POLA STATUS KESEHATAN GIGI DAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI INDONESIA PADATAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang berkaitan dengan bagian tubuh yang lain. Dampak sosial

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

Need And Demand For Dental Treatment, Riskesdas Ch. M. Kristanti*, Dwi Hapsari*

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

PENILAIAN INDEKS DMF-T ANAK USIA 12 TAHUN OLEH DOKTER GIGI DAN BUKAN DOKTER GIGI DI KABUPATEN KETAPANG PROPINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

NILAI KARIES GIGI USIA 15 TAHUN DENGAN PEMERIKSA DOKTER GIGI DAN NON DOKTER GIGI DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

Pemeriksaan Karies Gigi pada Beberapa Kelompok Usia oleh Petugas dengan Latar Belakang Berbeda di Provinsi Kalimantan Barat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Malik, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.36 tahun 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STATUS KEPARAHAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR DI DAERAH TERTINGGAL DAN DAERAH PERKOTAAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

ARTIKEL PERSENTASE PENGGUNA PROTESA DI INDONESIA. Magdarina Destri Agtini* PERCENTAGE OF THE ARTIFICIAL DENTURE USAGE IN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. gigi penting dilakukan (Depkes RI, 1999). Hasil laporan morbiditas 2001,

GAMBARAN PERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA BULAN KESEHATAN GIGI NASIONAL PERIODE TAHUN 2012 DAN 2013 DI RSGMP UNSRAT

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

STATUS KARIES PADA GIGI BERJEJAL DI SD NEGERI 12 TUMINTING

Makassar Dent J 2016; 5(1): 1-5 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

PROFIL KESEHATAN GIGI PENDUDUK USIA 12 TAHUN KE ATAS DI INDONESIA TAHUN 2007

Gambaran Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Pengidap HIV/AIDS di Yayasan Batamang Plus Bitung

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

e-issn Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

HUBUNGAN PERILAKU ORAL HYGIENE, SOSIAL EKONOMI, BUDAYA MEROKOK, AKSES PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP BESARAN INDEKS DMFT

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. salah satu aspek dalam status kesehatan umum dan kesejahteraan hidup.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa jenis antara lain; tunanetra, tunarungu/tunawicara, tunagrahita,

Gambaran tindakan perawatan gigi anak di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

HUBUNGAN STATUS DAN KONSUMSI GIZI SEBAGAI COMSUMTIVE BEHAVIOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP BESARAN INDEKS DMFT

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

GAMBARAN STATUS KARIES DAN POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MAHASISWA ASAL TERNATE DI MANADO

Irna Sufiawati, Tenny Setiani Dewi, Dudi Aripin Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Sekeloa Selatan 1, Bandung

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN

Gambaran status karies dan status gizi pada murid TK Kartika XX-16 Manado

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

Transkripsi:

