PERANAN KONSELOR DALAM MENANGANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan proses-proses sosial di dalam masyarakat (Bungin 2006: 48). Dalam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

Bagaimana? Apa? Mengapa?

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan penelitian dan pengembangan serta akan diuraikan juga mengenai

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaan kepada orang lain. 1. lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN GAMES PUZZLE UNTUK MELATIH DAYA INGAT PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

- meniup kapas - mendengar bunyi-bunyian - melatih pengecapan, mencium - melatih... c. mengembangkan aspek kognitif - menggambar - bermain puzzle

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

INSTRUMEN PENJARINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Nama Lengkap. Kecamatan.. Kab/Kota. : Belum Sekolah/Pernah Sekolah (DO) / Sekolah.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Musik merupakan bahasa yang universal karena musik mampu dimengerti

Oleh: Dra. Rahayu Ginintasasi, M. Si

SEMINAR TENTANG ABK DISAMPAIKAN DALAM RANGKA KAB. BANDUNG BARAT (10 MEI 2008) OLEH: NIA SUTISNA, DRS. M.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. artinya saling membutuhkan yang lain sebagai hal yang esensial dalam hidupnya.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Rehabilitasi pada perdarahan otak

BAB I PENDAHULUAN. tunagrahita. Tunagrahita adalah kelambatan perkembangan mental seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak luar biasa yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

I. MAKNA 1. Seni dalam arti sempit = sesuatu yang dapat membentuk suatu penghayatan (keindahan, kegembiraan, empati, dll) yang bermakna bagi tiap indi

1 Universitas Indonesia

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

PENDAHULUAN. berpotensi, karena itu pendidikan, pelatihan dan pembinaan untuk anak harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Sekolah Berkebutuhan Khusus Pengertian Sekolah Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PERANAN KONSELOR DALAM MENANGANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Dulhadi Abstrak Disadari bahwa tidak semua anak yang lahir ke dunia ini berada dalam kondisi sebagaimana yang diharapkan. Sebagian dari mereka ada yang lahir tidak normal. Sekalipun lahir dalam keadaan normal, namun dalam pertumbuhan dan perkembangannya ada di antara mereka yang mengalami hambatan, gangguan, dan kelambatan. Bagi anak yang mengalami hal-hal seperti ini tentu perkembangannya tidak akan optimal. Oleh karena itu, anak yang seperti ini memerlukan penanganan dan perlakukan khusus. Anak-anak seperti inilah yang kemudian dikenal sebagai Anak Berkebutuhan Khusus. Sebagai manusia juga, anak berkebutuhan khusus harus ditangani secara intens dan serius. Konselor sebagai pihak yang mengenal dan memahami mereka diharapkan dapat berperan aktif dalam memberikan layanan kuratifnya. Kata kunci: konselor, perlakuan, anak berkebutuhan khusus. A. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus Secara konseptual anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna yang sangat luas melebihi makna anak luar biasa, cacat, atau berkelainan (exceptional children). Anak berkebutuhan khusus tidak hanya mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen akibat dari kecacatan tertentu atau anak penyandang cacat, tetapi juga anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan khusus temporer juga biasa disebut dengan anak yang memiliki atau dapat memiliki problem dalam perkembangannya yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan belajar selanjutnya. Atau dengan penjelasan lain memiliki kerawanan dan kerentanan serta resiko tinggi terhadap munculnya hambatan atau gangguan dalam belajar atau perkembangan selanjutnya. Bahkan, dipercayai bahwa anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan intervensi secara tepat sesuai kebutuhan 40

khususnya dapat berkembang menjadi permanen. Salah satu cita-cita nasional yang harus terus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia ialah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional. Masa depan dan keunggulan bangsa ditentukan oleh keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki, disamping sumber daya lainnya. Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi dapat menjadi subjek pembangunan untuk mengelola sumber daya lainnya bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat. Anak-anak dan generasi muda adalah tulang punggung negara dan merupakan kekayaan penting suatu negara dimana anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kemajuan suatu bangsa. Anak kebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku dan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Anak dengan kebutuhan khusus memiliki sikap dan perilaku yang berbeda dengan anak yang memiliki fisik dan mental yang normal. Untuk menyikapi hal tersebut maka diperlukan seorang konselor. Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling. Konselor memiliki peranan yang sangat penting dalam membina dan mengarahkan sikap dan perilaku anak berkebutuhan khusus. Sampai saat ini pelayanan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus masih sangat terbatas, baik oleh dokter, psikolog, maupun konselor dan layanan lainnya. Pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus untuk saat ini masih terbatas di kota-kota besar dan jumlahnya juga terbatas. Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Dalam buku yang berjudul Lexikana Universal Encyclopedia dijelaskan bahwa Pengertian Anak Luar Biasa atau istilah ketunaan digunakan untuk menunjukkan adanya kerusakan fisik atau kelemahan mental yang sekarang lebih sering digunakan untuk menjelaskan adanya kelemahan, 41

gangguan atau hambatan dalam segi mental, fisik atau emosi yang begitu berat sehingga mengakibatkan keterbatasan bagi mereka dalam melakukan aktivitas. Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: 1. Tunanetra Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya/ kecacatannya tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (low visioan). Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tuna netra dengan menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis merah horizontal. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebaginya sehingga tidak sedikit penyandang tuna netra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan. Huruf Braille adalah huruf timbul yang khusus digunakan untuk para penyandang tunanetra. Huruf ini terdiri dari kumpulan titik-titik yang disusun sedemikian rupa untuk menggantikan huruf biasa. Penulisannya pun menggunakan mesin ketik khusus Braile. Namun untuk penghitungan, penyandang tunanetra dapat menggunakan sempoa. 2. Tunarungu Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan orang lain biasanya dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat. Untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat, dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. 42

