PERSAINGAN USAHA dan JASA KONSTRUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER SESUAI DENGAN PASAL 22 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 DAN PERATURAN KPPU NOMOR 2 TAHUN 2010

Pedoman Larangan Persekongkolan Dalam Tender. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

V. KESIMPULAN DAN SARAN

HUKUM PERSAINGAN USAHA

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KEGIATAN YANG DILARANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

BAB IV PEMBERIAN SARAN DAN PERTIMBANGAN KEPADA PEMERINTAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PEDOMAN PASAL 22. Tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

I. PENDAHULUAN. di segala bidang. Persaingan usaha yang sangat tajam ini merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Proses tender merupakan persaingan antara para penyedia barang

KEPUTUSAN KOMISI NO. 89/2009. Tentang Pengaturan Monopoli Badan Usaha Milik Negara

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BAB V PENUTUP. Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dari analisis berbagai data dan fakta yang

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

DRAFT PEDOMAN PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 19 UNDANG-UNDANG NO 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

POKOK KEBIJAKAN DAN IMPLIKASI HUKUM PENGADAAN jasa konsultansi PEMERINTAH

Pedoman Pasal 47 Tentang. Tindakan. Administratif

DRAFT Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 19 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum Persaingan Usaha pada dasarnya mengatur mengenai perilaku,

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang ekonomi Indonesia diarahkan kepada. dengan amanat dan cita-cita Pancasila dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)

KEPUTUSAN KOMISI NO. 57/2009. Tentang Pengecualian Penerapan UU No. 5 Tahun 1999 terhadap Perjanjian yang Berkaitan dengan Waralaba

PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA DAN KEBIJAKAN PERSAINGAN DIKAITKAN DENGAN KINERJA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA ( KPPU )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar pengaturan hukum persaingan usaha adalah Undang-Undang Nomor 5

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tidak hanya di lingkup nasional tapi juga di lingkup global

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, hal ini mendorong

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN tentang K A R T E L

STUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum

JURNAL SKRIPSI KAJIAN TERHADAP PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) MENGENAI PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER

Ethics in Market Competition. Mery Citra.S,SE.,MSi Business Ethics #7

Akselerasi Penyerapan Anggaran terkait Keppres 80/2003

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL

KARTUN PERSAINGAN USAHA. Persaingan Sehat Sejahterakan Rakyat

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam menjamin terciptanya persaingan usaha yang sehat di

BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL. Dalam dunia usaha sekarang ini sesungguhnya banyak ditemukan

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

MATRIKS HARMONISASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

OPTIMALISASI PERAN KOPERASI MEMBANGUN SISTEM PERSAINGAN BERKEADILAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. 1. Pengertian dan arti penting hukum persaingan usaha

Adapun...

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan kepada pembeli dengan ketentuan jumlah, jenis, kualitas, tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang yang cukup signifikan antar pelaku usaha, praktik monopoli atau

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

STUDI KELAYAKAN (Feasibility Study) Pengadaan Gudang Barang Pemerintah Kota Tarakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini dunia usaha semakin dinamis dan berkembang dengan

Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesarbesarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia mendirikan BUMN sebagaimana tertuang dalam Undang Undang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan yang ada dapat disimpulkan sebagai berikut:

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

PERSAINGAN USAHA dan JASA KONSTRUKSI 2011 1

Cakupan Presentasi 1. Persaingan Usaha yang Sehat Dan KPPU 2. Persaingan Pasar Jasa Konstruksi 3. Masalah Umum Persaingan Usaha Dalam Sektor Jasa Konstruksi 4. Persaingan Usaha dan Pengadaan Barang dan Jasa

Report Tahun 2010-2011 World Global Competitiveness Report

Ranking Indonesia

Faktor-Faktor yang masih dipresesipkan bermasalah Ketersediaan Infrastruktur masih menjadi No. 3 yang dianggap bermasalah

Infrastruktur apa? 2008/09 2009/10 2010/11

Persaingan Usaha UU No.5/1999 dan KPPU

Undang-Undang Persaingan Usaha Persaingan usaha yang sehat diatur menurut ketentuan: UNDANG UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT yang bertujuan untuk memelihara pasar kompetitif dari pengaruh kesepakatan dan konspirasi yang cenderung mengurangi dan atau menghilangkan persaingan. 9

