LAPORAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN PETANI TEKNOLOGI PEMBUATAN PUPUK ORGANIK MENGGUNAKAN PROMI DI KABUPATEN PINRANG Matheus Sariubang, dkk PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Di Indonesia, jerami padi belum dinilai petani sebagai produk yang memiliki nilai ekonomis. Begiru juga di Sulawesi Selatan, petani membiarkan siapa saja untuk mengambil jerami padi di lahan sawahnya. Di beberapa tempat bahkan petani merasa senang bila sawahnya terbebas dari jerami. Pada sistem usahatani yang intensif, jerami sering dianggap sebagai sisa tanaman yang mengganggu pengolahan tanah dan penanaman padi. Oleh karena itu 75 80% petani membakar jerami ditempat, beberapa hari setelah padi di panen. Sebagian petani memotong dan menimbun jeraminya di pinggir petakan sawah, kemudian membakarnya. Tanpa disadari, tujuan membakar jerami ditempat adalah untuk mengembalikan hara dari jerami kedalam tanah, mematikan hama yang tertinggal pada jerami, mematikan pathogen penyakit dan memusnahkan gulma. Tetapi tujuan utama petani membakar jerami adalah menyingkirkan jerami dari petakan sawah dengan cara yang lebih praktis. Perhitungan untung rugi atas tindakan membakar jerami belum dipertimbangkan oleh petani. Tidak semua hama tanaman akan mati pada saat jerami dibakar karena hama dewasa dapat berpindah tempat. Tikus akan masuk ke liang dan beberapa jenis gulma, seperti rumput teki tidak mati pada saat jerami dibakar. Sebaliknya parasit dan predator yang berfungsi sebagai musuh alami hama dan penyakit justru mati pada saat jerami terbakar, sehingga berpengaruh negatif terhadap keseimbangan hayati. Demikian juga mikroba yang berguna dalam proses biologis, seperti perombak bahan organik, pengikat nitogen dan mikroba yang memiliki fungsi biologis lain akan ikut mati dan sukar tergantikan keberadaannya. Oleh karena itu sudah selayaknya jerami didaur ulang ditempat asalnya (in situ) sehingga terjadi sistem pertanian padi Nir limbah (Zero waste rice production 1
system). Manfaat jerami perlu digali dan dikembangkan menjadi barang berharga mengingat potensinya yang sangat besar dan tidak akan ada habisnya. 2. Tujuan Memberikan wawasan kepada petani yang terlibat pada kegiatan SL-PTT agar mengetahui manfaat jerami dan dapat mengolahnya menjadi produk bernilai ekonomi disamping itu menggunakan pada lahan usahataninya. I. PELAKSANAAN PELATIHAN Waktu dan Tempat Kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik dilaksanakan di lokasi Display padi Desa Mattongang Tongang, Kecamatan Mt. Sompe Kabupaten Pinrang pada bulan November tahun 2011 diikuti oleh 60 orang petani yang berasal dari Kelompok Tani Mappesabbi I, KT. Tansie, KT. Cenrana, KT. Mattongang Tongang, KT. Mappesabbi dan KT. Mattiro Walie, Petugas Penyuluh Lapangan dan Peneliti/Penyuluh BPTP Sul-Sel. Tahapan Kegiatan Adapun tahapan kegiatan pelaksanaan kegiatan meliputi : 1. Koordinasi Koordinasi bertujuan untuk menetapkan waktu, tempat, serta petani yang akan diundang 2. Persiapan Kegiatan persiapan meliputi : pembuatan spanduk pelatihan, pembuatan juknis/leaflet dan materi pendukung lainnya, penyiapan bahan-bahan pembuatan pupuk organik seperti jerami padi, promi, dan peralatan penunjang seperti sabit/parang, ember/bak, cetakan dari bambu, plastik penutup, sekop, cangkul. 3. Pelaksanaan pelatihan Pelatihan pembuatan pupuk organik diikuti oleh 60 orang petani (daftar hadir terlampir) yang berasal dari Kelompok Tani Mappesabbi I, KT. Tansie, KT. Cenrana, KT. Mattongang Tongang, KT. Mappesabbi dan KT. Mattiro Walie. 2
Kegiatan pelatihan diawali dengan pemberian materi singkat mengenai cara pembuatan pupuk organik yang dilaksanakan langsung dilokasi display padi Desa Mattongang Tongang, Kecamatan Mt. Sompe. Adapun tahapan pembuatan pupuk organik sebagai berikut : Siapkan air dalam ember/bak ± 300 liter untuk 1 m 3 bahan. Masukkan promi sebanyak 1 kg kedalam ember/bak, aduk hingga tercampur merata Siapkan cetakan bambu Masukkan jerami kedalam cetakan lapis demi lapis Siramkan promi pada setiap lapis secara merata Padatkan setiap lapisan jerami dengan jalan diinjak-injak Setelah cetakan penuh, buka cetakan bambu Tutup tumpukan jerami dengan plastik Kemudian ikat dengan tali Tumpukan jerami dibiarkan selama 2 4 minggu, dan tidak perlu dibolakbalik Pengamatan Hasil : Setelah masa inkubasi selama 2 (dua) minggu dilakukan pengamatan hingga kebagian dalam tumpukan. Buka plastik penutup dan amati tumpukan jerami tersebut. Kompos yang dihasilkan baik jika : terjadi penurunan tinggi tumpukan, jika dipegang terasa panas, tidak berbau menyengat, tidak kering dan jerami melunak. Adapun cirri kompos yang telah matang : berwarna coklat kehitam-hitaman, lunak dan mudah dihancurkan; suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan; tidak berbau menyengat, dan volume menyusut hingga kurang lebih setengahnya. 3
II. KESIMPULAN Kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik sangat penting dilakukan mengingat ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik semakin tinggi, akibatnya telah terjadi penurunan kualitas tanah yang berdampak pada penurunan produksi padi. 4
VISUALISASI KEGIATAN PELATIHAN PETANI PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DI KABUPATEN PINRANG Gambar 1. Memberi pemahaman teory sebelum melakukan praktek oleh Peneliti BPTP Gambar 2. Praktek pembuatan pupuk organik dari jerami padi menggunakan bioaktivator Promi 5