GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

dokumen-dokumen yang mirip
KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN UNTUK PEKERJA RADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dengan Praktik Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

DAMPAK RADIASI TERHADAP KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI RSUD ARIFIN ACHMAD, RS SANTA MARIA DAN RS AWAL BROS PEKANBARU ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang


PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

Unnes Journal of Public Health

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

Data Responden. I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja:

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASIPADA INSTA LASI RADIOLOGI RSUD DR. H. M. RABAIN MUARA ENIM TAHUN 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SINAR-X DI UNIT KERJA RADIOLOGI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO SEMARANG TAHUN 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

RONTGEN Rontgen sinar X

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran Negara Repu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan

MAKALAH PROTEKSI RADIASI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan.

SANGAT PENTING, PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Penglihatan pada Pekerja Pengelasan di Perusahaan Pembuatan dan Perbaikan Kapal

GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 SKRIPSI

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEDOKTERAN NUKLIR

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

INTISARI. Kata kunci: kebiasaan minum jamu; antioksidan; imunomodulator; MDA ; hematologi cross sectional

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERANGKAT LUNAK CABAS VERSI 2.0 UNTUK PREDIKSI DOSIS RADIASI BERDASARKAN ANALISIS ABERASI KROMOSOM

PENERAPAN KESELAMATAN RADIASI PADA INSTALASI RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) PARU PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bidang telah menyebabkan masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang lebih

PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PENENTUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL PADA PEKERJA RADIASI DI RUANG PENYINARAN UNIT RADIOTERAPI RUMAH SAKIT DR.KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

Transkripsi:

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ABSTRAK Radiografer adalah pekerja yang beresiko terkena paparan radiasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari jumlah hitung jenis lekosit pada radiografer di perusahaan X Surabaya tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh total populasi yang berjumlah 15 orang. Data diperoleh melalui kuesioner, observasi dan data sekunder. Data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, diagram pie, tabulasi silang dan dianalisis secara naratif. Hasil Penelitian menunjukan 73,3% radiografer perusahaan X berusia 23-27 tahun, 66,7% berjenis kelamin pria, 66,7% memiliki masa kerja < 5 tahun, 53,3% tidak menggunakan APD secara lengkap, 53,3% memiliki jumlah hitung jenis lekosit dan 100% memiliki jumlah lekosit. Analisis hitung jenis lekosit paling banyak ditemukan hasil tidak pada radiografer berusia 28-33 tahun 57,1%, berjenis kelamin pria 50,0%, masa kerja 5 tahun 71,4% dan tidak memakai APD sebesar 85,7% Kesimpulannya adalah hitung jenis lekosit radiografer perusahaan X masih dalam batas. Sebaiknya upaya pencegahan bahaya radiasi ditingkatkan, perusahaan sebaiknya menyediakan alat pelindung diri secara lengkap sesuai dengan peraturan Bapeten nomor 8 tahun 2011. Karyawan sebaiknya menggunakan alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan serta memperhatikan prosedur kerja yang aman. Kata kunci : radiografer, lekosit, hitung jenis, APD Latar Belakang Radiasi saat ini telah banyak dimanfaatkan di berbagai bidang, salah satunya dalam bidang kesehatan. Unit pelayanan radiologi merupakan bagian dari instalasi penunjang medik yang menggunakan sumber radiasi pengion untuk mendiagnosis adanya suatu penyakit dalam bentuk gambaran anatomi tubuh yang ditampilkan dalam film radiografi. Pelayanan radiologi harus memperhatikan aspek keselamatan kerja radiasi. Pemerintah telah menerbitkan beberapa peraturan yang bertujuan untuk melakukan perlindungan terhadap radiasi ionisasi pada radiografer, pasien maupun orang yang ada di sekitar lingkungan tempat kerja. Peraturan tersebut antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber radioaktif. Aplikasi radiasi di berbagai bidang disertai dengan risiko kesehatan bagi para pekerjanya. Berbagai efek radiasi baik yang termasuk sebagai efek deterministik

