PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi Kacang Tanah dan Ubijalar Melalui CF-SKR Tahun 2016 PETUNJUK TEKNIS

Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Ubikayu dan Bantuan Pemerintah 2016 PETUNJUK TEKNIS

PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI UBIJALAR TAHUN 2016



PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

LAPORA TAHU AN 2016 LAPORAN TAHUNAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : TANGGAL :

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

16. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN BANTUAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO.

WALIKOTA PROBOLINGGO

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

PETUNJUK TEKNIS A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 97/Penrentan/ar.140/12/2011 RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN KEDELAI DAN ANEKA KACANG UMBI LAINNYA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

PENGANTAR. Ir. Suprapti

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

PEDOMAN PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 95/Perrrentan/ar.140/12/2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

LAPORAN KINERJA (LKJ)

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 115 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN GUBERNUR JAWA BARAT;

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 96/Pennentan/ar.140/12/2011 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

Transkripsi:

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015

KATA PENGANTAR Kebutuhan kedelai nasional meningkat setiap tahun, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai. Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sebanyak ± 2,2 juta ton biji kering, belum dapat terpenuhi seluruhnya dari produksi kedelai dalam negeri. Pada tahun 2016 telah ditetapkan target produksi kedelai dalam negeri sebesar 1.500.000 ton. Agar dapat tercapai sasaran produksi tersebut diperlukan kerja keras dan dukungan bersama baik instansi terkait, petani, dan pemangku kepentingan lainnya. Strategi peningkatan produksi kedelai untuk pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri tahun 2016 akan dilakukan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Peluang peningkatan produksi dalam negeri masih cukup luas, dengan didukung lahan dan iklim yang sesuai, ketersediaan teknologi tepat guna serta dukungan program Pemerintah. Dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan peningkatan produksi kedelai tahun 2016, maka disusun Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai dan Bantuan Pemerintah Tahun 2016 (DIPA Revisi) sebagai acuan bagi daerah. Petunjuk teknis ini sebagai acuan dalam penyusunan Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai dan Bantuan Pemerintah oleh masing-masing Satuan Kerja (Satker) yang dialokasikan pada anggaran pengelolaan produksi kedelai 2016. Dengan diterbitkannya Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai dan Bantuan Pemerintah Tahun 2016 (DIPA Revisi) ini, diharapkan semua pihak dapat saling berkoordinasi dan bersinergi sehingga kegiatan pengelolaan produksi kedelai dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga sasaran produksi kedelai dapat tercapai. Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc NIP. 196002101988031001 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv vi Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Definisi... 3 D. Dasar Hukum... 8 Bab II. Sasaran, Strategi Dan Kebijakan A. Sasaran... 13 B. Strategi... 13 C. Kebijakan... 15 Bab III. Program, Kegiatan Dan Output Pengelolaan Produksi Kedelai A. Program Dan Kegiatan... 17 B. Pelaksanaan Kegiatan... 19 C. Keterpaduan Pelaksanaan Pencapaian Produksi Kedelai 2016... 27 D. Sasaran Strategis Dan Indikator Keluaran (Output) Kegiatan... 30 ii

E. Penilaian Resiko Indikator Kinerja Keberhasilan... 31 F. Jadwal Tentatif Pelaksanaan Program Dan Kegiatan... 34 Bab IV. Pengelolaan Bantuan Pemerintah Program Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2016 A. Gambaran Umum, Tujuan, Sasaran Dan Indikator Keberhasilan... 37 B. Penyusunan Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah... 40 C. Ruang Lingkup Pemberian Bantuan Pemerintah Pengelolaan Produksi Kedelai... 41 D. Pemanfaatan Dan Persyaratan Penerima Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan Produksi Kedelai... 49 E. Bentuk Bantuan Pemerintah Dan Alokasi Anggaran Bantuan Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai... 60 F. Tata Kelola Pemberian Bantuan Pemerintah... 66 G. Dukungan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Pemerintah.. 75 Bab V. Pengendalian, Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan A. Pengendalian... 83 B. Monitoring... 84 C. Evaluasi... 86 D. Pelaporan... 86 Bab VI. Penutup... 91 iii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai Tahun 2016... 13 Tabel 2. Skenario Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2016... 18 Tabel 3. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja (Output) Kegiatan dan Target Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai TA. 2016... 30 Tabel 4. Faktor Risiko yang Kemungkinan Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan... 32 Tabel 5. Jadwal Tentatif Pelaksanaan Program Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2016 dengan Penyaluran Bantuan Pemerintah Bentuk Uang... 34 Tabel 6. Jadwal Tentatif Pelaksanaan Program Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2016 dengan Penyaluran Bantuan Pemerintah Bentuk Barang... 35 Tabel 7. Contoh Rincian Bantuan Pemerintah Perhektar dalam Bentuk Bantuan Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Intensifikasi Kedelai Tahun 2016... 61 Tabel 8. Contoh Rincian Bantuan Pemerintah Perhektar dalam Bentuk Bantuan Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Intensifikasi Kedelai Wilayah Timur Tahun 2016... 61 Tabel 9. Contoh Rincian Bantuan Pemerintah Perhektar dalam Bentuk Bantuan Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Intensifikasi Kedelai Teknologi Budidaya Jenuh Air Tahun 2016... 62 Tabel 10. Contoh Rincian Bantuan Pemerintah Perhektar dalam Bentuk Bantuan Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Ekstensifikasi Kedelai Tahun 2016... 62 iv

