BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya kebudayaan bagi negara, maka haruslah dilakukan upayaupaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari tanda,

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

Semiotika, Tanda dan Makna

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi/data yang ingin kita teliti. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan,

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. cincin. Terlebih pada tahun 2015 ini, batu akik semakin digemari oleh masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi.

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB III METODE PENELITIAN

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh leluhur secara turuntemurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan kepada orang-orang yang melakukan komunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat (2004:5-8) menyatakan bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga. berpola dari manusia dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan inti dari masyarakat yang mencerminkan identitas yang harus dipertahankan oleh suatu bangsa. Budaya terdapat dalam suatu negara menjadikan kehidupan masyarakat pemiliknya lebih teratur dan berprinsip kuat. Mengingat pentingnya kebudayaan bagi negara, maka haruslah dilakukan upayaupaya untuk melestarikannya, karena kebudayaan di Indonesia tidak luntur dan terkikis oleh zaman yang semakin modern. Potensi kearifan budaya dapat dilestarikan dengan mengangkat serta menjaga keberlangsungan eksistensi budaya tersebut, termasuk menjaga, kearifan terhadap kebudayaan, karena pada kenyataannya saat ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat dalam artian, mulai tergerus oleh era globalisasi dan tergantikan dengan adanya budaya baru. Kebudayaan dapat berkembang dan mempunyai tingkatan-tingkatan dari yang terendah hingga yang tertinggi. Kebudayaan yang berkembang di tengah masyarakat biasanya terjadi secara turun temurun dan dari mulut ke mulut. Kebudayaan merupakan suatu gerak, dinamika dan suatu perkembangan yang terus-menerus pada sejarah kehidupan manusia di dunia, oleh karena suatu kebudayaan akan terus ada dan berkembang selama manusia itu ada. Perkembangan kebudayaan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor ekternal, faktor internal dipengaruhi oleh keadaan masyarakat, misalkan adanya perpindahan penduduk dan adanya regenerasi sedangkan faktor eksternal 1

2 dapat dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari kebudayaan luar (asing) yang masuk (Danandjaja, 2006: 58). Menurut Konsep B. Malinownki (dalam, Soelaeman 1988: 22) Kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal yaitu (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) sistem mata pencaharian, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) religi, dan (7) kesenian (Soelaeman, 1988: 22), ke tujuh unsur tersebut saling berkesinambungan serta berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat dan membentuk kebudayaan masyarakat yang utuh. Kebudayaan adalah seluruh total dari pikiran karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, oleh karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. Konsep itu adalah sama luas karena meliputi hampir seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Halhal yang tidak termasuk kebudayaan hanyalah beberapa reflek yang berdasarkan naluri. Unsur-unsur terbesar yang terjadi karena pecahan tahap pertama disebut unsur-unsur kebudayaan universal, dan merupakan unsur-unsur yang pasti bisa ditemukan di semua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat perdesaan yang kecil terpencil maupun dalam masyarakat kota yang besar dan komplek. Unsur-unsur universal tersebut merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia. Unsur tersebut mencangkup: (1) sistem religi dan upacara keagamaan, (2) sistem dan organisasi kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan, (4) sahasa, (5) sesenian, (6) sistem mata pencaharian hidup, dan (7) sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur universal tersebut masing-masing dapat dipecah lagi ke dalam unsur-unsurnya (Koentiaraningrat, 1984: 2).

3 Dari ketujuh unsur budaya tersebut. Unsur religi dan upacara keagamaan cenderung lebih bersifat spesifik karena berada dalam dimensi individual atau personal. Adanya keyakinan tentang kehidupan setelah kehidupan dunia atau kematian. Koentjaraningrat, (1988: 58) menjelaskan bahwa religi dan upacara religi merupakan suatu unsur dalam kehidupan masyarakat suku-suku manusia di dunia yang telah banyak menarik perhatian pengarang etnografi dan merupakan suatu topik yang paling banyak dideskripsi dalam kepustakaan etnografi. Serupa dengan itu, banyak teori lain tentang azas dan asal-usul mula religi yang telah dikembangkan oleh berbagai ahli lain, sebenarnya dapat juga golongkan ke dalam sedikit dua golongan, tetapi menurut pendirian saya, kedalam tiga golongan. Ketiga golongan teori itu adalah: (1) Teori-teori yang dalam pendekatannya berorientasi kepada keyakinan religi, (2) Teri-teori yang dalam pendekatannya berorientasi kepada sikap manusia terhadap alam gaib atau hal yang gaib, dan (3) Teori-teori yang dalam pendekatannya berorientasi kepada upacara religi. Kematian adalah keyakinan Illahi sekaligus menjadi sumber keberadaan dan kehidupan fisik manusia yang telah usai. Kematian berasal dari karunia Tuhan dan terletak dalam salah satu bagian inti ajaran agama Islam. Agama Islam merupakan sebuah kunci yang diberikan kepada manusia, agar dapat menguak rahasia di balik kematiannya sendiri, karena manusia berada di antara dua dunia kesunyian yang dalam hal tertentu berarti ganda (Ambigu) dan tidak diketahuinya. Pertama adalah masa sebelum lahir, dan yang kedua adalah masa setelah kematian. Kehidupan manusia berada di antara keduanya yang antara sekejap