maupun stokastik telah cukup dikenal (Evalisa, 2006). Efek biologi utama yang terjadi manusia sebagai akibat radiasi pengion adalah kerusakan sistem hemopoitik dan limfatik. Telah diketahui pula irradiasi seluruh tubuh pada manusia akan menyebabkan gangguan pada sel darah yaitu dengan menurunnya produksi sel darah yang disebabkan karena terhambatnya mitosis pada sel induk dalam sumsum tulang dan sistem limfotik. Derajat penurunan jumlah sel darah perifer manusia akibat sinar X maupun sinar gamma ternyata bergantung pada besar dosis yang diterima (Gabriel, 1996). Seiring dengan perkembangan pemanfatan radiasi ionisasi, maka sangat dibutuhkan metode, teknik dan atau uji yang handal guna menentukan besarnya dosis radiasi yang diterima oleh seseorang sehingga menjamin keselamatan para pengguna dan masyarakat pemakai lainnya. Meskipun untuk para pekerja radiasi hal ini telah dilakukan dengan pemantauan dosis radiasi melalui pemakaian dosimeter fisika, akan tetapi masih perlu ditunjang dengan metode biologi. (Natarajan, 2005). Hitung jenis lekosit merupakan perhitungan jenis lekosit meliputi eosinofil, basofil, netrofil, limfosit dan monosit yang di identifikasi dalam darah perifer dinyatakan dalam persentase (Price, 1994). Indikator hematopoetik yang umum digunakan sebagai indikasi pajanan radiasi adalah hitung jenis lekosit, hitung limfosit absolut, neutrofil, pletelet, dan sel darah merah. Perhitungan sel darah banyak digunakan secara umum karena hitung sel darah telah digunakan secara rutin dan disamping itu banyak personil telah terlatih dalam menanganinya secara cepat. Gangguan sistem hematopoitik karena paparan radiasi mengakibatkan sejumlah sel darah menurun sesuai dengan sensitivitas dan angka harapan hidup, dimana limfosit yang pertama bereaksi, diikuti granulosit, trombosit dan terakhir etritrosit (Lusiyanti, 2007). Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu sebanyak 15 orang. Lokasi penelitian di bagian radiologi perusahaan X Surabaya, waktu penelitian dimulai bulan November 2011 sampai Juli 2012. Hasil dan Pembahasan Karakteristik Radiografer Perusahaan X Surabaya Tahun 2012 Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Masa Kerja dan kelangkapan Pemakaian APD Radiografer yang ada di Perusahaan X 100% berlatar belakang D3 Radiologi dan sudah memiliki SIKR. Usia pekerja antara 23 sampai dengan 33 tahun. Profil radiografer selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Radiografer

Usia (tahun) Frekuensi % 23 27 11 73,3 28 33 4 26,7 Tabel di atas menunjukkan radiografer Perusahaan X yang berusia antara 23 27 tahun sebanyak 11 orang (73,3%) dan yang berusia 28 33 tahun sebanyak 4 orang (26,7%). Hal ini sesuai dengan PPRI No 63 Tahun 2000 bahwa pekerja radiasi serendah-rendahnya berusia 18 tahun. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Radiografer Perusahaan X Surabaya Tahun 2012 Jenis kelamin Frekuensi (%) Pria 10 66,7 Wanita 5 33,3 Berdasarkan tabel di atas, radiografer yang berjenis kelamin pria sebanyak 10 orang (66,7%) dan wanita sebanyak 5 orang (33,3%). Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Radiografer Massa Kerja Frekuensi (%) (tahun) < 5 Tahun 10 66,7 5 Tahun 5 33,3 Berdasarkan tabel di atas, radiografer yang mempunyai masa kerja < 5 tahun sebanyak 10 orang (66,7%) dan yang mempunyai masa kerja 5 tahun sebanyak 5 orang (33,3%). Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelangkapan Pemakaian APD Radiografer APD Frekuensi (%) Lengkap 7 46,7 Tidak lengkap 8 53,3 Alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan meliputi apron Pb, kacamata pb, sarung tangan pb, film badge dan pelindung tiroid. Berdasarkan tabel diatas, radiografer yang menggunakan APD secara lengkap berjumlah 7 orang (46,7%) dan yang tidak menggunakan APD secara lengkap 8 orang (53,3%). Total Lekosit Radiografer Perusahaan X Surabaya Tahun 2012 Perhitungan jumlah lekosit radiografer di peroleh hasil dari 15 orang (100%) yang di periksa semuanya menunjukkan hasil yang. Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala sehingga dapat dipantau kesehatan tenaga kerja. Perhitungan Jenis Lekosit Radiografer Perusahaan X Surabaya Tahun 2012 Hasil pemeriksaan hitung jenis lekosit radiografer perusahaan X dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah

Tidak 46.7% 53.3% Gambar 1 Distribusi Hasil Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit Radiografer di Berdasarkan gambar di atas, pemeriksaan hitung jenis lekosit yang dilakukan pada radiografer perusahaan X diperoleh hasil sebesar 53,3% dan hasil tidak sebesar 46,7%. Distribusi hasil tidak pada hitung jenis lekosit berdasarkan tiap jenis selnya adalah sebagai berikut : Tabel 5. Distribusi Jenis Lekosit Tidak pada Radiografer Perusahaan X Jenis Pemeriksaan NO Radiografer Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit Total 1 R.01 + + 2 2 R.02 + + 2 3 R.03 4 R.04 + 1 5 R.05 + 1 6 R.06 + + 2 7 R.07 8 R.08 9 R.09 10 R.10 11 R.11 12 R.12 + + 2 13 R.13 + + 2 14 R.14 15 R.15 Total 3 0 2 7 0 13 Tabel di atas menunjukkan hasil pemeriksaan hitung jenis banyak menunjukkan hasil tidak pada limfosit sebanyak 7 orang, diikuti oleh eosinofil 3 orang dan neutrofil sebanyak 2 orang sedangkan pada basofil dan monosit tidak ditemukan adanya hasil tidak. Hitung jenis lekosit tidak, belum tentu mengindikasikan bahwa itu disebabkan karena adanya papara radiasi sinar X. Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan hal tersebut bisa disebabkan karena kondisi pasiennya ataupun pada saat pengerjaan sampel darah. Kondisi pasien seperti alergi, asama, demam dls dapat menyebabkan gangguan pada hitung jenis. Dari faktor teknis pengerjaan mulai dari faktor pra analitik, analitik dan post analitik dapat menimbulkan hasil yang ab bila tidak dilakukan secara benar. Analisis Hasil Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit Radiografer di Perusahaan X Surabaya Tahun 2012. Tugas utama seorang radiografer dalam pelayanan kesehatan terutama di perusahaan X adalah melakukan kegiatan radiografi dan imaging sebagai upaya menunjang dalam diagnosis suatu penyakit. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari lebih dari 15 pasien dilayani oleh seorang radiografer, namun dalam sehari radiografer satu dengan yang lainnya berbeda dalam melayani jumlah pasien. Banyak sedikitnya jumlah pasien yang dilayani tergantung dari jenis pemeriksaan apa yang digunakan dan berapa lama pengerjaannya. Karena itu paparan yang diterima oleh setiap radiografer berbeda. Berikut ini kelainan jenis lekosit yang ditunjukkan oleh