Tabel 11. Contoh Rincian Bantuan Pemerintah Perhektar dalam Bentuk Bantuan Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Ekstensifikasi Kedelai Wilayah Timur Tahun 2016... 63 Tabel 12. Alokasi Anggaran Bantuan Pemerintah,Bentuk Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai per Provinsi TA. 2016... 65 v

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai Tahun 2016... 94 Lampiran 2. Alokasi Program Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2016... 95 Lampiran 3. Spesifikasi Teknis Plastik Hermetik Penyimpan Kedelai.... 102 Lampiran 4. Contoh Penyaluran Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2016.... 103 Lampiran 5. Blanko Pelaporan Pelaksanaan Program Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2016... 126 vi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, sehingga dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran akan kebutuhan protein berakibat pada meningkatnya kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun. Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sebanyak ± 2,2 juta ton biji kering, akan tetapi kemampuan produksi dalam negeri saat ini berdasarkan angka ramalan II BPS tahun 2015, baru mampu memenuhi sebanyak 982.967 ton atau 44,68 % terhadap kebutuhan, dan sisanya sebesar 53,32 % dipenuhi dari impor. Hal ini menyebabkan berbagai kerugian bagi Indonesia antara lain; hilangnya devisa negara yang cukup besar, mengurangi kesempatan kerja dan meningkatnya ketergantungan jangka panjang, sehingga mempengaruhi sistem ketahanan pangan nasional. Dalam upaya memenuhi kebutuhan kedelai yang semakin meningkat dan mengurangi ketergantungan impor, maka Pemerintah akan terus berupaya keras untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri, sehingga secara bertahap dapat dicapai swasembada. Pada tahun 2016 dalam upaya mempercepat peningkatan produksi kedelai, telah ditetapkan sasaran produksi sebesar 1.500.000 ton kedelai biji kering. 1

Untuk mendukung tercapainya sasaran produksi kedelai tahun 2016 ditempuh melalui program intensifikasi dalam rangka peningkatan produktivitas melalui kegiatan penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Budidaya Kedelai Jenuh Air (BJA); ekstensifikasi dalam rangka Perluasan Areal Tanam kedelai melalui kegiatan Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-IP) pada lahan sawah, lahan kering maupun lahan baru, serta pembinaan, pengawalan dan pendampingan. Untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut telah dialokasikan anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016, yang dimanfaatkan untuk Bantuan Pemerintah dan kegiatan pendukung. Anggaran Bantuan Pemerintah dialokasikan untuk kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi kedelai, dimanfaatkan untuk membantu kelompok tani/gabungan kelompok tani berupa sarana produksi benih, rhizobium, bahan organik atau kapur pertanian dalam upaya mendukung peningkatan produksi kedelai nasional. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mendukung peningkatan produksi kedelai nasional dalam rangka mencapai target program percepatan peningkatan produksi kedelai tahun 2016 sebagai upaya menuju swasembada. 2

2. Tujuan Khusus a. Menyediakan sarana produksi budidaya kedelai berupa benih, rhizobium, bahan organik atau kapur pertanian spesifik lokasi secara gratis untuk kelompok tani/gapoktan. b. Meningkatkan minat dan motivasi petani berusaha tani tanaman kedelai c. Meringankan beban biaya usaha tani kedelai bagi kelompok tani/gapoktan peserta program. d. Mendorong petani menerapkan teknologi budidaya kedelai sesuai rekomendasi, untuk mencapai tingkat produktivitas tinggi. e. Memperluas areal tanam kedelai, untuk meningkatkan luas panen dan produksi f. Mempercepat peningkatan produksi kedelai untuk mencapai swasembada. g. Menambah lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani C. DEFINISI 1. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah/ nonpemerintah 2. Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan Produksi Kedelai adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada kelompok tani/gabungan Kelompok tani (Gapoktan). 3

3. Bentuk Bantuan Pemerintah meliputi Pemberian penghargaan; Beasiswa; Tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya; Bantuan Operasional; Bantuan Sarana Prasarana; bantuan rehabilitasi/ pembangunan gedung/bangunan; dan bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh pengguna Anggaran (PA) 4. Bantuan Pemerintah Bentuk Bantuan Sarana Prasarana diberikan kepada kelompok masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga pendidikan, Lembaga keagamaan, dan lembaga kesehatan 5. Bentuk Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan Produksi Kedelai adalah bantuan Sarana/Prasarana 6. Bantuan Sarana/Prasarana Program Pengelolaan produksi kedelai adalah bantuan berupa paket sarana produksi meliputi benih kedelai, rhizhobium, bahan organik atau kapur pertanian spesifikasi lokasi, yang diberikan kepada kelompok tani/ Gapoktan, dalam rangka pelaksanaan kegiatan intensifikasi dan ektensifikasi kedelai, untuk mendukung percepatan pencapaian sasaran produksi kedelai. 7. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota. 8. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. 4