ARTIKEL POLA STATUS KESEHATAN GIGI DAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI INDONESIA PADATAHUN 1990-2007 Magdarina Destri Agtini * Abstract Oral and dental disease is still a major public health problem in high income countries and the burden of the dental disease is growing in many low -and middle income countries. In most developing countries the levels of caries experiences is low until recent years but prevalence rate of dental caries is now tending to increase. Worldwide, the prevalence of dental caries among adults is high as the disease affects nearly 100% of the population in the majority of countries. In Indonesia dental caries is still the foremost problem in oral and dental diseases, Prevalence of dental caries is around 85%-99%. The DMF-T is varied, reflects geographic and ages variations. In the last decades DMF-T was increased from 0,70 DMF-T in 1970 to 2,30 DMF-T in 1980, and 2,70 DMF-T in 1990. The national-wide studies of dental caries in community are relatively rare. The objectives of this paper are to review the dental disease burden globally and describes prevalence of caries experience, DMF-T, Required Treatment Index/RTI and Performance Treatment Index/PTI from oral and dental health surveys in 1990-2007. In decade's 2000 the intencity and prevalence of caries experiences are decreasing, then it is almost the same. In period 1990-2007 show DMF-T increasing inline with ages rises, on the other hand RTI decreasing inline with ages rises Performance Treatment Index/PTI rate is very small. To reach target of WHO Oral and Dental Health Goals 2010, five levels of care those are promotion, protection, early detection, curative and rehabilitation should be done all together and integrated. Keywords: Caries experience, DMF-T, Required Treatment Index I RTI, Performance Treatment Index IPTI Pendahuluan y TT TTorld Health Organization (WHO) m/m/ melaporkan bahwa penyakit gigi W Mr dan mulut seperti penyakit karies, periodontal, kehilangan gigi dini, lesi pada mukosa rongga mulut, kanker mulut dan faring, penyakit dalam rongga mulut yang berhubungan dengan human immunodeficiency virus / acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS), trauma pada gigi maupun trauma pada mulut, merupakan beban global diberbagai negara. 1 ' 2 ' 3 Diantara penyakit tersebut, karies dan periodontal menduduki urutan tertinggi. Hampir seluruh penduduk di dunia pernah mengalami karies, dengan prevalensi dan keparahan yang bervariasi serta berfluktuasi menurut waktu. 1 ' 2 ' 3 ' 4 Di negara maju masalah karies meningkat pada awal abad ke 19 dan cenderung menurun pada akhir dekade abad ke 19. Sedangkan di negara berkembang, akibat adanya perkembangan di bidang industri dan perubahan pola kebiasaan makan, penyakit karies cenderung meningkat di dalam masyarakat. 1 2 ' 5 ' 6 Pada profil kesehatan gigi 2003, penyakit jaringan pulpa dan peri apikal termasuk sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di seluruh rumah sakit umum Indonesia. Masalah penyakit gigi dan mulut tidak hanya masalah kesehatan masyarakat saja tetapi sekaligus masalah sosial. 7 ' 8 Walaupun tidak menyebabkan kematian langsung, penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor risiko penyakit lain, sebagai infeksi fokal (focal infection) seperti tonsilitis, faringitis, otitis media, bakterimia, toksemia, diabetes mellitus, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dan penyakit jantung. 1 ' 3 1 Puslitbang Biomedis dan Farmasi 144 Media Penelit. danpengembang. Kesehat. Volume XIXNomor 3 Tahun 2009