3. Tunagrahita Tunagrahita adalah individu yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Penyandang tunagrahita memiliki kemampuan intelektual yang lamban dan ber-iq di bawah 70. Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititikberatkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi. 4. Tunadaksa Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa ada tiga yaitu: ringan, yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik namun tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi. Sedang, yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik. Berat, yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. 5. Tunalaras mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar. 6. Kesulitan Belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan Kesulitan Belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep. Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam 43

Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda. B. Permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus Anak Berkebutuhan Khusus bisa memiliki masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkahlakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dengan benar. Anak berkebutuhan khusus kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar (Gross), sedangkan dalam Gerak Motorik Halus (Fine) Anak- Anak Berkebutuhan Khusus kerap kurang terampil dan terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas. Dalam Gerakan Sensorik, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus cenderung Hiporeaktif (cuek) dan Hiperaktif (enggan belajar), fokus hanya pada detail tertentu/sempit/tak menyeluruh, dan mempunyai perhatian yang obsesif. Anak berkebutuhan khusus juga mempunyai minat terbatas, tak patuh, monoton, tantrum, mengganggu, agresif, impulsif, stimulasi diri, takut-cemas, kerap menangis. Ketika belajar, anak berkebutuhan khusus sering melakukan kesalahan sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali jaraknya, mudah lupa, fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi. Anak berkebutuhan khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu dalam pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru. Sulit meniru aksi orang lain, namun bisa meniru katakata tetapi tidak memahami. Anak berkebutuhan khusus mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi, gangguan bahasa verbalnonverbal, kesulitan menyampaikan keinginan, dan penggunaan bahasa repetitif (pengulangan). anak-anak berkebutuhan khusus mempunyai kelemahan dalam sequencing seperti kesulitan dalam mengurutkan aktivitas, bisa mengurutkan tetapi sulit mengembangkan sehingga kurang kreatif. 44

Jika urutan aktivitas dirubah maka mereka bisa mengalami stress. Gangguan Executive Function juga terdapat pada anak-anak berkebutuhan khusus seperti kesulitan mempertahankan atensi, mudah terdistraksi, tidak bisa menyelesaikan tugas, dan kurang kontrol diri serta sulit bergaul. C. Mengatasi Permasalahan Pada Anak Berkebutuhan Khusus Konselor sebagai seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling sangat dibutuhkan untuk membantu anak berkebutuhan khusus dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Permasalahan yang dihadapi untuk tiap anak berkebutuhan khusus berbeda-beda dikarenakan gangguan yang mereka hadapi bermacam-macam sesuai dengan kekurangan yang mereka miliki. Dengan demikian seorang konselor harus dapat memahami dengan baik setiap permasalahan yang dihadapi anak berkebutuhan khusus, sehingga solusi yang akan diberikan tepat sasaran. Menangani anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan (special need) seperti autism, hyperactivity, mental retarded, Rett syndrome, learning disorder, dan lainnya membutuhkan suatu keterampilan tersendiri, karena sebagian besar anakanak ini mengalami berbagai macam masalah dalam hal kemampuan berkomunikasi, perilaku, bahkan kemampuan sosialisasi dengan lingkungannya. Untuk itu diperlukan suatu rangkaian pelatihan yang pada akhirnya nanti mampu membantu anak-anak ini keluar dari masalahnya atau setidaknya mereka dapat mandiri dan dapat mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki saat ini serta bisa mengeksplorasi potensi dan bakatnya. Terapi Okupasi merupakan salah satu cara untuk penyembuhan anak berkebutuhan khusus. Terapi okupasi mengandung makna bahwa dalam melakukan penyembuhan/ pengobatan menggunakan aktifitas atau pekerjaan sebagai medianya perlu merujuk pada kondisi gangguan fisik dan mental yang dialami anak berkebutuhan khusus. Terapi okupasi mempunyai peranan sebagai sarana pencegahan, penyembuhan, penyesuaian diri, pengembangan kepribadian, pembawaan, kreatifitas, serta sebagai bekal hidup di masyarakat. Adapun jenis terapi okupasi yang diberikan terhadap anak berkebuthan khusu berbeda-beda, antara lain: 45