4 seperti tangisan sesaat yang secara tiba-tiba memecahkan kesunyian abadi sekadar untuk bersatu (Danandjaja, 2006: 58). Kematian lazimnya merupakan hal yang tidak biasa di beberapa tempat, banyak unsur-unsur yang dianggap mitos atau kepercayaan di dalamnya misalnya di Bali dengan tradisi ngaben yaitu upacara pembakaran mayat atau kremasi umat Hindu di Bali. Tradisi Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasa atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi), di Toraja dengan tradisi mengubur jenazah ditempatkan batang pohon besar. Demikian pula bagi masyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo, kematian dinilai sebagai hal yang penting atau krusial dan dikeramatkan. Banyak mitos tentang kematian, misalnya kalau ada orang meninggal, harus cepat dikubur, tidak harus menunggu keluarga berkumpul semua. Jika ada salah satu saudara meninggal harus membakar kemenyan di setiap rumah dan menjatuhkan genteng. Keluarga yang meninggal telinganya harus diolesi kapur. Pada saat perjalanan ke makam yang menggotong orang meninggal harus cepat-cepat sampai ke makam. Setelah penguburan selesai peziarah diharuskan mengepal tanah, lalu ditiup dan membaca do a lalu ditaburkan ke makam dan lain-lain. Perwujudan mitos atau kepercayaan terlihat-lihat pada pemakain simbol atau tanda semacam penggunaan angka atau jumlah tujuh, makanan atau bunga

5 tertentu yang kesemuanya dapat dijelaskan secara semiotik. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia. Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi antara yang ditandai signified dan yang menandai signifier. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda signifier dengan sebuah ide atau petanda signified (Danandjaja, 2006: 58). Penggunaan berbagai simbol yang berkaitan dengan budaya seperti tampak dalam mitos. Folklor berasal dari bahasa Inggris yaitu folklore, folklor perupakan penggabungan dari dua kata folk dan lore. Folk menurut Alan Dundes (dalam Danandjana, 2006: 1) diartikan sebagai sekelompok orang yang mempunyai ciriciri mengenal alam fisik, sosial, dan kedudayaan sehingga dapat dibedakan dengan kelompok-kelompok lainnya sedangkan lore merupakan tradisi folk yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai gerak dan isyarat atau alat pembantu mengingat. Folklor dibedakan menjadi dua yaitu folklor lisan dan folklor bukan lisan. Folklor lisan dapat berupa cerita rakyat, teta-teki, peribahasa, nyanyian rakyat, sedangkan folklor bukan lisan dapat berupa seni tari, arsitektur rakyat,

6 rumah adat dan lain-lainnya. Folklor lisan yang berupa cerita rakyat terbagi menjadi tiga yaitu legenda, mite, dan dongeng. Penelitian yang digunakan kajian semiotika telah ada sebelumnya, dengan judul penelitian tradisi karapan sapi sebagai indeks, ikon, dan simbol kebudayaan Madura (sebuah analisis semiotika) oleh Indah Karuniawati (UMM, 2009) penelitian tersebut membahas makna tradisi karapan sapi sebagai indeks, ikon, dan symbol dalam persepektif semiotika, sedangkan penelitian kali ini membahas sistem tanda verbal dan makna tanda verbal pada mitos atau kepercayaan tentang kematian yang berkembang di masyarakat Desa Jatadi Kabupaten Probolinggo. Selain itu ada juga penelitian yang menggunakan analisis semiotika dengan judul analisis semiotika iklan takitis di Koran Jawa Pos edisi mei 2010 oleh Zazilatul Rohma, (UMM, 2010). Penelitian tersebut membahas mengenai bentuk dan fungsi symbol-simbol dalam iklan taktis melalui analisis semiotika. Disamping pembahasan yang berbeda objek penelitiannya berbeda. Penelitian tersebut menggunakan bahasa dalam iklan sebagai objek penelitian. Sedangkan penelitian kali ini menggunakan berupa sejumlah informasi dari masyarakat yang berada di Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo dan penuturan masyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo sebagai objek penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul Analisis Semiotika Terhadap Mitos atau Kepercayaan Tentang Kematian Pada Masyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo karena hasil penelitian ini mengungkap budaya Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo, agar dapat dipahami oleh masyarakat di luar Probolinggo.