Penilaian status kesehatan gigi permanen menggunakan indeks DMF-T (Decay Missing Filled Teeth) yang biasanya disebut dengan pengalaman karies (caries experiences). Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi oleh masyarakat dinilai menggunakan PTI (Performed Treatment Index). Keadaan ini dapat mencerminkan motivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan dapat digunakan untuk menilai kinerja tenaga kesehatan gigi dan mulut. 1 ' 6 Di Indonesia penyakit gigi dan mulut yang masih merupakan masalah utama adalah karies. Penyakit karies cenderung meningkat pada setiap dasawarsa, terlihat pada tahun 1970 DMF-T = 0,70, tahun 1980 DMF-T = 2,30 dan tahun 1990 DMF-T = 2,70. 8 Sedangkan Global Goals for Oral Health 2010, WHO mentargetkan (DMF-T < 1) pada anak usia 12 tahun, berarti pengalaman karies yaitu gigi permanen yang mengalami karies, sudah ditumpat atau dicabut < 1 gigi pada anak usia 12 tahun. Target pencapaian upaya kesehatan gigi di Indonesia sejalan dengan target WHO. 8 ' 9 ' 10 Meskipun telah dilakukan berbagai upaya dalam pengendalian karies, namun dengan terlihatnya angka DMFT yang cenderung meningkat, berarti ada penambahan karies baru (D), dan memerlukan pelayanan kesehatan gigi. Demikian pula terbatasnya data mengenai status kesehatan gigi yang tersedia dalam skala luas, maka dalam naskah ini disampaikan kajian status kesehatan gigi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut oleh masyarakat dari tahun 1990-2007, yang dapat berguna sebagai salah satu informasi dalam perencanaan dan pengembangan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang tepat guna. Status Kesehatan Gigi Prevalensi dan indeks DMF-T / Pengalaman Karies Gigi Permanen Karies adalah suatu proses dinamik, yang terjadi karena adanya gangguan keseimbangan proses demineralisasi dan remineralisasi pada permukaan email gigi, terjadi lama sebelum terlihat secara fisik berupa kavitas. Kerusakan pada gigi ini dapat berlanjut ke lapisan gigi yang lebih dalam, bahkan dapat mengakibatkan kerusakan secara keseluruhan dari gigi tersebut, karena bersifat kronis dan irreversible. 5>6 Pengalaman karies (caries experience) gigi permanen biasanya dinyatakan dengan indeks DMF-T, yang digunakan untuk menghitung jumlah gigi permanen yang mengalami karies (D), yang telah diekstraksi akibat karies (M), dan karies yang telah ditumpat (F). DMF-T merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan prevalensi karies dan insiden karies di masyarakat serta dipakai untuk menyatakan status kesehatan gigi. 9 ' 11>12 Lebih dari seribu data survei yang tercatat semenjak tahun 1937 pada WHO Global Data Bank, mengenai status DMF-T di 148 negara, melaporkan bahwa terjadi penurunan rerata DMF- T di beberapa negara industri dan peningkatan rerata DMF-T di beberapa negara berkembang. 5 Di berbagai negara, pada kelompok umur yang berbeda proporsi komponen DMF-T terlihat bervariasi. Di beberapa negara proporsi komponen D, M dan F menunjukkan perbedaan yang nyata pada kelompok usia 13-14 tahun dan 35-44 tahun. Pada kelompok usia 13-14 tahun di Norwegia dan New Zealand, terlihat DMF-T tinggi, dengan komponen yang terbesar adalah F. Peningkatan rerata gigi yang ditumpat adalah sebagai dampak dari program asuransi untuk kesehatan gigi dan mulut Namun akibat banyaknya kerusakan fasilitas pelayanan kesehatan pada perang dunia kedua, sehingga masyarakat sangat terbatas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, terlihat di Jerman Barat dan Jepang meskipun DMF-T sedikit rendah, namun komponen yang terbesar adalah komponen D. 2 ' 4 Penyakit karies gigi cenderung meningkat pada setiap dasawarsa, terlihat pada tahun 1970 DMF-T = 0,70, tahun 1980 DMF-T = 2,30 dan tahun 1990 DMF-T = 2,70. Pada beberapa daerah menunjukkan prevalensi dan DMF-T yang tinggi, bahkan sangat tingggi menurut kriteria WHO, seperti terlihat di provinsi : Kalimantan Barat 99%, DMF-T = 6,11, Kalimantan Selatan 96%, DMF-T = 5,67, Jambi 92%, DMF-T = 3,41, Sulawesi Selatan 87%, DMF-T = 4,00, dan Maluku 77%, DMF-T = 3,65. 8 ' 9 ' 10 Pada tabel.l terlihat bahwa ada penurunan prevalensi masyarakat yang mengalami karies pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 (71,2%) dibanding SKRT tahun 1995 (90,9%) 7. Prevalensi pengalaman karies yang diperoleh pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 ( 73,3%) relatif sedikit lebih tinggi dibanding SKRT tahun 2001 (71,2%). Ketiga data tersebut tidak bisa dibandingkan secara langsung, karena metode pemeriksaan dan kriteria personel pelaksana pemeriksaan gigi dan mulut berbeda, Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIXNomor 3 Tahun 2009 145

