Partisipasi Dan Motivasi Peternak Dalam Perbaikan Mutu Genetik Domba (Participation and Motivation of Breeder to Improvement Quality of Genetic Sheep)

dokumen-dokumen yang mirip
Partisipasi Dan Motivasi Peternak Dalam Perbaikan Mutu Genetik Domba. Participation and Motivation of Breeder to Improvement Quality Of Genetik Sheep

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

MODEL POLA PEMULIAAN (Breeding Scheme) TERNAK BERKELANJUTAN KARYA ILMIAH DEDI RAHMAT

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

Dudi 1, C. Sumantri 2, H. Martojo 2, dan A. Anang 1

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

SISTEM PEMULIAAN INTI TERBUKA UPAYA PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI POTONG. Rikhanah

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

Syahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

PENGARUH EFEK TETAP TERHADAP BOBOT BADAN PRASAPIH DOMBA PRIANGAN

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Ukuran Populasi Efektif, Ukuran Populasi Aktual dan Laju Inbreeding Per Generasi Itik Lokal di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam ABSTRACT

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN POLA PEMULIAAN (Breeding Scheme) DOMBA PRIANGAN YANG BERKELANJUTAN DEDI RAHMAT

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

IMPAH KETERAMPILAN METODE SELEKSI BIBIT AYAM KAMPUNG BERBASIS KONSEP PEMULIAAN TERNAK DI DESA GUDANG KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

JURNAL ILMU TERNAK, VOL.6 NO2. DESEMBER Dedi Rahmat, Tidi Dhalika, Dudi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

EVALUASI GENETIK PEJANTAN BOER BERDASARKAN PERFORMANS HASIL PERSILANGANNYA DENGAN KAMBING LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA. Blakely, J dan D. H. Bade Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman

ABSTRAK. Evaluation of Performance of Crossbreed Barbados and Priangan Sheep as Main Breed in Pamulihan Sumedang. Abstract

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

PENDAHULUAN. Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

SELEKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA BERDASARKAN NILAI INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK DI KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

K. Budiraharjo dan A. Setiadi Fakultas Peternakan Univesitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

Simulasi Uji Zuriat pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh (Progeny Test Simulation for Growth Traits in Aceh Cattle)


FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

M. Zulkarnain Yuliarso 1. Abstract

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, Syahirul Alim dan Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

KAJIAN PROFIL SOSIAL EKONOMI USAHA KAMBING DI KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 23-28

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

NILAI PEMULIAAN DOMBA GARUT BERDASAR BOBOT LAHIR MENGGUNAKAN METODE PATERNAL HALF-SIB DI UPTD BPPTD MARGAWATI

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

ABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

NI Luh Gde Sumardani

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA

MOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

Seleksi Awal Performa Calon Bibit Domba Garut Anisa Pusparini

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

Transkripsi:

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2008, VOL. 8, NO. 1, 47-51 Partisipasi Dan Motivasi Peternak Dalam Perbaikan Mutu Genetik Domba (Participation and Motivation of Breeder to Improvement Quality of Genetic Sheep) Dedi Rahmat Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana partisipasi dan motivasi peternak dalam perbaikan mutu genetik domba melalui kegiatan pemuliaan. Objek penelitian adalah peternak anggota kelompok peternak domba tangkas dan domba bukan tangkas. Metode yang digunakan adalah survey, pengambilan sampel peternak dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi peternak pemuliaan termasuk katagori tinggi. Tingginya skor partisipasi terutama pada partisipasi dalam perencanaan kegiatan, kehadiran dalam aktivitas serta pemanfaatan dan evaluasi hasil kegiatan. Motivasi peternak termasuk katagori cukup. Kata kunci: Partisipasi, motivasi, pemuliaan sapi Abstract This research addressed to know how far participate and motivate sheep breeder genetic improvement through breeding activity. Research object was the member of breeder of fighting sheep and non fighting sheep. Research method was survey, sample conducted by purposive sampling. The result indicate that breeder participation in breeding activity was inclusive of high category. Score height participate especially at participation in the planning activity, attendance in activity and also the exploiting and evaluate result of activity. Motivate breeder inclusive of category enough. Keywords: Participate, Motivation, Breeder of Sheep Pendahuluan Kebijakan Pembangunan Peternakan Tahun 2000 2005, dalam operasional produksi dan faktor produksi peternakan diantaranya mencakup sumberdaya ternak. Tiang utama pembangunan peternakan adalah pembangunan komoditi ternak yang berbasis sumber daya alam lokal dengan komodoti ternak utama adalah sapi potong, kambing, domba, ayam dan itik. Jenis ternak ini merupakan komoditi ternak local yang sangat potensial sebagai sumber tumpuan kehidupan masyarakat pedesaan, dan dapat dianggap sebagai komoditi utama dalam memberdayakan peternak dipedesaan untuk dapat mensejahterakan dirinya yang pada giliranya akan mensejahterakan seluruh masyarakat dengan produk ternaknya. Jawa Barat merupakan salah satu daerah potensial pengembangan domba, dimana domba Garut merupakan salah satu komoditi unggulan yang dikembangkan didaerah Jawa Barat dan menjadi plasma nutfah yang mempunyai sifat keunggulan prolifik. Tujuan pemeliharaan domba Garut selain sebagai penghasil daging juga untuk tujuan domba tangkas atau domba adu. Pemeliharaan domba tangkas telah lama dilaksanakan oleh peternak penggemar ketangkasan domba, dengan perlakuan yang istimewa. Berbagai upaya dan pengorbanan peternaknya semata-mata diarahkan untuk menciptakan keunggulan domba jantan di arena ketangkasan, sebab domba tangkas yang unggul akan menyandang gelar juara dengan nilai jual yang tinggi. Domba garut merupakan hasil persilangan antara domba merino, kapstaad dan domba lokal selanjutnya sesuai dengan perkembangan pola pemeliharaan dan tatalaksana peternak secara tidak lansung terbentuk menjadi dua kelompok yaitu domba tipe daging dan domba tipe tangkas. Domba Garut tipe tangkas pada awalnya terbentuk dari hasil persilangan yang tidak terencana namun pada akhirnya beberapa sifat dan karakteristik yang spesifik menjadi referensi atau pedoman bagi peternak dalam melakukan program seleksi dan pembibitan. Tantangan utama dalam usaha peternakan domba khususnya di Jawa Barat diantaranya adalah belum tersedianya suplai bibit unggul domba secara kontinyu yang produksinya tinggi 47

