Pendugaan Non-Parametrik dan Analisis Komponen terhadap Stabilitas Padi Sawah (Oryza Sativa)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGAMATAN PENCILAN PADA ANALISIS KESTABILAN GENOTIPE: ANTARA MODEL AMMI DAN METODE HUEHN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan

ANALISIS VARIAN PERCOBAAN FAKTORIAL DUA FAKTOR RAKL DENGAN METODE FIXED ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION SKRIPSI

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan luas pertanaman dan hasil biji kedelai. Salah satu faktor pembatas bagi

STABILITAS DAN ADAPTABILITAS SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA DUA BELAS SERI PERCOBAAN DENGAN METODE PERKINS & JINKS

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk inferensi statistika. Metode bootstrap mengesampingkan

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

RAGAM GENETIK DELAPAN GENOTIPE KEDELAI PADA MK-1 DAN MK-2

Analisis Stabilitas Hasil Gabah Galur-galur Padi melalui Pendekatan Parametrik dan Nonparametrik

Yuni Widyastuti, Satoto, dan I.A. Rumanti

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

Forum Statistika dan Komputasi : Indonesian Journal of Statistics. journal.ipb.ac.id/index.php/statistika

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (3), Agustus 2015, pp ISSN:

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI

Analisis Stabilitas Hasil Tujuh Populasi Jagung Manis Menggunakan Metode Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI)

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

RESPON SELEKSI PADA 12 GENOTIPE KEDELAI MELALUI SELEKSI LANGSUNG DAN SIMULTAN SKRIPSI

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.

SKRIPSI ADAPTASI DAN STABILITAS HASIL GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DENGAN UJI MULTILOKASI DI JAWA TENGAH

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

EFEKTIVITAS PUPUK PELENGKAP CAIR DHARMAVIT TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, SERTA SERAPAN HARA N, P, K TANAMAN PADI SAWAH

SKRIPSI. KOMPONEN HASIL DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) DENGAN PEMBERIAN NAUNGAN DI LAHAN GAMBUT

SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG PEMULIAAN TANAMAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

ANALISIS STABILITAS DAYA HASIL VARIETAS KEDELAI DI LAHAN SAWAH KABUPATEN MADIUN, JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

Oleh: Damianus Nahak Klau. Nim: SKRIPSI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

Forum Statistika dan Komputasi, April 2010 p : ISSN :

7/18/2010 UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN

PENGGUNAAN UJI MULTIVARIAT FRIEDMAN PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK LENGKAP

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK

IMPLEMENTASI METODE BOOTSTRAP DALAM INFERENSI TITIK- TITIK BIPLOT AMMI MODEL AMMI CAMPURAN (MIXED AMMI)

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

DAMPAK PEMBERIAN LARUTAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DAN ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa.

KORELASI FENOTIPIK, GENOTIPIK DAN SIDIK LINTAS SERTA IMPLIKASINYA PADA SELEKSI PADI BERAS MERAH

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.

ISBN: PROSIDING SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR. MALANG, 9 10 Juli 2002

Keywords: Factorial Experiment, CRBD, AMMI, Analysis of Variance, PCA, Biplot

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN JAGUNG HASIL PERSILANGAN : STUDI HERITABILITAS BEBERAPA SIFAT TANAMAN JAGUNG SKRIPSI. Oleh

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

KEMAMPUAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescent L.) DI LAHAN GAMBUT

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN

Contoh kasus dalam uji Bartlett

PEMERIKSAAN ASUMSI ANALISIS RAGAM DEWI NURHASANAH

Kinerja Metode Perhitungan Premi Program Asuransi Usaha Tani Padi di Indonesia

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN ANALISIS VARIANSI DENGAN ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN PETAK-PETAK TERBAGI PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN DATA HILANG

HAKIM: HERIBILITAS DAN HARAPAN KEMAJUAN GENETIK KACANG HIJAU

PENERAPAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA UNTUK PEREDUKSIAN PEUBAH PADA ADDITIVE MAIN EFFECT AND MULTIPLICATIVE INTERACTION GERI ZANUAR FADLI

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

PENILAIAN CARA MENGAJAR MENGGUNAKAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (STUDI KASUS: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNPATTI)