namun demikian ketiga angka prevalensi pengalaman karies tersebut dapat menggambarkan pola prevalensi pengalaman karies dari tahun 1990-2007. Demikian pula untuk indeks DMF-T. Seperti terlihat pada tabel 1. Pada SKRT tahun 1995 indeks DMFT 6,4 berarti kerusakan gigi rata-rata perorang 6 gigi, sedangkan pada SKRT 2001 (DMF-T= 5,3) dan Riskesdas 2007 (DMF-T=4,8) dapat dikatakan masyarakat pernah mengalami kerusakan gigi relatif sama yaitu rata-rata 5 gigi perorang. Indeks DMF-T Berdasarkan Kelompok Umur. Status kesehatan gigi permanen berdasarkan indeks kelompok umur target WHO Global Goals for Oral Health, yaitu umur 12 tahun, 15 tahun, 18 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun dan > 65 tahun dapat dilihat pada Gambar la dan Ib. Secara umum angka status kesehatan gigi / pengalaman karies / DMF-T berdasarkan kelompok umur tersebut terlihat cenderung meningkat pada umur yang lebih tinggi. Keadaan ini menyatakan bahwa rerata kerusakan gigi perorang semakin banyak pada umur yang lebih tinggi. Pada SKRT 1995, indeks DMF-T pada kelompok umur 12 tahun dan 15 tahun berkisar dua, berarti kerusakan gigi rata-rata per orang adalah 2 gigi. Kerusakan gigi ditemukan meningkat pada kelompok umur 18 tahun yaitu kerusakan gigi rata-rata 3 gigi per orang. Sedangkan pada kelompok umur 35-44 tahun, kerusakan gigi semakin bertambah yaitu kelompok umur ini mengalami kerusakan gigi rata-rata 6 gigi per orang (DMF-T = 6,1), dan kelompok umur > 65 tahun mengalami kerusakan gigi rata-rata 18 gigi per orang (DMF-T = 18,4). Pada SKRT 2001, kerusakan gigi rata-rata 1 gigi per orang pada kelompok umur 12 tahun dan 15 tahun (DMF-T berkisar 1,0-1,1), meningkat pada kelompok umur 18 tahun dan kelompok umur 35-44 tahun dengan Indeks DMF-T menjadi 4,7 dan meningkat tajam bahkan menjadi 18,2 pada kelompok umur > 65 tahun. 13 ' 14 Pada Riskesdas 2007, indeks DMF-T juga terlihat meningkat pada kelompok umur diatas 25-34 tahun yaitu DMF- T=0,8 pada kelompok umur 12-14 tahun dan DMF-T=1,5 pada kelompok umur 15-24 tahun menjadi 2,2 pada kelompok umur 25-34. Diatas kelompok umur 35 tahun ditemukan indeks DMF- T mendekati 4 atau rata-rata kerusakan gigi adalah 4 gigi per orang. Indeks DMF-T semakin tinggi pada kelompok umur yang lebih tinggi, menjadi 18,6 pada kelompok umur > 65 tahun. 15 Kerusakan gigi rata-rata per orang pada kelompok umur 12 dan 15 tahun pada SKRT 1995 dapat dikatakan sama, demikian pula pada SKRT 2001. Dari kedua laporan tersebut terlihat kerusakan gigi meningkat pada kelompok umur 18 tahun, 35-44 tahun, dan > 65 tahun. 13 ' 14 Namun berbeda dengan temuan kerusakan gigi pada Riskesdas 2007, dimana kerusakan gigi mulai meningkat pada kelompok umur 25-34 tahun. 15 Dari ketiga laporan ini terlihat sama dalam hal peningkatan DMF-T yang mencolok pada kelompok umur 35-44 tahun dan berlanjut pada kelompok umur yang lebih tinggi. Secara umum terlihat jumlah kerusakan gigi seiring dengan peningkatan umur berdasarkan indeks DMF-T. Tabel. 1. Prevalensi Status Kesehatan Gigi dan Indeks DMF-T Indikator/Parameter SKRT SKRT Riskesdas 1995 2001 2007 Pengalaman karies 90,9% 6,4 71,2% 73,3% indeks DMF-T 5,3 4,8 146 Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIXNomor 3 Tahun 2009