Latar Belakang Terbitnya UU No. 5 Th. 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat: 1. Masyarakat belum mampu berpartisipasi dalam peluang usaha yang ada; 2. Perkembangan usaha swasta diwarnai oleh berbagai bentuk kebijakan pemerintah yang kurang tepat; 3. Adanya hubungan antara pengambil keputusan dengan para pelaku usaha; 4. Para pengusaha yang dekat dengan elit kekuasaan mendapatkan kemudahan yang berlebihan; 5. Kurangnya daya saing pelaku usaha di pasaran dalam dan luar negeri; 6. Kebutuhan akan adanya Peraturan mengenai Persaingan Usaha yang Sehat; 7. Diajukan oleh DPR dengan menggunakan Hak Inisiatif. 10

Tujuan Pembentukan UU No. 5 Th. 1999 Tujuan UU No. 5 Tahun 1999 (Pasal 3): 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; 2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil; 3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; 4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. 11

National Interest versus Persaingan Bebas UU No. 5/1999 adalah persaingan sehat bukan persaingan bebas Membenarkan perlindungan kepentingan nasional (national interest) sebagaimana diatur pasal 33 (2) jis Pasal 3 (1) dan pasal 51 dengan kebijakan persaingan (competition policy) berupa : membolehkan negara menunjuk lembaga/institusi tertentu (khususnya BUMN) untuk memonopoli sektor tertentu sepanjang tidak mengeksploitasi konsumen; mengecualikan Usaha Kecil dan Koperasi

Manfaat UU No. 5/1999 Konsumen tidak lagi menjadi korban posisi produsen sebagai price taker Efisiensi alokasi sumber daya Kebutuhan konsumen dapat dipenuhi karena produsen telah meningkatkan kualitas dan layanannya MANFAAT UU NO. 5/1999 Membuka pasar sehingga kesempatan bagi pelaku usaha menjadi lebih banyak Keragaman produk dan harga dapat memudahkan konsumen menentukan pilihan Konsumen tidak lagi diperdaya dengan harga tinggi tetapi kualitas seadanya, yang lazim ditemui pada pasar monopoli Menjadikan harga barang dan jasa ideal, secara kualitas maupun biaya produksi Menciptakan inovasi dalam perusahaan 13

Substansi UU No. 5/1999 KETENTUAN UMUM Pasal 1 ASAS DAN TUJUAN Pasal 2-3 PERJANJIAN YANG DILARANG Pasal 4-16 KEGIATAN YANG DILARANG Pasal 17-24 POSISI DOMINAN Pasal 25-29 KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Pasal 30-37 TATA CARA PENANGANAN PERKARA Pasal 38-49 PENGECUALIAN Pasal 50-51 14

KPPU sebagai Instrumen Ekonomi Pemerintah/Regulat or: Hapus ekonomi biaya tinggi Reformasi Regulasi Implementasi Kebijakan Persaingan Percepatan pembangunan infrastruktur Pembangunan ekonomi dan pencapaian target pertumbuhan ekonomi yang seimbang berkeadilan dan berkelanjutan Pelaku Usaha : Tingkatkan efisiensi, produktifitas dan daya saing; Bersaing secara sehat; Good Corporate Governance KPPU: Monitoring Pelaku Usaha Kajian Industri dan Perdagangan Evaluasi Kebijakan Pemerintah Sosialisasi UU No 5 Tahun 1999 Advokasi Penanganan Perkara 15

Tugas KPPU a.melakukan penegakan hukum persaingan a.memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; 16

KEBIJAKAN PERSAINGAN Kebijakan hakekatnya merupakan domain kerja Pemerintah melalui berbagai instansinya dan badan regulator. Departemen-Departemen Sektor Teknis Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Komisi Penyiaran Indonesia Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia Pemerintah Daerah Tugas KPPU Agar kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan badan regulator tidak mendistorsi nilai-nilai persaingan usaha yang sehat dalam setiap sektor 17

