5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

dokumen-dokumen yang mirip
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

KRITERIA PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

TATA CARA PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

Eng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

RSNI-T-XX-2008 RSNI. Standar Nasional Indonesia. Standar geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol. ICS Badan Standarisasi Nasional BSN

DIKTAT MATA KULIAH KONSTRUKSI JALAN

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

TINJAUAN GEOMETRIK JALAN PADA RUAS JALAN AIRMADIDI-TONDANO MENGGUNAKAN ALAT BANTU GPS

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NOTASI ISTILAH DEFINISI

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

2.1 Pengertian Jalan, Klasifikasi Jalan Raya dan Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya

Persyaratan Teknis jalan

SNI T Standar Nasional Indonesia. Geometri Jalan Perkotaan BSN. Badan Standardisasi Nasional ICS

PENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. SEJARAH JALAN

Perencanaan Geometrik Jalan

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM. 2.1 Definisi Jalan

BAB II LANDASAN TEORI

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

Jarak pandang berguna untuk :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Bab II Landasan Teori

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Jalan, Klasifikasi Jalan Raya dan Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

KARAKTERISTIK KENDARAAN

BAB III LANDASAN TEORI

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

No Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam

DAFTAR ISI KATA PENGATAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

BAB II LANDASAN TEORI

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

EVALUASI KINERJA JALAN PADA PENERAPAN SISTEM SATU ARAH DI KOTA BOGOR

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

xxi DAFTAR DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL Ukuran kinerja umum NOTASI ISTILAH DEFINISI

TRAFFIC ENGINEERING. Outline. I. Klasifikasi jalan II. Dasar-dasar TLL (arus, vol, kecept, Methode greenshield)

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN RAMP SIMPANG SUSUN BAROS

Transkripsi:

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Gambar Situasi Skala 1:1000 Penentuan Trace Jalan Penentuan Koordinat PI & PV Perencanaan Alinyemen Vertikal Perencanaan Alinyemen Horisontal Coba Tikungan Full Circle R > Rmin Yes Pakai Tikungan Full Circle No Coba Tikungan Spiral Circle - Spiral No Lc > 20 Yes Pakai Tikungan Spiral Circle - Spiral No Pilih Tikungan Spiral - Spiral Perencanaan Super Elevasi Perencanaan Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan Perencanaan Kebebasan Samping Gambar Penampang Melintang Yes Source:. Gambar Perencanaan: Plan Profil Memanjang Penampang Melintang 1

Adalah aspek-aspek perencanaan bagian-bagian jalan (trase, lebar, tikungan, landai, & jarak pandangan) dan juga kombinasi dari bagian-bagian tersebut sesuai dengan tuntutan dan sifat-sifat lalu lintas dengan tujuan untuk menciptakan hubungan yang baik antara waktu dan ruang dengan kendaraan agar dicapai efisiensi, keamanan dan kenyamanan secara optimal dalam batas-batas kelayakan ekonomi. Perencanaan geometrik terkait dengan arus lalu lintas, perencanaan konstruksi jalan berkaitan dengan beban lalu lintas. Perencanaan geometrik merupakan tahap lanjutan setelah proses perancangan (planning). Proses planning berkaitan dengan analisis pengaruh jalan terhadap perkembangan wilayah, sifat lalu lintas yang harus dilayani, & kualitas pelayanan. Source:. Sangat mempengaruhi perencanaan bagian-bagian jalan Keadaan tanah dasar mempengaruhi lokasi dan bentuk geometrik jalan Tanah dasar jelek atau air tanah yang tinggi maka mungkin trase harus pindah atau perlu timbunan tinggi Di daerah dengan curah hujan tinggi perlu lereng melintang lebih besar atau alinyemen jauh lebih tinggi dari tanah asli. Untuk daerah datar perlu perencanaan drainase yang baik Daerah pegunungan mempengaruhi pemilihan lokasi dan bagianbagian jalan lainnya, bahkan type jalan. Daerah pertanian dan industri banyak kendaraan truk yang berbeda dengan daerah pemukiman atau wisata dimana banyak mobil penumpang Jalan di rural area banyak kendaraan kecepatan tinggi yang perlu syarat perencanaan lebih berat dibanding jalan untuk urban area yang didominasi kendaraan kecepatan rendah Pemilihan trase di rural lebih bebas dari pada di perkotaan. Source:. 2