1. Terapi Okupasi untuk anak gangguan intelektual Problem dan penyelesaian yang dialami oleh anak dengan gangguan intelektual yaitu: a. Sensori Motorik membantu mengembangkan sensori motorik antara lain: berlari mengikuti garis lurus, berlari dengan satu kaki, melempar benda kearah keranjang, meniru gambar, menyusun puzzle, mendengarkan musik, membedakan warna, meraba benda keras dan lunak, mencium bau-bauan, membedakan rasa, dan orientasi ruangan. b. Fisik membantu mengarahkan gerakan fisik antara lain: naik sepeda statis, naik turun tangga, dan menarik pulley. c. Kognitif membantu mengarahkan tingkah laku anak berkebutuhan khusus antara lain : bermain halma, dan senam diiringi musik. d. Intra Personal Interpersonal Kegiatan yang diberikan dalam membantu mengarahkan intrapersonal dan interpersonal antara lain: berbelanja dan bermain layang-layang. e. Perawatan Diri Kegiatan yang diberikan dalam membantu mengarahkan anak untuk mandiri antara lain: menggosok gigi, minum menggunakan gelas, menyisir rambut, memakai celana, memakai baju, latihan makan menggunakan sendok, merias diri, latihan mandi, mamakai sepatu, dan lain-lain. f. Produktifitas Kegiatan yang diberikan dalam meningkatkan produktifitas anak berkebutuhan khusus yaitu : berkebun, beternak, dan kerajinan. 2. Terapi Okupsi Untuk Anak Gangguan Fisik Problem dan penyelesaian yang dialami oleh anak dengan gangguan intelektual yaitu: a. Motorik membantu meningkatkan motorik pada anak dengan gangguan fisik yaitu : berjalan di atas balok titian, menarik beban, membuat sulak, dan memasukkan manik-manik ke botol. b. Sensoris membantu mengembangkan sensorik pada anak berkebutuhan khusus yaitu : meniup kapas, membedakan suhu, mendengarkan bunyi-bunyian, melatih 46

pengecapan, melatih indra penciuman, melatih indra penglihatan. c. Kognitif membantu mengembankan kognitiff pada anak gangguan fisik yaitu : melukis, bermain puzzle, melihat gambar, dan bermain musik. d. Intrapersonal membantu mengembangkan intrapersonal pada anak gangguan fisik yaitu : mendengarkan cerita, bernyanyi, bermain drama. e. Interpersonal membantu mengembangkan interpersonal pada anak gangguan fisik antara lain: senam irama dan berbelanja. f. Perawatan diri perawatan diri pada nak gangguan fisik yaitu : makan, memakai baju dan minum. g. Produktifitas produktifitas pada anak gangguan fisik antara lain: membuat asbak, berkebun, dan rekreasi. 3. Terapi Okupasi Untuk Anak Autistik Problem dan penyelesaian yang dialami oleh anak autistik yaitu: a. Motorik membantu mengembangkan motorik pada anak autistik yaitu: bermain bola, mengayuh sepeda statis. b. Sensorik sensorik pada anak autistik yaitu: berayun-ayun, berjalan mengikuti garis tengah lurus, berguling dibalik selimut, dan bermain scooter board. c. Kognitif membantu mengambangkan aspek kognitif pada anak autistik yaitu: melihat-lihat gambar mobil, dan memainkan plastisin. d. Intrapersonal intrapersonal pada anak autistik yaitu: bermain form board dan melukis. e. Interpersonal interpersonal yaitu: berolahraga dan mendengarkan musik. 47

f. Perawatan Diri perawatan diri yaitu: membersihkan tempat tidur dan menyisir rambut. g. Produktifitas produktifitas yaitu: bermain kelereng, menyapu lantai, mempersiapkan makan, dan mencuci. h. Leisure (Pengisian Waktu Luang) leisure yaitu: membuat keset, memelihara burung dan ayam. 4. Terapi Okupasi Untuk Anak Hiperaktif Problem dan penyelesaian yang dialami oleh anak hiperaktif yaitu: a. Motorik motorik yaitu: Menangkap/melempar bola dan lari haral lintang. b. Sensorik sensorik yaitu: berjalan mengikuti garis berkelok dan meniru tulisan. c. Kognitif kognitif yaitu: bermain tebak tebakan dan mewarnai. d. Intrapersonal intrapersonal yaitu: membersihkan halaman dan bermain ular-ularan. e. Interpersonal interpersonal yaitu: membersihkan lingkungan sekolah. f. Perawatan Diri perawatn diri yaitu: penggunaan waktu luang dirumah dan bermain halma. g. Produktifitas produktifitas yaitu: merangkai bunga dan bermainan berkompetisi. h. Leisure (Pengisian Waktu Luang) leisure yaitu: rekreasi dan bermain alat musik. D. Daftar Pustaka Neely. Margery A.,1982, Counseling and Guidance Practices with Special Education Student, Illinois: The Dorsey Press. 48

Sujarwanto, 2005, Terapi Okupasi untuk Anak Berkebutuan Khusus, Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. Thomson. L. Charles, Rudolph. Linda. B, Henderson. Donna. A., 2004, Counseling Children Sixth Edition. USA. Brooks/Cole. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas: Jakarta. http://qtcsby.blogspot.com/2010/01/trainingpenanganan-anakberkebutuhan.html. http://www.scribd.com/doc/37784461/bim bingan-konseling-anak- Berkebutuhan-Khusus. http://yayasandanterigmalia.blogspot.com. 49