JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

dokumen-dokumen yang mirip
KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM

PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN MELALUI JABATAN FUNGSIONAL

PENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

Kep. MENPAN No. 7/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n LATAR BELAKANG

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

ANGKA KREDIT ARSIPARIS : BEBERAPA PERBEDAAN ANTARA KEPMENPAN 09/KEP/M.PAN/2/2002 DENGAN PER/3/M.PAN/3/2009

by Opong-Sosialisasi Perka No. 2 Th 2017-Perpusnas 18 Juli 2017

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017

OUTLINE ANALIS KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

Road Map Reformasi Birokrasi

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemba

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

Penilaian Prestasi Kerja Bagi Dosen Tetap Yayasan yang Telah Memiliki Sertifikat Pendidik

KABIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL (Persfektif UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan Peraturan

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik; MEMUTUSKAN:

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BPKP TERNATE, 12 APRIL 2017

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

PENGANGKATAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

Prof. dr Ali Ghufron Mukti., MSc., PhD NIP

profesional, bersih dan berwibawa.

2016, No Birokrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Nuklir dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-

Peningkatan profesionalisme pustakawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

MENUJU ASN YANG PROFESIONAL BERBASIS SISTEM MERIT MELALUI PENGUATAN JABATAN FUNGSIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

penilaian Menurut PP 46 Tahun 2011

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.08/MEN/V/2007 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

2017, No Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Ne

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014

PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SDM PENELITI SESUAI PERMENPANRB NO 26/2016 EKA YULIA WIDYANTI. Kepala Bidang Jabatan Fungsional SDM Aparatur

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

2016, No Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

A. TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOORDINATOR BIDANG PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 38/KEP/MK.

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEBIJAKAN PEMPROV BALI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KARIER PNS MELALUI JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

XV. PRANATA KOMPUTER

PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER

URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER BERDASARKAN POSISI DAN KEDUDUKAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentan

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

POLA PEMBINAAN. SOFYAN ANTONIUS, Ak. MM KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan...

Transkripsi:

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 1

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Peraturan Presiden RI Nomor 102 Tahun 2003 tentang Perpanjangan Batas Usia Pensiun PNS, yang menduduki Jabatan Pustakawan. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 2025 Keputusan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya Keputusan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor. PER/60/.PAN/6/2005 tentang Perubahan atas Ketentuan Lampiran I dan Lampiran II Kep Menpan No.132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang jabatan fungsional pustakawan dan Angka Kreditnya Peraturan Kepala Perpusnas RI No. 2/ 2008 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 Hakekat Reformasi Birokrasi (RB) Merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek: kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess), dan sumber daya manusia aparatur. 2

Acuan Pelaksanaan RB 1. Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 Acuan bagi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam melakukan reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. 2. Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) Merupakan bentuk operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci pelaksanaan reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas. RMRB bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi birokrasi di kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah (Pemda) agar berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan berkelanjutan. Pengertian Reformasi merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat radikal dan revolusioner. Reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional 3

Tujuan RB Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan dan mempercepat tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dengan Road Map Reformasi Birokrasi 2010 2014, Road Map Reformasi Birokrasi 2015 2019, dan Road Map Reformasi Birokrasi 2020 2024 4

Ruang Lingkup RB a. Penguatan Birokrasi Pemerintah Terwujudnya penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. b. Tingkat Pelaksanaan Ada dua tingkat pelaksanaan, yaitu tingkat nasional dan tingkat instansional. Pada tingkat nasional, pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam tingkat pelaksanaan makro dan meso. c. Program Program-program berorientasi hasil (outcomes oriented programs), baik pada tingkat makro, meso, maupun tingkat mikro Program RB Tingkat Makro Tingkat Meso Tingkat Mikro 1 Penataan Organisasi 2 Penataan Tatalaksana 3 Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur 4 Penguatan Pengawasan 5 Penguatan Akuntabilitas Kinerja 6 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 1 Manajemen Perubahan 2 Konsultasi dan Asistensi 3 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 4 Knowledge Management 1 Manajemen Perubahan 2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 3 Penataan dan Penguatan Organisasi 4 Penataan Tatalaksana 5 Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur 6 Penguatan Pengawasan 7 Penguatan Akuntabilitas Kinerja 8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 9 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 5

Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur (Tingkat Makro) Program bertujuan untuk meningkatkan profesionalime SDM aparatur yang didukung oleh sistem rekruitmen dan promosi, serta pengembangan kualitas aparatur yang berbasis kompetensi dan transparan. Program juga diharapkan mampu mendorong mobilitas antaraparatur daerah, antaraparatur pusat, dan antara aparatur pusat dan daerah, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan. Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah: a) meningkatnya ketaatan terhadap pengeloaan SDM aparatur; b) meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur; c) meningkatnya disiplin SDM aparatur; d) meningkatnya efektivitas manajemen SDM aparatur; e) meningkatnya profesionalisme SDM aparatur Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur (Tingkat Mikro) Program ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur pada masing-masing K/L dan Pemda, yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan. Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah: a) meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM aparatur pada masingmasing K/L dan Pemda; b) meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur pada masing-masing K/L dan Pemda; c) meningkatnya disiplin SDM aparatur pada masing-masing K/L dan Pemda; d) meningkatnya efektivitas manajemen SDM aparatur pada masing-masing K/L dan Pemda; e) meningkatnya profesionalisme SDM aparatur pada masing-masing K/L dan Pemda. 6

Program, Kegiatan dan Hasil Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Hasil Yang Diharapkan 1. Penataan sistem rekrutmen pegawai Sistem rekrutmen yang terbuka, transparan dan akuntabel 2. Analisis jabatan Dokumen peta dan uraian jabatan 3. Evaluasi jabatan Peringkat jabatan dan harga jabatan 4. Penyusunan standar kompetensi jabatan Dokumen kualifikasi jabatan 5. Asesmen individu berdasarkan kompetensi Peta profil kompetensi individu 6. Penerapan sistem penilaian kinerja individu. Kinerja individu yang terukur 7. Pembangunan/Pengembangan database pegawai Ketersediaan data pegawai yang mutakhir dan akurat 8. Pengembangan pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi Pendidikan dan pelatihan pegawai Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Setiap Instansi harus melakukan analisis jabatan dan memetakan jabatan yang diperlukan. Setiap pegawai harus memiliki jabatan. Jenis Jabatan PNS: 1. Struktural 2. Fungsional tertentu (Pejabat Pustakawan, Arsiparis, dlsb.) 3. Fungsional umum Setiap jabatan memiliki peringkat (grade) dan harga jabatan yang didasarkan hasil analisis jabatan. Harga jabatan terkait dengan besaran tunjangan kinerja 7

Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan (UU No. 43 Th 2007) Pejabat Fungsional PNS Kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri 8

Pejabat Fungsional Pustakawan adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpusdokinfo instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya (Kep.Menpan No. 132 Th 2002) Kharakteristik JF Pustakawan Jabatan fungsional dikembangkan untuk pembinaan karir, meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme PNS. Sistem pembinaan karir para penyandang jabatan fungsional didasarkan atas prestasi kerja yang dicapainya Prestasi kerja fungsional pustakawan dinilai dengan menggunakan satuan angka kredit yang berasal dari pelaksaan rincian butir-butir kegiatan pustakawan 9

Kinerja Pustakawan Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional tetapkan dengan angka kredit oleh pejabat yang berwenang setelah mendengar pertimbangan Tim Penilai.(PP No. 16 Th 1994) Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan. (PP No. 16 Th 1994) Angka Kredit ADALAH suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang Pustakawan dalam mengerjakan butir rincian kegiatan yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat/jabatan 10

Butir Kegiatan Pustakawan ADALAH kegiatan kepustakawanan yang dilakukan pustakawan dan dihargai dengan angka kredit serta ditetapkan dengan Keputusan Menpan Jenjang Jabatan, Jenjang Pangkat dan Kredit Kumulatif yang Harus Dicapai Pustakawan Tingkat Ahli Utama Pembina Utama (IV/e) 1050 Pembina Utama Madya (IV/d) 850 Madya Pembina Utama Muda (IV/c) 700 Pembina Tk. I (IV/b) 550 Pembina (IV/a) 400 Muda Penata Tk.I (III/d) 300 Penata (III/c) 200 Pertama Penata Muda Tk I (III/b) 150 Penata Muda (III/a) 100 opong sumiati DIKLAT TIM PENILAI 2013 22 11

Jenjang Jabatan, Jenjang Pangkat dan Kredit Kumulatif yang Harus Dicapai Pustakawan Tingkat Terampil Penyelia Pembina Utama (III/d) 300 Pembina Utama Madya (III/c) 200 Pelaksana Lanjutan Pembina Utama Muda (III/b) 150 Pembina Tk. I (III/a) 100 Pelaksana Penata Tk.I (II/d) 80 Penata (II/c) 60 Pengatur Muda Tk I (II/b) 40 opong sumiati DIKLAT TIM PENILAI 2013 23 Tugas Pokok Pustakawan Pustakawan Tingkat Terampil 1. Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi b.p./sumber informasi 2. Pemasyarakatan perpusdokinfo Pustakawan Tingkat Ahli 1. Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi b.p./sumber informasi 2. Pemasyarakatan perpusdokinfo 3. Pengkajian pengembangan perpusdokinfo opong sumiati DIKLAT TIM PENILAI 2013 24 12