Interaksi Genotipe x Lingkungan Hasil dan Komponen Hasil 14 Genotipe Tomat di Empat Lingkungan Dataran Rendah

SUBTITUSI DEDAK PADI DENGAN LIMBAH RESTORAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA RANSUM AYAM BROILER SKRIPSI ALBERTUS RANDY SOEWARNO

INFERENSI TITIK-TITIK PADA BIPLOT AMMI MENGGUNAKAN RESAMPLING BOOTSTRAP SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

PENILAIAN CARA MENGAJAR MENGGUNAKAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (Studi kasus: Cara Mengajar Dosen Jurusan Statistika UNDIP)

PERTUMBUHAN DAN HASIL 17 GENOTIP GANDUM (Triticum aestivum L.) DI DATARAN RENDAH TROPIS KOTA SEMARANG

PERBANDINGAN UJI WELCH DAN UJI COHRAN-COX PADA MASALAH BEHRENS-FISHER. Sudartianto Departemen Statistika FMIPA UNPAD

Agrivet (2015) 19: 30-35

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mini Hospital STIKes Al-Irsyad

GALUR KEDELAI HITAM PROSPEKTIF UNTUK AGROEKOSISTEM INDONESIA. The yielded of black soybean lines, which prospective for Indonesian agroecosyste.

SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS CEKAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN PADI HITAM DAN PADI MERAH SEBAGAI SUMBER PANGAN FUNGSIONAL

Pertemuan 10 STATISTIKA INDUSTRI 2. Multiple Linear Regression. Multiple Linear Regression. Multiple Linear Regression 19/04/2016

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

Utriweni Mukhaiyar MA2281 Statistika Nonparametrik Kamis, 5 Februari 2015

Perancangan dan Analisis Data Percobaan Pertanian. Sutoro BB BIOGEN

IDENTIFIKASI INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN PADA PADI HIBRIDA BERDASARKAN RESPON GABUNGAN SUCI TIARA

INTERAKSI GENETIK X LINGKUNGAN UNTUK KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum

PENGARUH BERBAGAI DOSIS BIOCHAR SEKAM PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI WORTEL

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai rujukan ada dua penelitian. Rujukan penelitian pertama yaitu penelitian Lavoranti et al.

STATISTIK NON PARAMETRIK (2) Debrina Puspita Andriani /

STATISTIKA UJI NON-PARAMETRIK

PRAKTIKUM RANCANGAN PERCOBAAN KATA PENGANTAR

MODEL AMMI PERCOBAAN LOKASI GANDA PEMUPUKAN N, P, K

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

Transkripsi:

Statistika, Vol. 12 No. 2, 103 108 November 2012 Pendugaan Non-Parametrik dan Analisis Komponen terhadap Stabilitas Padi Sawah (Oryza Sativa) Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Email: sadiyah79@gmail.com ABSTRAK Dalam rangka mengetahui stabilitas fenotipe dan kontribusi komponen hasil pada keragaman hasil, maka dilakukan percobaan multilokasi terhadap 11 galur padi sawah di 20 lokasi menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Uji stabilitas menggunakan metode non-parametrik karena lebih mudah diinterpretasi serta tidak memerlukan banyak asumsi sebagaimana parametrik. Hasil pengujian nilai tengah menunjukkan bahwa genotipe 4, 5, 7 dan 11 memiliki rata-rata daya hasil tertinggi dibanding yang lain, namun perbedaannya tidak signifikan dengan genotype 1, 3 dan 9. Terdapat perbedaan yang signifikan pada stabilitas rangking dari 11 genotipe yang diamati, dan yang paling stabil adalah genotipe 3, diikuti oleh genotipe 2, 8, dan 1. Berat 1000 butir memiliki efek yang kecil terhadap ketidakstabilan hasil dan dapat dikompensasi dengan komponen lain (kovarian negatif). Kata kunci: stabilitas, non-parametrik ABSTRACT In order to determine stability of the phenotype and contribution of yield components to the variability of the results, the multilocation trials conducted for 11 genotipe of rice at 20 sites using a randomized block design with three replications. This stability study is using non-parametric method because it is easier to interpret and does not require a lot of assumptions as parametric. Genotype 4, 5, 7 and 11 have an highest mean yield compared to the others, but their differences were not significant with genotype 1, 3 and 9. There are significant differences in the stability ranking of 11 genotypes were observed, and the most stable is the genotype 3, followed by genotype 2, 8, and 1. The weight of 1000 grain has a little effect on the instability of yield and can be compensated by other components (negative covariance). Keywords: stability, non-parametrik 1. PENDAHULUAN Penampilan fenotipe padi sawah (Oryza sativa), sebagaimana tanaman lain, merupakan hasil interaksi genotipe dengan lingkungan. Adanya interaksi antara genotipe dengan lingkungan( IGL) inilah yang membutuhkan suatu analisis tersendiri agar dapat diketahui potensi genetik yang sebenarnya dari suatu genotipe tertentu (Chahal & Gosal, 2002). Dalam percobaan pemuliaan tanaman, percobaan multilokasi sering dilakukan untuk mengkaji IGL antara genotipe dengan lingkungan (Hadi & Sa diyah, 2004). Pada prakteknya peneliti tidak selalu tertarik pada besarnya interaksi genotipe dengan lingkungan, tetapi hanya ingin mengetahui ada tidaknya interaksi tersebut dan seberapa besar pengaruhnya dalam peringkat atau rangking suatu genotipe di lingkungan yang berbeda. Kuantifikasi terhadap IGL telah dilakukan baik secara parametrik maupun non-parametrik. Penggunan metode analisis ragam (Analysis of Variance, ANOVA) parametrik menjadi kurang valid jika terdapat asumsi ANOVA yang dilanggar. Dalam banyak kasus, analisis non parametrik berdasarkan peringkat memberikan hasil yang lebih handal dibanding metode parametrik yang telah digunakan secara luas (Truberg & Huehn, 2000). Selain itu, metode parametrik relatif lebih sensitif terhadap kesalahan pengukuran. Penambahan ataupun pengurangan amatan pun mengakibatkan keragaman yang besar dalam penghitungan 103

104 stabilitas parametrik. Karena itulah, metode non-parametrik banyak digunakan untuk menilai stabilitas. Beberapa manfaat penting statistika non-parametrik jika dibandingkan dengan parametrik yaitu: tidak ada asumsi sebaran, keaditifan dan kehomogenan ragam yang harus dipenuhi, mengurangi bahkan menghindari bias yang disebabkan oleh adanya pencilan, dan statistik yang berdasarkan pada rangking mudah diinterpretasikan (Kang, 1990; Huehn, 1990) 2. BAHAN DAN METODE Bahan Studi ini melibatkan 11 galur harapan padi sawah (Tabel 1) hasil penelitian konsorsium padi nasional, yang ditanam di 20 lokasi. Lokasi yang digunakan dipilih yang tidak ternaungi, tidak terlalu miring, tidak terlalu terlalu subur ataupun terlalu kurus (tidak subur). Dengan tujuan supaya tiap-tiap lokasi pengujian dapat mewakili suatu tipe agroekosistem tertentu, maka pemilihan lokasi percobaan mengacu pada peta agroekologi utama atau peta kesesuaian lahan. Di tiap lokasi menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan 3 ulangan. Variabel yang diamati adalah hasil, jumlah anakan, banyaknya gabah isi, banyaknya gabah hampa, berat 1000 butir. Tabel 1. Kode Genotipe KODE GALUR 1 IPB-3(IPB102-F-2-1) 2 BIO-8-AC-BLB/BLASS-05 3 B10531E-KN-14-3-0-L-R-B376-1 4 OBS 1735/PSJ 5 BP11252-2-PN-12-2-2-2-1 6 BIO-8-AC-BLB-05 7 OBS 1740/PSJ 8 IPB-6(IPB107-F-8-3) 9 BP3300-2C-2-3 10 OBS 1739/PSJ 11 B10531E-KN-14-1-0-L-R-B375-12 Stabilitas Non-parametrik Cara penghitungan stabilitas yang digunakan adalah sebagaimana yang digunakan oleh Huehn (1990a) dan Kang (1990), yaitu menggunakan statistik S, S, S, Z dan S sebagai berikut: r r S N N 1 /2 S is adalah rata-rata dari nilai mutlak selisih rangking genotipe i untuk seluruh N lokasi. N S dan r = N N adalah ragam dari rangking, r diartikan sebagai nilai harapan dari r jika stabilitas maksimum (rangking sama). S N r r S r Jumlah dari nilai mutlak deviasi r dari stabilitas maksimum yang diekspresikan dalam unit r. Z S E S /V S,m 1,2

