BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Fery Lusviana Widiany

PEMBERIAN DUKUNGAN GIZI PUDING TEPUNG TEMPE MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA PASIEN BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malnutrisi semakin diketahui sebagai faktor. prosnosis penting yang dapat mempengaruhi keluaran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Status gizi mempunyai efek penting terhadap kesehatan. Status gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

PENGARUH ASUPAN MAKANAN TERHADAP KEJADIAN MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi malnutrisi pada pasien di rumah sakit masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protein Energi Malnutrisi (PEM) sering dijumpai dibangsal-bangsal bedah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. sel tubuh normal mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian. Penyakit kanker saat ini sudah merupakan masalah kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

KONTRIBUSI PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

Status gizi pasien bedah mayor preoperasi berpengaruh terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pascaoperasi

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SKRINING GIZI DI RUMAH SAKIT. Dr. Susetyowati DCN,M.Kes Universitas Gadjah Mada 2014

asuhan gizi, penyelenggaraan makanan, kegiatan penelitian dan pengembangan gizi (Depkes, 2006). Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

Pengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALNUTRISI PASIEN DEWASA DI RUANG RAWAT INAP RUMAHSAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada usus yang diperantarai proses aktivasi imun yang patofisiologinya kompleks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan General Anesthesia (GA), Regional Anesthesia


BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia, yang kemudian disebut sebagai lansia adalah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makan di rumah sakit,

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pelayanan gizi yang bermutu terutama dalam menyediakan makanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

Pengaruh asupan energi dan protein terhadap perubahan status gizi pasien anak selama dirawat di rsup dr. kariadi semarang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih sering ditemui pada beberapa area. Insidensinya bervariasi dari 50% sampai


Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan malnutrisi masih banyak ditemukan pada pasien rawat inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah Sakit Pendidikan, yakni Perjan Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Perjan Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, dan Perjan Rumah Sakit M. Jamil Padang, ditemukan 2,89% pasien yang menurun status gizinya selama dirawat, berdasarkan hasil Subjective Global Assessment (SGA) dari 29 pasien yang diteliti. Angka ini lebih rendah dari hasil penelitian Gallagher (1996), yang menemukan sebanyak 40 55% pasien yang malnutrisi atau berisiko malnutrisi. Sedangkan menurut penelitian McWhirter et al. (1994), diketahui 40% pasien yang status gizinya kurang saat masuk rumah sakit dan pada saat keluar rumah sakit terjadi kehilangan berat badan sebesar 5,4% sehingga ditemukan sebanyak 26% pasien menderita malnutrisi ringan dan 37% lainnya menderita malnutrisi sedang. Pada penelitian Braunschweig et al. (2000), ditemukan sebanyak 54% pasien menderita malnutrisi pada saat masuk rumah sakit dan 31% menurun status gizinya (38% status gizi normal, 20% malnutrisi sedang, 33% malnutrisi berat). Penelitian Naber et al. (1997), dengan indikator SGA, menemukan sebanyak 45% pasien menderita malnutrisi saat masuk rumah sakit dan meningkat menjadi 51% saat keluar rumah sakit. Malnutrisi perlu diperhitungkan dalam pembedahan karena insidensnya cukup bermakna terjadi pada pasien bedah, misalnya di British 1