9. Usaha Tani adalah usaha dibidang pertanian, peternakan dan perkebunan. 10. Pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan) adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat 11. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. 12. Kelompok tani/gapoktan dalam program pengelolaan produksi kedelai meliputi kelompok tani/gabungan kelompok tani yang berusaha tani pada lahan tanaman pangan dan atau petani perkebunan yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan perkebunan dan/atau Lembaga Masyarakat di Sekitar Hutan (LMDH) yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan Perhutani atau lahan kehutanan dan/atau lembaga masyarakat lainnya yang berusaha tani kedelai pada lahan tidur/lahan bera. 13. Kelompok tani/gapoktan penerima Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan Produksi kedelai adalah kelompok tani/gabungan kelompok tani yang berusaha tani pada 5

lahan tanaman pangan dan atau petani perkebunan yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan perkebunan dan/ atau Lembaga Masyarakat di Sekitar Hutan (LMDH) yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan Perhutani atau lahan kehutanan dan /atau lembaga masyarakat lainnya yang berusaha tani kedelai pada lahan tidur/lahan bera. 14. Intensifikasi Pertanian adalah pola penerapan teknologi usahatani budidaya komoditas, yang dititikberatkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas serta produktivitas per hektar, dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya alam per satuan luas melalui penerapan teknologi tepat guna, peningkatan pemanfaatan semua sarana dan prasarana seperti air, benih unggul, bahan organik. 15. Intensifikasi kedelai adalah pola penerapan teknologi usahatani kedelai, yang dititikberatkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas serta produktivitas per hektar, melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai. 16. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman kedelai, organisme pengganggu tanaman dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan kelestarian lingkungan. 17. Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai adalah penanaman kedelai dengan memberikan irigasi terus menerus sejak tanam sampai panen dan membuat tinggi permukaan air tetap, sehingga lapisan di bawah perakaran jenuh air. 6

18. Ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) kedelai adalah kegiatan penambahan areal tanam kedelai melalui peningkatan indeks pertanaman baik di lahan sawah, lahan kering maupun lahan bukaan baru. 19. Varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh Pemerintah baik berupa varietas baru maupun varietas lokal yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan/atau sifatsifat lainnya. 20. Benih varietas unggul bersertifikat adalah benih bina yang telah disertifikasi. 21. Bahan organik adalah bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Merupakan semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang masih hidup atau yang telah mati, pada berbagai tahapan dekomposisi. 22. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 23. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan 7

24. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN D. DASAR HUKUM Dasar hukum pelaksanaan Pengelolaan Produksi Kedelai dan Bantuan Pemerintah Tahun 2016 sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tent ang Sistem Budidaya Tanaman; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012, tentang Pangan 9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani 10. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016. 8

11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Bukan Pajak. 13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah 14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 16. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. 17. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan kelima atas Peraturan Presiden No.47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. 18. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara. 19. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. 20. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eseon I Kementerian Negara 9

21. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014 tentang Perubahan Keenam atas Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara 22. Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketujuh atas Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eseon I Kementerian Negara 23. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Perubahan Presiden Nomor 54 Tahun 2010; 24. Peraturan Presiden Nomor 172 tahun 2014, tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 25. Peraturan Presiden No.4 tahun 2015, Perubahan keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 26. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019. 27. Peraturan Presiden N0. 2 Tahun 2015, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ( RPJMN) tahun 2015-2019 10

28. Peraturan Presiden N0.45 tahun 2015, tentang Kementerian Pertanian 29. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 30. Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 31. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar; 32. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007, tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara 33. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 171/KMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. 34. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/ PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan; 35. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara dan Lembaga 36. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN; 37. Peraturan Menteri keuangan Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar 38. Peraturan Menteri keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga 11

39. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/ 10/2006 tentang Pedoman Budidaya Tanaman Pangan Yang Baik dan Benar (Good Agriculture Practises); 40. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/ 3/2013 tentang Pedoman Administrasi Keuangan kementerian Pertanian. 41. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/Pd.310/ 9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura 42. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1243) 43. Peraturan Menteri Pertanian Nomor.56/Permentan/ PK.110/11/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina Tanaman Pangan, dan Tanaman Hijauan Pakan Ternak 12

BAB II SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. SASARAN Peningkatan produksi kedelai untuk mencapai swasembada terus diupayakan melalui program dan kegiatan dengan sumber dana dari APBN. Pada tahun 2016, sasaran produksi kedelai sebesar 1.500.000 ton. Secara rinci sebagai berikut: Tabel 1 : Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai Tahun 2016 B. STRATEGI Strategi pencapaian produksi kedelai tahun 2016 dilakukan melalui: 1. Intensifikasi Intensifikasi dilakukan melalui perbaikan usahatani budidaya kedelai, dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas serta produktivitas per hektar, melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai disertai 13

pengawalan, sosialisasi, pemantauan, pendampingan dan koordinasi. 2. Ekstensifikasi Ekstensifikasi dilakukan dengan cara Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) pada lahan sawah maupun lahan kering; pembukaan lahan baru; kerjasama pemanfaatan lahan Perhutani, PTPN, hutan rakyat, perkebunan, lahan transmigrasi dan di lahan komoditi lain yang dapat dilaksanakan dengan tumpangsari. 3. Pengamanan Produksi Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak akibat perubahan iklim seperti kebanjiran dan kekeringan serta pengaruh Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) dan pengamanan kualitas produksi serta mengurangi kehilangan hasil pada saat penanganan panen dan pasca panen. 4. Peningkatan Manajemen Memperbaiki pengelolaan peningkatan produksi kedelai nasional melalui koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam kegiatan antara lain; a) perbaikan sistem perbenihan; b) peraturan penetapan harga pembelian kedelai petani; c) peraturan jaminan pasar kedelai petani; d) peraturan pengendalian impor kedelai; e) peraturan penerapan tarif bea masuk impor kedelai; f) perbaikan sistem pembiayaan kedelai; g) perbaikan pengelolaan mekanisasi pertanian; h) penguatan sistem data, i) penumbuhan investasi bidang budidaya kedelai skala luas; j) penguatan petugas lapangan; k) pembangunan sistem informasi agribisnis secara terpadu dari hulu on-farm dan hilir dalam meningkatkan 14