Unsur dan Sub Unsur Kegiatan Pustakawan Unsur Utama Pendidikan Pengorganisasian dan Pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi Pemasyarakatan Perpusdokinfo Pengkajian Pengembangan Perpusdokinfo Pengembangan Profesi Unsur Penunjang Penilaian Kinerja Sistem penilaian prestasi kerja terdiri dari dua unsur, yaitu Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan perilaku kerja Bobot nilai unsur SKP sebesar 60% dan perilaku kerja sebesar 40%. Penilaian SKP meliputi aspek-aspek: kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya Penilaian perilaku kerja meliputi: orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan. 13

Hubungan Kinerja Individu dengan Kinerja Organisasi Strategic Congruence dimulai dari: menerjemahkan Visi menetapkan Misi menentukan indikator-indikator menetapkan target unit kerja menetapkan target individu Individual Work Plan Rencana kerja individu harus ada Rencana kerja individu disinkronkan dengan rencana kerja unit kerja dan organisasi Semua harus disetujuai dalam bentuk KONTRAK KINERJA 14

Sasaran Kerja Pegawai (SKP) SKP yang rencananya akan diterapkan mulai tahun 2014 dengan pedoman PP No. 46 Tahun 2011. Setiap PNS wajib menyusun SKP sebagai rancangan pelaksanaan kegiatan tugas pokok jabatan sesuai dengan rincian tugas, tanggung jawab dan wewenangnya sesuai dengan struktur dan tata kerja organisasi. SKP disusun dan ditetapkan sebagai rencana operasional pelaksanaan tugas pokok jabatan dengan mengacu pada Renstra dan Renja. SKP ditetapkan setiap tahun pada bulan Januari dan digunakan sebagai dasar penilaian prestasi kerja. Pustakawan menyusun SKP yang berisi kegiatan tugas jabatannya disesuaikan dengan butir-butir kegiatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jabatan fungsional Pustakawan Pustakawan harus menetapkan target angka kredit yang akan dicapai dalam setiap 1 (satu) tahun. Setiap pelaksanaan kegiatan tugas jabatan harus ditetapkan target yang akan diwujudkan secara jelas sebagai ukuran prestasi kerja. 15

Aspek Target Kuantitas (target output) Kualitas (target kualitas) Waktu (target waktu) Biaya (target biaya) Penilai Atasan langsung yang mengamati pelaksanaan tugas (60%) Rekan kerja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas dan bawahan yang berurusan langsung dengan pelaksanaan tugas (25%) Pegawai yang bersangktuan yang melaksanakan tugas (self-assessment) (15%) 16

Tunjangan Kinerja Tunjangan kinerja berdasarkan kinerja individu Tunjangan kinerja merupakan fungsi dari keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi atas dasar kinerja yang telah dicapai oleh seseorang individu pegawai. Tunjangan kinerja individu pegawai dapat meningkat atau menurun sejalan dengan peningkatan atau penurunan kinerja yang diukur berdasarkan Indikator Kinerja Utama. Prinsip Tunjangan Kinerja 1. Efisiensi/optimalisasi pagu anggaran belanja K/L dan Pemda. 2. Equal pay for equal work, yaitu pemberian besaran tunjangan kinerja sesuai dengan harga jabatan dan pencapaian kinerja. 17

Tugas Organisasi Menilai capaian individu dan mengkaitkan dengan kinerja target unit kerja, tujuan, misi dan visi organisasi (strategic congruence) Mensinkronkan rencana kerja individu dengan rencana kerja dan target unit kerja dan organisasi Menilai ketepatan penempatan individu dan melakukan pembenahan penempatan Menilai tingkat keahlian dan keterampilan individu, dan melakukan peningkatan keahlian dan keterampilan (pendidikan dan pelatihan) Menilai ketepatan karakter individu dalam bekerja dan melakukan penilaian sikap dan mental Menilai kemampuan atasan dalam kaitan dengan fungsi manajerial (perencanaan, koordinasi, dsb) Menilai kepemimpinan atasan (keteladan, motivasi, dsb) Membuat ketentuan untuk promosi dan mutasi berdasarkan hasil penilaian kinerja. Penutup RB digulirkan pemerintah dalam rangka mewujudkan dan mempercepat tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Salah satu program RB adalah penataan sistem manajemen SDM Setiap Instansi harus melakukan analisis jabatan dan memetakan jabatan yang diperlukan. Setiap pegawai harus memiliki jabatan. Setiap jabatan memiliki peringkat (grade) dan harga jabatan yang didasarkan hasil analisis jabatan. Harga jabatan terkait dengan besaran tunjangan kinerja 18

Sekian, Terima kasih. 19