2 hospital mempunyai insidens 40% sedangkan Norwegian Institution 54% (Bruun et al., 1999). Malnutrisi pada periode perioperatif ditandai dengan penurunan berat badan, lambatnya penyembuhan luka, penurunan motilitas usus, edema, dehidrasi, ulkus dekubitus. Selain itu malnutrisi juga berakibat pada berkurangnya volume sirkulasi darah, konsentrasi protein serum, hemoglobin, dan elektrolit (Teitelbaum et al., 1998). Keadaan malnutrisi juga dapat meningkatkan risiko peningkatan terjadinya komplikasi, penurunan efektivitas dari pengobatan, pemanjangan masa perawatan, serta peningkatan angka kematian (Hidajat dkk, 2006). Hasil penelitian Dziban (2007), penilaian status gizi berdasarkan SGA 46,2% pasien mengalami malnutrisi pada saat masuk rumah sakit dan meningkat menjadi 56,6% pasien mengalami malnutrisi pada saat keluar dari rumah sakit. Pasien malnutrisi mengalami komplikasi pascabedah sebesar 23,6% sedangkan status gizi baik mengalami komplikasi pascabedah sebesar 2,8%. Penderita malnutrisi yang tidak mendapat dukungan nutrisi mengalami risiko komplikasi operasi sebesar 34,7% dan yang mendapat dukungan nutrisi mengalami komplikasi pascabedah sebesar 16,3%. Malnutrisi menimbulkan terjadinya komplikasi pascabedah yang semakin meningkat pada pasien bedah. Insidensi komplikasi pascabedah yang terkait dengan malnutrisi dapat diturunkan dengan memperketat penilaian status gizi pada saat masuk rumah sakit. Dukungan nutrisi yang adekuat dapat mengurangi insidensi komplikasi pascabedah. Penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo melaporkan bahwa 51,4% pasien bedah digestif mengalami gizi kurang dan 20% gizi buruk berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LLA). Berdasarkan Creatinin Height Index

3 (CHI), didapatkan 37% pasien bedah mayor membutuhkan dukungan gizi dan 28,5% pasca bedah mayor mengalami gizi kurang, penurunan berat badan, dan kadar albumin pascabedah (Susetyowati, 2010 cyt. Livianna, 2005). Hasil penelitian yang telah dilakukan di IRNA I Cendana 1 (A 2 ) dan Cendana 2 (B 2 ) RSUP Dr. Sardjito, terdapat 45,6% pasien mengalami penurunan status gizi pasca pembedahan. Perubahan ini terjadi karena proses biokimiawi dalam tubuh karena pada pascabedah terjadi aktivasi katekolamin dan glukagon yang memecah glikogen otot dan hati, juga lemak dan protein. Kondisi ini merugikan bila tidak diimbangi dengan diet yang baik (Widayanti dkk, 2006). Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh asupan zat gizi pasien, terutama asupan protein, vitamin A, vitamin C, vitamin E, zinc dan masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dukungan nutrisi yang dapat mempengaruhi risiko pascabedah. Terapi gizi untuk pasien malnutrisi biasanya diberikan dukungan gizi termasuk di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta, yang merupakan rumah sakit rujukan tertinggi untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah bagian selatan, serta merupakan rumah sakit pendidikan tipe A. Dukungan gizi dapat diberikan dengan pemberian tambahan sumber protein terhadap pasien bedah. Contoh sumber protein yang dapat diberikan sebagai makanan ekstra terhadap pasien bedah antara lain putih telur, susu, tempe, dan sumber protein lain. Zat gizi khusus lain yang banyak diperlukan dalam proses penyembuhan luka adalah arginin dan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid / BCAA), yang banyak terkandung

4 dalam tempe. Pemberian diet tempe untuk tikus percobaan dapat mencukupi kebutuhan asam amino arginin yang diperlukan pada proses penyembuhan luka (Ghozali, 2008). Penelitian ini akan menggunakan hasil olah tempe berupa tepung tempe, sebagai bahan dasar pembuatan produk untuk dukungan gizi pada pasien bedah. Tempe dalam bentuk tepung setelah dikeringkan dapat digunakan sebagai bahan makanan campuran (BMC) (Kholidah, 2011 cyt. Karyadi, 1985). Tepung tempe dapat diolah menjadi berbagai produk, antara lain puding, susu, kue, dan lain-lain, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya terima terhadap dukungan gizi yang diberikan, berupa produk olahan tepung tempe tersebut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian dukungan gizi, berupa pemberian produk olahan tepung tempe, terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pascabedah pada pasien bedah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dimana asupan gizi sangat diperlukan pada pasien pascabedah, maka timbul pertanyaan : Apakah pemberian dukungan gizi puding tepung tempe berpengaruh terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pascabedah pada pasien bedah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian dukungan gizi puding tepung tempe terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pascabedah pada pasien bedah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus Tujuan khususnya antara lain : a. Mengetahui pengaruh pemberian dukungan gizi produk olahan tepung tempe terhadap penyembuhan luka pada pasien bedah. b. Mengetahui pengaruh pemberian dukungan gizi produk olahan tepung tempe terhadap lama rawat inap pascabedah pada pasien bedah. D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis a. Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh dukungan gizi produk olahan tepung tempe terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pascabedah pada pasien bedah. b. Dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut mengenai dukungan gizi terhadap pasien bedah. 2. Praktis a. Bagi institusi rumah sakit 1) Memberi masukan kepada pihak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta mengenai pengaruh pemberian dukungan gizi berupa pemberian