pengawasan dan pelayanan pada masyarakat; l) pengembangan teknologi agribisnis kedelai; m) kegiatan pendukung lainnya yang mendorong pencapaian swasembada kedelai nasional. C. KEBIJAKAN Kebijakan Kementerian Pertanian pada pengelolaan produksi kedelai adalah percepatan peningkatan produksi dalam upaya pencapaian swasembada kedelai pada 3 (tiga) tahun kedepan tahun 2017 atau lebih cepat. Pencapaian swasembada kedelai tersebut ditempuh secara terpadu dari mulai sub-sistem hulu pengelolaan sumber daya dan sarana produksi, on-farm pengelolaan budidaya dan sub sistem hilir pengelolaan pasca panen, pengolahan serta pemasaran hasil. 15

16

BAB III PROGRAM, KEGIATAN DAN OUTPUT PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI A. PROGRAM DAN KEGIATAN Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai nasional pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah menetapkan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada berkelanjutan Padi dan Jagung serta percepatan peningkatan produksi kedelai. Dalam upaya pencapaian sasaran produksi kedelai, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan upaya melalui empat strategi. Strategi pertama adalah Intensifikasi dengan program dan kegiatan penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai untuk peningkatan produktivitas dan mutu, serta pembinaan pertanaman swadaya petani. Strategi kedua adalah Ekstensifikasi melalui program dan kegiatan Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP). Strategi ketiga Pengamanan Hasil dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), antisipasi dampak anomali iklim, serta penurunan kehilangan hasil saat pasca panen. Strategi keempat melalui Perbaikan manajemen. Dalam mewujudkan pencapaian kinerja program tersebut, kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi menjadi faktor penentu disamping program lainnya. Namun demikian keberhasilan pencapaian sasaran 17

produksi kedelai, sangat memerlukan dukungan secara integrasi dari berbagai unit kerja lingkup Kementerian Pertanian dan Instansi lain. Kegiatan Intensifikasi dilaksanakan pada areal tanam PAT-PIP tahun sebelumnya atau pada lahan yang selama ini telah terbiasa melakukan budidaya kedelai dengan tingkat produktivitas masih dibawah ratarata Provinsi. Kegiatan Ekstensifikasi dilaksanakan pada lahan sawah maupun lahan kering termasuk pemanfaatan lahan terlantar (bera), lahan bukaan baru, kerjasama pemanfaatan lahan Perhutani, PTPN, hutan tanaman rakyat, perkebunan, lahan transmigrasi dan lahan potensial lainnya dengan sistem monokultur maupun tumpangsari. Skenario peningkatan sasaran produksi kedelai tahun 2016 seperti pada Tabel 2, berikut: Tabel 2 : Skenario Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2016 18

Skenario peningkatan produksi 2016 dapat terealisasi apabila seluruh faktor kunci dan pendukung peningkatan produksi berikut ini dapat dipenuhi: 1. Fasilitasi Pemerintah dalam penyediaan bantuan sarana produksi 2. Penetapan kebijakan harga beli kedelai petani dan jaminan pasar 3. Pengaturan importasi kedelai dan penerapan tarif bea masuk impor kedelai 4. Kondisi iklim yang mendukung pertanaman kedelai 5. Dukungan nyata Pemerintah Daerah dan seluruh pemangku kepentingan B. PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Intensifikasi Kedelai Sasaran pelaksanaan program intensifikasi kedelai tahun 2016 terdiri dari dua kegiatan yaitu melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) seluas 306.000 ha (30 Provinsi, 238 Kabupaten/Kota) dan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) seluas 10.000 ha (6 Provinsi, 9 Kabupaten). Luas satu unit intensifikasi kedelai minimal 10 ha. Untuk memfasilitasi pelaksanaan intensifikasi kedelai, Pemerintah memberikan bantuan berupa sarana produksi dan pendampingan petugas penyuluh/ mantri tani, TNI AD, perguruan tinggi maupun pendamping lainnya. Sarana produksi yang diberikan antara lain benih kedelai dan rhizobium. Jenis dan dosis bantuan sarana produksi disesuaikan 19

dengan rekomendasi setempat (spesifik lokasi). Untuk areal pasang surut di luar pulau Jawa, diberikan juga sarana produksi berupa bahan organik atau kapur pertanian. Sedangkan untuk penerapan teknologi BJA sarana produksi yang diberikan berupa benih kedelai, pupuk an organik bersubsidi meliputi NPK, SP-36, Urea, KCL, Rhizobium, Pestisida organik/an-organik, herbisida dan kapur pertanian. Pengadaan/pembelian pupuk an organik harus pupuk bersubsidi yang disediakan oleh Pemerintah. Dana yang akan diberikan kepada kelompoktani pelaksana intensifikasi kedelai maksimal senilai Rp. 1.000.000,00 per hektar, khusus untuk wilayah Indonesia Timur (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat) maksimal senilai Rp. 1.660.000,00 per hektar dan untuk pelaksana penerapan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) akan di berikan dana maksimal senilai Rp. 4.472.500,00 per hektar, selain sarana produksi tersebut diberikan juga sarana pendukung pembuatan saluran BJA senilai Rp 2.000.000,- /ha. Dana untuk pengadaan sarana pendukung penerapan teknologi BJA dan penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani, adapun dananya akan diberikan oleh bendahara satuan kerja dinas setempat kepada kelompoktani secara tunai. Sarana produksi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masing masing daerah berdasarkan rekomendasi teknis setempat (spesifik lokasi). Benih kedelai yang akan ditanam pada kegiatan intensifikasi harus bersertifikat, apabila tidak tersedia benih bersetifikat, dapat menggunakan benih unggul bermutu, namun 20