Persaingan Pasar Jasa Konstruksi

Karakteristik Pangsa Pasar Jasa Konstruksi - Didominasi pelaku usaha besar Dikarenakan adanya kebutuhan pendanaan yang relatif besar dan juga pool of resources yang memungkinkan tercapainya skala ekonomis. - Lokal vs Asing Keduanya memiliki segmen pasarnya masing-masing terutama berkaitan dengan infrastruktur di sektor migas -Hambatan untuk masuk ke pasar cukup besar bagi pelaku usaha baru sehingga pertambahan pelaku usaha di sektor jasa konstruksi cenderung sangat minim - Reputasi yang dimiliki oleh pelaku usaha memainkan peran yang sangat penting 19

Masalah Umum Persaingan Usaha Dalam Sektor Jasa Konstruksi

Masalah Umum Persaingan Usaha Dalam Sektor Jasa Konstruksi Masalah Perilaku Pelaku Usaha Hasil kajian KPPU memperlihatkan bahwa dalam industri jasa konstruksi pelaku usaha berpotensi untuk melakukan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 dalam beberapa bentuk Kolusi Tender; Kartel; Pemboikotan; Menciptakan entry barrier melalui proses sertifikasi; Menjadikan keanggotaan asosiasi sebagai entry barrier 21

Masalah Umum Persaingan Usaha Dalam Sektor Jasa Konstruksi Beberapa potensi penyalahgunaan kewenangan Lembaga dalam Persaingan di Industri Jasa Konstruksi: a) Kewenangan Asosiasi mengeluarkan sertifikat digunakan sebagai alat untuk mendiskriminasi Pelaku Usaha pesaing, dengan cara: Sertifikat hanya diberikan kepada pelaku usaha yang berada di kelompok tertentu. Persyaratan sertifikat menjadi Entry Barrier bagi pelaku usaha pesaing 22

Masalah Umum Persaingan Usaha Dalam Sektor Jasa Konstruksi b) Kecenderungan untuk membentuk asosiasi tertentu dengan ruang lingkup pekerjaan yang semakin spesifik: Dorongan kehadiran asosiasi untuk menciptakan peluang memenangkan tender Asosiasi baru dimanfaatkan untuk tujuan tertentu: Asosiasi Perawatan Bangunan Indonesia, Asosiasi Kontraktor Air Indonesia, Asosiasi Aspal Beton Indonesia Bahkan AABI telah mempraktekkan diri menjadi kartel (Medan). Perkara ini pernah ditangani oleh KPPU. 23

PERSAINGAN SEHAT DALAM PENGADAAN BARANG/JASA

Prinsip Dalam Tender Prinsip-prinsip prinsip dalam tender: Bersifat terbuka atau transparan dan diumumkan secara luas Bersifat non-diskriminatif dan dapat diikuti oleh semua pelaku usaha dengan kompetensi yang sama Tidak memuat persyaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu

Definisi Tender Tender adalah: Tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang, barang, atau untuk menyediakan jasa. Pengertian tender tersebut mencakup tawaran mengajukan harga untuk memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan, mengadakan barang dan atau jasa, membeli barang dan atau jasa serta menjual suatu barang dan atau jasa

Definisi Persekongkolan Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol. Persekongkolan yang dimaksud berupa : mengatur dan atau menentukan pemenang tender; bersekongkol untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaing yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan; bersekongkol untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan; menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaing dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.

Tender Pengadaan Barang/Jasa Tender pengadaan Barang / jasa dapat dilakukan melalui: Tender terbuka; Tender terbatas; Pelelangan Umum Pelelangan Terbatas

Persekongkolan Tender Persekongkolan Tender pengadaan barang/jasa diatur dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yaitu: Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat

Persekongkolan Tender Persekongkolan dapat dilakukan berupa: Kerjasama antara dua pihak atau lebih; Secara terang-terangan terangan maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya; Membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan; Menciptakan persaingan semu; Menyetujui atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan; Tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu; Pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang mengikuti tender, dengan cara melawan hukum

Persekongkolan Tender Unsur mengatur dan atau menetukan pemenang tender dengan cara: suatu perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan/atau untuk memenangkan peserta tender tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan dan atau penentuan pemenang tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal penetapan kriteria pemenang, persyaratan teknik, keuangan, spesifikasi, proses tender, dan sebagainya