Pendugaan Non-Parametrik dan Analisis Komponen terhadap 105 dimana Z mendekati sebaran khi-kuadrat dengan 1 derajat bebas. Demikian pula statistik S Z, m=1,2 dapat didekati dengan sebaran khi-kuadrat db=k dengan E S = rataan dari S dan V S = ragam dari S. Dibawah H0 bahwa semua genotipe sama-sama stabil, rata-rata E S dan ragam V S dapat dihitung menggunakan sebaran seragam diskret (1, 2,, k). Rumus berikut digunakan: E S K 1 /3K E S K 1 /12 V S K 1K 4N 330 /45K N N 1 V S K 12 K 4N 1 5 K 1/360N N 1 Kontribusi dari komponen hasil pada stabilitas fenotipe dihitung sebagai: Y=X1.X2.X3 Xn dimana Y adalah hasil dan X1.X2.X3...Xn adalah komponen hasil Log(Y)=log(X1)+log(X2)+ +log(xn) dimana log (Y) adalah logaritma natural dari Y. Ci=cov(log(Y),log(Xi)) dengan Ci (koefisien keragaman) adalah ukuran kontribusi dari komponen hasil ke-i terhadap stabilitas hasil (Piepho, 1995). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Suatu genotipe yang memiliki ragam hasil terkecil di lingkungan yang berbeda, maka genotype tersebut dianggap paling stabil dibandingkan genotype yang ragam hasilnya lebih besar. Ide stabilitas ini dianggap sebagai konsep stabilitas biologis atau statis (Becker dan Leon, 1988). Sebagian besar pemulia tidak setuju dengan konsep tersebut, lebih memilih genotipe dengan hasil rata-rata tinggi dan potensial untuk merespon input agronomi atau kondisi lingkungan yang lebih baik. Bagi pemulia, melepas varietas yang memiliki hasil tinggi adalah hal yang penting. Hal inilah yang disebut konsep stabilitas dinamis (Becker dan Leon, 1988). Menurut Huehn (1990a) metode non-parametrik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode parametrik, yaitu dapat memperkecil bias yang disebabkan oleh pencilan, juga tidak diperlukan asumsi sebaran maupun ragam homogen. Selain itu, metode non-parametrik mudah digunakan dan ditafsirkan. Bahkan, kita dapat menggunakan metode non-parametrik untuk data yang seimbang dan berdistribusi normal karena relatif sederhana. Tabel 2. Uji Duncan terhadap rata-rata Hasil Subset untuk α =0.05 Genotipe 1 2 3 2 5.1318 8 5.2722 5.2722 1 5.3153 5.3153 6 5.3518 5.3518 1 5.7800 5.7800 9 5.7992 5.7992 3 5.8742 5.8742 4 5.9977 5 6.0162 7 6.0323 11 6.0533