pembelian benih unggul tersebut menggunakan dana swadaya petani. Dana benih yang tidak terpakai dapat digunakan untuk sarana produksi lain kecuali pupuk an organik. 2. Ekstensifikasi melalui Perluasan Areal Tanam dengan cara Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) Kegiatan ekstensifikasi dilaksanakan dengan cara melakukan Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT- PIP) kedelai yang diarahkan untuk menambah luas tanam kedelai sehingga terjadi peningkatan luas tanam, luas panen dan produksi. Kegiatan PAT-PIP dilaksanakan pada lahan sawah maupun lahan kering dengan memanfaatkan lahan terlantar (bera), lahan bukaan baru, kerjasama pemanfaatan lahan perhutani, hutan tanaman rakyat, perkebunan, lahan transmigrasi dan lahan potensial lainnya dengan sistem monokultur maupun tumpangsari. Khusus untuk usahatani kedelai dengan sistem tumpangsari yang dilaksanakan di lahan Perhutani, Inhutani, PTPN ataupun Perkebunan, perlu diperhatikan cara perhitungan realisasi tanam pelaksanaan program pengembangan kedelai, karena terdapat 2 atau 3 tanaman dalam satu-satuan lahan. Kegiatan ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) kedelai tahun 2016, direncanakan seluas 384.000 di 28 Provinsi pada 218 21

Kabupaten/Kota. Luas 1 unit untuk PAT-PIP kedelai minimal 5 Ha. Untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan PAT-PIP, Pemerintah memberikan bantuan kepada kelompok tani, berupa sarana produksi meliputi benih kedelai bersertifikat, rhizobium dan bahan organik atau kapur pertanian sesuai spesifik lokasi. Dalam upaya memenuhi penyediaan benih kedelai bersertifikat dimasing-masing wilayah, agar dalam lokasi PAT-PIP sebagian pertanamannya dapat diarahkan untuk memproduksi benih sumber, untuk pertanaman berikutnya. Dana yang akan diberikan kepada kelompoktani pelaksana PAT- PIP kedelai maksimal senilai Rp. 1.550.000,00 per hektar dan khusus untuk wilayah Indonesia Timur (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat) maksimal senilai Rp. 1.840.000,00 per hektar. Komponen sarana produksi disesuaikan dengan kebutuhan masing masing daerah sesuai rekomendasi teknis setempat (spesifik lokasi). Benih kedelai yang akan ditanam pada kegiatan ekstensifikasi harus bersertifikat dan apabila tidak tersedia benih bersetifikat, dapat menggunakan benih unggul bermutu, namun pembelian benih unggul tersebut menggunakan dana swadaya petani. Dana benih yang tidak terpakai dapat digunakan untuk sarana produksi lain kecuali pupuk an organik. 22

3. Pembinaan Peningkatan Produktivitas Areal Tanam Kedelai Swadaya Hamparan lahan yang biasa ditanami kedelai saat ini (eksisting) yang tidak mendapat bantuan intensifikasi diharapkan dapat dikelola secara swadaya dengan di dukung pengawalan dan pendampingan oleh petugas lapangan (PPL/POPT/Petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota). Areal tanam pengembangan kedelai secara swadaya seluas 300.000 hektar, direncanakan dilakukan pengawalan dan pendampingan. Dukungan Pemerintah yang dapat diakses oleh petani berupa benih dan saprodi lainnya, pembiayaan kredit dan sumber permodalan lainnya. 4. Gerakan Tanam/Panen Kedelai Bersama TNI-AD di Provinsi Untuk mendukung percepatan peningkatan produksi kedelai dalam rangka pencapaian swasembada kedelai, pada tahun 2016 dilakukan kerjasama dengan TNI-AD yang merupakan lanjutan program TNI AD Membangun Ketahanan Pangan (TMKP) pada tahun 2014 dan 2015. Pelaksanaan kerjasama meliputi pendampingan, gerakan tanam dan panen pada kegiatan intensifikasi melalui penerapan teknologi PTT dan BJA serta kegiatan ekstensifikasi melalui PAT- PIP dan kegiatan pada pertanaman swadaya petani. 23

5. Pendampingan Peningkatan Produksi Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Untuk mendukung percepatan peningkatan produksi kedelai dalam rangka pencapaian swasembada kedelai, pada tahun 2016 dilaksanakan pendampingan pada seluruh Provinsi lokasi intensifikasi dan ekstensifikasi PAT-PIP oleh perguruan tinggi setempat. Dalam melaksanakan pendampingan dengan perguruan tinggi, Dinas Pertanian Provinsi bekerjasama dengan tenaga dosen dan mahasiswa yang ditunjuk oleh perguruan tinggi tersebut. 6. Bantuan Teknologi Penyimpanan Kedelai (Plastik Hermetik) Salah satu permasalahan peningkatan produksi kedelai nasional adalah keterbatasan ketersediaan benih kedelai bermutu tepat waktu di tingkat lapangan. Penyimpanan benih kedelai di daerah tropis lembab seperti di Indonesia dihadapkan pada masalah daya simpan yang rendah. Benih kedelai cepat mengalami kemunduran daya tumbuh di dalam penyimpanan disebabkan kandungan lemak dan proteinnya relatif lebih tinggi sehingga perlu ditangani secara serius sebelum disimpan karena kadar air benih akan meningkat jika suhu dan kelembaban ruang simpan cukup tinggi. 24

