang Disampaikan 2006 1976 1045 52,88 2007 2241 1174 52,39 2008 2559 1309 51,15 2009 2840 1292 45,49 Sumber : KPP Pratama Badung Utara, 2010 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat jumlah Wajib Pajak badan yang efektif mengalami peningkatan dari tahun ketahun, namun persentase tingkat kepatuhan % 4

dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Persentase tingkat kepatuhan yang dimaksud adalah jumlah SPT Tahunan yang masuk tahun bersangkutan dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak yang efektif. Pada tahun pajak 2006 tingkat kepatuhan Wajib Pajak sebesar 52,88 persen, kemudian pada tahun pajak 2007 jumlah Wajib Pajak efektif bertambah akan tetapi tingkat kepatuhan Wajib Pajak menurun yaitu menjadi 52,39 persen. Pada tahun pajak 2008 jumlah Wajib Pajak efektif juga bertambah, tetapi tingkat kepatuhan Wajib Pajak menurun yaitu menjadi 51,15 persen. Pada tahun pajak 2009 tingkat kepatuhan Wajib Pajak semakin menurun yaitu sebesar 45,49 persen. Dipilihnya perusahaan konstruksi pada penelitian ini dikarenakan berdasarkan data jumlah SPT Tahunan yang masuk dibandingkan jumlah Wajib Pajak Badan Konstruksi efektif menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini: Tabel 1.3 Laporan Penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan Konstruksi pada Perusahaan Konstruksi Tahun Pajak 2006-2009 Tahun Pajak Jumlah WP Efektif Jumlah SPT Tahunan yang Disampaikan 2006 415 271 65,30 2007 452 290 64,16 2008 491 307 62,53 2009 529 305 57,66 Sumber : KPP Pratama Badung Utara, 2010 Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa jumlah Wajib Pajak badan konstruksi yang efektif mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun persentase tingkat kepatuhan dari tahun ke tahun mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2006 sebesar 65,30 persen turun menjadi 57,66 persen pada tahun 2009. Untuk itu dalam penelitian ini perlu dikaji lebih dalam faktor-faktor yang % 5

mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak badan konstruksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara. Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh banyak variabel, salah satunya yaitu kualitas pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak. Untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pelayanan. DJP melakukan modernisasi perpajakan di KPP Pratama Badung Utara untuk meningkatkan pelayanan tersebut. Modernisasi ini dilakukan dengan menyediakan sarana, prasarana maupun sistem informasi baru agar kualitas pelayanan kepada masyarakat lebih baik. Perubahan yang paling utama dari modernisasi ini adalah pembentukan perilaku pegawai yang berdasarkan prinsip budaya kerja profesional dengan rambu-rambu Kode Etik Pegawai, yang siap melayani masyarakat selaku Wajib Pajak. Menurut Karanta et.al, kualitas aparat pajak dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak merupakan hal yang penting (Suryadi, 2006:107). Menurut Handayani (2009:4), pelayanan yang baik menyebabkan kepatuhan wajib pajak meningkat. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus menerus (Supadmi, 2009:217). Tinggi rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka melakukan pemenuhan kewajiban pajak juga dipengaruhi oleh biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh Wajib Pajak diluar pajak terutang yang dibayarkan (Prasetyo, 2005:2). Sebaiknya biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pajak tersebut tidak memberatkan dan menghambat Wajib 6

Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Cedric Sandford dalam Prasetyo (2005:3) membagi compliance cost dalam tiga jenis biaya, yakni direct money cost, time cost, dan psychic atau psychological cost. Menurut Sandford, direct money cost adalah biaya-biaya cash money (uang tunai) yang dikeluarkan Wajib Pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pajak, seperti pembayaran kepada konsultan pajak dan biaya perjalanan ke bank untuk melakukan penyetoran pajak; Time cost adalah waktu yang terpakai oleh Wajib Pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban pajak, antara lain waktu yang digunakan untuk membaca petunjuk pengisian surat pemberitahuan, mengisinya dan mengirimkannya ke Kantor Pelayanan Pajak; Sedangkan psychic cost adalah rasa stress dan berbagai rasa takut atau cemas karena melakukan penggelapan pajak. Persepsi Wajib Pajak terhadap sanksi perpajakan juga diperkirakan dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Badung Utara. Sanksi perpajakan pada dasarnya dimaksudkan agar masyarakat patuh dan mau melaksanakan kewajibannya untuk melunasi utang pajaknya dengan baik dan benar (Wahyu, 2009:4). Disamping itu sanksi perpajakan juga bertujuan untuk meningkatkan ketaatan masyarakat untuk menjadi Wajib Pajak patuh sesuai dengan sistem self assessment perpajakan di Indonesia. Suatu undang-undang tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak diikuti dengan sanksi (baik administrasi maupun pidana) yang dapat diterapkan apabila undang-undang tersebut dilanggar. Penegakan hukum di bidang perpajakan adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat terkait untuk menjamin supaya Wajib Pajak dan calon Wajib Pajak memenuhi ketentuan undang-undang perpajakan. 7

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu Apakah kualitas pelayanan, biaya kepatuhan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh pada kepatuhan pelaporan Wajib Pajak Badan Konstruksi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara? 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan, biaya kepatuhan pajak dan sanksi perpajakan pada kepatuhan pelaporan Wajib Pajak Badan Konstruksi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara. 1.2.2 Kegunaan penelitian Dari tujuan penelitian yang telah disampaikan di atas maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut. 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan yang lebih luas, serta referensi di lingkungan akademis serta bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 8

2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan, sumbangan pemikiran dan tambahan referensi kepada aparat kantor pelayanan pajak untuk menelaah lebih lanjut mengenai kualitas pelayanan, biaya kepatuhan pajak dan persepsi Wajib Pajak tentang sanksi perpajakan yang dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak badan, agar dapat menjadi bahan evaluasi di masa mendatang oleh pihak pembuat kebijakan perpajakan. 1.3 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi ini disusun atas beberapa bab secara sistematika sehingga antara bab satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penyajiannya adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan landasan teori yang mendukung penelitian yang meliputi pengertian pajak, pengelompokkan pajak, fungsi pajak, cara pemungutan pajak, sistem pemungutan pajak, Wajib Pajak badan, Surat Pemberitahuan (SPT), kualitas pelayanan, biaya kepatuhan pajak, sanksi perpajakan, kepatuhan perpajakan, Wajib Pajak patuh, pengertian dan ruang lingkup konstruksi, pembahasan penelitian sebelumnya, serta rumusan hipotesis. 9

Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis data yang meliputi lokasi penelitian, objek penelitian, idenfikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan populasi dan sampel, metode pengumpulan data, responden dan teknik analisis data yang dipergunakan. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menyajikan uraian mengenai pembahasan hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian akhir dalam skripsi ini yang menyajikan tentang simpulan dari pembahasan yang menjadi permasalahan serta saran-saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 10