6 puding tepung tempe terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pascabedah. 2) Dapat diaplikasikan kepada pasien bedah, khususnya dalam hal pemberian dukungan gizi. b. Bagi peneliti Dapat mengaplikasikan teori penatalaksanaan gizi pada penyakit bedah serta menambah wawasan mengenai pengaruh dukungan gizi terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pascabedah pada pasien bedah. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian dukungan gizi terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pascabedah pada pasien bedah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan masalah ini antara lain : 1. Susetyowati et al. (2010), yang berjudul Status Gizi Pasien Bedah Mayor Preoperasi Berpengaruh Terhadap Penyembuhan Luka dan Lama Rawat Inap Pascaoperasi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jenis penelitian ini observasional dengan rancangan studi kohort. Subjeknya adalah pasien bedah mayor preoperasi. Variabel bebasnya adalah status gizi preoperasi, sedangkan variabel terikatnya adalah penyembuhan luka dan lama rawat inap pascaoperasi. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh status gizi pasien bedah mayor preoperasi (berdasarkan indikator NRI) terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pascaoperasi. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada subjek penelitian dan

7 variabel terikat. Sedangkan perbedaannya adalah variabel bebas, jenis, dan rancangan penelitian, dimana pada penelitian yang akan dilakukan, variabel bebasnya adalah dukungan gizi, dan penelitian akan dilakukan dengan eksperimen. 2. Dziban (2007), yang berjudul Pengaruh Status Gizi dan Dukungan Nutrisi Terhadap Komplikasi Postoperatif pada Pasien Bedah Elektif di RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Jenis penelitian yang dipakai adalah observasional dengan menggunakan desain kohort prospektif. Subjek penelitian adalah semua pasien bedah dewasa yang menjalani operasi di RS Dr. Sardjito yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel bebas penelitian ini adalah umur, status gizi, dukungan nutrisi, kategori operasi, jenis operasi, lama operasi, sedangkan variabel terikatnya adalah komplikasi postoperatif. Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara penderita yang mendapat dukungan nutrisi dan yang tidak mendapat dukungan nutrisi terhadap komplikasi postoperasi pada penderita yang menjalani operasi terkontaminasi p=0,022 (p<0,05) dan operasi besar p=0,016 (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara penderita yang mendapat dukungan nutrisi dan yang tidak mendapat dukungan nutrisi terhadap komplikasi postoperasi pada usia dibawah dan diatas 65 tahun (p=0,21 dan p=0,061), jenis operasi sedang (p=1,000), kategori operasi bersih (p=1,000) dan lama operasi kurang dari 2 jam dan lebih dari 2 jam (p=0,272 dan p=0,170). Persamaan dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian dan salah satu variabel bebasnya. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat dan jenis

8 dan rancangan penelitian, dimana variabel terikat pada penelitian yang akan dilakukan adalah penyembuhan luka dan lama rawat inap pascabedah, dan penelitian dilakukan dengan eksperimen. Kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental, dengan variabel bebasnya adalah pemberian dukungan gizi, yang masih jarang diteliti.