Standar perencanaan adalah ketentuan yang memberikan batasan-batasan dan metode perhitungan agar dihasilkan produk yang memenuhi persyaratan. Standar perencanaan geometrik untuk ruas jalan di Indonesia biasanya menggunakan peraturan resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga tentang perencanaan geometrik jalan raya. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga dengan terbitan resmi No. 038 T/BM/1997 American Association of State Highway and Transportation Officials. 2001 (AASHTO 2001). 5 Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori: (1) Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang; (2) Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as; (3) Kendaraan Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer. 6 3

Dimensi Kendaraan Rencana Kategori kend. Rencana Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 Dimensi Kend. (cm) Tonjolan (cm) Radius putar R tonjolan (cm) t L P depan blkg min maks Kend Kecil 130 210 580 90 150 420 730 780 Kend Sedang 410 260 1210 210 240 740 1280 1410 Kend Besar 410 260 2100 120 90 290 1400 1370 7 Radius Putar Kendaraan Kecil Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 8 4

SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, di mana mobil penumpang ditetapkan memiliki satu SMP. No Jenis Kendaraan Datar/ Perbukitan Pegunungan 1 Sedan, jeep, station wagon 1.0 1.0 2 Pick-Up, bus kecil, truck kecil 1.2 2.4 1.9 3.5 3 Bus dan truck besar 1.2 5.0 2.2 6.0 9 Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar perkerasan jalan lebih besar sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan dalam berlalu lintas. Sebaliknya jalan yang terlalu lebar untuk volume lalu lintas rendah cenderung membahayakan karena pengemudi cenderung mengemudikan kendaraannya pada kecepatan yang lebih tinggi sedangkan kondisi jalan belum tentu memungkinkan. Disamping itu juga mengakibatkan peningkatan biaya pembangunan jalan yang tidak pada tempatnya/ tidak ekonomis (Sukirman, 1994). 10 5

Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar jalur adalah: 1. Lalu lintas harian rata-rata 2. Volume jam perencanaan 11 Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari (Sukirman,1994). Cara memperoleh data tersebut dikenal dua jenis lalu lintas harian rata-rata, yaitu lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas harian ratarata. 12 6

LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahunan penuh. LHRT = jumlah Lalulintas dalam 1 tahun/365 13 Sedangkan LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama pengamatan dengan lamanya pengamatan LHR = Jumlah Lalulintas selama pengamatan/lamanya pengamatan Pengamatan dilakukan pada interval-interval waktu yang cukup menggambarkan fluktuasi arus lalu lintas selama satu tahun. Hasil LHR yang dipergunakan adalah harga rata-rata dari perhitungan LHR beberapa kali 14 7

Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari. Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya yang diperlukan. 15 VJR = VLHR * (K/F) K (Faktor K) : faktor volume lalulintas jam sibuk F (Faktor F) : faktor variasi tingkat lalulintas perseperempat jam dalam satu jam 16 8

VLHR FAKTOR - K (%) FAKTOR F (%) > 50,000 4 6 0.9-1 30,000 50,000 6 8 0.8 1 10,000 30,000 6 8 0.8 1 5,000 10,000 8 10 0.6-0.8 1,000 5,000 10 12 0.6 0.8 < 1,000 12 16 < 0.6 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 17 1) Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraankendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti. 2) Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam. 18 9

Tabel VR sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan Fungsi Kecepatan Rencana (VR) (km/jam) Datar Bukit Pegunungan Arteri 70-120 60-80 40 70 Kolektor 60 90 50 60 30 50 Lokal 40-70 30-50 20-30 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 19 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 20 10

Daerah manfaat jalan (DAMAJA) 1. lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan, 2. tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan 3. kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan. 21 Daerah milik jalan (DAMIJA) Damija dibatasi oleh lebar yang sama dengan Damaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) Ruang Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) adalah ruang sepanjang jalan di luar Damaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan 1. jalan Arteri minimum 20 meter, 2. jalan Kolektor minimum 15 meter, 3. alan Lokal minimum 10 meter. Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah tikungan ditentukan oleh jarak pandang bebas. 22 11