20 18 16 14 12 10 86 4 2 0 12th 15th 18th 35-44 th >65 th.skrt 1995 2,2 2,4 2,7 6,1 18,4 SKRT2001 1,1 1 1,5 4,7 18,2 Gambar la. Status Kesehatan Gigi Berdasarkan kelompok umur SKRT 1995 dan SKRT 2001 20 18 14 12 8 6 4 2 0 RKD2007 12-1 4th 0.8 15-24th 1.5 25-34 th 2.2 35-44 th 3.7 45-54 th 55-64 th >65th 7.2 11.6 18.6 Gambar Ib. Status Kesehatan Gigi Berdasarkan kelompok umur Riskesdas 2007 Vao day nghe bai nay di ban http://nhattruongquang.0catch.com Meskipun berdasarkan World Health Organization Global Health Oral Data Bank tahun 2004, DMF-T indeks anak kelompok umur 12 tahun di Indonesia termasuk kategori sedang bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya 2, seperti terhhat pada tabel 3. Namun hal ini perlu mendapat perhatian serius, karena dari data yang tersedia ditemukan peningkatan DMF-T mulai pada kelompok umur 18 tahun dan seterusnya pada kelompok umur yang lebih tinggi. Secara keseluruhan pada peningkatan DMF-T, Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIXNomor 3 Tahun 2009 147

komponen yang terbesar hanyalah komponen gigi karies/d dan gigi telah di ekstraksi/ M ataupun indikasi ekstraksi/d akibat karies. Keadaan ini antara lain akibat dari penyakit gigi yang bersifat kronis. Adanya karies tahap awal atau yang hanya mengenai lapisan email biasanya belum menimbulkan keluhan sakit, namun bila karies telah berlanjut sampai kelapisan dentin yang lebih dalam / hampir mendekati syaraf gigi menimbulkan rasa sakit. Pada kerusakan yang lebih lanjut dapat mengakibatkan gigi menjadi gangraen tidak bisa dipertahankan lagi sehingga harus dicabut. 4 Bila dibandingkankan dengan negara maju seperti di beberapa negara di Eropa, dilaporkan terjadi penurunan DMF-T yang cukup bermakna pada kelompok umur 12 tahun, seperti di Denmark pada tahun 1975 DMF-T= 5,2 menjadi DMF-T = 0,8 pada tahun 2006; Italy DMF-T = 6,9 pada tahun 1979 menjadi DMF-T =1,1 pada tahun 2004, Swiss dengan DMF-T = 8 pada tahun 1964-68 menjadi DMF-F = 0,86 pada tahun 2004, Swedia DMF-T = 6,3 pada tahun 1977 menjadi DMF-T =1,0 pada tahun 2005. Keberhasilan dalam pengendalian penyakit gigi di beberapa negara tersebut dilakukan melalui "Five levels of care" ( promotif, preventif, deteksi dini, kuratif dan rehabilitatif), disertai adanya asuransi jaminan kesehatan yang mencakup penyakit gigi dan mulut. 2 kecil yaitu rata-rata 0,1-0,2 dari berbagai kelompok umur. Secara keseluruhan hampir tidak ada penanganan penumpatan gigi pada semua kelompok umur. Dapat dikatakan bahwa penurunan komponen D/gigi karies pada umur yang lebih tinggi bukan karena peran pelayanan penumpatan gigi, melainkan mungkin akibat kerusakan yang semakin parah pada saat penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan, sehingga gigi tidak dapat dipertahankan dan pelayanan yang dapat diberikan hanyalah pencabutan. Juga bisa akibat kerusakan gigi sudah sangat parah, sehingga gigi tanggal dengan sendirinya. 13 ' 14 ' 15 Komponen D (Decay) I gigi karies, M (Missing) I gigi telah dicabut, F (Filling) I gigi telah ditumpat Prevalensi dan nilai komponen D, M dan F sebelum dan sesudah dekade 2000 berdasarkan kelompok umur terlihat pada tabel 2a, 2b, dan 2c dibawah. Pada SKRT 1995, terlihat adanya peningkatan komponen M pada umur yang lebih tinggi. Bila dilihat pada kelompok umur 12, 15, dan 18 tahun, nilai komponen M masih dibawah 1. Hal yang hampir sama ditemukan pada SKRT 2001. Dari SKRT-1995,SKRT 2001 dan Riskesdas 2007 ditemukan komponen M berkisar 2 sampai 4 gigi pada kelompok umur 35-44 tahun, bahkan pada kelompok umur > 65 tahun sudah mencapai 16 sampai 17 gigi. Berarti gigi yang telah dicabut berkisar 1 sampai 17 gigi. Terlihat pola yang sama dari ketiga laporan tersebut yaitu jumlah gigi yang dicabut semakin banyak pada kelompok umur yang lebih tinggi. Sedangkan komponen F pada semua kelompok umur sangat 148 Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIX Nomor 3 Tahun 2009