106 Perbandingan rata-rata: Rata-rata hasil berkisar dari yang terendah adalah 5.1318 (genotipe 2) sampai yang tertinggi adalah 6.0533 (genotipe 11). Perbandingan rata-rata dilakukan menggunakan uji Duncan (Tabel 2). Dari hasil uji Duncan, genotipe dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Secara umum, genotipe 4, 5, 7 dan 11 memiliki rata-rata daya hasil tertinggi dibanding yang lain, namun perbedaannya tidak signifikan dengan genotype 1, 3 dan 9. Pengukuran stabilitas non-parametrik fenotipe : Pengukuran stabilitas fenotipe dalam penelitian ini menggunakan statistik Si (1), Si (2), Zi (1) and Zi (2) yang dihitung dari11 genotipe untuk 20 lokasi (Tabel 3). Test signifikansi untuk Si (1) and Si (2) dilakukan menggunakan metode sebagaimana yang dikembangkan oleh Nassar dan Huehn (1987). Untuk tiap genotipe, nilai Zi (1) and Zi (2) dikalkulasi berdasarkan pada rangking dan dijumlahkan untuk semua genotipe agar didapatkan nilai semacam Z-hitung. Dapat dilihat bahwa jumlah Zi (1) = 31.79 dan jumlah Zi (2) = 20.516. Kedua nilai tersebut lebih besar jika dibandingkan nilai kritis χ 2 0.05,df = 10 = 18.307. Sehingga dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada stabilitas rangking dari 11 genotipe yang diamati di 20 lokasi. Statistik ini mengindikasikan bahwa genotipe memiliki adaptabilitas yang berbeda untuk 20 lokasi. Jika dilihat dari masing-masing nilai Z, nampak bahwa genotipe-genotipe yang diteliti relatif stabil dibandingkan yang lain. Hal ini bisa dilihat dari nilai Z yang kecil, kurang dari nilai kritis χ 2 0.05, df = 1 = 3.84. Hanya genotipe 3 dan 4 yang relatif tidak stabil jika dibanding dengan yang lain, karena memiliki niali Z yang lebih besar dari nilai kritis. Tabel 3. Pengukuran stabilitas fenotipe dengan metode non-parametrik Galur Si (1) Zi (1) Si (2) Zi (2) 1 2.958 2.917 7.042 1.977 2 2.721 2.917 6.303 3.088 3 2.384 5.309 4.450 6.959 4 3.111 9.935 7.924 0.974 5 3.195 1.752 8.239 0.700 6 3.453 1.236 9.947 0.001 7 3.121 0.214 7.292 1.657 8 2.926 1.683 6.589 2.628 9 3.453 3.195 8.884 0.281 10 3.063 0.214 7.095 1.907 11 3.405 2.082 8.766 0.344 Jumlah 33.789 31.79 82.532 20.516 Si (1) = rata-rata nilai mutlak selisih peringkat genotipe ii untuk semua lokasi Si (2) = ragam dari rangking genotipe Zi (m) mendekati sebaran khi-kuadrat dengan db=1 Statistik Si (1) dan Si (2) dihitung berdasarkan rangking genotipe untuk semua lokasi, dan memberika bobot yang sama untuk tiap lokasi (Yangtipoor & Farshadfar, 2007). Genotipe dengan perubahan rangking yang lebih kecil berarti genotipe tersebut lebih stabil dibanding genotipe lain yang perubahan rangkingnya lebih besar (Becker dan Leon, 1988). Dengan demikian, genotipe yang paling stabil adalah yang memiliki nilai Si (1) and Si (2) yang terkecil.. Berdasarkan hal tersebut, dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa genotipe yang paling stabil adalah genotipe 3 yaitu galur B10531E-KN-14-3-0-L-R-B376-1, diikuti oleh genotipe 2 (BIO-8-AC- BLB/BLASS-05), genotipe 8 (IPB-6(IPB107-F-8-3), dan genotipe 1 (IPB3).