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 23 Jalur lalin dapat terdiri dari beberapa lajur Tipe-tipe jalur lalin: 1. 1 jalur-2 lajur-2 arah (2/2 TB) 2. 1 jalur-2 lajur-1 arah (2/1 TB) 3. 2 jalur-4 lajur-2 arah (4/2 B) 4. 2 jalur-n lajur-2 arah (n/2 B), n = jumlah lajur. Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur peruntukannya.. Lebar jalur minimum adalah 4.5 meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan. 24 12

1 Jalur 2 lajur 2 arah (2/2 TB) 1 Jalur 2 lajur 1 arah (2/1 TB) 2 Jalur 4 lajur 2 arah (4/2 B) Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 25 26 13

27 Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana. Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana, yang dalam hal ini dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan Fungsi Kelas Lebar Lajur Ideal (m) Arteri I II, III A 3.75 3.50 Kolektor III A, III B 3.00 Lokal III C 3.00 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 28 14

Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, di mana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80 Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada alinemen lurus memerlukan kemiringan melintang normal sebagai berikut : 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton; 4-5% untuk perkerasan kerikil Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 29 Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalin dan harus diperkeras Fungsi bahu jalan: Lajur lalin darurat, tempat berhenti sementara/parkir darurat Ruang bebas samping bagi lalulintas Penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan Kemiringan bahu jalan normal 3 5 % 30 15

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 31 Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah. Fungsi median : memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah; ruang lapak tunggu penyeberang jalan; penempatan fasilitas jalan; tempat prasarana kerja sementara; penghijauan; tempat berhenti darurat (jika cukup luas); cadangan lajur (jika cukup luas); dan mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan. Jalan 2 arah dengan 4 lajur atau lebih perlu dilengkapi median. 32 16

Median dapat dibedakan atas: (1) Median direndahkan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur yang direndahkan. (2) Median ditinggikan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur yang ditinggikan. Lebar minimum median terdiri atas jalur tepian selebar 0,25-0,50 meter dan bangunan pemisah jalur Perencanaan median yang lebih rinci mengacu pada Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga,Maret 1992. 33 Bentuk Median Lebar min (m) Median ditinggikan 2.0 Median direndahkan 7.0 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 34 17

Fasilitas pejalan kaki berfungsi memisahkan pejalan kaki dari jalur lalu lintas kendaraan guna menjamin keselamatan pejalan kaki dan kelancaran lalu lintas. Jika fasilitas pejalan kaki diperlukan maka perencanaannya mengacu kepada Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Maret 1992 35 36 18

Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghidari bahaya tersebut dengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd). 37 Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi Jh. Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu: jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem; dan jarak pengereman (Jhp) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti. 38 19

Jh, dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus: VR = kecepatan rencana (km/jam) T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2 f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-0,55. 39 Jarak pandang henti minimum VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20 Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 40 20

Jd adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah 105 cm. 41 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 42 21

Jd, dalam satuan meter ditentukan sebagai berikut: Jd = d1 + d2 + d3 + d4 d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m), d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m), d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m), d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan, yang besarnya diambil sama dengan 2/3 d2 (m). 43 Jd yang sesuai dengan VR dapat ditetapkan sbb: VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20 Jd (m) 800 670 550 350 250 200 150 100 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 Daerah mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan jumlah panjang minimum 30% dari panjang total ruas jalan tersebut. 44 22

Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandang di tikungan sehingga Jh dipenuhi. Daerah bebas samping dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pandangan di tikungan dengan membebaskan obyekobyek penghalang sejauh E (m), diukur dari garis tengah lajur dalam sampai obyek penghalang pandangan sehingga persyaratan Jh dipenuhi 45 Daerah bebas samping di tikungan dihitung berdasarkan rumus-rumus sebagai berikut: 1. Jarak Pandang< Panjang Tikungan ( Jh<Lt) : R = Jari jari tikungan (m) Jh = Jarak pandang henti (m) Lt = Panjang tikungan (m) 46 23

Jh<Lt Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 47 2. Jarak Pandang > Panjang Tikungan (Jh>Lt) : R = Jari jari tikungan (m) Jh = Jarak pandang henti (m) Lt = Panjang tikungan (m) 48 24

2. Jarak Pandang > Panjang Tikungan (Jh>Lt) : Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 49 Nilai E, dalam satuan meter, telah ditetapkan dan ditabelkan dengan pembulatan-pembulatan untuk Jh<Lt dan Jh>Lt. Tabel tersebut dapat dipakai untuk menetapkan E. 50 25

Dept. PU., 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004. Tentang Jalan 51 26