Tabel.2. DMF-T pada kelompok umur 12 tahun, SEARO Bangladesh Bhutan India Indonesia Negara Korea, Democratic PR Maldives Myanmar(Burma) Nepal Sri Lanka Thailand Tahun 1981 1984 2000 1985 1993 2003 2003 1970 1980 1990 1995 1991 1984 1991 1993 1999 1984-1986 1994 1999 2004 1983-1984 1995-1995 1960 1977 1989 1994 2000-2001 * Kerala, ** Taminadu Sumber: World Health Organization. Global Oral Health Data Bank. Geneva. 2004 2 DMF-T 1,5 1,4 1,0 1,4 0,86 0,5* 3,94** 0,7 2,3 2,7 2,2 3,0 2,1 1,1 1,1 0,98 0,5-2,1 1,2 0,8 0,5 1,9 1,4 0,4 2,9 1,5 1,6 1,6 Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIX Nomor 3 Tahun 2009 149

12th 15th 18th 35-44 >65 Decay Missing Filled Gambar 2.a. Komponen D, M dan F Berdasarkan Kelompok Umur, SKRT 1995 12th 15th 18th 35-44 65+ Decay Missing Filled Gambar 2b. Komponen D, M dan F Berdasarkan Kelompok Umur, SKRT 2001 '12-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65+ Decay Missing Filled Gambar 2.c. Status Kesehatan Gigi Berdasarkan Kelompok Umur, Riskesdas 2007 150 Media Penelit. dan Pengembang, Kesehat. Volume XIX Nomor 3 Tahun 2009

Performance Treatment Index (PTI). Performance Treatment Index (PTI) merupakan indikator penilaian yang dapat manggambarkan motivasi masyarakat untuk menumpatkan giginya yang karies dalam upaya mempertahankan gigi permanen. Sedangkan Required Treatment Index (RTI) merupakan indikator penilaian yang menggambarkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan. 1-3 ' 11>12 Dari ketiga laporan penelitian kesehatan gigi dan mulut pada tabel 2 diatas ditemukan kebutuhan terhadap tumpatan gigi atau perawatan karies/ RTI masih sangat tinggi. Terutama pada kelompok umur 12, 15, dan 18 tahun, secara keseluruhan berkisar 62,7% - 76,0% pada dekade tahun 1990-2000, dan 62,3-82,5% setelah dekade tahun 2000. Keadaan ini sesuai dengan gambar 2a, 2b, dan 2c dimana komponen D/karies ditemukan tinggi pada umur anak dan usia muda, dapat dikatakan kebutuhan terhadap tumpatan gigi atau perawatan karies berkisar 75%. Namun kenyataannya komponen F atau gigi yang ditumpat sangat kecil. Pada umur yang lebih tinggi terlihat RTI cenderung turun, keadaan ini bukan berarti meningkatnya persentase gigi yang sudah ditumpat ataupun dirawat, namun adalah akibat makin tingginya persentase gigi yang dicabut, sedangkan komponen F/tumpatan juga sangat kecil. Bila dilihat dari PTI yaitu persentase yang dapat manggambarkan motivasi masyarakat untuk menumpatkan giginya yang karies dalam upaya mempertahankan gigi permanen pada dekade 1990 maupun sesudah dekade tahun 2000 masih sangat kecil yaitu tidak lebih dari 5%. Dilaporkan oleh Anggriana dan Musyrifah dari studi yang dilakukan pada pasien pengunjung klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga bahwa faktor pendorong motivasi orang tua merawatkan gigi anak antara lain yaitu adanya fasilitas pelayanan kesehatan gigi yang memadai dan tenaga kesehatan gigi yang berkompeten serta biaya pelayanan kesehatan gigi yang terjangkau. 16 Rendahnya motivasi masyarakat untuk menumpatkan gigi karies sangat memprihatinkan karena sejogyanya semua gigi yang karies sudah ditumpat tanpa dibiarkan semakin parah sehingga harus kehilangan gigi dini akibat dicabut. Selanjutnya dapat berdampak pada gangguan fungsi kunyah. Selain gangguan fisik, selanjutnya akan berdampak pada sosial dan ekonomi. Secara ekonomi membutuhkan biaya yang lebih besar untuk membuat gigi tiruan untuk mempertahankan fungsi kunyah. Pada anak-anak selain mempertahankan fungsi kunyah sekaligus menjaga keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan gigi-mulut dan wajah. Secara sosial akan berdampak pada pekerjaan atau profesi tertentu, seperti angkatan bersenjata, pilot dan pramugari, dimana keadaan kesehatan gigi dan mulut yang optimal merupakan persyaratan mutlak, serta lingkungan pekerjaan yang sangat memerlukan estetika. 1 ' 3 Tabel 3. Performance Treatment Index (PTI) dan Required Treatment Index (RTI) Umur SKRT 1995 SKRT 2001 Riskesdas 2007 (tahun) RTI (%) PTI (%) RTI (%) PTI (%) RTI (%) PTI (%) 12 15 18 76,0 65,2 62,7 4,6 4,6 3,0 78,5 82,5 72,4 35-44 >65 33,7 10,5 3,8 0,9 47,1 15,2 2,3 0,4 32,3 6,3 1,9 0,8 Performance Treatment Index (PTI) adalah angka persentase dari jumlah gigi permanen yang ditumpat terhadap angka DMF-T Required Treatment Index RTI adalah angka persentase dari jumlah gigi permanen yang karies terhadap angka DMF-T 4,6 4,2 5,0 62,3 65,3 63,4 0,7 1,9 2,6 Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIX Nomor 3 Tahun 151