radiografer perusahaan X Tahun 2012. Tabel 6. Distribusi Jenis Lekosit Berdasarkan Usia Radiografer Usia (th) Jenis Lekosit Tidak n % n % n % 23-27 8 100 3 42,9 11 73,3 28-33 0 0,0 4 57,1 4 26,7 8 100 7 100 15 100 Tabel di atas menunjukkan jenis lekosit ditemukan pada radiografer pada usia 23-27 tahun sebanyak 8 orang (100,0%) sedangkan hasil tidak ditemukan pada usia 23-27 tahun sebanyak 3 orang (42,9%) dan radiografer usia 28-33 tahun sebanyak 4 orang (57,1%). Tabel 7. Distribusi Jenis Lekosit Berdasarkan Masa Kerja Radiografer Perusahaan X Tahun 2012 Masa kerja (th) Jenis lekosit Tidak n % n % n % Tabel di atas menunjukkan bahwa hitng jenis ditemukan pada radiografer yang memiliki masa kerja < 5 tahun sebanyak 8 orang (100%) sedangkan hitung jenis tidak ditemukan pada radiografer yang memiliki masa kerja < 5 tahun sebanyak 2 orang (28,6%) dan radiografer yang memiliki masa kerja 5 tahun sebanyak 5 orang (71,4%). Tabel 8 Distribusi Jenis Lekosit Berdasarkan Jenis Kelamin Radiografer Perusahaan X Surabaya Tahun 2012 Jenis Kelamin Jenis lekosit Tidak n % n % n % Pria 5 50,0 5 50,0 10 100 Wanita 3 60,0 2 40,0 5 100 8 53,3 7 46,7 15 100 Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin pria memiliki jenis lekosit sebanyak 5 orang (50,0%) dan tidak 5 orang (50,0%) sedangkan pada wanita hasil ditemukan sebanyak 3 orang (60,0%) dan tidak 2 orang (40,0%). < 5 8 100 2 28,6 10 66,7 5 0 0,0 5 71,4 5 33,3 8 100 7 100 15 100

Tabel 9 Distribusi Jenis Lekosit Berdasarkan Kelengkapan Pemakaian APD Radiografer Perusahaan X Tahun 2012 APD Jenis lekosit Tidak n % n % n % Lengkap 6 75,0 1 14,3 7 46,7 Tidak 2 25,0 6 85,7 8 53,3 lengkap 8 100 7 100 15 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa hitung jenis ditemukan pada radiografer yang menggunakan APD secara lengkap sebanyak 6 orang (75,0%), tidak menggunakan APD secara lengkap memiliki jenis lekosit sebanyak 2 orang (25,0%) sedangkan jenis lekosit tidak ditemukan pada radiografer yang menggunakan APD secara lengkap sebanyak 1 orang (14,3%) dan yang tidak menggunakan APD secar lengkap sebanyak 6 orang (85,7%). Hasil penelitian menunjukkan hitung jenis lekosit radiografer perusahaan X tahun 2012 masih dalam batas. Beberapa faktor yang dapat menyebakan hal itu antara lain adanya perhatian dari managemen dalam hal kesehatan tenaga kerja, adanya tambahan asupan gizi, terdapat standart operasional prosedur. Kesimpulan dan Saran Sebagian besar (73,3%) radiografer perusahaan X berusia 23-27 tahun, 66,7% berjenis kelamin pria, 66,7% memiliki masa kerja < 5 tahun dan 53,3% tidak menggunakan APD secara lengkap, 53,3% memiliki jumlah hitung jenis lekosit Semua radiografer perusahaan X (100%) memiliki jumlah lekosit. Hitung jenis tidak ditemukan pada radiografer yang berusia 28-33 tahun (57,1%), berjenis kelamin pria sebesar 50,0%, masa kerja > 5 tahun (71,4%) dan tidak menggunakan APD secara lengkap (85,7%). Saran Upaya pencegahan bahaya radiasi sebaiknya ditingkatkan dengan cara pemantauan terhadap kualitas APD, kalibrasi peralatan secara berkala. Perusahaan sebaiknya menyediakan alat pelindung diri yaitu pelindung gonad, sesuai dengan Peraturan Bapeten No. 8 Tahun 2011. Karyawan sebaiknya menggunakan alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan serta memperhatikan prosedur kerja yang aman. Pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan dengan periode 6 bulan sekali Daftar Pustaka Evalisa, M., Zubaidah Alatas. 2006. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Radiasi di PTKMR. Alara Volume 7 Nomor 3, April 2006, 88 92. Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.

Ganong, Wiliam F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Lusiyanti, Y dan Syaifudin, M. 2007. Penerapan Efek Interaksi Radiasi dengan Sistem Biologi sebagai Dosimeter Biologi. Seminar nasional III SDM Teknologi Nuklir. Jakarta. Natarajan, A.T., RAO, B.S. 2001. Retrospective Biological Dosimetry Of Absorbed Radiatio. Radiation Protection Dosimetry. 95: 17-23. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar X Radiologi Diagnostik dan Intervensional. Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2000 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif. Price, Sylvia Anderson. 1994. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta: EGC.