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2008, VOL. 8, NO. 1 dan efisien serta harganya dapat terjangkau oleh peternak. Pengadaan bibit umumnya masih merupakan hasil swadaya peternaknya sendiri. Berdasarkan sejarah domba priangan, diketahui bahwadomba tersebut merupakan hasil seleksi dan persilangan yang dilakukan oleh peternak. Meskipun belum memiliki tujuan dan pola pemuliaan yang jelas peternak domba Garut telah mampu menghasilkan bibit unggul. Usaha perbaikan mutu genetik domba priangan telah banyak dilakukan baik melaui persilangan dengan domba impor maupun seleksi yang dilakukan di balai pembibitan, namun hasilnya belum memuaskan. Kebijakan yang dilakukan umumnya dipaksakan dari atas ( Top down). Hampir tidak pernah memperhatikan aspirasi dan kemampuan peternak. Penyusunan program pemuliaan harus bersifat spesifik terkait dengan kondisi dan kebutuhan serta sosial budaya setempat. Pilihan program pemuliaan lebih ditekankan pada seleksi didalam populasi dan tetap melibatkan peternak sebagai pelaku utama pengembangan ternak lokal (Astuti, 1999) Metode Penelitian dilaksanakan di kelompok peternak domba tangkas dan kelompok peternak domba bukan tangkas (domba daging). Objek penelitian adalah peternak anggota kelompok tersebut. Metode yang digunakan adalah metode Survei, pengambilan sampel peternak dilakukan dengan cara Purposive sampling. Prosedur pengambilan data dilakukan melaui: 1. Melakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner yang telah disusun. 2. Melakukan wawancara mendalam (indepth interview) dengan aparat terkait serta responden yang telah ditentukan guna memperoleh data yang belum tercakup dalam kuisioner. 3. Melakukan observasi langsung. 4. Mencatat berbagai data sekunder yang dibutuhkan. Analisis data hasil penelitian menggunakan metode analisis deskriptif untuk melihat keragaman karakteristik peternak. 1. Umur peternak, dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu belum produtif (kurang 15 tahun), produktif (15 50 tahun) dan tidak produktif (diatas 50 tahun). 2. Tingkat Pendidikan, adalah pendidikan formal yang diselesaikan respondrn, meliputi SD, SLTP dan SLTA Perguruan Tinggi. 3. Pengalaman Beternak, dihitung berdasarkan lamanya responden beternak domba. 4. Pekerjaan Pokok, adalah pekerjaan yang merupakan usaha pokok responden. 5. Partisipasi, adalah keikutsertaan peternak dalam kegiatan pemulian baik yang dilakukan individu maupun kegiatan kelompok. Nilai partisipasi ditentukan dari jawaban responden terhadap 10 pertanyaan yang diajukan dalan kuisioner. Kisaran total skor 10 sampai 50 karena setiap jawaban dinilai dengan sakla 1 sampai 5. Responden yang memiliki skore total 26 33 partisipasi cukup, 34-41 tinggi dan 42-50 sangat tinggi. 6. Motivasi, dalam beternak domba dan keikutsertaan peternak dalam program pemuliaan dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap 10 pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Kisaran total skore 10 sampai 50 karena setiap jawaban dinilai dengan skala 1 sampai 5. Responden yang memiliki skore total 26 33 partisipasi cukup, 34-41 tinggi dan 42-50 sangat tinggi. 7. Analisis statistik non parametrik menggunakan uji Mann-Whitney (Siegel 1977) dilakukan untuk membandingkan skor nilai partisipasi dan motivasi peternak antar kelompok. Hasil dan Pembahasan Karakteristik Demografis Peternak Karakteristik adalah sifat-sifat yang ditampilkan oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupannya didalam lingkungan sendiri. Karakteristik individu diantaranya adalah umur, pendidikan,pengalaman, dan status social, karakteristik ini akan berpengaruh terhadap kemampuan individu untuk melaksanakan sesuatu, melakukan komunikasi dan memilih suatu kegiatan/tindakan. Keberhasilan dalam pengelolaan ternak diatranya dipengaruhi oleh umur peternak, tingkat pendididkan, pengalaman beternak, jumlah pemilikan ternak dan tujuan beternak. Data karakteristik demografis peternak dikelompok Jogja grup dapat dilihat pada Tabel 1. 48