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari kajian studi penyakit karies gigi yang dilakukan pada masyarakat, ditemukan: Prevalensi pengalaman karies meskipun pada tahun 2001 terlihat ada penurunan yang bermaknai. Namun bila dibandingkan prevalensi pengalaman karies tahun 2001 dan tahun 2007 hampir tidak ada perubahan meskipun terlihat ada sedikit peningkatan. - Rata-rata DMF-T tahun 2001 lebih kecil (DMF-T=5,3) dibanding DMF-T 1995 (DMF- T=6,4). Namun DMF-T pada tahun 2007 relatif sama Rata-rata DMF-T meningkat pada kelompok umur yang lebih tinggi Kelompok umur 12 tahun telah memiliki pengalaman karies gigi permanen.pada kelompok umur diatas 15 tahun mulai terlihat peningkatan DMF-T. Peningkatan DMF-T mencolok pada kelompok umur 35 tahun keatas Bahkan pada umur 65 tahun keatas DMF-T sangat tinggi (DMF-T=18,6) Komponen gigi yang mengalami karies (D), gigi dengan indikasi cabut atau sudah dicabut, dan karies yang sudah ditumpat dan dalam kondisi baik (F), berdasarkan kelompok umur polanya masih sama. Rata-rata F pada semua kelompok umur 12-14 tahun, 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun dan 65 tahun keatas sangat kecil dan relatif sama yaitu berkisar 0,1-0,2. Keadaan yang memprihatinkan adalah menurunnya rata-rata D sejalan dengan bertambahnya umur tidak diikuti dengan meningkatnya rata-rata F, namun sebaliknya yaitu meningkatnya rata-rata M. - Kebutuhan terhadap tumpatan gigi atau perawatan gigi /Required Treatment Indexs (RTI) tinggi pada kelompok umur muda ( umur 12, 15, 18 tahun: 62,7-76,0% pada tahun 1990-2000; dan 62,3-82,5% setelah tahun 2000. Namun kenyataannya komponen gigi yang ditumpat/f sangat kecil. Performance Treatment Indexs (PTI) / motivasi masyarakat untuk menumpatkan gigi yang karies untuk mempertahankan gigi permanen sangat kecil (berkisar 5%). Saran Melihat angka prevalensi pengalaman karies, indeks DMF-T, RTI dan PTI pada dekade 1990-2007 diperlukan upaya pengendalian karies melalui "Five levels of care" yaitu upaya promotif, preventif, deteksi dini, kuratif dan rehabilitatif dilakukan secara simultan, berkesinambungan dan terintegrasi sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, melalui: Peningkatan, pengembangan, pemantapan dan kesinambungan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di sekolah dasar terintegrasi dengan Usaha Kesehatan Sekolah. Kesehatan gigi dan mulut pada usia sekolah dasar 6-12 tahun merupakan usia kritis yaitu periode pergantian gigi sulung dengan gigi permanen secara bertahap sesuai usia pertumbuhan gigi. Diperlukan upaya promotif dan preventif ditambah dengan kegiatan deteksi karies dini dengan indikasi sealant menggunakan metode klasik atau Atraumatic Restorative Treatment/ART sebagai upaya preventif sekaligus kuratif, untuk memotong rantai agar karies tidak berlanjut. Penggunaan bahan glass ionomer cement sebagai sealant atau tumpatan memakai metode ART tidak memerlukan peralatan yang canggih dan saluran air pipa khusus maupun aliran listrik khusus. Metode ART ini hanya memerlukan hand instruments yang dapat dijinjing dan dapat digunakan untuk daerah yang sulit dijangkau. Pada karies yang telah ada juga dilakukan penumpatan atau perawatan untuk mempertahankan gigi permanen yang ada. Pada karies yang berlanjut dan tidak bisa dipertahankan, dilakukan pencabutan gigi dan dibuatkan gigi tiruan untuk menjaga pertumbuhan rahang dan mempertahankan fungsi kunyah. - Disamping Usaha Kesehatan Gigi di sekolah dasar, sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah dapat dikembangkan program Dokter Gigi Keluarga untuk menangani upaya kesehatan gigi dan mulut kelompok umur lainnya. 752 Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIXNomor 3 Tahun 2009