7 1.2 Fokus Penelitian Dalam semiotika yang ditekankan adalah penggunaan petanda dan penanda. Makna dari petanda dan penanda tersebut serta keterakaitan mitos dan petanda. Adapun yang melatarbelakangi peneliti untuk memilih tanda verbal dan non verbal dalam kajian semiotika karena bahasa merupakan sistem tanda, dan pada setiap tanda tersusun atas dua bagian yakni penanda (signifier) dan petanda (signified). Kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan bukan merupakan tanda, sebaliknya suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda. Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas ferdinand de Sausure (dalam, Sobur 2006: 46). Adapun permasalahan yang dingkat dalam penelitian ini meliputi. a) Sistem tanda nonverbal yang terdapat dalam mitos atau kepercayaan tentang kematian pada Masyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo, dan b) Makna tanda nonverbal dalam mitos atau kepercayaan tentang kematian pada Masyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo. 1.3 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang dan cakupan masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut ini. 1) Bagaimana sistem tanda nonverbal mitos atau kepercayaan tentang kematian yang berkembang dimasyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo?

8 2) Apakah makna tanda nonverbal pada mitos atau kepercayaan tentang kematian yang berkembang dimasyarakat Desa Jatiadi kabupaten Probolinggo? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1) untuk mendeskripsikan sistem tanda nonverbal pada mitos atau kepercayaan tentang kematian pada masyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo. 2) untuk mendeskripsikan makna tanda nonverbal pada mitos atau kepercayaan tentang kematian yang berkembang dimasyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo. 1.5 Manfaat Penelitian Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan pada pembaca tentang sistem tanda verbal pada mitos atau kepercayaan tentang kematian yang berkembang di masyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo. Secara Praktis dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang bahasa atau pun dalam bidang kebudayaan. Bagi pembaca dan penikmat kebudayaan. Penelitian mitos kematian dapat dijadikan bahan pertimbangan serta rujukan bagi pembaca terutama kajian Semiotika, kebudayaan di Indonesia khususnya sendiri bagi masnyarakat

9 Probolinggo. Bagi peneliti mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang akurat tentang mitos kematian khususnya dalam persektif Semiotika. Bagi peneliti selanjutnya kajian Semiotika dapat dijadikan acuan untuk mendasari penggalian lebih mendalam. Pengkajian tentang semiotika. 1.6 Penegasan Istilah 1. Semiotika ialah ilmu (teori) tentang lambang dan tanda (Hasan, 2005: 334). 2. Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benarbenar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya. 3. Kematian ialah terhentinya budi daya manusia pada alam pertama, yang nanti akan dilanjutkan kehidupannya pada alam kedua yaitu alam dunia akhirat (Soelaeman, 1988: 85). 4. Analisis semiotika merupakan upaya mendeskripsikan tanda, serta maknanya, khususnya yang berkaitan dengan peristiwa kematian yang diyakini (dimitoskan) oleh masyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo. 5. Sistem tanda verbal adalah tanda-tanda bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat bicara (Sobur, 2006: 122). 6. Sistem tanda nonverbal adalah komunikasi tanpa bahasa atau komunikasi tanpa kata, maka tanda nonverbal berarti tanda minus kata. Jadi secara sederhana tanda nonverbal dapat kita artikan semua tanda yang bukan katakata (Sobur, 2006: 122).

10 7. Desa Jatiadi Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo adalah suatu wilayah yang secara geografis terletak 12 km sebelah timur dari kota Probolinggo. Jumlah Desa se Kecamatan gending adalah 13 desa, 1 dari dari 13 desa. Probolinggo ada hubungannya dengan cerita kuno, yaitu jatuhnya sebuah benda bercahaya (meteor). Tempat jatuhnya benda tersebut oleh rajaraja dahulu dipilih sebagai tempat untuk mendapatkan perdamaian dan mengakhiri perselisihan. PROBO dalam bahasa Sansekerta berari sinar, sedang LINGGA berarti tanda, dalam hal ini tanda perdamaian. Dapat juga diartikan : asli atau sederhana (seperti perwujudan seluruh lambang yang sederhana) Wikipedia (2011).