D. Rahmat, Partisipasi dan motivasi peternak dalam perbaikan mutu genetik Tabel 1. Karakteristik Demografis Peternak Uraian Kelompok peternak domba Tangkas Bukan Tangkas Jumlah sampel (n) 25 30 Umur Peternak (%) <15 tahun 0 0 15 50 tahun 68 76,67 >50 tahun 32 23,33 Tingkat Pendidikan (%) SD 48 56,67 SMP 20 23,33 SLA-PT 32 20 Pengalaman beternak <10 tahun 24 26,67 >10 tahun 76 73,33 Pekerjaan pokok (%) Pensiunan/pegawai 8 16,67 Petani 48 50 Peternak 28 23,33 Pedagang 16 10 Tujuan Pemeliharaan (%) Usaha pokok 22,22 23,33 Usaha sambilan/tabungan 48,15 60 Hobby 18,52 0 Lain-lain 11,11 16,67 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa umur peternak berkisar antara 15 50 tahun, sedangkan diatas 50 tahun kurang dari 35. Menurut undang-undang tenaga kerja No 14 Tahun 1969 disebutkan ahwa umur kurang atau sama dengan 14 tahun termasuk belum produktif, umur 15 sampai 54 tahun termasuk produktif dan lebih darti 55 tahun tidak produtif. Banyaknya peternak usia produktif yang aktif dalam usaha pembibitan ternak akan berpengaruh terhadap pengembangan ternak domba.pengalaman merupakan akumulasi dari proses belajar yang dialami seseorang. Peternak dengan rata-rata pengalaman diatas 10 tahun (73% sampai 76%), disertai umur masih produktif, keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa pengalaman memelihara domba cukup baik dan diharapkanakan akan dapat menerapkan inovasi-inovasi baru dalam pengembangan domba kearah yang lebih baik. Pendidikan berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu, makin tinggi pendidikan cenderung akan lebih banyak input dalam struktur kognisinya, dengan memiliki pendidikan formal lebih tinggi akan memiliki motivasi yang tinggi dan wawasan yang luas dalam menganalisis sesuatu kejadian. Berdasarkan table 1 tampak bahwa pendidikan formal peternak cukup beragam, sebagian besar masih berpendidikan SD. Tujuan beternak domba masih belum merupakan usaha pokok. Partisipasi dam Motivasi Peternak dalam Kegiatan Pemuliaan Partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri (Mubyarto, 1984). Selanjutnya dikemukakan bahwa keikutsertaan seseorang dalam suatukegiatan erat kaitannya dengan pengetahuan, motivasi dan sikap. Adanya pengetahuan terhadap manfaat sesuatu hal akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut, sikap positif selanjutnya akan mempengaruhi motivasi seseorang untuk ikut serta dalam suatu kegiatan. Adanya motivasi untuk melakukan suatu kegiatan sangat menentukan apakah kegiatan tersebut betulbetul dilakukan. Kegiatan yang sudah dilakukan disebut perilaku. Dalam penelitian ini, partisipasi dinilai berdasarkan keikutsertaan petani dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemuliaan serta pemanfaatan hasil kegiatan pemuliaan, sedangkan perilaku peternak dinilai dari jawabannya terhadap pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan motivasi peternak, yang 49