Bentuk Persekongkolan Ada 3 bentuk persekongkolan tender: Persekongkolan horisontal; Persekongkolan vertikal; Persekongkolan horishontal dan vertikal

Bentuk Persekongkolan Persekongkolan horisontal adalah persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa pesaingnya

Bentuk Persekongkolan Persekongkolan vertikal adalah persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemberi pekerjaan

Bentuk Persekongkolan Gabungan persekongkolan horisontal dan vertikal adalah persekongkolan antara panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa

Tender Yang Berpotensi Melanggar Menurut UU No. 5 Tahun 1999 Tender yang berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat atau menghambat persaingan usaha: Tender yang bersifat tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan secara luas, sehingga mengakibatkan para pelaku usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi tidak dapat mengikuti; Tender bersifat diskriminatif dan tidak dapat diikuti oleh semua pelaku usaha dengan kompentensi yang sama; Tender dengan persyaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu sehingga menghambat pelaku usaha lain untuk ikut.

Indikasi Persekongkolan Tender Ada 14 (empat belas) indikasi persekongkolan tender yaitu: Persekongkolan tender dilakukan pada saat perencanaan; Persekongkolan tender dilakukan pada saat pembentukan Panitia; Persekongkolan tender dilakukan pada saat prakualifikasi perusahaan atau pra lelang Persekongkolan tender dilakukan pada saat pembuatan persyaratan untuk mengikuti tender/lelang maupun pada saat penyusunan dokumen tender/lelang yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu terkait dengan spesifikasi barang, mutu, kapasitas dan waktu penyerahan yang harus dipenuhi; Persekongkolan tender dilakukan pada saat pengumuman tender/lelang;

Indikasi Persekongkolan Tender Persekongkolan tender dilakukan pada saat pengambilan dokumen tender/lelang; Persekongkolan tender dilakukan pada saat penentuan harga perkiraan sendiri atau harga dasar lelang; Persekongkolan tender dilakukan pada saat penjelasan tender atau open house lelang; Persekongkolan tender dilakukan pada saat penyerahan dan pembukaan dokumen atau kotak penawaran tender/lelang; Persekongkolan tender dilakukan pada saat evaluasi dan penetapan pemenang tender/lelang; Persekongkolan tender dilakukan pada saat pengumuman calon pemenang;

Indikasi Persekongkolan Tender Persekongkolan tender dilakukan pada saat pengajuan sanggahan; Persekongkolan tender dilakukan pada saat penunjukkan pemenang tender/lelang dan penandatanganan kontrak; Persekongkolan tender dilakukan pada saat pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan

Dampak Persekongkolan Jangka Panjang : KPPU menemukan pelanggaran pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 Jangka Pendek : Menimbulkan kerugian pada negara (dalam tender pemerintah) karena praktek persekongkolan tender pada umumnya berujung pada penggembungan (mark up) anggaran sehingga dapat mengakibatkan biaya ekonomi tinggi Menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan bertentangan dengan tujuan dilaksanakannya tender yaitu untuk memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa pada harga dan kualitas yang bersaing

Dampak Persekongkolan Dampak persekongkolan tender adalah: Konsumen atau pemberi kerja membayar harga yang lebih mahal daripada yang sesungguhnya; Barang atau jasa yang diperoleh (baik dari sisi mutu, jumlah, waktu, maupun nilai) seringkali lebih rendah dari yang akan diperoleh apabila tender dilakukan secara jujur; Terjadi hambatan pasar bagi peserta potensial yang tidak memperoleh kesempatan untuk mengikuti dan memenangkan tender; Nilai proyek (untuk tender pengadaan jasa) menjadi lebih tinggi akibat mark up yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersekongkol.

TERIMA KASIH PersainganSehat SehatSejahterakan SejahterakanRakyat KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Jl. Ir. H. Juanda No. 36, Jakarta Pusat, 10120 Tel. +62-21-3519144, Fax. +62-21-3507008 http://www.kppu.go.id, e-mail : infokom@kppu.go.id 42