Daftar Pustaka 1. Petersen PE.The World Oral Health Report 2003: Continuous Improvement of Oral Health in the 21 s ' century the Approach of the WHO Global Oral Health. Programme. Community Dentistry and Oral Epidemiology 2003;31 Suppl J:3-24 2. World Health Organization. Global oral health data bank. Geneva. 2004. 3. World Health Organization. Recent Advances in Oral Health. Report of a WHO Expert Committee. WHO Technical Reports Series 1992 4. Thylstrup A, Fejerskov O. Textbook of Clinical Cariology 2 nd edition. Copenhagen: Munksgaard, 1996 : 13-16, 211-215. 5. Bratthall D, Barnmes DE. Oral Health. In: Disease Control in Developing Countries. Jamison, Mosley, Measham, Bobadila editors. New York: Oxford University Press, Inc. 1993. 6. Bratthall D. Dental Caries Intervened- Interupted. Eur J Oral Sci 1996, 4(104):486 491. 7. Kristanti, Dwi Hapsari, Julianti Pradono, dkk. Status Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia. Analisis Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. 8. Direktorat Kesehatan Gigi. (1994). Profil Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia pada Pelita V. 1994. Ditjen Van Medik, DepKes, RI, Jakarta. 9. Direktorat Kesehatan Gigi. (1997). Pedoman Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah.. Ditjen Van Medik, DepKes, RI, Jakarta. 10. Direktorat Kesehatan Gigi. (1999). Profil Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia pada Pelita VI. Ditjen Yan Medik, DepKes, RI, Jakarta. 11. World Health Organization. Oral Health Surveys Basic Methods 3 rd edition.1986. 12. World Health Organization. Oral Health Surveys Basic Methods 4 th edition. 1997 13. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. 14. Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. 15. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar /Riskesdas 2007 16. Dita Anggriana, Musyrifah.Faktor Pendorong motivasi Orang Tua Merawatkan Gigi Anak di Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Maj. Ked. Gigi (Dent.J), Januari 2005, 1(38): 12-15 Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIX Nomor 3 Tahun 153