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2008, VOL. 8, NO. 1 dinyatakan dalam skor dalam kisaran antara 33 sampai 41 dari skor minimum 10, dan maksimum 50. Tabel 2. Skor Partisipasi dan Motivasi Peternak Kelmpok Peternak Domba Uraian Tangkas Bukan Tangkas Partisipasi 37,72 a ± 6,53 30,30 b ±3,82 Motivasi 33,08 a ± 3,70 32,93 b ±4,50 Umumnya peternak telah memiliki pengetahuan akan pentingnya perbaikan mutu genetik, baik melalui seleksi maupun perkawinan dengan bibit unggul, mereka juga selalu menghindari perkawinan inbreeding. Pengetahuan peternak masih kurang mengenai recording, hampir seluruh responden tidak mengetahui cara dan pentingnya recording dalam kegiatan pemuliaan. Di kelompok peternak Jogya Grup tidak ada recording, namun mereka mengingat silsilah pejantan serta induk yang digunakan. Berdasarkan table 2, partisipasi peternak dalam kegiatan pemuliaan pada kelompok peternak domba tangkas lebih tinggi dibandingkan dengan pada keompok peternak domba bukan tangkas. Tingginya skor partisipasi terutama pada partisipasi dalam perencanaan kegiatan, kehadiran dalam aktivitas serta pemanfaatan dan evaluasi hasil kegiatan. Philipson dan Rage (2002) mengemukakan bahwa partisipasi petani memegang peranan penting dalam pengembangan program pemuliaan yang berkelanjutan. Keberhasilan program pemuliaan tidak hanya ditentukan oleh model pola pemuliaan, tetapi kesesuaiannya dengan system usaha ternak dan keterlibatan peternak. Program pemuliaan yang gagal biasanya direncanakan oleh pemerintah tanpa mempertimbangkan kebutuhan peternak serta akibat jangka panjang dari kegiatan tersebut (Kosgey, 2004). Program yang berhasil harus sederhana, pragmatis dan biayanya murah. Motivasi ke dua kelompok peternak termasuk katagori cukup karena memiliki skor dalam kisaran 26 sampai 33 dari skor minimum 10 dan maksimum 50. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa kelompok peternak domba bukan tangkas memiliki motivasi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok peternak domba tangkas. Rendahnya motivasi pada kelompok peternak domba bukan tangkas karena tujuan pemeliharaan ternak hanya merupakan usaha sambilan untuk tambahan penghasilan dari usaha tani atau usaha lain. Hal ini berbeda dengan kelompok peternak domba tangkas mereka termotivasi untuk selalu meningkatkan kualitas dombanya, dan menjaga popularitas kelompoknya. Kesimpulan Partisipasi dan motivasi peternak dalam perbaikan mutu genetik domba baik untuk kelompok peternak domba tangkas maupun bukan tangkas termasuk kategori tinggi sedangkan motivasi termasuk katagori cukup. Saran Perlu adanya pembinaan instansi terkait untuk meningkatkan partisipasi dan motivasi dalam perbaikan mutu genetic domba tangkas di kelompok peternak Jogya Grup Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. Daftar Pustaka Astuti. J.M. 1999. Pemuliaan Ternak Pengembangan dan Usaha Perbaikan Genetik Ternak Lokal. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Pemulian Ternak. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Budinuryanto, D.C.1991. Karakteristik Domba Priangan Tipe Adu Ditinjau dari Eksterior dan Kebiasaan Peternak Dalam Pola Pemeliharannya. Thesis Institut Pertanian Bogor. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Produksi Peternakan. 2000. Kebijaksanaan Pengembangan Peternakan Tahun 2000 2005 Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2003. Pengembangan Industri Benih dan Bibit Peternakan di Indonesia. Direktorat Pembibitan Davendra. C and G.B. Mc Leroy. 1982 Goat and Sheep Production in the Tropics. General Payne. W.J.A. Logman London and New York. General Editor Payne. W.J.A. Intermediate Tropical Agriculture Series. Printed in Singapore by Toppan Printing Co. (S) Pte. Ltd Diwyanto, K dan I. Inounu. 2001. Ketersediaan teknologi dalam pengembangan ruminnsia kecil. Makalah pada seminar Domba Kambing di IPB, 22 September 2001. Kosgey, I.S. 2004. Breeding objective and breeding strategies for small ruminants in the tropics. Ph.D. Thesis, Animal Breeding and Genetics Group. Wageningen University. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1979. Domba dan Kambing. Terjemahan Karangan Mengenai Domba dan Kambing di Indonesia. Martojo, H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan TInggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Mikelsen, B. 1999. Metode Penelitian Partisipatori dan Upaya-upaya Pemberdayaan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta 50

D. Rahmat, Partisipasi dan motivasi peternak dalam perbaikan mutu genetik Mubiyarto, 1984. Strategi Pembangunan Pedesaan. Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan. Universitas Gajah Mada Jogjakarta. Mulliadi, D. 1996 Sifat fenotipik domba priangan di kabupaten Pandeglang dan Garut. [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana Natasasmita,A. 1969. Pedoman Beternak Domba. Dit. Jend. Peternakan Departemen Pertanian Jakarta Phillipsson, J and J.E.O. Rege. 2002. Sustainable breeding programs for tropical farming system. Animal Genetics Training Resource. ILRI-SLU Siegel S. 1977. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu- Ilmu Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sugiyono dan E. Wibowo. 2002 Statistika untuk Penelitian. Cet. Ke-4. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung. Sutama, I.K. 1992. Reproductive development and performance of small ruminant in Indonesia, in: P. Ludgate S Scholz (Ed), New Program for Small Ruminant Production in Indonesia. Warwick, E.J. J. Maria Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gajah Mada University Press. Yogyakarta 51