Pendugaan Non-Parametrik dan Analisis Komponen terhadap 107 Analisis Komponen Analisis komponen merupakan metode yang sederhana untuk menganalisis komponen hasil. Analisis komponen memungkinkan untuk mengetahui kontribusi tiap komponen terhadap keragaman hasil (Piepho, 1995). Besaran Ci dapat digunakan untuk menilai efek gabungan dari keragaman komponen hasil ke-i ( maupun hubungan saling- kompensasi atau saling mengimbangi antar satu komponen dengan komponen lain ( ). Secara empiris, tingginya keragaman pada hasil biasanya juga dipengaruhi oleh tingginya keragaman pada komponen hasil jika saling kompensasi antar komponen kecil. Sebaliknya, jika komoditi yang diteliti menunjukkan plastisitas tinggi pada struktur hasil, maka peningkatan pada satu komponen akan berpengaruh pada penurunan komponen yang lain dan berimplikasi pada negatifnya kovarian antar kedua komponen tersebut. Komponen yang memiliki keragaman tinggi namun kovariannya dengan komponen lain negatif, maka komponen tersebut hanya akan memberikan efek yang kecil pada keragaman hasil. Dan hal ini akan tercermin dari rendahnya Ci. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa Ci adalah perhitungan agregat dari komponen ke-i, kontribusi terhadap keragaman hasil, yang menilai keragaman komponen-komponen tersebut serta keterkaitannya dengan komponen hasil yang lain. Semakin besar nilai Ci, maka makin besar pengaruh komponen suatu komponen pada keragaman hasil, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis komponen terhadap hasil dan komponen hasil menunjukkan bahwa Jumlah anakan dan banyaknya gabah isi memiliki nilai Ci yang lebih besar dibanding kedua komponen hasil yang lain, yaitu sebesar 0.0396 dan 0.0278. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jumlah anakan memiliki pengaruh terbesar pada keragaman hasil dibanding ketiga komponen yang lain. Nilai Ci untuk komponen gabah hampa adalah negatif 0.0252, dan yang paling kecil adalah berat 1000 butir yaitu negatif 0.0012. Nilai Ci negatif dan kecil pada berat 1000 butir berarti bahwa komponen tersebut dapat dikompensasi dengan komponen lain (kovarian negatif) dan memiliki efek yang kecil terhadap ketidakstabilan hasil. Secara umum dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil analisis komponen, usaha untuk seleksi dalam rangka perbaikan stabilitas fenotipik harus melalui pemilihan individu yang memiliki berat 1000 biji baik. 4. SIMPULAN Interaksi antara genotipe dengan lingkungan membutuhkan suatu analisis agar dapat diketahui potensi genetik yang sebenarnya dari suatu genotipe tertentu. Kuantifikasi terhadap IGL telah dilakukan baik secara parametrik maupun non-parametrik. metode non-parametrik banyak digunakan untuk menilai stabilitas karena lebih mudah diinterpretasikan, tidak ada asumsi yang harus dipenuhi, kemungkinan bias kecil. Dari hasil analisis non-parametrik. Dari 11 genotipe yang diamati, genotipe 4, 5, 7 dan 11 memiliki rata-rata daya hasil tertinggi. Stabilitas rangking genotype berbeda nyata, dan yang paling stabil adalah genotipe 3. Untuk mendapatkan hasil yang stabil, pemilihan genotype sebaiknya didasarkan pada berat 1000 butir. DAFTAR PUSTAKA [1] Becker, H.C. and J. Leon. 1988. Stability analysis in plant breeding. Plant Breed., 101: 1-23. [2] Chahal, G.S. and S.S. Gosal. 2002. Principles and Procedures of Plant Breeding. Alpha Science International Ltd., Oxford, pp: 149. [3] Hadi, A.F., dan H. Sa diyah. 2004. Model AMMI untuk Analisis Interaksi Genotipa Lokasi. Jurnal Ilmu Dasar vol 5 no. 1: 33-41. [4] Huehn, M. 1990a. Nonparametric measures of phenotypic stability. Part 1: Theory, Euphytica, 47: 189-194. [5] Huehn, M. 1990b. Nonparametric measures of phenotypic stability: II. Applications. Euphytica, 47: 195-201. [6] Kang, M.S. 1990. Understanding and Utilization of Genotype-by-Environment Interaction in Plant Breeding. In: Genotype-By-Environment Interaction, Kang, M.S. (Ed.), Louisiana State University Agricultural Center, USA., pp: 52-68.

108 [7] Nassar, R. and M. Huhn. 1987. Studies on estimation of phenotypic stability: Tests of significance for nonparametric measures of phenotypic stability. Biometrics, 43: 45-53. [8] Piepho, H.P. 1995. A simple procedure for yield component analysis. Euphytica, 84: 43-48. [9] Truberg, B. and M. Huhn. 2000. Contribution to the analysis of genotype by environment interactions: Comparison of different parametric and non-parametric tests for interactions with emphasis on crossover interactions. Agron. Crop Sci., 185: 267-274. [10] Yangtipoor & Farshadfar. 2007. Non-Parametric Estimation and Component Analysis of Phenotypic Stability in Chickpea (Cicer arietinum L.). Pakistan Journal of Biological science, 10(16):2646-2652.