Untuk mencegah peningkatan kadar air selama penyimpanan benih, diperlukan kemasan yang kedap udara dan uap air. Jenis kemasan yang sudah umum digunakan untuk benih kedelai adalah kemasan plastik Polyetheline (PE) dan High Density Polyethylene (HDPE), jenis yang terbaru adalah kemasan plastik khusus kedap udara/teknik hermetik yang telah dimanfaatkan oleh IRRI (International Rice Reseach Institute). Bantuan kemasan plastik hermetik sesuai spesifikasi pada lampiran 3, diberikan dalam bentuk barang kepada: a. Kelompok tani yang melaksanakan penangkaran benih kedelai pada kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi PAT-PIP, maupun swadaya sesuai dengan kemampuan produksi. b. Kelompok tani yang melaksanakan penangkaran benih kedelai pada Kegiatan Budidaya Jenuh Air (BJA) c. Instansi Pemerintah penghasil benih kedelai seperti Balai Benih, BPSB dan BPTP diberikan sesuai kapasitas produksi yang dihasilkan. d. Produsen benih yang bekerjasama dengan kelompoktani penangkar/memiliki petani penangkar binaan dan sanggup mendukung program Pemerintah dalam penyediaan benih unggul kedelai. 7. Penyiapan Kebijakan dan Regulasi, Penyusunan Pedoman, Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis, Sosialisasi, Pengelolaan Data dan Informasi. 25

Kegiatan penyiapan kebijakan yang mendorong peningkatan produksi kedelai, dilaksanakan melalui : a. Pertemuan dan koordinasi dengan instansi terkait; Sosialisasi perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan, serta Pengelolaan Data dan Informasi dilakukan secara berjenjang oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan tingkat lapangan. b. Penyusunan Pedoman Umum ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian, selaku Pengguna Anggaran (PA) c. Petunjuk Teknis ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku penanggung jawab Program, d. Petunjuk Teknis ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) ditingkat Pusat, Dinas Pertanian Provinsi, maupun Dinas Pertanian yang membidangi Tanaman Pangan di tingkat Kabupaten/Kota. 8. Sarana Penunjang Kelancaran Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pengadaan sarana penunjang kelancaran tugas kantor berupa peralatan, bahan maupun honor yang dialokasikan di pusat maupun di daerah, agar dilaksanakan secara efisien, efektif dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. 26

C. KETERPADUAN PELAKSANAAN PENCAPAIAN PRODUKSI KEDELAI 2016 Untuk mencapai sasaran produksi kedelai tahun 2016 perlu dilaksanakan program dan kegiatan secara terpadu melibatkan Instansi terkait, meliputi : 1. Perbenihan Penyediaan benih berkoordinasi dengan Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, Balitkabi, BPSB, BBI, BUMN, BUMD dan Penangkar benih. Benih yang digunakan untuk pelaksanaan program (Intensifikasi, Ekstensifikasi PAT-PIP dan swadaya) dapat menggunakan benih kelas sampai BR4. Apabila di lokasi pelaksana program tidak tersedia benih bersertifikat, maka diperkenankan menggunakan benih unggul swadaya petani hasil JABAL menggunakan dana swadaya petani. Ketentuan ini dapat dilakukan dengan persetujuan Kepala Dinas Pertanian Provinsi atas usulan Kepala Dinas Kabupaten/ Kota. Untuk kegiatan pengelolaan pengembangan kedelai secara swadaya Pemerintah telah menyediakan benih bersubsidi. Dana benih yang tidak terpakai dapat digunakan untuk sarana produksi lain kecuali pupuk an organik. 2. Infrastruktur, Prasarana dan Sarana Pertanian Dukungan infrastruktur, prasarana dan sarana pertanian, berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dalam 27

pengalokasian pupuk bersubsidi dan bantuan alat mesin pertanian berupa traktor, pompa air dan sprayer serta bantuan peralatan pasca panen, dengan Direktorat PPHTP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, serta Instansi terkait lainnya. 3. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk mendukung peningkatan SDM pertanian, berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) Provinsi dan Kabupaten serta Instansi terkait lainnya dalam: a). pengawalan dan pendampingan kegiatan pengelolaan produksi kedelai, b). peningkatan kompetensi melalui pelatihan aparatur dan non aparatur pertanian serta c). pemberian materi bagi penyuluh pertanian yang dimaksudkan sebagai bahan dan alat bantu penyuluhan dalam rangka pelaksanaan penyuluhan pertanian. 4. Pembiayaan Dalam mendukung kegiatan pengembangan kedelai secara swadaya Pemerintah telah menyediakan pembiayaan dalam bentuk skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembiayaan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian serta Instansi terkait lainnya. Selain itu perlu juga kerjasama dengan Swasta/Investor/sumber lainnya dalam bantuan modal. 28

5. Teknologi Dalam penerapan teknologi (penggunaan varietas unggul, inovasi teknologi budidaya, sosialisasi penggunaan kalender tanam terpadu) di lapangan berkoordinasi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat dan Instansi terkait lainnya. 6. Industri Hilir Guna mendukung mutu hasil dan fasilitasi pengolahan kedelai diperlukan pelatihan dan pendampingan pengelolaan pasca panen, berkoordinasi dengan Direktorat PPHTP, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan instansi terkait lainnya 7. Regulasi Pendukung Regulasi sistem perbenihan kedelai tanaman pangan, berkoordinasi dengan Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Regulasi tata niaga kedelai meliputi harga, jaminan pasar dan tarif bea masuk berkoordinasi dengan Kementerian Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, BULOG, Gakoptindo, Kopti dan pemangku kepentingan lainnya. 29

D. SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KELUARAN (OUTPUT) KEGIATAN Sasaran strategis kinerja kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi khususnya untuk komoditi kedelai adalah mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan intensifikasi kedelai dengan penerapaan teknologi PTT dan BJA dengan Indikator kinerja kegiatan (output) seluas 316.000 hektar dan kegiatan ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam Kedelai melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) seluas 384.000 hektar. Sasaran Strategis, Indikator Keluaran (Output) Kegiatan dan Target Kegiatan Pengelolaan Produksi kedelai TA. 2016, seperti Tabel 3 berikut: Tabel 3 : Sasaran Strategis, Indikator Kinerja (Output) Kegiatan dan Target Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai TA. 2016 30

E. PENILAIAN RISIKO INDIKATOR KINERJA KEBERHASILAN Penilaian risiko indikator keberhasilan kinerja, diprioritaskan pada kegiatan intensifikasi melalui penerapan teknologi PTT dan BJA serta kegiatan ekstensifikasi PAT-PIP. Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan produksi kedelai adalah realisasi serapan anggaran, realisasi tanam, panen, produktivitas dan produksi. Penilaian dilakukan secara berjenjang dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jika tolok ukur keberhasilan tidak berjalan sesuai dengan sasaran, maka kinerja Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Provinsi dan Kabupaten/Kota pelaksana kegiatan dianggap kurang berhasil. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dilakukan langkahlangkah pencegahan. Beberapa faktor risiko yang kemungkinan berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan seperti Tabel 4 berikut : 31

Tabel 4 : Faktor Risiko yang Kemungkinan Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan No Uraian Risiko Kegiatan 1 Intensifikasi melalui penerapan teknologi PTT dan BJA Kedelai a. Ketepatan Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis b. Ketepatan penetapan kelompoktani penerima Bantuan Pemerintah c. Ketepatan penyediaan benih dan saprodi lainnya d. Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis e. Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggran f. Ketepatan penetapan SKPD g. Iklim yang mendukung h. Serangan OPT yang eksplosif 2 Ekstensifikasi melalui PAT- PIP Kedelai a. Ketepatan Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis b. Ketepatan penetapan kelompoktani penerima Bantuan Pemerintah c. Ketersediaan benih dan saprodi lainnya d. Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis 32

2 Ekstensifikasi melalui PAT- PIP Kedelai 3 Pembinaan, pengawalan dan Pendampingan Monev 4 Penyusun Kebijakan, Pedoman, Juknis, Sosialisasi, Data dan Informasi 5 Sarana dan Prasarana penunjang e. Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran f. Ketepatan penetapan SKPD g. Iklim yang mendukung h. Serangan OPT yang eksplosif a. Ketersediaan anggaran b. Kontinuitas dan ketepatan sosialisasi dan pelaksanaan c. Ketersediaan data yang akurat d. Ketersediaan SDM e. Koordinasi antar instansi terkait a. Komitmen seluruh stakeholder dalam mengeluarkan kebijakan b. Ketersediaan SDM yang handal dalam penyajian data dan informasi c. Ketersediaan sarana teknologi data dan informasi d. Ketersediaan anggaran e. Kemudahan akses terhadap data a. Ketepatan pelaksanaan pengadaan b. Ketersediaan SDM c. Efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan d. Ketersediaan suku cadang alsintan 33

F. JADWAL TENTATIF PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN Dalam upaya pencapaian sasaran pelaksanaan program dan kegiatan secara tepat waktu, maka pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan produksi tanaman kedelai agar dilakukan minimal sesuai dengan jadwal seperti berikut: Tabel 5 : Jadwal Tentatif Pelaksanaan Program Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2016 dengan Penyaluran Bantuan Pemerintah Bentuk Uang Keterangan : Pelaksanaan pertanaman diupayakan sampai akhir September 2016, kecuali lokasi yang tidak sesuainya jadwal pertanamannya dapat dilakukan sampai dengan akhir Desember 2016. 34

Tabel 6 : Jadwal Tentatif Pelaksanaan Program Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2016 dengan Penyaluran Bantuan Pemerintah Bentuk Barang 35

36

BAB IV PENGELOLAAN BANTUAN PEMERINTAH PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2016 A. GAMBARAN UMUM, TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN 1. Gambaran Umum Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran produksi kedelai tahun 2016, telah dialokasikan anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016. Pemanfaatan APBN salah satunya digunakan untuk pelaksanaan kegiatan intensifikasi melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai, serta kegiatan ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) Kelompok tani/gapoktan pelaksana kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi kedelai, mendapat Bantuan Pemerintah berupa sarana produksi benih, rhizobium, bahan organik atau kapur pertanian dan sarana produksi lainnya. Agar Bantuan Pemerintah dapat dilaksanakan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab 37

dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, perlu disusun petunjuk teknis sebagai acuan bagi pelaksanaan program pengelolaan produksi kedelai tahun 2016 dan sebagai dasar Penyusunan Petunjuk Teknis disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) masing-masing Satuan Kerja (Satker) ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Tujuan Pemberian Bantuan Pemerintah a. Tujuan Umum Mendukung peningkatan produksi kedelai nasional, dalam rangka mencapai target program percepatan peningkatan produksi kedelai tahun 2016. b. Tujuan Khusus 1) Menyediakan sarana produksi budidaya kedelai spesifikasi lokasi berupa benih, rhizobium, kapur pertanian atau bahan organik untuk PTT dan PAT-PIP dan untuk pilot proyek BJA termasuk bantuan pupuk dan pestisida secara gratis bagi kelompok tani/gapoktan, dan masyarakat/ lembaga lainnya. 2) Meningkatkan minat dan motivasi petani berusahatani tanaman kedelai 3) Meringankan beban biaya usaha tani kedelai bagi kelompok tani/gapoktan peserta program. 4) Mendorong petani menerapkan teknologi budidaya kedelai sesuai rekomendasi, untuk mencapai tingkat 38

produktivitas tinggi. 5) Memperluas areal tanam kedelai untuk meningkatkan luas panen dan produksi 6) Mempercepat peningkatan produksi kedelai untuk mencapai swasembada. 7) Menambah lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. 3. Sasaran Pemberian Bantuan Pemerintah dan Indikator Keberhasilan a. Sasaran 1) Kelompok tani/ Gapoktan Tanaman Pangan atau; 2) Lembaga Masyarakat di Sekitar Hutan (LMDH) yang melakukan budidaya Tanaman Pangan atau; 3) Kelompok tani/gapoktan Perkebunan yang melakukan Budidaya Tanaman Pangan atau; 4) Lembaga masyarakat lainnya yang menggarap lahan tidur/lahan bera/lahan lainnya untuk budidaya kedelai. b. Indikator Keberhasilan Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan Bantuan Pemerintah kegiatan pengelolaan produksi kedelai, maka perlu ditetapkan indikator keberhasilan sebagai alat untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program pengelolaan peningkatan produksi kedelai. Indikator 39

keberhasilan pengelolaan produksi kedelai mencakup indikator output, outcome dan impact. Indikator keberhasilan pemberian Bantuan Pemerintah program pengelolaan produksi kedelai : 1) Indikator Output Tersalurnya Bantuan Pemerintah bentuk sarana prasarana berupa paket benih, rhizobium dan bahan organik atau kapur pertanian, untuk kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) kedelai tahun 2016 kepada kelompok tani/gapoktan. 2) Indikator outcome Meningkatnya produktivitas Meningkatnya areal tanam kedelai 3) Indikator Impact Meningkatnya produksi kedelai B. PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No 168/ PMK.05/ 2015 Bab IV, Pasal 6, ayat (2) bahwa Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyusun Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah, berdasarkan Pedoman Umum. Sehubungan perihal tersebut, setiap Satker yang mendapat alokasi anggaran program pengelolaan produksi kedelai 2016, perlu menyusun Petunjuk Teknis dan mengacu pada Petunjuk Teknis ini. 40

Petunjuk Teknis disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) masingmasing Satker, paling sedikit memuat: 1. Dasar hukum pemberian Bantuan Pemerintah 2. Tujuan Penggunaan Bantuan Pemerintah 3. Pemberi Bantuan Pemerintah 4. Persyaratan Penerima Bantuan Pemerintah 5. Bentuk Bantuan Pemerintah 6. Alokasi Anggaran dan rincian jumlah Bantuan Pemerintah 7. Penyaluran dan Bantuan Pemerintah 8. Pertanggung Jawaban Bantuan Pemerintah 9. Ketentuan Perpajakan dan 10. Sanksi. Dalam menyusun Bab Bentuk Bantuan Pemerintah, agar penetapan rincian paket bantuan, yang meliputi jenis, volume, harga, bantuan sarana produksi per hektar, disesuaikan dengan kebutuhan dan rekomendasi, serta harga yang berlaku di masing-masing daerah sesuai spesifik lokasi. C. RUANG LINGKUP PEMBERIAN BANTUAN PEMERINTAH PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 1. Definisi a. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah/nonpemerintah 41

b. Bantuan Pemerintah Program pengelolaan Produksi kedelai adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada Kelompok tani/gabungan Kelompok tani (Gapoktan), dan kelompok masyarakat/ lembaga lainnya. c. Bentuk Bantuan Pemerintah meliputi Pemberian penghargaan; Beasiswa; Tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya; Bantuan Operasional; bantuan sarana prasarana; bantuan rehabilitasi/ pembangunan gedung/ bangunan; dan bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh pengguna Anggaran (PA) d. Bantuan Pemerintah Bentuk Bantuan Sarana Prasarana diberikan kepada kelompok masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga pendidikan, Lembaga keagamaan, dan lembaga kesehatan e. Bentuk Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan Produksi Kedelai adalah bantuan Sarana/Prasarana f. Bantuan Sarana/Prasarana Program Pengelolaan produksi kedelai adalah bantuan berupa paket sarana produksi meliputi benih kedelai, rhizobium, bahan organik atau kapur pertanian spesifikasi lokasi, yang diberikan kepada kelompok tani/gapoktan, dalam rangka pelaksanaan kegiatan intensifikasi dan ektensifikasi kedelai, untuk mendukung percepatan pencapaian sasaran produksi kedelai. 42

g. Kelompok tani adalah kumpulan Petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota. h. Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. i. Usaha tani adalah usaha dibidang pertanian, peternakan dan perkebunan. j. Pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan) adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat k. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. l. Kelompok tani/gapoktan dalam Program Pengelolaan Produksi Kedelai meliputi kelompok tani/gabungan kelompok tani yang berusaha tani pada lahan tanaman pangan dan 43